Pengertian Aplikasi Arsitektur Client-Server

9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Aplikasi

Aplikasi adalah program yang ditulis oleh pemrogram komputer untuk memecahkan suatu masalah tertentu dengan menggunakan bahasa pemrograman. Jogiyanto, 2000: 360

2.2 Manajemen dan Keluhan Pelanggan User

Pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan terhadap suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produk jasa. Oleh karena itu perusahaan harus berperan aktif dalam menjaga hubungan dengan pelanggan. Dalam hal ini perusahaan perlu mengadakan pengelolaan atau manajemen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, di antaranya dalam pelayanan penawaran produk jasa maupun penanganan keluhan pelanggan.

2.2.1 Definisi Manajemen

Penyelarasan antara penawaran dan permintaan yang berubah- ubah selalu menjadi tantangan serius yang dihadapi setiap perusahaan yang berkecimpung dalam industri jasa. Maka solusi dalam mengatasi masalah ini adalah dengan manajemen tingkat permintaan dan kepastian penawaran pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya. Berikut ini merupakan beberapa definisi manajemen, yaitu : Amirullah dan Rindyah, 2002: 4 9 10 1 “Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”. [R.Terry] . 2 “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan” [James F.Stoner] Dengan demikian istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Amirullah dan Rindyah, 2002: 4-5 Gambar berikut ini menjelaskan pengertian dari manajemen. Gambar 2.1 Pemahaman Manajemen Amirullah dan Rindyah. 2002 : 5 Perencanaan Efektif Anggota Pengorganisasian Manajemen Tujuan

2.2.2 Manajemen Keluhan Pelanggan

Menurut Schnaars 1991, pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Fandy dan Gregorius, 2007: 199 Di satu sisi, beberapa pakar meyakini bahwa kepuasan pelanggan dapat menimbulkan kualitas jasa. Kepuasan pelanggan Pengarahan Pengendalian bawahan Efisien 11 terhadap pengalaman jasa tertentu akan mengarah pada evaluasi atau sikap keseluruhan terhadap kualitas jasa sepanjang waktu Fandy dan Gregorius, 2007: 208. Dalam hal ini semakin meningkatnya kebutuhan pelanggan, dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan maupun produk jasa. Sementara itu di samping meningkatkan kualitas produk jasa, perusahaan juga harus memperhatikan keluhan-keluhan pelanggan yang muncul terhadap produk jasa tersebut. Karena setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya sebagai mediator guna menyampaikan pendapat dan keluhan mereka. Semakin berkembangnya perusahaan dalam memperluas cabang dan bertambahnya jumlah pelanggan, maka kemungkinan akan bertambah pula jumlah keluhan-keluhan maupun permintaan dari cabang dan pelanggan konsumen. Oleh sebab itu, diperlukan sistem yang sanggup mengelola dan manajemen keluhan tersebut ke arah yang lebih baik dan terorganisir. Untuk itu perlu diadakan perubahan konsep sistem yang masih bersifat manual menjadi sistem yang lebih mudah dikelola manageable dan terintegrasi dengan perusahaan.

2.3 Konsep Enterprise Resource Planning ERP

Ketika awal tahun 1998, ERP masih merupakan istilah yang sayup- sayup terdengar di beberapa perusahaan dan orang-orang yang berkecimpung 12 pada sektor manufaktur. Karena wujud ERP yang sering hadir secara fisik menjadi sebuah paket software, sehingga membuat orang menafsirkan ERP secara sederhana, yaitu sebuah software. Wawan dan Falahah, 2007: 1 Akan tetapi, pada dasarnya ERP tidaklah hanya sebuah software saja yang digunakan oleh organisasi perusahaan. Untuk itu perlu dibutuhkan pemahaman lebih lanjut dan strategi yang tepat untuk mengimplementasikan ERP pada suatu perusahaan.

