9 baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran Uno,
2008: 64 Menurut Jamaludin 2003: 9 pada hakikatnya pembelajaran merupakan
suatu upaya yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh guru hingga memungkinkan terciptanya suatu kondisi yang kondusif untuk siswa melakukan
aktivitas belajar. Penekanan proses belajar diarahkan pada pentingnya aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun mental.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah kegiatan dua arah, yakni guru mengajar dan siswa belajar.
Kegiatan tersebut menitikberatkan pada siswa dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu semua rencana dan tindakan guru tercurah pada kegiatan belajar siswa. Semua
rencana dan tindakan guru tersebut juga perlu memperhitungkan berbagai faktor, seperti lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, strategi
pembelajaran, pengelolaan, pengorganisasian, maupun komponen-komponen pembelajaran.
B. Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra adalah kegiatan dua arah yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam rangka membelajarkan sastra pada siswa. Peran guru sebagai
sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator yang membantu siswa dalam belajar sastra.
Menurut Sanjaya 2011: 107 belajar menekankan pada proses mencari dan
menemukan pengetahuan
melalui interaksi
antara individu
dengan lingkungannya. Melalui proses tersebut pembelajar sastra akan mendapatkan
10 pengalaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryaman 2010: 13 “…bahwa
sumber belajar paling otentik adalah pengalaman”. Belajar merupakan pemrosesan pengalaman. Semakin banyak pengalaman
semain bertambah pula penyempurnaan skema seseorang. Latar belakang pengalaman akan sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar. Pengalaman
dapat diperoleh melalui menyimak, membaca, menulis, membayangkan, berlatih, mengalami, dan sebagainya. Cara pandang demikian merupakan pradigma
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran yang diutamakan adalah membelajarkan siswa untuk membangun pengetahuan. Pradigma dan
strategi seperti itulah yang menjadi dasar dalam pembelajaran sastra Suryaman, 2010: 13-14.
Tujuan pokok pembelajaran sastra diarahkan pada kegiatan apresiasi sastra agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami, menikmati, dan menghargai
suatu cipta rasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia apresiasi berariti penilaian yang berupa penghargaan terhadap sesuatu. Sedangkan dalam hubungan psikologi
pendidikan diterangkan bahwa apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai yang lebih tinggi sehingga ia
siap untuk melihat dan menilai dengan tepat, serta menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi benar-benar menghasratkan
sesuatu dan menjawab dengan sikap penuh kegairahan Witherington dalam Yus Rusyana melalui Sayuti, 1985: 202-203. Bertolak dari pengertian apresiasi di
atas, dapat diartikan bahawa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan,