Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 EKSTENSI MEDAN
ANALISIS MODAL KERJA SEBAGAI DASAR PENILAIAN
POSISI KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT.
PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON
SUMATERA INDONESIA, Tbk.
DRAFT SKRIPSI
OLEH :
JOKO PRIYONO 050521200
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan taufiq, hidayah dan karuia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk”. Shalawat bertangkaikan salam penulis hadiahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu pnulis sangat menghargai kritik dan saran yang diberikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang selama ini memberikan banyak bantuan, bimbingan, dukungan baik moril maupun materil, saran dan do’a kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si sebagai Ketua Department Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(3)
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA sebagai Sekretaris Department Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE,ME sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si sebagai dosen penguji I dan Ibu Dra. Nisrul
Irawati, MBA sebagai dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
7. Ayahanda (Alm) H. Tukirno dan Ibunda Hj. Kartini yang paling penulis sayangi, semua kasih sayang yang sudah diberikan kepada penulis tidak akan mungkin bisa dibalas dengan apapun.
8. Buat kakak dan adik yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Buat teman-teman di kampus: Hasrat,Oboy, Onald, Ratih, Andi, Hendra, Veby, Moly, Echa dan semua teman yang lain yang gak bisa disebutin satu persatu.
Terima kasih untuk semua pihak yang sudah memberikan bantuannya langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil. Penulis belum bisa membalas semua kebaikan, bantuan dan do’a yang telah diberikan semua pihak demi terselesaikannya skripsi ini, hanya Allah SWT yang bisa membalas semuanyadengan balasan yang setimpal.
(4)
yang didapatkan dapat dimanfaatkan di jalan yang benar. Amin.
Medan, Agustus 2008
Penulis
(5)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual ... 6
(6)
Grafik 4.1 : Perbandingan Rasio Lancar PT. PP Lonsum Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Periode Tahun 2003 – 2007 ... 61 Grafik 4.2 : Perbandingan Rasio Cepat PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Periode Tahun 2003 – 2007 ... 61 Grafik 4.3 : Perbandingan Rasio Kas PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Periode Tahun 2003 – 2007 ... 62 Grafik 4.4 : Perbandingan Rasio Perputaran Piutang
PT. PP Lonsum Indonesia Tbk dengan
Industri Perkebunan Periode Tahun 2003 – 2007 ... 62 Grafik 4.5 : Perbandingan Rasio Perputaran Persediaan
PT. PP Lonsum Indonesia Tbk dengan
Industri Perkebunan Periode Tahun 2003 – 2007 ... 63 Grafik 4.6 : Perbandingan Rasio Perputaran Modal Kerja
PT. PP Lonsum Indonesia Tbk dengan
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Laporan Modal Kerja Bersih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk
Periode Tahun 2003 – 2006 ... 3 Tabel 3.1 : Laporan Neraca PT.Perusahaan Perkebunan
London Sumatera Indonesia Tbk ... 37 Tabel 3.2 : Laporan Laba/Rugi PT. Perusahaan Perkebunan
London Sumatera Indonesia Tbk ... 39 Tabel 4.1 : Perbandingan Modal Kerja Bersih PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2004 ... 41 Tabel 4.2 : Perbandingan Modal Kerja Bersih PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2004 – 2005 ... 43 Tabel 4.3 : Perbandingan Modal Kerja Bersih PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2005 – 2006 ... 44 Tabel 4.4 : Perbandingan Modal Kerja Bersih PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2006 – 2007 ... 46 Tabel 4.5 : Perbandingan Rasio Lancar PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2007 ... 48 Tabel 4.6 : Perbandingan Rasio Cepat PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2007 ... 50 Tabel 4.7 : Perbandingan Rasio Kas PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2007 ... 52 Tabel 4.8 : Perbandingan Rasio Perputaran Piutang PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
(8)
Tabel 4.10 : Perbandingan Rasio Perputaran Modal Kerja PT. PP Lonsum Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2007 ... 58 Tabel 4.11 : Rekapitulasi Perusahaan PT. PP Lonsum
Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan
Di Indonesia Periode Tahun 2003 – 2007 ... 60
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Kerangka Konseptual ... 4
D. Hipotesis ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 7
G. Metode Penelitian ... 8
1. Batasan Operasional ... 8
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 8
3. Jenis dan Sumber Data ... 11
4. Teknik Pengumpulan Data ... 11
(10)
B. Pengertian Modal Kerja ... 13
C. Manajemen Modal Kerja ... 15
D. Unsur-unsur Modal Kerja ... 17
E. Komposisi Modal Kerja ... 19
F. Konsep Modal Kerja ... 20
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 21
H. Rasio Modal Kerja ... 22
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 26
A. Perusahaan Perkebunan di Indonesia ... 26
B. Sejarah Perusahaan ... 26
C. Struktur Organisasi ... 30
D. Laporan Keuangan Perusahaan ... 37
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 41
A. Analisis Perbandingan Modal Kerja dari tahun 2003 sampai tahun 2007 ... 41
B. Analisis dan Evaluasi Rasio Modal Kerja ... 47
1. Rasio Likuiditas ... 47
a. Rasio Lancar ... 47
b. Rasio Cepat ... 50
(11)
2. Rasio Aktivitas ... 54
a. Rasio Perputaran Piutang ... 54
b. Rasio Perputaran Persediaan ... 56
c. Rasio Perputaran Modal Kerja ... 58
C. Rekapitulasi Rasio Modal Kerja ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
(12)
Keuangan Perusahaan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Ketua Departemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Pembimbing Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME. Dosen Penguji I: Dra. Lisa Marlina, Msi. Dosen Penguji II: Dra. Nisrul Irawati, MBA.
Penelitian ini dilakukan melalui situs internet pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. dengan situs www.idx.co.id yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya analisis terhadap modal kerja sebagai syarat keberhasilan suatu perusahaan serta sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. yang merupakan perusahaan yang besar yang membutuhkan modal kerja untuk meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Secara ringkas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis efektifitas modal kerja pada PT. Perusahaan Perkebunan Londodn Sumatera Indonesia, Tbk. dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Metode penelitian ini memiliki batasan operasional dengan ruang lingkup sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan. Rasio yang digunakan adalah rasio modal kerja yaitu rasio likuiditas dan rasio aktivitas, serta menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2003 sampai tahun 2007 yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi. Data yang digunakan adalah data skunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. dari tahun 2003 sampai tahun 2007 belum efektif.
(13)
ABSTRAK
Joko Priyono (2008), Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Ketua Departemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Pembimbing Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME. Dosen Penguji I: Dra. Lisa Marlina, Msi. Dosen Penguji II: Dra. Nisrul Irawati, MBA.
Penelitian ini dilakukan melalui situs internet pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. dengan situs www.idx.co.id yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya analisis terhadap modal kerja sebagai syarat keberhasilan suatu perusahaan serta sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. yang merupakan perusahaan yang besar yang membutuhkan modal kerja untuk meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Secara ringkas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis efektifitas modal kerja pada PT. Perusahaan Perkebunan Londodn Sumatera Indonesia, Tbk. dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Metode penelitian ini memiliki batasan operasional dengan ruang lingkup sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan. Rasio yang digunakan adalah rasio modal kerja yaitu rasio likuiditas dan rasio aktivitas, serta menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2003 sampai tahun 2007 yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi. Data yang digunakan adalah data skunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. dari tahun 2003 sampai tahun 2007 belum efektif.
(14)
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum suatu perusahaan didirikan bertujuan mendapatkan keuntungan. Menghasilkan keuntungan biasanya menjadi prioritas utama bagi perusahaan sehingga dapat memberikan nilai lebih guna meningkatkan nilai perusahaan. Untuk dapat menghasilkan keuntungan, setiap perusahaan berusaha beroperasi secara efisiensi dan efektif dimana setiap kegiatan operasi perusahaan dilaksanakan dengan pengorbanan atau biaya yang terbaik sehingga keuntungan yang diperoleh dapat ditingkatkan. Banyak faktor yang harus diperhatikan perusahaan agar dapat beroperasi dengan baik dan lancar, salah satu faktor yang mendukung kelancaran operasi perusahaan adalah modal kerja.
