Konsep Balanced Scorecard LANDASAN TEORI

Gambar 2.1: Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam empat perspektif yang saling terhubung Sumber: Robert S. Kaplan dan David P. Norton “ untuk sukses FINANSIAL secara financial bagaimana seharusnya Tujuan kami tampak Tolok Ukur di depan Target pemegang Inisiatif saham ?” PROSES BISNIS INTERNAL Untuk memuaskan pemodal dan Tujuan pelanggan, Tolok Ukur proses bisnis apa Target yang harus Inisiatif kami unggulkan PEMBELAJ. PERTUMB. untuk mencapai visi kami, bagaimana kami menjamin kemampuan Tujuan untuk berubah Tolok Ukur dan Target memb eri perbaikan?” Inisiatif PELANGGAN untuk mencapai visi kami, bagaimana seharusnya Tujuan kami tampak Tolok Ukur di depan Target pelanggan?” Inisiatif Visi Strategi 2. Aspek-aspek yang Diukur dalam Balanced Scorecard Menyajikan suatu kerangka, suatu bahasa, yang menyajikan visi, misi dan strategi perusahaan. Hal ini berguna untuk memberikan tolok ukur bagi karyawan dalam menentukan arah perusahaan sehingga mencapai kesuksesan di masa kini dan mendatang. a. Perspektif Keuangan Pada penelitian ini perspektif keuangan dapat diukur melalui rasio- rasio profitabilitas sesuai laporan keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan 1 ROE Return On Equity Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan menurut Sartono 1994 ROE = 2 ROA Return On Asset Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan menurut Sartono 1994 ROA = 3 NPM Net Profit Margin Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya- biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. NPM = x 100 Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced Scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan menjadi tiga tahap: 1 Growth Berkembang. Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk mencipatakan potensi ini kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap pertumbuhan mungkin secara aktual beroperasi dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas.Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau dari produk atau jasa baru. 2 Sustain Stage Bertahan Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi. Dalam tahap ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan,mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. 3 Harvest Panen Tahap ini merupakan tahap kematangan mature, suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan eksppansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi dimasa lalu. b. Perspektif Pelanggan Dalam perspektif ini diukur dari bgaimana perusahaan dapat memuaskan customer. Kaplan dan Norton 1996 menyarankan agar organisasi tau perusahaan menerapkan dan menentukan terlebih dahulu segmen pasar yang ingin dijadikan target atau sasaran serta mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan dari calon pelanggan yang berada pada segmen pasar tersebut, sehingga tolok ukur lebih terfokus dan di paparkan dalam gambar 2.2 Dalam perspektif ini pengukuran dilakukan dengan aspek utama Kaplan,1996:67,berikut ini : 1 Pengukuran pangsa pasar Pengukuran pangsa pasar merupakan pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan yang mencerminkan proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah pelanggan, atau unit volume yang terjual atas setiap unit produk yang terjual. 2 Customer Retention Pelanggan yang dipertahankan Customer retention yaitu mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. 3 Customer Acquistion perolehan pelanggan Customer Acquistion yaitu mengukur keberhasilan unit bisnis menarik atau memenangkan pelanggan atau bisnis baru setiap tahunnya. 4 Customer Satisfacation kepuasan pelanggan Customer Satisfacation yaitu pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan, ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik diantaranya adalah : survei melalui surat, interview melalui telepon atau personel interview. 5 Profitabilitas Pelanggan Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Selain kelompok ukuran pelanggan utama diatas, terdapat ukuran diluar kelompok utama yaitu ukuran proposisi nilai pelanggan. Proposisi nilai pelanggan menyatakan atribut yang diberikan perusahaan kepada produk dan jasanya untuk mencipatakan loyalitas dan kepusan pelanggan dalam segmen pasar sasaran. Proposisi nilai adalah konsep yang terpenting untuk memahami faktor pendorong utama kepuasan, akuisisi, retensi, serta pangsa pasar dan profitabilitas pelanggan Kaplan Norton, 1996: 64. Walaupun proposisi nilai berbeda-beda untuk berbagai industri dan untuk berbagai segmen pasar dalm industri, kaplan Norton menemukan adanya serangkaian atribut serupa yang membentuk proposisi nilai untuk semua industri yang menjadi sumber penyusunan scorecard. Atribut ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori : 1 Atribut ProdukJasa Mencakup fungsionalitas produk atau jasa, mutu, harga dan waktu. a Mutu Para pelanggan merasa bahwa sudah selayaknya para pemasok kebutuhan mereka menghasilkan produk atau jasa sesuai dengan spesifikasi yang diharpkan. Mutu juga dapat mengacu pada kinerja yang terkait dengan dimensi waktu Kaplan Norton, 1996: 76. b Harga Pelanggan akan selalu menaruh perhatian terhadap harga yang