Nama Daerah Morfologi Tanaman

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Depkes, 2000.

2.3 Parameter dan Metode Uji Ekstraksi Depkes, 2000

2.3.1 Parameter Non Spesifik

1. Parameter Kadar Abu Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Tujuan dari parameter kadar abu adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. 2. Parameter Kadar Air Pengukuran kandungan air yang berbeda di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuannya adalah memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Maksimal atau rentang yang diperolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.

1.3.2 Parameter Spesifik

1. Identitas Deskripsi tata nama ekstrak, nama latin ekstrak, bagian tumbuhan yang digunakan rimpang, daun dan nama Indonesia tumbuhan, tujuannya untuk memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas. 2. Organoleptik Penggunaan secara visual yaitu mendiskripsikan bentuk, warna, bau, rasa, tujuannya untuk pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.

2.4 Metode Pengujian Antimikroba

Pengujian aktivitas antimikroba secara in vitro dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Metode difusi dibedakan menjadi tiga cara yaitu cara cakram, cara parit dan cara cawan. Metode dilusi dibedakan menjadi dua cara yaitu dilusi cair broth dilution dan dilusi padat solid dilution. 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1 Metode Difusi

Pada cara ini zat yang akan ditentukan aktivitas antimikroba berdifusi pada lempeng agar yang telah diinokulasi terlebih dahulu. Potensi suatu antimikroba ditetapkan dengan cara mengukur diameter zona hambatan bakteri atau jamur di sekitar cakram yang berisi zat antibakteri dan antijamur. Makin besar aktivitasnya maka zona hambatan yang terbentuk juga makin besar. Metode ini dibagi tiga yaitu : a. Cara cakram Suatu cakram kertas yang mengandung obat dalam konsentrasi tertentu ditempatkan pada lempeng agar yang telah dibiakan mikroorganisme. Setelah diinkubasi, zona hambat jernih yang mengelilingi cakram dianggap sebagai aktivitas antimikroba. Lebar daerah hambatan tergantung pada daya serap obat kedalam agar dan kepekaan kuman terhadap obat tersebut Bonang et al., 1982, jelas bahwa metode ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi disamping interaksi antara obat dan mikroba misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat Jawetz et al.,1986. b. Cara parit Ditch-plate technique Pada metode ini sampel uji agen antimikroba diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji maksimum 6 macam digoreskan pada parit yang berisi agen antimikroba. Kemudian dilihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling parit Pratiwi, 2008. c. Cara cawan Cup-plate technique Metode ini dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.

2.4.2 Metode Dilusi

a. Metode dilusi cairbroth dilution test Cerial dilution Metode ini mengukur MIC Minimum Inhibitory Concentration atau kadar hambat minimum KHM dan MBC Minimum Bactericidal Concentration atau kadar bunuh minimum KBM. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas AntiBakteri Ekstrak n-Heksan Dan Etilasetat Serta Etanol Dari Talus Kappaphycus alvarezii (Doty) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

4 78 71

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nipah (Nypa fruticans Wurmb) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

23 113 70

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Wungu (Graptophyllum pictum (L) Griff) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

1 8 18

Uji Aktivitas Atrtimikroba Ekstrak Etanol 70yo Ri]mp^ag Bangle (Zihgib e t p urp ure utu Roxb.) terhadnp Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Jafilur Microsporum cahis sec rain tro

3 14 64

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

View of Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Pohon Faloak (Sterculia sp.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus

1 3 13