Pengelolaan modal kerja akan sangat menentukan posisi keuangan perusahaan, terutama dalam hal likuiditas dan efektifitas perusahaan dalam melakukan aktivitasnya yang ditunjukkan dalam tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam pengelolaan modal kerja, masalah yang sering dihadapi manajer keuangan adalah menjaga keseimbangan antara likuiditas dan rentabilitas perusahaan, tetapi apabila jumlah aktiva lancar lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek yang akan dibayar, akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba karena aktiva lancar tersebut tidak produktif atau sebagian besar dana menganggur. Demikian juga kekurangan modal kerja menyebabkan perusahaan sulit untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sewaktu-waktu harus dibayar, yang mengakibatkan hilangnya peluang untuk menghasilkan
(15)
2
Jumlah modal kerja yang tersedia oleh perusahaan harus sesuai dengan kebutuhan operasional perusahan. Penentuan jumlah modal kerja perusahaan haruslah diperhitungkan dengan cermat agar dalam prakteknya tidak menghambat jalannya kegiatan perusahaan.
Sektor perkebunan pada masanya pernah menguasai pasar internasional. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, komoditas perkebunan sempat membuat Belanda menjadi salah satu kerajaan paling kaya di dunia, salah satunya berkat komoditas lada. Namun, kejayaan sektor perkebunan kita cenderung menurun. Bahkan jika kondisi ini tidak segera ditanggulangi bukan tidak mungkin pada era penjajahan Belanda akan terulang (www.majalahkonstan.com).
Hingga kini pemerintah justru sibuk mencari investor-investor asing untuk pengembangan sektor pekebunan Indonesia. Dalam beberapa kesempatan pemerintah cenderung untuk merangkul pengusaha asing dibanding memajukan industri yang ada di dalam negeri. Dengan kondisi seperti ini tidak heran jika perusahaan-perusahaan perkebunan asing seolah berlomba-lomba mengembangkan usahanya.
PT. PP Lonsum berdiri sejak tahun 1906 oleh Harison dan Crossfield Plc (H&C). Perusahaan perkebunan dan perdagangan tersebut berbasis di London ini kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang terkemuka di dunia. Ditinjau dari aspek legalitasnya PT. PP Lonsum didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No.93 tanggal 18 Desember 1962 yang diubah dengan akta No.29 tanggal 9 September 1963. Sampai saat ini PT. PP Lonsum mengelola 40 anak perusahaan yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, bergerak dibidang industri perkebunan dengan
(16)
menanam dan memelihara tanaman kelapa sawit, karet, kakao, kelapa serta teh dan kopi, mengelola hasil perkebunan tersebut dan menjual hasilnya di dalam maupun di luar negeri.
Pentingnya peranan modal kerja tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang modal kerja yang digunakan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini penulis memilih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk, sebagai tempat dilakukannya penelitian.
Tabel 1.1
Laporan Modal Kerja Bersih
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk Periode tahun 2003 sampai dengan 2007 (dalam jutaan rupiah) URAIAN TAHUN
2003
TAHUN 2004
TAHUN 2005
TAHUN 2006
TAHUN 2007 Aktiva
Lancar
357.636 633.341 415.065 397.512 539.735 Hutang
Lancar
1.760.916 1.746.918 868.810 784.121 933.191 Modal Kerja
Bersih
(1.403.280) (1.113.577) (453.745) (386.609) (393.456) Laba / Rugi
Perusahaan
500.489 310.909 (247.198) 355.724 303.105 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan laporan modal kerja bersih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk, seperti yang terdapat pada Tabel 1.1 terlihat bahwa adanya suatu ketimpangan terhadap modal kerja dari tahun 2003 sampai 2007 dimana jumlah hutang lancar lebih besar dari aktiva lancar yang dimiliki, sehingga jumlah aktiva lancar tidak mampu untuk menutupi kewajiban lancarnya. Akibat adanya ketimpangan dari modal kerja menyebabkan laba perusahaan tidak stabil bahkan
(17)
4
perusahaan, sehingga dibutuhkan suatu manajemen modal kerja yang tepat agar tidak terjadi ketimpangan terhadap modal kerja pada tahun-tahun berikutnya demi menjaga likuiditas perusahaan.
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk perlu mengetahui tindakan apa yang perlu dilakukan dalam manajemen modal kerjanya agar dapat tetap mempertahankan likuiditas perusahaan dimana jumlah aktiva lancar lebih besar dari jumlah hutang lancarnya, sehingga jumlah aktiva lancar yang tersedia dapat menutupi jumlah hutang lancar yang dimiliki perusahaan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk memilih judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah: Apakah modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk sudah efekif bila dilihat dari tahun 2003 sampai 2007?
C. Kerangka Konseptual
Analisis terhadap modal kerja dapat digunakan sebagai dasar dalam menilai posisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos-pos
(18)
dalam laporan keuangan, misalnya dalam neraca yang menunjukkan hubungan antara jumlah aktiva lancar dan hutang lancar.
Sawir (2005:143) menyatakan bahwa besarnya modal kerja perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam dan ini dapat dilihat dari tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Menurut Riyanto (2001:26) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Likuiditas perusahaan dapat diketahui dari neraca antara lain dengan membandingkan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Hasil perbandingan tersebut dapat dikatakan dengan rasio modal kerja (Working Capital Ratio). Menganalisis modal kerja yang tidak efektif yang ada pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk maka penulis melakukannya dengan menganalisis (Harahap, 2007:299):
1. Ratio Likuiditas yang terdiri dari: a. Rasio Lancar (Current Ratio) b. Rasio Cepat (Acid Test Ratio) c. Rasio Kas (Cash Ratio) 2. Rasio Aktivitas yang terdiri dari:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over Ratio) b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
(19)
6
dibandingkan
Sumber : Harahap (2007:299) (data diolah, 2008) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang perilaku atau keadaan tertentu yang telah terjadi (Sugiyono, 2003:68). Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, maka penulis mengemukakan hipotesisnya adalah : “Modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dari tahun 2003 sampai tahun 2007 belum efektif”.
Rasio Modal Kerja: 1. Rasio Likuiditas - Rasio Lancar - Rasio Cepat
- Rasio Kas 2. Rasio Aktivitas
- Rasio Perputaran Piutang - Rasio Perputaran Persediaan - Rasio Perputaran Modal Kerja
Rata-Rata Industri
Perkebunan
Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan
(20)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk pada tahun 2003 sampai tahun 2007.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis
Sebagai menambah wawasan dan memperluas pola pikir untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang telah diperoleh dibangku perkuliahan dalam praktek.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi PT. Perusahaan Perkebunan London Sumtera Indonesia Tbk dalam melakukan manajemen modal kerjanya untuk mengambil langkah yang lebih baik dimasa mendatang dalam memajukan perusahaan.
c. Bagi Pihak Lainnya
Sebagai bahan informasi, referensi, perbandingan, dan juga sumbangan pemikiran dalam melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Berdasarkan jenis dan sumber data yang digunakan penulis tidak langsung ke perusahaan, melainkan dengan mengunjungi situs Bursa Efek Jakarta
(21)
8
(www.idx.co.id). Sedangkan waktu penelitian mulain bulan Maret 2008 sampai dengan Juli 2008.
G. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Untuk mengantisipasi dan tidak mempersulit penulis dalam membahas dan menganalisis permasalahan ini yaitu:
a. Ruang lingkup hanya sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan.
b. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio modal kerja yang terdiri dari:
1. Rasio Likuiditas yaitu:
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Cepat (Acid Test Ratio)
Rasio Kas (Cash Ratio) 2. Rasio Aktivitas yaitu:
Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over Ratio)
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)
2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Harahap, 2007:301):
(22)
1. Rasio Likuiditas.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
100% x Lancar Hutang
Lancar Aktiva
Lancar
Rasio
Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar.
b. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini maka semaikn baik.