2.3.1. Definisi

ERP merupakan singkatan yang terdiri dari 3 tiga elemen kata, yaitu Enterprise Organisasi perusahaan, Resource Sumber Daya, dan Planning Perencanaan. Ketiga uraian kata tersebut mencerminkan sebuah konsep yang berujung kepada kata kerja yaitu ‘planning’ yang menekankan kepada aspek perencanaan. Sedangkan kata ‘enterprise’ dapat digambarkan sebagai sebuah kelompok orang dengan tujuan tertentu, yang memiliki sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Sudut pandang ‘enterprise’ ini berbeda dengan sudut pandang organisasi atau perusahaan yang bersifat tradisional, yakni keseluruhan organisasi perusahaan dianggap sebagai sebuah sistem dan masing-masing departemen adalah subsistem. Sementara kata ‘Resource’ secara singkat dapat diterjemahkan menjadi sumber daya yang meliputi semua hal yang menjadi tanggung 13 jawab dan tantangan manajemen untuk dikelola agar dapat menghasilkan keuntungan. Wawan dan Falahah, 2007: 4-5 Berikut ini merupakan beberapa definisi dari konsep ERP: Wawan dan Falahah, 2007: 2-3 1. “Sistem ERP adalah komputer berbasis sistem yang didesain untuk proses transaksi organisasi dan memudahkan integrasi serta perencanaan real time, produksi, dan reaksi terhadap pelanggan”. [ Daniel O’Leary, 2004 ]. 2. “ERP terdiri atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan, meliputi keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai pasok dan informasi konsumen”. [ Davenport,1998 ]. Dari deskripsi tersebut, konsep utama ERP dapat digambarkan dalam satu diagram oleh Devenport, seperti pada gambar 2.2 : Gambar 2.2 Konsep Dasar ERP Wawan dan Falahah, 2007 : 4 CEN TRAL D ATABASE Sales Distribution Service Application Fincancial Application Manufacturing Application Inventory Management Corporate Reporting Front-Office Back-Office C U S T O M E R S S U P P L I E R S Human Resources Management 14 Jadi, ERP dapat dideskripsikan sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi perusahaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan atas organisasi perusahaan tersebut. Wawan dan Falahah, 2007: 5 Konsep ERP dapat dijalankan dengan baik, jika didukung oleh seperangkat aplikasi dan infrastruktur komputer baik software maupun hardware, sehingga pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan dengan mudah dan terintegrasi. Peranan perangkat teknologi dalam konsep ERP selain sebagai fasilitator juga dapat memberikan nilai tambah berupa perampingan proses, penyederhanaan proses, integrasi dan otomasi proses. Oleh karena itu, hampir tidak mungkin mewujudkan konsep ERP tanpa adanya dukungan sistem berbasis komputer. Kata integrasi yang selalu dikaitkan dengan konsep ERP berhubungan pada interprestasi berikut: Wawan dan Falahah, 2007: 4 1. Menghubungkan antara berbagai aliran proses bisnis 2. Metode dan teknik berkomunikasi 3. Keselarasan dan sinkronisasi operasi bisnis 4. Koordinasi operasi bisnis. Secara umum prinsip ERP merupakan aplikasi sistem manajemen khusus perusahaan manufaktur maupun jasa yang menggunakan basis data terpusat, sehingga dapat dikatakan setiap departemen mendapat share informasi yang tentunya disesuaikan 15 dengan authority wewenang masing-masing user. ERP dibangun dan dikembangkan dengan berbasiskan modul yang dapat dimodifikasi melalui perangkat tertentu yang dibuat oleh vendor atau melalui penggunaan bahasa pemrograman standar.

