II.2.3.2 Pendekatan Disagregat
Menganalisis prilaku pelaku perjalanan secara individu. Hal ini mencakup bagaimana merumuskan tingakah laku individu kedalam model kebutuhan
transportasi. Pendekatan semacam ini ada dua yaitu:
a. Pendekatan Disagregat Deterministik
Asumsi pendekatan disagregat deterministik menjadi dasar dari kebanyakan model perjalanan, dengan asumsi ini dianggap bahwa pemilihan terhadap sesuatu
tidak berubah bila pelaku perjalanan dihadapkan pada sekumpulan alternatif secara berulang-ulang dan sama persis. Pendekatan ini mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut : a. Pemakai mampu mengidentifikasikan semua atribut yang ada pada setiap
alternatif. b. Pemakai mampu merumuskan persepsi dan preferensi tentang atribut –
atribut secara eksplisit. c. Pemakai mampu menggunakan semua informasi diatas untuk mengambil
keputusan.
b. Pendekatan Disagregat Stokastik
Asumsi bersifat stokastik adalah dengan melihat kenyataan bahwa proses pemilihan tidak selamanya deterministik. Hal ini dikarenakan terdapat
ketidakmampuan konsumen untuk memperoleh informasi secara lengkap, baik untuk alternatif moda maupun atributnya, dan pilihan moda yang diambil pelaku
perjalanan dapat berubah oleh pengaruh -pengaruh tertentu. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan unsur error atau unsur residual yang bersifat random.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengalaman para ahli dalam menganalisa perilaku perjalanan diperoleh kesimpulan bahwa model pemilihan determinan deterministik mungkin
akan terbatas dalam menjawab suatu permasalahan yang ada dalam kenyataan yang sebenarnya.
Alasan digunakan model stokastik Kanafani, 1983 seperti dikutip Tamin, 2000:
1. Perilaku dari individu – individu tidak selalu dapat mengikuti aturan pemilihan rasional dan perilaku yang khas dari pelaku perjalanan tidak
dapat diantisipasi dalam suatu model deterministik. 2. Biasanya tidak memungkinkan untuk memasukkan semua variabel yang
dapat mempengaruhi pemilihan ke dalam suatu rumusmodel pemilihan. Kalaupun bisa, akan diperoleh rumus yang rumit dan tidak praktis.
3. Tidak tersedianya informasi yang lengkap sehingga mengakibatkan pelaku perjalanan yang dapat kurang mengerti tentang sistem transportasi dan
alternatif-alternatif yang diberikan.
II.3 Model Pemilihan Diskret