100% x Lancar
Hutang
Persediaan
-Lancar Aktiva
Cepat
Rasio
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas menunjukkan porsi kas yang dapat menutupi hutang lancar.
100% x Lancar Hutang
Efek Kas
Kas
Rasio
Rasio kas yang lebih aman adalah jika berada diatas 100%. Artinya jumlah kas yan tersedia dan efek harus jauh diatas jumlah hutang lancar.
(23)
10
2. Rasio Aktivitas
a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over Ratio)
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa cepat penagihan piutang dilakukan oleh perusahaan.
Piutang rata -Rata Bersih Kredit Penjualan Piutang Perputaran Rasio
Semakin besar rasio ini semakin baik, karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio perputaran persediaan menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal.
Persediaan rata -Rata Penjualan Pokok Harga Persediaan Perputaran Rasio
Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
c. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Rasio perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Lancar Hutang -Lancar Aktiva Bersih Penjualan Kerja Modal Perputaran Rasio
Semakin besar tingkat perputaran modal kerja maka semakin baik karena menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja.
(24)
3. Jenis dan Sumber Data
Penulis menggunakan data skunder yaitu data yang diperoleh dari situs internet (www.idx.co.id). Adapan data yang diperoleh adalah:
a. Sejarah / gambaran umum PT. Perusahan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Laporan Keuangan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk, yang terdiri dari:
1.Laporan Neraca tahun 2003 sampai tahun 2007 2.Laporan laba-Rugi tahun 2003 sampai tahun 2007
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumentasi, yang dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari laporan keuangan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dari tahun 2003 sampai tahun 2007 yang diperoleh dari situs internet (www.idx.co.id ) serta yang berasal dari buku-buku literatur.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah metode yang menganalisis data yang disajikan dalam bentuk angka, mengelompokkan dan menginterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.
(25)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Indofarma Global Medika Medan”. Lubis menggunakan rasio likuiditas dan aktivitas sebagai alat ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan membandingkannya dengan menggunakan rasio modal kerja yang ada selama 3 tahun berturut-turut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan selama tiga tahun. Bila ditinjau dari sudut rasio-rasio likuiditas perusahaan telah mampu mempertahankan likuidititasnya dan ini terbukti dari tingginya likuiditas perusahaan selama tiga tahun.
Agustina (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Agustina menggunakan rasio likuiditas dan aktivitas sebagai alat ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan membandingkannya dengan menggunakan rasio modal kerja yang ada selama 3 tahun berturut-turut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa posisi keuangan perusahaan menunjukkan kondisi perusahaan yang kurang baik bila dilihat dari kondisi likuiditas perusahaan pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004.
Nasution (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Perkebunan
(26)
Nusantara III (Persero) Medan. Nasution menggunakan rasio likuiditas sebagai alat ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan membandingkannya dengan menggunakan rasio modal kerja yang ada selama 5 tahun berturut-turut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa posisi keuangan perusahaan menunjukkan kondisi perusahaan yang kurang efektif, terutama dilihat dari kondisi likuiditas perusahaan pada tahun 2002, 2005 dan tahun 2006.
B. Pengertian Modal Kerja
Perusahaan atau badan usaha adalah suatu unit ekonomi yang memanfaatkan faktor-faktor produksi berupa bahan baku, teknologi, moda, dan lain-lain untuk diproses menjadi produk lain yang mempunyai daya guna dan nilai guna lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau rumah tangga ekonomi lain. Jadi, perusahaan membutuhkan berbagai faktor produksi untuk menjalankan operasinya dalam upaya mencati tujuan perusahaan.
Modal kerja merupakan salah satu faktor produksi penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal kerja merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, mesin dan lain-lain.
Modal kerja adalah suatu yang termasuk dalam aktiva lancar disini terdiri kas atau bank (cash or bank), investasinya sementara, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka (Purba, 2002:37). Menurut Amin Widjaja (2000:65) modal kerja adalah selisih lebih antara aktiva lancar dan hutang lancar.
(27)
14
Menurut Ridwan dan Barlian (2000:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas / bank, suat berharga yang mudah diuangkan (giro, cek, depisito) piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun atau jangka waktu operasional normal perusahaannya.
Menurut Djarwanto (2001:87), manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah untuk:
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa menurunya aktiva lancar, misalnya adanya kerugian karena turunnya nilai persediaan karena harga merosot.
2. Kemungkinan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan untuk memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti adanya kebakaran, pencurian, dan lain-lain.
5. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan bagi pelanggan.
(28)
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku dan supplier yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
C. Manajemen Modal Kerja
Penggunaan modal kerja yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta berdasarkan pemilihan kebijakan modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan perusahaan membutuhkan kerberanian dari seseorang pimpinan perusahaan dalam menetapkan keputusan untuk keberhasilan perusahaan. Modal kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan yang pada saat likuiditas perusahaan merupakan persyaratan keberhasilan dan kontinuitas perusahaan.
Syahyunan (2004:87) menyatakan bahwa saran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar.
2. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana
dari sumber utang.
Pentingnya manajemen modal kerja menurut Sawir (2005:135) antara lain sebagai berikut:
1. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi perusahaan dari hari ke hari, yang kurang lebih dapat diartikan sebagai manajemen modal kerja.
(29)
16
2. Lebih separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagai bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatiaan yang seksama dari manajer keuangan karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menjalankan bisnis.
3. Keburukan dalam manajemen aktiva lancar dapat mengakibatkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan keputusan strategi dan investasi yang tepat terhadap modal.
4. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa-beli peralatan dan mesin, mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Oleh karena itu, aktiva lancar sangat penting bagi para manajer perusahaan kecil.
5. Adanya hubungan yang langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Peningkatan penjualan juga membutuhkan tambahan persediaan dan mungkin juga tambahan kas. Investasi aktiva lancar hanya memiliki waktu yang relatif singkat dalam pengambilan keputusan.
6. Dalam memberikan kredit, kreditor sangat memperhatikan bagaimana perusahaan mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Kegagalan dalam mengelola akan mempengaruhi perusahaan.
(30)
D. Unsur-unsur Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja dari aktiva lancar (Prawirosentono, 2002:35) yaitu:
1. Kas/Bank
Kas/Bank yakni uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang yang dimiliki perusahaan tetapi telah ditentukan alokasi penggunaannya (misalnya dialokasikan untuk pelunasan utang atau pembelian aktiva tetap) tidak dapat dimasukkan sebagai uang kas.
2. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek yakni investasi sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Investasi jangka pendek berupa deposito di bank, surat berharga berupa saham, obligasi, dan lain sebagainya.
3. Piutang Wesel
Piutang wesel adalah tagihan pihak ketiga berupa wesel yang dapat diperjual belikan.
4. Piutang Dagang
Piutang Dagang adalah tagihan pada pihak lain karena penjualan secara kredit. 5. Persediaan
Persediaan adalah semua barang yang sampai tanggal neraca masih berupa persediaan di gudang.
(31)
18
Piutang Penghasilan/Persediaan yang harus diterima adalah penghasilan yang telah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa, tetapi pembayarannya belum diterima.
7. Uang Muka (advance payment)
Uang muka (advance payment) adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain tetapi belum dinikmati pada periode bersangkutan melainkan pada periode berikutnya.
Unsur-unsur modal kerja dari hutang lancar (Djarwanto Ps, 2001:29) yaitu:
1. Hutang Dagang
Hutang dagang adalah semua pinjaman yang timbul karena barang dagangan atau jasa secara kredit dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun.
2. Wesel Bayar
Wesel bayar merupakan promes tertulis dari pereusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang yang telah ditetapkan.
3. Penghasilan Yang Ditangguhkan
Penghasilan yang ditangguhkan merupakan penghasilan yang diterima lebih dulu dimana penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. 4. Hutang Dividen
Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang diberikan sebagai dividen pada pemegang saham tetapi belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.