2.3.2. Perkembangan ERP

Sekitar tahung 1960-an, ERP mulai mengalami proses perkembangan evolusi yang cukup panjang hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang dikenal. . Perkembangan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, sebagai berikut: Tahap I : Material Requirement Planning Cikal bakal ERP adalah konsep Material Requirement Planning MRP atau perencanaan kebutuhan material. Konsep ini dimunculkan dari proses pengolahan bill of material BOM atau daftar kebutuhan material yang harus disediakan untuk membuat suatu produk tertentu. Maka dibutuhkanlah sebuah metode untuk mengelola order material dan komponen. Logika untuk pengadaan material ini dirancang agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. produk apa yang akan dibuat ? 2. apa yang diperlukan untuk membuat produk tersebut ? 3. apa yang sudah dimiliki ? 4. apa yang sudah dibeli ? 16 Logika ini disebut sebagai persamaan manufaktur universal yang dapat diterapkan pada produk apa saja. Tahap II : Close-Loop MRP Konsep MRP telah berkembang dengan cepat, sehingga implementasinya lebih dari sekadar cara mengelola order dengan lebih baik. Ternyata MRP dapat dimanfaatkan untuk memberi sinyal kapan harus melakukan order ulang reordering. Penerapan teknik ini dapat membantu menjaga tanggal limit order setelah order diserahkan ke produksi atau ke pemasok. Oleh karena itu sistem ini dirancang untuk membantu menjalankan rencana pekerjaan di berbagai lokasi pabrik, penjadwalan inventory internal dan eksternal pemasok. Ruang lingkupnya menjembatani antara demand permintaan dengan supply pasokan dan menyeimbangkan kedua aspek tersebut. Tahap III : Manufacturing Resource Planning MRP II MRP II merupakan evolusi dari sistem Close-Loop MRP, dimana ada penambahan 3 tiga elemen lain, yaitu :[Wal-2001] 1. Perencanaan operasi dan penjualan, proses yang digunakan untuk meyeimbangkan antara permintaan dan persediaan, sehingga manajemen puncak dapat melakukan kontrol atas aspek operasional bisnis. 2. Antarmuka keuangan, kemampuan menerjemahkan rencana operasional menjadi satuan biaya. 17 3. Simulasi, kemampuan melakukan analisis untuk mendapat jawaban yang mungkin diterapkan. Tahap IV : Enterprise Resource Planning Dasar-dasar ERP sebetulnya diturunkan dari MRP II, tetapi proses bisnisnya diperluas dan lebih sesuai diterapkan pada kondisi perusahaan yang memiliki beberapa unit bisnis. Tujuan utama implementasi ERP adalah agar perusahaan dapat menjalankan bisnis dalam kondisi yang cepat berubah dan sangat kompetitif, dan lebih baik dari sebelumnya. Tahap V : Extended ERP ERP II ERP generasi berikutnya sering disebut dengan Extended ERP karena merupakan perluasan dari fungsi-fungsi yang ada pada sistem ERP sebelumnya. Perluasan ini mencakup fungsi yang dapat menjembatani komunikasi dengan suplier dan konsumennya. Pengembangan sistem menjadi Extended ERP juga berfokus pada usaha optimasi seluruh jaringan bisnis, termasuk integrasi dengan supplier. Wawan dan Falahah. 2007: 7-10 Pada Tabel 2.1 kita terdapat perbandingan ruang lingkup antara ERP dengan Extended ERP ERP II : Tabel 2.1 Perbedaan ERP dengan ERP II Aspek ERP ERP II Peranan Optimasi Enterprise Partisipasi elemen pada rantai bisnis proses perusahaan, dukungan penuh pada e-commerce Domain Manufaktur dan distribusi Semua segmen dan sektor pada perusahaan 18 Fungsi Produksi,penjualan, distribusi, dan proses finansial Lintas industri, sektor industri tertentu,proses industri spesifik Proses Menangani proses internal,tertutup pada proses eksternal Terhubung dengan mitra bisnis Arsitektur Dukungan pada web, tertutup,arsitektur bersifat monolitik Berbasis web, terbuka, fleksibel terhadap integrasi dengan sistem lain,dan berbasis komponen Data Dihasilkan dan dikonsumsi oleh internal perusahaan Dihasilkan dan dikonsumsi oleh pihak internal dan eksternal perusahaan dan hasilnya dipublikasikan ke semua pihak yang berkepentingan Wawan dan Falahah, 2007: 11 Agar lebih jelasnya kita dapat melihat perkembangan tahapan evolusi dari sistem ERP sekaligus mengetahui perbedaan implementasi fungsionalnya, pada gambar 2.3: Gambar 2.3 Tahapan Evolusi Sistem ERP Wawan dan Falahah, 2007: 10 Berikut ini beberapa penjual jasa outsourcing vendor ERP software: - SAP mySAP - Jerman - Oracle – Amerika Serikat 2000-an 1990-an 1980-an 1970-an 1960-an Supplier Management I nventory Management Production Engineering Finance Human Resource Management Delivery Sales Marketing Customer Support Material Requirement Planning Close Loop MRP Menufacturing Resource Planning MRP I I Enterprise Resource Planning ERP Extended ERP ERP I I Area Fungsional 19 - JD Edwards telah diakuisi Oracle – Amerika Serikat - Peoplesoft telah diakuisi Oracle – Amerika Serikat - Compiere opensource - BAAN SSA Global – Belanda

