86
Kajian Ekonomi Regional Banten
penanggulangan bencana alam serta peningkatan kinerja pelayanan publik dan pelaksanaan Good Corporate Governance.
A. PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan daerah yang dianggarkan pada APBD tahun 2009 adalah sebesar Rp 2,22 Triliun. Nilai ini berasal dari Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp 1,53 triliun 68,73, dana perimbangan sebesar Rp 690,96 miliar 31,11 serta lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp
3,5 miliar 0,16. Realisasi pendapatan daerah Propinsi Banten hingga Triwulan II 2009 adalah sebesar 48,59 dari APBD 2009 yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah tahun 2008 dengan persentase realisasi mencapai 57,7. Dampak krisis yang
melanda perekonomian Banten berimbas pula pada penurunan pembelian kendaraan bermotor dan berdampak pada pendapatan dari
Pajak Kendaraan Bermotor PKB maupun Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB yang merupakan dua komponen terbesar pendapatan
pajak daerah Propinsi Banten.
Tabel IV.1 Perbandingan Pendapatan Daerah Banten Tahun 2008 dan 2009 No.
Keterangan 2008
Rp 2009
Rp Pertumbuha
n
1 Pendapatan Asli
Daerah 1,367,391,000
1,526,456,000 11.63
2 Dana Perimbangan
658,479,810 690,961,360
4.93 3
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
3,000,000 3,500,000
16.67
Total 2,028,870,810
2,220,917,360 9.47
Sumber : DPKAD Propinsi Banten
Komponen Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yag
dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah hingga akhir Juni 2009 adalah sebesar 50,39 dari APBD 2009 atau senilai Rp 769,19 miliar. Dari komponen
Pendapatan Asli Daerah Banten pada triwulan laporan, realisasi pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
sangat tinggi, melebihi dari target yang dianggarkan untuk tahun 2009 dengan persentase realisasi sebesar 139,22. Pendapatan ini berasal
dari perolehan yang tinggi dari bagian laba keuangan pemerintah pada Bank Jabar Banten, dimana target pendapatan pada tahun 2009 adalah
sebesar Rp 21,11 miliar dan realisasi hingga akhir Juni 2009 telah mencapai Rp 29,23 miliar. Nilai ini juga berasal dari laba hasil penyertaan
modal pada BPRLPK milik Pemda dengan target sebesar Rp 107 juta dengan realisasi mencapai 140,68.
87
Kajian Ekonomi Regional Banten Tabel IV.2 Perkembangan Pendapatan Daerah Propinsi Banten
Uraian 2005
2006 2007
2008 2009
Pendapatan Daerah
1,598,339,217,652 1,588,218,786,255
1,905,058,394,216 2,028,870,810,000
2,220,917,360,000 PAD
1,070,232,614,351 1,118,247,433,343
1,297,879,992,427 1,367,391,000,000
1,526,456,000,000 Dana
Perimbangan 520,896,978,800
465,363,288,561 604,598,081,489
658,479,810,000 690,961,360,000
Lain ‐lain Pendapatan Daerah yang Sah
7,209,624,501 4,608,064,351
2,580,320,300 3,000,000,000
3,500,000,000
Sumber: DPKAD Propinsi Banten
Keterangan: tahun 2008 dan 2009 adalah sesuai Perda APBD masing-masing tahun
Tabel IV.3 Perkembangan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan
Daerah Propinsi Banten
Sumber : DPKAD Propinsi Banten, diolah
10 20
30 40
50 60
70 80
2 1
2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2 7
2 8
2 9
Perkembangan Kontribusi PAD terhadap
Pendapatan Daerah Propinsi Banten
Kontribusi PAD
Sumber : DPKAD Propinsi Banten, diolah
Grafik IV.1 Perkembangan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah
Propinsi Banten
Tabel IV.4 Anggaran dan Realisasi PAD Propinsi Banten Tahun 2009
Jumlah Anggaran