(32)
6. Hutang Pajak
Hutang pajak merupakan beban pajak perseroan yang belum dibayar pada saat neraca disusun.
E. Komposisi Modal Kerja
Komposisi modal kerja terdiri dari bagian pokok, (Indriyo&Basri, 2004:35) yaitu:
a. Modal Kerja Permanen (bagian modal kerja yang tetap atau permanen), yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan lancar. Modal kerja permanen terdiri dari:
1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah current asset (aktiva lancar) minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar kontinuitas operasi perusahaan terjamin.
2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya sesuai dengan luas produksi.
b. Modal Kerja yang variabel, yaitu yang jumlahnya tergantung pada fluktuasi aktivitas musiman (seasonal), dan untuk kebutuhan-kebutuhan dan di luar kegiatan rutin. Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan luas usaha produksi.
(33)
20
F.Konsep Modal Kerja
Riyanto (2001:57) menyebutkan bahwa ada beberapa konsep dari modal kerja, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar dan kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas bagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini, modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian, maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjadi likuiditasnya. Oleh karena itu, maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net
(34)
3. Modal Kerja Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapat (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dalam perusahaan adalah yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapat. Ada sebagian dana yang harus digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapat bagi periode tersebut (current
income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut
tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapat untuk periode-periode berikutnya (future income).
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja
Perusahaan yang menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, akan membutuhkan dana yang cukup lebih pihak manajemennya untuk menjamin kontinuitas operasionalnya tersebut. Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi beberapa faktor (Syahyunan, 2004:40) yaitu:
a. Volume penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Apabila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat, demikian sebaliknya.
b. Besar kecinya skala perusahaan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat
(35)
22
luasnya sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja.
c. Aktivitas perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang.
d. Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja.
e. Sikap perusahaan terhadapat likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
H. Rasio Modal Kerja
Analisis dan penafsiran positif keuangan jangka pendek adalah penting bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak luar perusahaan seperti kreditor dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan
(36)
modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dan bunga. Yang termasuk dalam rasio modal kerja adalah:
1. Rasio Likuiditas.
Istilah likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair. Suatu perusahaan dapat dikatakan likuid jika ia mampu membayar hutang jangka pendek tepat pada waktunya, dengan kata lain rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007:301). Menurut Riyanto (2001:332) yang temasuk dalam rasio likuiditas adalah:
a. Current Ratio
Rasio yang umum digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah rasio lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
100% x Lancar Hutang
Lancar Aktiva
Ratio Current
b. Acid Test Ratio
Rasio ini sering disebut juga sebagai Quick Ratio yaitu perbandingan antar (aktiva lancar – persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (Quick Assets).
100% x Lancar Hutang
Piutang Efek
Kas
Ratio Test Acid
(37)
24
c. Cash Ratio
Rasio kas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang akan segera dipenuhi dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
100% x Lancar Hutang Efek Kas Ratio Cash
d. Working Capital to Total Assets Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih (neto).
Aktiva Jumlah lancar Hutang -Lancar Aktiva Ratio Assets Total to Capital Working x100%
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya (Harahap, 2007:308). Menurut Riyanto (2001:334) yang termasuk dalam rasio aktivitas adalah:
a. Receivable Turn Over Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Piutang rata -Rata Bersih Kredit Penjualan ReceivableTurnOverRatio
b. Inventory Turn Over Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari persediaan dan tendensi untuk adanya over stock.
(38)
Persediaan rata -Rata Penjualan Pokok Harga Ratio Over Turn Inventory
c. Working Capital Turn Over Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal kerja netto berputar dalam suatu periode siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Lancar Hutang -Lancar Aktiva Bersih Penjualan Ratio Over Turn Capital Working
d. Total Assets Turn OverRatio
Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemempuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
Aktiva Jumlah Bersih Penjualan Ratio Over Turn Assets Total
e. Average Collection Periode Ratio
Rasio ini menunjukkan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Kredit Penjualan 360 x Rata -Rata Piutang Ratio Periode Collection Average
f. Average Day’s Inventory Ratio
Rasio ini menunjukkan periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di gudang.
Penjualan Pokok Harga x360 Persediaan Rata -Rata 'sInventoryRatio Day
(39)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Perusahaan Perkebunan di Indonesia
Berikut ini nama-nama perusahaan perkebunan di Indonesia yang penulis gunakan sebagai pembanding dengan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Adapun nama-nama perusahaan tersebut adalah:
Kode Profil Perusahaan
AALI Nama : PT. Astra Agro Lestari, Tbk Tanggal Berdiri : 3 Agustus 1988
Tanggal Listing : 9 Desember 1977
Alamat : Jl.Pulo Ayang Raya Blok OR No.1 Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta
UNSP Nama : PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk Tanggal Berdiri : 17 Mei 1911
Tanggal Listing : 6 Maret 1990
Alamat : Wisma Bakrie 2 Lnt.15 Jl.H.R. Rasuna Said Kav.B-2. Jakarta 12920
SMAR Nama : PT. SMART, Tbk
Tanggal Berdiri : 18 Juni 1963 Tanggal Listing : 20 November 1992
Alamat : BII Tower, 28th – 31st Floor Jl.MH.Thamrin No.51 Jakarta 10350
TBLA Nama : PT. Tunas Baru Lampung, Tbk Tanggal Berdiri : 22 Desember 1973
Tanggal Listing : 14 Februari 2000
Alamat : Jl.H.R.Rasuna Said Kav.C-6 Wisma Budi Lnt.8 – 9 Jakarta 12940
B. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk adalah sebuah perusahaan yang didirikan pada tahun 1906 oleh Harison dan Crossfield Plc (H&C). Perusahaan perkebunan dan perdagangan ini berbasis di London. Perkebunan London Sumatera yang kemudian dikenal dengan nama LONSUM
(40)
berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka didunia dengan sejarah yang panjang. Didalam perjalanannya PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera tetap bertahan dengan melalui tahun-tahun yang penuh ketidakpastian diantarnya telah melewati perang dunia ke II, revolusi kemerdekaan Indonesia ditahun 40-an, serta gejolak di era pembentukan negara republik yang baru di dasawarsa 50-an termasuk antara lain dalam nasionalisasi perusahan milik asing di Indonesia pada tahun 60-an dan belum lama ini perseroan berhasil mengatasi krisis keuangan dan ekonomi terburuk yang pernah melanda kawasan dunia diakhir tahun 90-an.
Ditinjau dari aspek legalitasnya PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No. 93 tanggal 18 Desember 1962 yang diubah dengan akta No. 20 tanggal 9 September 1963. Akta pendirian ini sisahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A5/121/20 tanggal 14 September 1963 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 18 tanggal 8 Oktober 1963, tambahan No. 531. Anggaran dasar perusahan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir adalah berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH No. 74 tanggal 20 September 2000 mengenai penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu dan Peraturan Pemerintah No. 15 tanggal 25 Februari 1999 tentang bentuk-bentuk tagihan tertentu yang dapat dikompensasikan sebagai setoran saham yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan No. C-08432 HT. 01. 04. TH. 2001 tanggal 14 September 2001 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 450 tanggal 2 Juli 2002, tambahan No. 53. Berdasarkan Akta
(41)
28
Notaris No. 21 Machrani Moertolo Soenarto, SH tanggal 8 Januari 2003, PT. Multi Agro Kencana Prima telah meningkatkan modal dasar dari Rp. 1000 menjadi Rp. 50.000, modal ditempatkan dan disetor dari Rp. 250 manjadi Rp. 16.000 dan nilai nominal saham dari Rp. 1000 menjadi Rp. 64.000. Akta Notaris tersebut sedang dalam proses pengesahan oleh Menteri Kehakiman Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Pada tahun 1994, Harrisons dan Crossfield menjual seluruh saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera kepada PT Pan London Sumatera Plantation (PPLS), yang membawa PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera
go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarata dan Surabaya pada
tahun 1996. Sejak itu, PT. Perusahan Perkebunan London Sumatera terus mengembangkan bisnis perkebunannya di Indonesia dengan mengandalkan pada kemampuan manajemen, kebun yang produktif, lahan yang luas serta struktur biaya yang relatif kompetitif dengan fokus pada komoditas kelapa sawit, inti sawit, dan karet.