2.3.3. Manfaat dan Tujuan

Dari beberapa pemahaman tentang manfaat sistem ERP bagi organisasi perusahaan, terdapat sebuah persepsi umum yang mungkin belum tepat, yaitu mengungkapkan bahwa implementasi sistem ERP akan menigkatkan fungsionalitas perusahaan dengan cepat. Padahal untuk tercapainya harapan yang tinggi berupa penghematan biaya dan peningkatan layanan, sangat bergantung pada seberapa jauh kita memilih sistem ERP yang sesuai dengan fungsionalitas perusahaan dan seberapa optimal kita melakukan modifikasi dan konfigurasi ulang atas proses yang ada pada sistem agar sesuai dengan kultur bisnis, strategi, dan struktur organisasi perusahaan. Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan sistem ERP ini adalah: 1. ERP menawarkan sistem terintegrasi di dalam perusahaan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. 2. ERP memungkinkan melakukan integrasi secara umum, sehingga data dapat diintegrasikan. 20 3. ERP tidak hanya memadukan data dan orang tapi juga menghilangkan koreksi data pada banyak sistem komputer tepisah. 4. ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi, tidak hanya sekedar memonitor saja. 5. ERP membantu melancarkan pelaksanaan manajemen supply chain dengan kemampuan memadukannya. Manfaat tersebut dapat diperoleh secara spesifik melalui beberapa cara atau fasilitas tertentu pada ERP. Berikut ini adalah tabel kaitan antara manfaat dengan cara mendapatkannya : Tabel 2.2 Manfaat ERP dan Cara Mendapatkannya Manfaat Cara Mendapatkan Akses informasi yang handal DBMS yang fleksibel, data yang konsisten dan akurat, sistem pelaporan yang lebih baik Menghindari duplikasi data dan operasi Modul-modul yang mengakses data dari satu database terpusat, sehingga menghindari proses pemasukan dan modifikasi data dari berbagai titik yang berbeda dan menyebabkan duplikasi Mempercepat waktu pemrosesan data Meminimasi waktu pengambilan data dari pembuatan laporan Mengurangi biaya Menghemat waktu, meningkatkan kontrol dengan melakukan analisis menyeluruh terhadap keputusan organisasional Kemudahan adaptasi Perubahan pada proses bisnis dapat diadaptasi dengan mudah Meningkatkan skalabilitas Struktur sistem yang bersifat modular dan mudah dikostumisasi Kemudahan pemeliharaan Dukungan purnajual sistem yang berjangka panjang Pengembangan global Ekstensi modul hingga meliputi SCM Supply Chain Management dan CRM Customer Relationship Management 21 e-commerce Bisnis internet, koltur kolaboratif Wawan dan Falahah, 2007: 12 Dengan aplikasi ERP, suatu sistem organisasi usaha perusahaan dapat menstandarisasikan proses-proses dan data usahanya, dan dengan lebih mudah mempraktekkannya. Dengan membuat proses-proses yang effisien, energi dan upaya sistem organisasi bisa diarahkan untuk memberikan layanan lebih kepada konsumennya, serta untuk memaksimalkan keuntungan usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Martin et al. 2002 membagi 2 dua tujuan organisasi perusahaan yang menerapkan ERP, yaitu: 1. Untuk menerapkan aktivitas mata rantai proses bisnis dari hulu hingga hilir dalam satu kesatuan yang terintegrasi dengan baik 2. Untuk mendukung aktivitas bisnis fungsional meliputi proses- proses akuntansi, keuangan, sumber daya manusia dan fungsi- fungsi lainnya.

