1. Syarat fisik Air minum yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
berwarna 15 TCU, tidak keruh maksimal 5 NTU, dan suhu udara maksinal ± 3
o
C dari udara sekitar. 2. Syarat kimia
Air minum yang dikomsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimun dan minimum 6,5-
8,5 dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Syarat bakteriologis Air minum yang digunakan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi
E.coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100ml air minum. 4. Zat radioaktif
Air minum harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi radiasi radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan.
2.8 Peranan Air Terhadap Kesehatan
Air dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk
listrik, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengaruh langsung terhadap kesehatan
tergantung kualitas air tersebut. Air mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit adalah
disebabkan keadaan air sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikrobiologis.
Air dapat bertindak sebagai tempat berkembangbiak mikrobiologis dan juga sebagai tempat tinggal sementara perantara sebelum mikrobiologis berpindah
kepada manusia Soemirat, 2002.
2.9 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman disebut sebagai food-and milk-borne desease penyakit bawaan makanan dan susu. Penyakit-
penyakit tersebut dapat disebabkan oleh Chandra, 2006 : 1. Parasit, misalnya Taenia saginata, Taenia solium, dan sebagainya. Parasit
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui daging sapi, daging babi, atau ikan yang terinfeksi yang dikomsumsi manusia.
2. Mikroorganisme, misalnya Salmonella typhii, Richettsia, dan virus hepatitis yang menggunakan makanan sebagai media perantaranya.
3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokus memproduksi enterotiksin. Di sini makanan berfungsi sebagai media pembiakan.
4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan secara sengaja karena ketidaktahuan dimasukkan ke dalam makanan, misalnya zat pengawet dan zat-zat pewarna,
ataupun secara tidak sengaja, misalnya insektisida suatu bahan yang beracun yang sering dikira gula tepung.