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera mengelola perkebunan karet, kopi, kakao, dan teh di era sebelum perang dunia. Dari tahun 50-an sampai 70-an PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera memfokuskan pada tanaman karet sebagai komoditas utama yang selanjutnya memasuki pertengahan tahun 80-an diversifikasi ke t80-anam80-an kelapa sawit mulai dilakuk80-an y80-ang mengg80-antik80-an tanaman karet sebagai komuditas utama pada pergantian abad yang terakhir ini. Disamping mengelola pekebunannya sendiri, PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera juga mengelola perkebunan diatas tanah yang dimiliki petani kecil (Perkebunan Plasma) sesuai dengan pola perkebunan inti plasma yang dipilih
(42)
pada saat perusahaan melakukan ekspansi perkebunan di Sumatera Selatan dan sebagian kecil di Sulawesi dan Kalimantan pada tahun 1994. Pengelolaan perkebunan plasma ini akan diserah terimakan pada para petani pada saat perkebunan plasma ini siap menghasilkan.
Program ekspansi PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera yang berawal pada tahun 1994 dan direncanakan untuk memperluas perkebunannya sebanyak 113.750 hektar di Sulawesi dan Kalimantan serta mengembangkan perkebunan seluas 36.371 hektar di Sumatera Selatan dan Sulawesi. Luas total perkebunannya pada tahun 2000 sebesar 205.000 hektar. PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera yang aktifitasnya mencakup perkebunan kelapa sawit, karet, kopi dan teh adalah salah satu perusahaan perkebunan yang terkemuka di Indonesia. Pada Desember 2000, PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera telah melakukan penanaman kelapa sawit seluas 38.163 hektar, karet seluas 15.879 hektar, dengan 17 pabrik dan sejumlah kawasan yang masih mungkin untuk pembangunan.
Sampai saat ini PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera mengelola 40 anak perusahaan yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang bergerak di bidang indusri perkebunan dengan menanam dan memelihara tanaman kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, teh dan kopi. Mengolah hasil perkebunan tersebut dan menjual hasilnya di dalam maupun luar negeri. Kegiatan operasional PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera mencakup pengelolaan perkebunan dari tahap pengembangan hingga tahap produksi, pengoperasian pabrik pengolahan minyak sawit dan produk turunan sawit, karet, kakao, kopi dan teh. Selain itu, PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera
(43)
30
juga mengoperasikan fasilitas penelitian dan pengembangan yang berkonsentrasi pada kegiatan pembibitan dan persemaian, proteksi tanaman serta pengendalian dampak lingkunan dan pencapaian proses pengembangan yang berkelanjutan.
Perkebunan kelapa sawit merupakan lahan usaha PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera terbesar, dengan luas areal 41.870 hektar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Perkebunan karet meliputi lahan seluas lebih dari 17.600 hektar terutama terletak di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulewesi Selatan. Perkebunan kakao mencakup areal seluas kurang lebih 4.400 hektar dari lahan yang ditanami dan perkebunan teh seluas hampir 600 hektar di Jawa Barat. Lebih dari 85 persen keseluruhan areal perkebunan karet, kakao dan teh berada pada tahap menghasilkan. Sementara 27.359 hektar perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah tertata rapi. Sisanya seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa sawit yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk adalah struktur organisasi garis atau Line Organization yang menggambarkan pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab serta wewenang di dalam perusahaan secara vertikal serta mencerminkan hubungan antara departemen secara horizontal. Berikut ini akan dijelaskan tentang tugas dan wewenang masing-masing bagian yang terdapat didalam PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk .
(44)
1. Dewan Komisaris (Board of Commissioner)
Dewan Komisaris adalah posisi yang tertinggi dalam struktur organisasi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Tbk. Posisi ini dikuasai oleh pemegang saham yang pengangkatannya ditunjuk atau disahkan oleh para pemegang saham.
Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:
a. Mengawasi pekerjaan direksi.
b. Berhak memeriksa dokumen kantor, gedung dan kekayaan perusahaan.
c. Meminta berbagai keterangan dari direksi yang berkenaan dengan kepentingan perseroan.
d. Berhak memeriksa keuangan perusahaan.
e. Berhak atas beban perusahaan serta meminta bantuan ahli untuk melakukan pemeriksaan.
f. Berhak meminta agar Presiden Direktur memanggil para persero untuk menyelenggarakan rapat.
g. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan dan program kerja tahunan yang diajukan Presiden Direktur.
h. Menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaan kekayaan menurut cara pandang yang baik.
2. Presiden Direktur (President Director)
Presiden Direktur adalah pemimpin tertinggi yang berkuasa penuh terhadap perusahaan dengan berkewajiban mengawasi pekerjaan para direktur. Bagian ini bertanggung jawab terhadap semua kegiatan perusahaan yang mana
(45)
32
kegiatan tersebut dikerjakan oleh beberapa direktur. Presiden Direktur berkewajiban mempertanggung jawabkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan kepada Dewan Komisaris.
Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah a. Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam pelaksanan perusahaan.
b. Mencatat strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
c. Merencanakan dan mengendalikan kebijaksanan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran belanja dan biaya perusahaan. 3. Presiden Konsultan
Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden Konsultan adalah a. Melakukan evaluasi terhadap tugas inspektor.
b. Melakukan pengontrolan data perkebunan. c. Bertanggung jawab terhadap bidang tanaman.
d. Mengevaluasi cara kerja para pegawai dan staf yang meneliti tanaman. 4. Deputy Director
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Deputy Director adalah
a. Mengadakan perancangan tenaga kerja, training, kenaikan pangkat sampai pada masalah pemberhentian maupun pensiun.
b. Mengurus segala urusan sekretariat, pengaturan perjalanan tamu-tamu perusahan, tiket, akomodasi dan lain-lain.
c. Mengurus hal yang berhubungan dengan hukum agraria, perizinan dan keamanan.
(46)
5. Production Director
Wewenang dan tanggung jawab dari Production Director adalah
a. Bertugas dan bertanggung jawabatas perencanaan, pengaturan bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi.
b. Memenuhi pekerjaan yang dilaksanakan oleh bagian produksi. 6. Account Director
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Account Director adalah a. Merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal pengadaan
atau pengumpulan dana agar tidak terjadi suatu pemborosan atau penggunaan yang tidak tepat.
b. Mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus dana masuk dan dana keluar.
c. Mengawasi dan mengatur karyawan bagian keuangan. 7. Baklies Research Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Baklies Research Section adalah a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan.
b. Meneliti dan mengadakan percobaan-percobaan terhadap tanah, dan bibit. 8. Seed Production Section
Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti sawit, coklat dan karet baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
9. Tissue Culture
Adapun wewenamg dan tanggung jawab dari Tissue Culture adalah a. Melakukan pengembangan bibit dengan menggunakan kultur jaringan. b. Melakukan penelitian terhadap bibit-bibit tersebut.
(47)
34
10. Dev. Officer
Bertanggung jawab terhadap lahan yang akan digunakan untuk penanaman bibit.
11. Inspectorate
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Inspectorate adalah a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan. b. Mengadakan percobaan-percobaan terhadap tanah, bibit dan lain-lain. 12. Estates Departement
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Estates Departement adalah a. Membuat laporan bulanan dan tahunan.
b. Memperkirakan pengeluaran tahunan.
c. Menunjukkan hasil panen bulanan dan tengah bulanan. d. Membuat laporan rutin ke pemerintah.
e. Membuat perbandingan harga tiap bulan. f. Mengatur pemakaian modal.
13. Personal Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Personal Section adalah a. Mendokumentasikan kartu dan berkas staf dan pegawai.
b. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian satf, pegawai dan buruh.
c. Mempersiapkan dokumen dan izin yang diperlukan baik untuk karyawan maupun pihak luar.
d. Memeriksa dan mengontrol rekening pengobatan pada klinik-klinik perusahaan.