2.3.4. Implementasi Sistem ERP

Kemampuan ERP untuk mengintegrasikan proses dan informasi diharapkan dapat membawa perbaikan pada proses bisnis perusahaan. Sistem ERP merupakan sistem yang besar dan kompleks, sehingga pengaruhnya meliputi hampir sebagian besar department pelaku proses bisnis utama dalam perusahaan. Data yang dikelola oleh sistem ini juga biasanya berjumlah besar dan sistem sendiri dituntut untuk berjalan dengan baik agar manfaat sistem dapat dirasakan oleh 22 perusahaan. Oleh karena itu, investasi yang dikeluarkan untuk implementasi sistem tidaklah sedikit dan keberhasilan implementasinya dipengaruhi oleh banyak aspek. Gambar 2.4 merupakan dimensi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi ERP mencakup berbagai aspek, sebagai berikut : Gambar 2.4 Faktor yang mempengaruhi implementasi ERP Wawan dan Falahah, 2007: 99 Dalam implementasinya terdapat beberapa jenis pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan dalam memilih, menyeleksi, dan mengadopsi sistem ini sesuai kemampuan perusahaan dan skenario untuk implementasi jangka panjang. Secara garis besar terdapat 3 tiga pendekatan umum, yaitu: Economy Economic growth I nfrastruktur Manufacturing I T Maturity Computer culture Business size Mngmt.commitment BPR experience Regional Government Development implementation of ERP Environment External Organitation internal 1. Penggunaan satu paket software utuh vendor tunggal. 2. Kombinasi dari beberapa paket software berbagai vendor. 3. Kostumisasi atau membuat sendiri paket software ERP 23 Apabila perusahaan sudah berniat untuk mengimplementasikan sistem ERP, maka dibutuhkan beberapa tahapan dan langkah umum yang dapat dilakukan, sebagai berikut: 1. Membangun organisasi tim proyek 2. Menentukan pendekatan implementasi 3. Membangun rencana implementasi 4. Menentukan kriteria keberhasilan dan metode pengukurannya. Berikut ini merupakan karakteristik khusus yang membedakan proyek ERP dengan proyek pengembangan sistem lainnya, yaitu: 1. Proyek ERP biasanya memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibanding proyek pengembangan software lainnya, dan melibatkan hampir semua fungsi departemen dalam perusahaan. 2. Proyek ERP biasanya menggunakan beberapa paket software secara ekstensif luas, baik berupa satu paket kesatuan atau kombinasi beberapa paket. Sebelum menerapkan sistem ERP, alangkah lebih baiknya diperlukan pemahaman tentang siklus hidup implementasi ERP, sebagai berikut: - Fase 1 : Perencanaan Pada langkah awal ini adalah membentuk komite pengarah dengan tugas utamanya mengidentifikasi tujuan utama dan ruang lingkup proyek ERP, menentukan manajer proyek dan anggota tim lainnya untuk membangun sistem. 