Keluhan Utama Derajat Hipertensi

Hasil peneltian ini sesuai dengan hasil penelitian Flora Sumbayak 2007 di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2005-2006 yang memperoleh jumlah penderita hipertensi yang tertinggi adalah yang sudah kawin sebesar 99,5. 34

6.1.2 Keluhan Utama

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005- 2007 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 39.3 32.1 17.9 10.7 Sakit kepala pening, pusing, oyong dan lemas Sakit kepala, mual, muntah dan lemas Jantung berdebar-debar dan sesak nafas Sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007 Gambar 6.7 memperlihatkan bahwa keluhan utama penderita hipertensi tertinggi adalah Sakit kepala pening, pusing, oyong dan lemas yaitu sebesar 39,3, dan terendah adalah mengalami sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk sebesar 10,7. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap silent killer, karena termasuk penyakit yang dapat membunuh tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut Lastiar Silitonga : Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007, 2009. USU Repository © 2009 seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit. 29 Keluhan yang sering dialami penderita hipertensi antara lain, sakit kepala pusing, pening dan oyong, jantung berdebar-debar, sesak nafas, mual, muntah, lemas, rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk. 20,29 Hasil penelitian Rissa Kurnia 2007 di Rumah Sakit Umum Kota Panjang Propinsi Sumatera Barat tahun 2002-2006 memperoleh proporsi penderita hipertensi dengan keluhan tertinggi adalah sakit kepala pusing, oyong sebesar 27,1. 36

6.1.3 Derajat Hipertensi

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005- 2007 berdasarkan derajat hipertensi dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 52.7 37.5 9.8 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 1 Prehipertensi Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007 Lastiar Silitonga : Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 6.8 memperlihatkan bahwa derajat hipertensi penderita di RSUP Porsea pada tahun 2005-2007 tertinggi pada hipertensi derajat 2 sebesar 52,7 dan terendah adalah prehipertensi sebesar 9,8. Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan alat tensimeter yang dipasang atau dihubungkan pada lengan pasien yang dalam keadaan duduk bersandar. Derajat tekanan darah ditentukan sesuai dengan hasil pemeriksaan tekanan darah dari dua bacaan yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. 29 Jika bacaan sistolik berada pada kondisi yang menyimpang sedangkan diastoliknya normal, maka yang dilihat adalah bacaan sitolik. Jika tekanan sistolik tercatat 140mmHg atau lebih, tetapi tidak terjadi gangguan dari gejala hipertensi, maka kasus ini disebut ISH Isolated Systolic Hypertension. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun kemudian menurun lagi. 29 Hasil penelitian ini lebih banyak usia 40 tahun 91,1, yang mempengaruhi tingginya derajat tekanan darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nila Perdamastia 2008 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Muhammad Zein Painan tahun 2002-2007 yang memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi hipertensi derajat 2 sebesar 78,4. 41 Lastiar Silitonga : Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007, 2009. USU Repository © 2009

6.1.4 Status komplikasi