(48)
14. Public Relation
Wewenang dan tanggung jawab dari Public Relation adalah
a. Sebagai utusan atau perwakilan perusahaan untuk menghadiri undangan baik dari perusahaan maupun relasi.
b. Mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang diadakan oleh perusahaan.
15. General and Home Affect
Menangani dan mengendalikan masalah dan gangguan yang terjadi di rumah atau dimana saja dari para Dewan Komisaris, Presiden Direktur dan Direktur.
16. Drafting Section
Membuat gambar bangunan dan pabrik serta membuat peta-peta kebun. 17. Commodity Section
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Commodity Section adalah a. Menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi .
b. Mengirimkan pesanan konsumen melalui kapal-kapal yang digunakan untuk mengantar ke negara pengimpor.
c. Mengurus segala administrasi yang diperlukan dalam pengeksporan barang atau penjualan produk seperti biaya distribusi, transportasi dan lain-lain.
18. Data Collection Section
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Data Collection Section adalah
a. Mengumpulkan jurnal-jurnal pembukuan di seluruh kebun. b. Mengelompokkan pos pada pembukuan dan penomoran.
(49)
36
c. Memeriksa kebenaran transaksi dari kebun. 19. Data Validation Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Data Validation Section adalah a. Menyusun data dan memasukkannya kedalam aplikasi komputer. b. Menyusun laporan keuangan bulanan, semester dan akhir tahun. 20. Information System
Mengeluarkan hasil-hasil accounting yang diproses melalui komputer dan
memprogram sistem komputer yang terbaru untuk seluruh bagian di perusahaan. 21. Internal Audit
Memeriksa penyelewengan yang terjadi terhadap aktivitas-aktivitas di seluruh perkebunan dan kantor.
22. Taxation
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Taxation adalah
a. Mempersiapkan serta menghitung besarnya pajak yang ditanggung oleh perusahaan serta pajak yang ditanggung oleh karyawan.
b. Menyiapkan dan mengajukan karyawan memasuki ASTEK. c. Mengurus JAMSOSTEK staf dan karyawan.
(50)
D. Laporan Keuangan Perusahaan
Tabel 3.1
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Utara, Tbk. Laporan Neraca
Per 31 Desember 2003 sampai dengan 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama
Rekening 2003 2004 2005 2006 2007
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas 109.008 102.845 215.137 152.292 257.054
Investasi Jk. Pendek 115.977 387.463 - - -
Piutang Usaha:
- Pihak Ketiga 36.200 22.489 52.028 50.207 43.300
Piutang Lain-Lain:
- Pihak Ketiga 6.526 9.228 23.303 15.554 17.079
Persediaan 65.231 88.439 80.915 142.495 130.336
Uang Muka 12.177 11.319 32.021 26.589 76.529
Pajak dibayar dimuka 5.956 7.578 3.506 7.356 13.747 Biaya dibayar dimuka 6.561 3.980 8.155 3.019 1.390 Jumlah Aktiva Lancar 357.636 633.341 415.065 397.512 539.735
AKTIVA TIDAK LANCAR
Piutang hubungan
istimewa 21.070 22.101 8.517 22.103 6.231
Piutang plasma 113.878 77.765 45.239 69.432 75.083
Tanaman perkebunan:
Tanaman telah
menghasilkan 312.878 437.949 446.989 671.495 671.791
Tanaman belum
menghasilkan 375.054 295.126 345.664 495.690 693.347
Aktiva tetap 324.059 436.908 466.379 826.690 882.595
Biaya tangguhan 106.102 106.172 107.280 117.654 114.561 Aktiva Lain-lain 75.318 10.096 527.797 1.757 1.869 Jumlah Aktiva
tidak Lancar 1.328.445 1.386.117 1.947.865 2.204.661 2.445.447
JUMLAH AKTIVA 1.686.081 2.019.458 2.362.930 2.602.173 2.985.212
KEWAJIBAN LANCAR
Wesel bayar 357.600 338.600 - - -
Hutang usaha 23.258 23.473 32.693 45.624 43.567
Hutang lain-lain:
Pihak ketiga 3.980 1.751 23.890 20.561 13.749
Pihak yg memiliki
hubungan istimewa 24.147 16.986 12.784 - -
Uang muka penjualan 14.486 37.912 14.831 33.730 71.662
(51)
38
Biaya yang masih
harus dibayar 214.040 249.884 241.100 162.453 153.108
Hutang bank 1.110.219 1.054.614 95.388 101.579 173.709 Surat hutang
wajib konversi - - 405.093 405.092 405.092
Kewajiban manfaat
pensiun 10.059 12.633 13.818 - -
Jumlah Kewajiban
Lancar 1.760.916 89.841 868.810 784.121 933.191
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Hutang Bank 1.138 12.633 565.379 488.012 466.856 Kewajiban pajak
tangguhan 79.855 89.841 77.135 89.945 97.585
Kewajiban imbalan
kerja - - - 115.158 141.679
Kewajiban manfaat
pensiun 55.375 66.130 82.393 - -
Jumlah Kewajiban
Tidak Lancar 136.368 168.604 724.907 693.115 706.120
EKUITAS
Modal Saham 242.807 242.807 547.615 547.615 547.615
Tambahan modal
disetor 5.593 5.593 617.648 617.648 617.648
Akumulasi
penyelesaian nilai
wajar investasi 158 4.388 - - -
Saldo laba yang telah ditentukan
penggunanaannya 1.238 1.238 1.238 1.328 3.238 Saldo rugi/laba (460.999) (150.090) (397.288) (41.564) 177.400 Jumlah Ekuitas (211.203) 103.936 769.213 1.124.937 1.345.901
JUMLAH
KEWAJIBAN DAN
EKUITAS 1.686.081 2.019.458 2.362.930 2.602.173 2.985.212 Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
(52)
Tabel 3.2
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk. Laporan Laba/Rugi
Per 31 Desember 2003 sampai dengan 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama
Rekening 2003 2004 2005 2006 2007
Penjualan bersih 1.98.056 1.256.785 1.654.294 1.832.860 2.148.413 Beban pokok
penjualan 711.019 867.395 1.119.741 1.300.825 1.596.085
Laba kotor 387.037 398.390 534.553 532.035 552.328
Beban usaha
Beban penjualan 10.140 6.148 16.509 28.653 23.588 Beban umum dan
administrasi 50.530 70.139 58.828 58.307 74.092
Jumlah beban usaha 60.670 76.287 75.337 86.960 97.680
Laba usaha 326.367 313.103 459.216 445.075 454.648
Pendapatan/ (beban) lain-lain
Keuntungan/(kerugian) penjualan selisih kurs-
bersih 249.908 67.636 (45.471) (20.018) 32.989
Keuntungan/(kerugian) penjualan aktiva
tetap –bersih (105) 5.202 1.134 (4.455) 3.700
Pendapatan bunga 5.912 4.084 3.307 4.247 4.133
Beban bunga dan
keuangan (3.093) (4.603) (80.709) 73.318) (74.985)
Penyisihan dan Penghapusan piutang tak tertagih atas pihak- pihak yang memiliki
hub. istimewa (35.900) 16.772) (11.500) (22.115) -
Kompensasi bonus - - (43.063) 43.063 -
Penghapusan piutang
plasma (5.615) (7.633) - - -
Pendapatan dari
Pendanaan plasma 8.567 - - -
Penurunan nilai
aktiva - (19.097) - - -
Kerugian penjualan investasi pada perusahaan anak
Lain-lain bersih (30.940) - (108.827) 3.925 9.477 (45.051) Jumlah pendapatan/
(beban) lain-lain bersih 188.734 10.694 (101.586) (71.133) (24.686)
Laba sebelum pajak
(53)
40
Beban pajak
Penghasilan 20.774 (12.888) 12.706 (18.218) (126.857)
Laba dari aktivitas
normal 494.327 310.909 - - -
Pos luar biasa - - 310.909 - -
Keuntungan /kerugian restrukturisasi sewa una usaha pembiaya-
an 6.162 - - - -
Laba /(rugi) bersih 500.489 310.909 (247.198) 355.724 303.105
Laba /(rugi) bersih per saham dasar
1.030 640 (297) 261 222 Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
(54)
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Analisis Perbandingan Modal Kerja dari Tahun 2003 sampai Tahun 2007 Laporan keuangan yang disajikan oleh PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk, sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum di Indonesia yaitu prinsip akuntan yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Pemerintah yang lain yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan perusahaan perkebunan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Bab III maka dapat dilakukan suatu analisis modal kerja Bersih (Net Working Capital) mulai tahun 2003 sampai tahun 2007 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Perbandingan Modal Kerja Bersih
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan di Indonesia
Periode Tahun 2003-Tahun 2004 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Uraian PT. PP
Lonsum Tbk
Industri Perkebunan
2003 Aktiva Lancar 357.636 489.111
Hutang Lancar 1.760.916 618.175
Modal Kerja (1.403.280) (129.064)
2004 Aktiva Lancar 633.341 749.770
Hutang Lancar 1.746.918 835.653
Modal Kerja (1.113.577) (85.883)
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah aktiva lancar tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp. 275.705 bila dibandingkan dengan tahun 2003
(55)
42
sedangkan hutang lancarnya mengalami penurunan sebesar Rp. 13.998. Perbedaan kenaikan dan penurunan aktiva lancar serta hutang lancar menyebabkan modal kerja bersih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk mengalami perubahan sebesar Rp. 289.703. Pada tahun 2003 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 1.403.280 dan tahun 2004 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 1.113.577. Kekurangan modal kerja ini dikarenakan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk lebih mengorientasikan kegiatan operasional seperti pengembangan tanaman perkebunan yang berumur diatas 1 tahun atau dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari penempatan dana pada pos-pos aktiva tidak lancar.