24 Tugas tim proyek ini, adalah: o Mengidentifikasi masalah yang akan diselesaikan oleh sistem ERP. o Mengevaluasi alternatif pendekatan pada ERP. o Membuat jadwal dan anggaran proyek. - Fase 2 : Analisis Meskipun mungkin belum menentukan vendor tertentu, tapi tim proyek mulai membentuk kelompok kerja pada berbagai fungsi di perusahaan untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi kebutuhan. Setelah itu tim proyek bertanggung jawab mengevaluasi vendor yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan dan membuat rekomendasi kepada tim pengarah. Setelah menentukan vendor dan dilakukan pelatihan- pelatihan, maka akan dihasilkan sebuah prototype sistem ERP di berbagai area untuk menyimulasikan dan menunjukkan integrasi antar modul kepada user dan identifikasi kebutuhan tambahan lainnya. - Fase 3 : Desain Fase desain akan dimulai setelah perusahaan menetapkan vendor dan tingkat desainnya tergantung pada pendekatan ERP. Selain desain prototype, aspek desain lainnya yang cukup penting yaitu hardware, karena berbagai fungsi bisnis akan menggunakan sumber daya yang sama. Alternatif yang tepat saat ini adalah 25 client-server yang meliputi penetapan jalur jaringan komputer yang menghubungkan berbagai department, gedung atau lokasi kantor yang terpisah. Setelah itu para pengguna akhir end user harus mendapat pelatihan intensif atas peket-paket ERP, supaya mereka siap menggunakan sistem yang baru. Selain itu juga dapat membantu dalam menyempurnakan identifikasi kebutuhan selama proses pembuatan prototype. - Fase 4 : Implementasi Setelah perusahaan menentukan paket software yang akan digunakan, fase selanjutnya adalah melakukan konstruksi dan penerapan per-modul. Setelah modul selesai dikonfigurasi dan diintegrasikan dengan komponen dan program lainnya. Maka fase selanjutnya yaitu pertama, dibuat prototype sistem dengan dilakukan revisi hingga sistem digunakan. Tahap kedua, verifikasi dan pengujian seluruh sistem dengan konfigurasi ulang untuk meningkatkan kinerja sistem. Tahap ketiga, adalah membuat dokumentasi seluruh sistem dan memberikan pelatihan pada semua pengguna sistem. Dan terakhir membuat rencana ‘roll out’ sistem meliputi jadwal instalasi sistem diseluruh divisi. - Fase 5 : Dukungan Teknis Tujuan dari fase ini adalah untuk menjamin keberhasilan sistem jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini merupakan 26 pemeliharaan sistem ERP meliputi koreksi kesalahan yang ditemui oleh user. Jika terjadi kesalahan, maka diperlukan respon yang cepat dari seorang konsultan yang berpengalaman untuk menjaga kepercayaan user serta mendukung kelancaran kerja. Selain itu mungkin diperlukan pemeliharaan seperti upgrade versi paket atau modul untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi kemudian. Wawan dan Falahah, 2007: 99-108 Dalam pengimplementasinya pada perusahaan, ERP dapat berhubungan dengan bagian back office system yang secara umum mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik tidak dilibatkan dalam sistem ini. Dan terintegrasi juga dengan front office system yang langsung berhubungan dengan pelanggan customer seperti sistem untuk e-commerce.