Tahun 2009
Realisasi Pendapatan
Januari ‐ Juni 2009
Pendapatan Asli Daerah
1,526,456,000,000 769,193,763,954
50.39 ‐ Pajak Daerah
1,474,100,000,000 720,419,986,731
48.87 ‐ PKB
508,000,000,000 259,693,495,050
51.12 ‐ BBNKB
570,000,000,000 283,720,382,700
49.78 ‐ PBBKB
372,000,000,000 163,183,882,085
43.87 ‐ Pajak Air Bawah Tanah
11,500,000,000 6,785,895,218
59.01 ‐ Pajak Air Permukaan
12,600,000,000 7,036,331,678
55.84 ‐ Retribusi Daerah
2,949,000,000 1,496,004,836
50.73 ‐ Retribusi Jasa Umum
688,000,000 416,786,760
60.58 ‐ Retribusi Jasa Usaha
650,000,000 385,894,736
59.37 ‐ Retribusi Perizinan Tertentu
1,611,000,000 693,323,340
43.04 ‐ Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
21,107,000,000 29,385,033,689
139.22 ‐ Bagian laba atas penyertaan modal pada
21,107,000,000 29,385,033,689
139.22 perusahaan
milik daerah BUMD ‐ Lain‐lain PAD yang sah
28,300,000,000 17,892,738,698
63.23 ‐ Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
‐ 51,087,590
‐ ‐ Jasa giro
5,000,000,000 2,576,823,827
51.54 ‐ Pendapatan bunga
14,500,000,000 7,522,060,054
51.88 ‐ Pendapatan denda atas keterlambatan pekerjaan
‐ 40,807,600
‐ ‐ Pendapatan denda pajak
8,800,000,000 4,108,913,000
46.69 ‐ Pendapatan dari pengembalian
‐ 3,593,046,627
‐
Uraian
Sumber: DPKAD Propinsi Banten
88
Kajian Ekonomi Regional Banten
Berdasarkan Tabel IV.4 terlihat bahwa kinerja Pemerintah Propinsi Banten sangat baik yang terlihat dari realisasi PAD yang
mencapai lebih dari 50 hingga Semester I 2009. Pajak daerah yang memiliki proporsi 96,57 dari PAD Propinsi Banten memiliki tingkat
realisasi sebesar 48,87 hingga Juni 2009. Realisasi pajak dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB yang terdiri atas BBNKB 1 untuk
kendaraan baru dan BBNKB 2 untuk kendaraan bekas juga mendekati 50 hingga semester I 2009. Mulai turunnya suku bunga kredit
mengikuti suku bunga acuan mendorong tumbuhnya pembelian kendaraan bermotor baru, dimana dari keterangan GAIKINDO lebih dari
80 pembelian kendaraan bermotor adalah melalui kreditleasing. Realisasi BBNKB 1 hingga Juni 2009 mencapai 49,15 atau senilai Rp
271,32 miliar, sedangkan pendapatan dari BBNKB 2 adalah senilai Rp 12,52 miliar atau 69,54 dari target BBNKB 2 tahun 2009. Berdasarkan
keterangan dari DPKAD Propinsi Banten perlambatan pertumbuhan pembelian kendaraan bermotor baru yang terjadi sejak awal tahun 2009
mulai membaik, yang terlihat dari jumlah pendaftaran mobil baru pada Juni 2009 mencapai 27,132 unit dari bulan-bulan sebelumnya dengan
rataan sebesar 8900 unit kendaraan per bulan.
Pajak Air Bawah Tanah ABT maupun Air Permukaan AP yang realisasinya lebih dari 50 menurut informasi dari DPKAD Propinsi
Banten dikarenakan adanya kenaikan tarif baik ABT maupun AP kurang lebih 50 sehingga nilai pajaknya pun meningkat sekitar 10. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi disparitas tarif air yang terlalu jauh antara Propinsi DKI Jakarta dengan Banten, dimana kenaikan tarif air di DKI
Jakarta direncanakan mencapai 400. Direncanakan akan diberlakukan zona untuk penetapan tarif air di Propinsi Banten, hal ini dimaksudkan
untuk mencegah adanya pengambilan air tanah dari wilayah Tangerang yang bersebelahan dengan DKI Jakarta untuk kemudian dijual di wilayah
DKI Jakarta mengurangi disparitas harga namun kondisi yang kondusif bagi dunia usaha tetap terjaga dalam rangka mencegah keluarnya
investor baru dan juga menarik investor baru.
B. BELANJA DAERAH