Pada tahun 2003 Industri Perkebunan di Indonesia juga mengalami kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 129.064 dan pada tahun 2004 mengalami kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 85.883. Tetapi kekurangan modal kerja bersih yang terjadi pada Industri Perkebunan di Indonesia jumlahnya diatas PT.Perusahan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Hal ini dikarenakan Industri Perkebunan di Indonesia lebih baik dalam mengelola modal kerja dari pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Kurangnya modal kerja tersebut diakibatkan karena pada laporan keuangan perusahaan terlihat dengan jelas bahwa perusahaan memiliki jumlah hutang lancar yang jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman bila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar 1:1.
(56)
Tabel 4.2
Perbandingan Modal Kerja Bersih
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan di Indonesia
Periode Tahun 2004-Tahun 2005 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Uraian PT. PP
Lonsum Tbk
Industri Perkebunan
2004 Aktiva Lancar 633.341 749.770
Hutang Lancar 1.746.918 835.653
Modal Kerja (1.113.577) (85.883)
2005 Aktiva Lancar 415.065 703.597
Hutang Lancar 868.810 476.944
Modal Kerja (453.745) 226.653
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah aktiva lancar tahun 2005 mengalami penurunan sebesar Rp. 218.276 bila dibandingkan dengan tahun 2004 sedangkan hutang lancarnya mengalami penurunan sebesar Rp. 878.108. Akibat adanya penurunan aktiva lancar serta hutang lancar menyebabkan modal kerja bersih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk mengalami perubahan sebesar Rp. 659.832. Pada tahun 2004 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 1.113.577 dan tahun 2005 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 453.745. Kurangnya modal kerja tersebut diakibatkan karena pada laporan keuangan perusahaan terlihat dengan jelas bahwa perusahaan memiliki jumlah hutang lancar yang jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar. Besarnya jumlah hutang lancar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar dikarenakan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk lebih mengorientasikan kegiatan operasional seperti pengembangan tanaman perkebunan yang berumur diatas
(57)
44
1 tahun atau dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari penempatan dana pada pos-pos aktiva tidak lancar. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman bila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar 1:1.
Pada tahun 2005 Industri Perkebunan di Indonesia mengalami kelebihan modal kerja bersih sebesar Rp. 226.653. Ini berarti bahwa jumlah aktiva lancar yang dimiliki Industri Perkebunan di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancar sehingga perusahaan dapat menutupi hutang lancarnya. Hal ini dikarenakan Industri Perkebunan di Indonesia dapat mengelola modal kerjanya dengan efektif.
Tabel 4.3
Perbandingan Modal Kerja Bersih
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan di Indonesia
Periode Tahun 2005-Tahun 2006 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Uraian PT. PP
Lonsum Tbk
Industri Perkebunan
2005 Aktiva Lancar 415.065 703.597
Hutang Lancar 868.810 476.944
Modal Kerja (453.745) 226.653
2006 Aktiva Lancar 397.512 946.160
Hutang Lancar 784.121 623.213
Modal Kerja (386.609) 313.497
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah aktiva lancar tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp. 17.553 bila dibandingkan dengan tahun 2005 sedangkan hutang lancarnya mengalami penurunan sebesar Rp. 84.689. Akibat adanya penurunan aktiva lancar serta hutang lancar menyebabkan modal kerja bersih
(58)
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk mengalami perubahan sebesar Rp. 67.136. Pada tahun 2005 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 453.745 dan tahun 2006 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 386.609. Kurangnya modal kerja tersebut diakibatkan karena pada laporan keuangan perusahaan terlihat dengan jelas bahwa perusahaan memiliki jumlah hutang lancar yang jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar. Besarnya jumlah hutang lancar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar dikarenakan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk lebih mengorientasikan kegiatan operasional seperti pengembangan tanaman perkebunan yang berumur diatas 1 tahun atau dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari penempatan dana pada pos-pos aktiva tidak lancar. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman bila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar 1:1.
Pada tahun 2005 Industri Perkebunan di Indonesia mengalami kelebihan modal kerja bersih sebesar Rp. 226.653 dan pada tahun 2006 mengalami kelebihan modal kerja bersih sebesar Rp. 313.947. Ini berarti bahwa jumlah aktiva lancar yang dimiliki Industri Perkebunan di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancar sehingga perusahaan dapat menutupi hutang lancarnya. Hal ini dikarenakan Industri Perkebunan di Indonesia dapat mengelola modal kerjanya dengan efektif.
(59)
46
Tabel 4.4
Perbandingan Modal Kerja Bersih
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan di Indonesia
Periode Tahun 2006-Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Uraian PT. PP
Lonsum Tbk
Industri Perkebunan
2006 Aktiva Lancar 397.512 946.160
Hutang Lancar 784.121 623.213
Modal Kerja (386.609) 313.497
2007 Aktiva Lancar 539.735 1.146.421
Hutang Lancar 933.191 673.042
Modal Kerja (393.456) 473.379
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah aktiva lancar tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 142.223 bila dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan hutang lancarnya mengalami peningkatan sebesar Rp. 149.070. Akibat adanya peningkatan aktiva lancar serta hutang lancar menyebabkan modal kerja bersih PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk mengalami perubahan sebesar Rp. 6.847. Pada tahun 2006 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 386.609 dan tahun 2007 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp. 393.456. Kurangnya modal kerja tersebut diakibatkan karena pada laporan keuangan perusahaan terlihat dengan jelas bahwa perusahaan memiliki jumlah hutang lancar yang jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar. Besarnya jumlah hutang lancar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar dikarenakan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk lebih mengorientasikan kegiatan operasional seperti pengembangan tanaman perkebunan
(60)
yang berumur diatas 1 tahun atau dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari penempatan dana pada pos-pos aktiva tidak lancar. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman bila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar 1:1.
Pada tahun 2006 Industri Perkebunan di Indonesia mengalami kelebihan modal kerja bersih sebesar Rp. 313.947 dan pada tahun 2007 mengalami kelebihan modal kerja bersih sebesar Rp. 473.379. Ini berarti bahwa jumlah aktiva lancar yang dimiliki Industri Perkebunan di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancar sehingga perusahaan dapat menutupi hutang lancarnya. Hal ini dikarenakan Industri Perkebunan di Indonesia dapat mengelola modal kerjanya dengan efektif.