2.3.5. Strategi Evaluasi dan Pemeliharaannya

Sistem ERP merupakan seperangkat infrastruktur dan software yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan interaksi antar semua departemen atau fungsi dalam perusahaan. ERP juga dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen yang efektif dan memungkinkan perusahaan untuk berintegrasi pada semua tingkatan serta memanfaatkan modul-modul ERP yang penting bagi perusahaan. Wawan dan Falahah, 2007: 81 27 Dalam menerapkan sistem ERP dibutuhkan beberapa metode pengembangan sistem ERP, berikut ini kita dapat melihatnya disertai kelebihan dan kekurangannya pada Tabel 2.3 : Tabel 2.3 Metode Pengembangan Sistem ERP Metode Kelebihan Kekurangan Membangun sendiri in-house Paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan Sulit, mahal, lama Kombinasi dari berbagai tawaran vendor Best-of- breed Secara teoritis akan menghasilkan sistem yang terbaik Sulit menggabungkan antarmodul, lama, berpotensi tidak efisien Menerapkan sistem vendor dengan lengkap Cepat, lebih murah, effisien Tidak fleksibel Wawan dan Falahah, 2007: 87 Evaluasi terhadap kinerja sistem ERP dapat dilakukan dalam dua sudut pandang berdasarkan pendekatan ukuran yang digunakan. Pertama, evaluasi dari sudut pandang keuangan yang menekankan pada identifikasi penyimpangan antara anggaran yang sudah ditetapkan dengan biaya aktual yang dikeluarkan. Kedua, dalam sudut pandang teknis yang harus diperhitungkan adalah faktor teknis seperti sistem operasi, basis data, web server, dan perangkat middleware. Hal ini meliputi analisis beban kerja, integrasi sistem, uji unit, dan untuk mempelajari kinerja sistem pada infrastruktur tertentu. Besarnya aktivitas yang dilakukan pada pemeliharaan tergantung pada siklus hidup software itu sendiri. Secara garis besar, aktivitas pemeliharaan pada sistem ERP dapat dilihat pada Tabel 2.4: 28 Tabel 2.4 Jenis Pemeliharaan Umum Pada Sistem ERP Jenis Pemeliharaan Tugas Umum Keterangan Korektif Aplikasi tambahan Troubleshooting Tambahan objek baru pada aplikasi dari vendor Menyelesaikan masalah berdasarkan laporan user Adaptif Transfer Testing Modifikasi fitur Otorisasi Penyesuaian antar muka Implementasi fitur baru Pengujian pada perubahan Kostumisasi internal Pengelolaan password Implementasi antar muka dengan software lain Perfektif Upgrade versi Penyesuaian, perencanaan, dan implementasi versi baru Preventif Administrasi Monitoring alur kerja Monitor response time, ukuran file,backup,error log Menelusuri aliran aktivitas pemeliharaan Wawan dan Falahah, 2007: 135

2.4 Arsitektur Client-Server

Seiring dengan meningkatnya proses pengintegrasian data dan distribusi informasi menjadikan sistem jaringan komputer semakin diminati untuk diimplementasikan oleh perusahaan. Untuk itu dibutuhkan model jaringan yang dapat mendukung sistem jaringan yang besar, di sinilah model client-server banyak diminati karena memiliki kecepatan dan kejelasan peran komputer yang terhubung dalam sistem jaringan tersebut. Di samping itu client server juga memiliki kekuatan dalam hal keamanan jaringan. Arsitektur jaringan client server merupakan model konektivitas pada jaringan yang membedakan fungsi komputer apakah sebagai client atau server. Arsitektur ini menempatkan sebuah komputer sebagai server yang bertugas sebagai pusat pengolahan dan layanan bagi terminal-terminal lain 29 client yang terhubung dalam sistem jaringan itu. Pada model arsitektur ini, client tidak dapat berfungsi sebagai server Sutedjo, 2006: 98. Arsitektur client server merupakan arsitektur yang disebut juga dengan Two Tier, di mana terdapat komputer sebagai client dan server yang berinteraksi melalui protokol dan media komunikasi tertentu. Model arsitektur two tier dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Thin Client - Thick Server

Pada arsitektur ini, client menjalankan satu fungsi yaitu sebagai penyaji dari tampilan aplikasi dan data yang diakses dari server. Sedangkan server menjadi titik kritis dari sistem tersebut, artinya server harus memberi layanan penggunaan bersama aplikasi Application Server dan juga berbagi data Data atau File Server kepada semua client yang terhubung kepadanya . Gambar 2.5 Arsitektur Thin Client – Thick Server Budi Sutedjo, 2006 : 99 Server Aplikasi Client Client Client

2. Thick Client - Thin Server

Arsitektur ini merupakan kebalikan dari Thin Client-Thick Server, dimana client tidak hanya berperan sebagai penyaji interface saja 30 melainkan juga berfungsi mengoperasikan aplikasi. Sementara itu, server hanya bertugas mengelola data Database Server saja. Gambar 2.6 Arsitektur Thick Client – Thin Server Sutedjo, 2006 : 100

2.5 Perancangan Basis Data Database