Model Pemilihan Diskret TINJAUAN PUSTAKA

tm – vm = idem diatas β 1 - β 3 = idem diatas en = Faktor kesalahan atau unsur stokastik, yaitu variabel random yang mengikuti bentuk distribusi tertentu. β = Konstanta karakteristik nilai kepuasan alternatif, apabila seluruh variablel tm sd vm bernilai 0 Peramalan dikatakan relatif tepat, apabila nilai en sekurang-kurangnya mendekati 0 seminimal mungkin atau en = 0.

II.6 Model Pemilihan Diskret

Akiva dan Leman 1985 dalam bukunya “Discrete Choice Analysis : Theory and Application to Travel Demand” lebih menekankan model ini pada analisis pilihan konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi pelayanan yang diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Sang konsumen, sebagai seorang pembuat keputusan, akan menyeleksi berbagai alternatif dan memutuskan memilih moda transportasi yang memiliki nilai kepuasan tertinggi highest utility. Prosedur model ini diawali dengan menentukan nilai-nilai parameter koefisien regresi dari sebuah fungsi kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas. Model ini untuk pertama kali diterapkan dalam transportasi, disebut sebagai model pilihan biner binary choice model Warner, 1962. Prosedur awal fungsi kepuasan dari model ini menurutnya banyak memakai kalibrasianalisis statistik dan ekonometrik. Sebuah contoh umum fungsi kepuasan dapat dilihat seperti: V in = f X in Universitas Sumatera Utara Atau V jn = f X jn Dimana: V in dan V jn = Nilai kepuasan konsumen yang mencerminkan perilaku konsumen consumen behavior. X in dan X jn = Variabel yang berpengaruh terhadap perilakunya untuk memaksimalkan kepuasannya. f = fungsi matematis Sehingga persamaan regresi fungsi kepuasan dimaksud dapat kita bentuk menjadi : V in U = β 1 X in1 + β 2 X in2 + . . .+ β k X ink ................................................. 2.4 Dimana: V in U = Nilai kepuasan konsumen memakai moda i maksimum kepuasan. X in1 sd X ink = Sekelompok variabel bebas yang mempengaruhi kepuasan maksimum. β 1 sd β k = Koefisien regresiparameter variabel bebas. Setelah nilai V in U didapat juga V jn U didapat, maka kita masukkanlah nilai tersebut ke dalam beberapa model pilihan diskret di antaranya: a. Model Logit Biner Bentuk model ini adalah sebagai berikut : Pi = = .......................................... 2.5 Dimana: Pi = Probabilitas peluang moda i untuk dipilih. Universitas Sumatera Utara βxin,βxjn = Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda i dan moda j. e = eksponensial. Model logit biner ini hanya berlaku untuk pilihan 2 moda transportasi alternatif moda i dan j. b. Model Probit Binary Probit Juga untuk 2 moda alternatif, tetapi model ini menekankan untuk menyamakan peluang kemungkinan individu untuk memilih moda 1, bukan moda 2 dan berusaha menghubungkan variabel bebas yang mempengaruhi, misalnya biaya cost dan variabel ini harus berdistribusi normal. Bentuknya adalah: P 1 = Ǿ Gk ...................................................................................... 2.6 Dimana: P 1 = Peluang moda 1 untuk dipilih Ǿ = Kumulatif standar normal Gk = Nilai manfaat moda 1 Sedangkan P 2 , konsekuensinya akan menjadi P 2 = 1 – fGk.

II.7 Utilitas

Dokumen yang terkait

Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Monorel Kota Medan)

9 132 145

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

49 179 210

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 0 16

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 0 1

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 0 7

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 1 35

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 0 2

Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

0 0 78

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Monorel Kota Medan)

0 1 8

KAJIAN PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA ANGKUTAN KOTA DENGAN MONOREL MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE (STUDI KASUS : RENCANA PEMBANGUNAN MONOREL KOTA MEDAN) TUGAS AKHIR - Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggun

0 1 13