Pengelolaan modal kerja yang terjadi pada PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dapat menimbulkan masalah yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang lancar dengan aktiva lancarnya seperti yang terlihat dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Hal ini diakibatkan karena perusahaan tidak mampu mengelola modal kerja dengan efektif sehingga dengan kondisi yang demikian perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang tidak likuid.
B. Analisis dan Evaluasi Rasio Modal Kerja 1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Persamaan yang digunakan untuk menghitungnya adalah 100%
x Lancar Hutang
Lancar Aktiva
Lancar
(61)
48
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diperoleh Rasio Lancar seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Perbandingan Rasio Lancar
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk dengan Industri Perkebunan di Indonesia
Periode Tahun 2003 sampai Tahun 2007 (dalam jutaaan rupiah)
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Rasio Industri Perkebunan 2003 357.636 1.760.916 20,30% 79,12% 2004 633.341 1.746.918 36,25% 89,72% 2005 415.065 868.810 47,75% 147,52% 2006 397.512 784.121 50,70% 151,81% 2007 539.735 933.191 57,83% 170,33% Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rasio lancar perusahaan pada tahun 2003 adalah sebesar 20,30% atau 0,20 kali, ini berarti setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,20 aktiva lancar, yaitu hutang lancar sebesar Rp. 1.760.916 dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 357.636. Pada tahun 2004 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 36,25% atau 0,36 kali, ini berarti setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,36 aktiva lancar, yaitu hutang lancar sebesar Rp. 1.746.918 dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 633.341.
Tahun 2005 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 47,77% atau 0,47 kali, ini berarti setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,47 aktiva lancar, yaitu hutang lancar sebesar Rp. 868.810 dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 415.065. Pada tahun 2006 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 50,70% atau 0,50 kali, ini berarti setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,50 aktiva lancar, yaitu hutang
(1)
Tahun
2004 =
x
100%
835.653
191.626
-770
.
749
= 66,79%
Tahun 2005
=
x
100%
476.944
252.104
-597
.
703
= 94,66%
Tahun
2006 =
x
100%
213
.
623
269.065
-160
.
946
= 108,64%
Tahun
2007 =
x
100%
673.042
406.228
-421
.
146
.
1
= 109,97%
3.
Rasio Kas
Dalam Jutaan Rupiah
Perusahaan Tahun Kas Efek Hutang Lancar
PT. Astra Agro Lestari, Tbk 2003 203.289 - 425.689
2004 970.156 - 1.028.286
2005 316.665 9.333 407.551
2006 411.218 5.000 801.811
2007 344.288 - 800.455
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk 2003 22.638 - 200.299
2004 32.407 - 175.423
2005 14.271 24.943 134.141
2006 87.23 200.000 189.279
2007 332.372 200.000 217.383
PT. SMART, Tbk 2003 129.573 2.106 1.527.299
2004 115.211 2.206 1.884.607
2005 383.354 1.906 1.030.584
2006 323.764 12.878 1.089.632
2007 108.871 71.739 1.132.320
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 2003 14.032 - 319.415
2004 17.169 - 254.298
2005 17.939 - 335.537
(2)
100%
x
Lancar
Hutang
Efek
Kas
Kas
Rasio
Tahun
2003 =
175
.
618
106
.
2
383
.
92
x 100%
= 15,28%
Tahun
2004 =
653
.
835
106
.
2
735
.
283
x 100%
= 34,20%
Tahun
2005 =
944
.
476
061
.
12
057
.
183
x 100%
= 40,91%
Tahun
2006 =
213
.
623
372
.
82
451
.
243
x 100%
= 52,28%
Tahun
2007 =
042
.
673
869
.
135
482
.
251
x 100%
(3)
B. Rasio Aktivitas
1. Rasio Perputaran Piutang
Dalam Jutaan Rupiah
Perusahaan TahunPenjualan Kredit
Bersih Rata-rata Piutang
PT. Astra Agro Lestari, Tbk 2003 1.736.898 -
2004 3.472.524 50.624,5
2005 3.370.936 78.460,5
2006 1.857.589 75.545,5
2007 2.392.983 40.106,5
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk 2003 457.221 -
2004 696.447 20.195
2005 883.309 28.659,5
2006 1.180.622 51.024
2007 267.321 63.100
PT. SMART, Tbk 2003 974.611 -
2004 1.018.012 134.438
2005 4.656.674 142.305
2006 4.708.250 139.027
2007 1.141.728 131.049
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 2003 715.576 -
2004 1.191.009 90.575,5
2005 1.220.635 74.581
2006 1.193.998 61.525,5
2007 1.844.206 78.687
Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
Piutang
rata
-Rata
Bersih
Kredit
Penjualan
Piutang
Perputaran
Rasio
Tahun
2004 =
5
,
260
.
135
498
.
594
.
1
= 11,78 kali
Tahun
2005 =
75
,
001
.
81
5
,
888
.
532
.
2
= 31,26 kali
Tahun 2006
=
25
,
336
.
73
75
,
114
.
235
.
2
(4)
Tahun
2007 =
236
.
78
5
,
559
.
411
.
1
= 18,04 kali
2.
Rasio Perputaran Persediaan
Dalam Jutaan Rupiah
Perusahaan Tahun Harga Pokok
Penjualan
Rata-rata Persediaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk 2003 1.081.669 -
2004 1.946.570 170.060,5
2005 1.907.582 168.234
2006 1.108.822 182.305
2007 1.253.358 212.430,5
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk 2003 301.537 -
2004 433.122 29.491
2005 575.764 32.189
2006 769.679 47,970
2007 168.071 70,133
PT. SMART, Tbk 2003 801.627 -
2004 823.661 444.424,5
2005 3.934.352 549.266
2006 3.853.587 673.367
2007 835.969 784.024,5
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 2003 573.771 -
2004 962.428 122.446
2005 989.612 137.771
2006 931.578 138.696
2007 1.401.539 283.998,5
Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
Persediaan
rata
-Rata
Penjualan
Pokok
Harga
Persediaan
Perputaran
Rasio
Tahun
2004
=
5
,
605
.
191
5
,
452
.
041
.
1
=
5,43 kali
Tahun
2005
=
865
.
221
5
,
827
.
851
.
1
(5)
Tahun
2006
=
5
,
584
.
260
5
,
916
.
665
.
1
=
6,40 kali
Tahun
2007
=
647
.
337
734
.
914
=
2,70 kali
3. Rasio Perputaran Modal Kerja
Dalam Jutaan Rupiah
Perusahaan TahunPenjualan Bersih
Aktiva Lancar
Hutang Lancar PT. Astra Agro Lestari, Tbk 2003 1.736.898 492.269 425.689
2004 3.472.524 1.243.319 1.028.286
2005 3.370.936 691.345 407.551
2006 1.857.589 792,581 801.811
2007 2.392.983 816.618 800.455
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk 2003 457.221 102.059 200.299
2004 696.447 182.806 175.423
2005 883.309 280.151 134.141
2006 1.180.622 671.585 189.279
2007 267.321 1.139.565 217.383
PT. SMART, Tbk 2003 974.611 1.042.019 1.527.299
2004 1.018.012 1.171.288 1.884.607
2005 4.656.674 1.490.234 1.030.548
2006 4.708.250 1.657.615 1.089.632
2007 1.141.728 1.647.773 1.132.320
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 2003 715.576 320.099 319.415
2004 1.191.009 401.672 254.298
2005 1.220.635 352.675 335.537
2006 1.193.998 662.858 448.131
2007 1.844.206 981.727 542.010
Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2008)
Lancar
Hutang
-Lancar
Aktiva
Bersih
Penjualan
Kerja
Modal
Perputaran
Rasio
Tahun
2003 =
175
.
618
111
.
489
5
,
076
.
971
(6)