dibayar untuk produk atau jasa yang diterima.Pelanggan yang sensitif terhadap harga, bagaimanapun juga akan menyukai para pemasok yang memberikan bukan harga yang rendah tapi biaya yang rendah dalam menerima dan menggunakan produk dan jasa tersebut Kaplan Norton, 1996: 77. c Waktu Waktu telah menjadi senjata andalan dalam persaingan bisnis dewasa ini.Kemampuan memberikan tanggapan secara cepat dan terpercaya seringkali merupakan keahlian penting yang dibutuhkan untuk mendapatkan dan mepertahankan bisnis yang berharga dari pelanggan Kaplan Norton, 1996:74-75. d Hubungan Pelanggan Hubungan pelanggan mencakup penyampaian produkjasa kepada pelanggan, yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produkjasa dari perusahaan yang bersangkutan. e Citra dan Reputasi Dimensi citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada suatu perusahaan. Sebagaimana perusahaan, melalui pengiklanan dan mutu produk serta jasa yang diberikan, mampu menghasilkan loyalitas pelanggan jauh melampaui aspek produk dan jasa yang berwujud. Gambar 2.2 : Perspektif Pelanggan Sumber: Robert S. Kaplan dan David P. Norton 1996 c. Perspektif Proses Bisnis Internal Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis value-chain dan dijelaskan secara terperinci pada gambar 2.3 mengenai perspektif proses bisnis internal. Di sini, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang penting dan diunggulkan perusahaan. Balanced Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa mereka sesuai dengan PANGSA PASAR KEPUASAN PELANGGAN PROFITABILITAS PELANGGAN AKUISISI PELANGGAN RETENSI PELANGGAN spesifikasi pelanggan. Perbedaan perspektif bisnis internal antara pendekatan tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard adalah: 1 Pendekatan tradisonal berusaha memantau atau mengawasi dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Sebaliknya, pendekatan Balanced Scorecard pada umumnya akan mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai dengan oleh sebuah perusahaan untuk menunjang keberhasilan strategi perusaahaan dan dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial. 2 Pendekatan Balanced Scorecard memadukan berbagai proses inovasi ke dalam perspektif proses bisnis internal. Sedangkan dalam pendekatan tradisonal,sistem pengukuran kinerja tradisional berfokus kepada proses pemyampaian produk atau jasa perusahaan saat ini kepada pelanggan. Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam 3 tahap : a Proses Inovasi Dalam proses ini, perusahaan menggali pemahaman tentang kebutuaan pelanggan dn menciptakan produk atau jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi merupakan kritikal proses dimana efisiensi dan efektivitas serta ketepatan waktu dari proses invovasi akan mendorong terjadinya efesiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi konsumen. b Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat atau menyampaikan produkjasa perusahaan kepada pelanggaaan. Proses operasi dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis yang lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan. c Proses Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produkjasa tersebut dilakukan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan. Proses Inovasi Proses Operasi Proses Layanan Purna Jual Gambar 2.3 : Perspektif Proses Bisnis Interna l Model Rantai Nilai Genetik Sumber : Robert S. Kaplan, David P.Norton, 1996. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran Kaplan,1996 pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan . Dalam perspktif ini terdapat tiga dimensi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan pengukuran , yaitu: 1 Kemampuan karyawan Pengukuran terhadap kepuasan karyawan, perputaran karyawan dalam perusahaan, dan pengukuran terhadap produktivitas karyawan. 2 Kemampuan sistem Informasi Semakin mudah informasi diperoleh maka karyawan akan memiliki kinerja yang semakin baik. Pengkuran terhadap Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Kenali Pasar Ciptakan Produk Jasa Bangun ProdukJasa Luncurkan Produk Jasa Kebutuhan Pelanggan Terpenuhi Layani Pelanggan akses sistem informasi yang dimiliki perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur prosentase ketersediaan informasi yang diperlukan oleh karyawan mengenai pelanggannya, prosentase ketersediaan informasi mengenai biaya produksi dan lain-lain. 3 Motivasi, Pemberian Wewenang dan Pembatasan Wewenang Karyawan. Pengukuran terhadap motivasi karyawan dapat dilakukan dengan cara : a. Pengukuran terhadap saran yang diberikan kepada perusahaan dan diimplementasikan. b. Pengukuran atas perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan. Untuk menentukaan tujuan dan ukuran yang berkaitan dengan kemampuan karyawan ada tiga hal yang dipertimbangkan pada penelitian ini yaitu: 1 Produktivitas karyawan Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian karyawan, inovasi, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para karyawan dengan jumlah yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Ada banyak cara untuk mengukur produktivitas kerja dan salah satu ukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendapatan per pekerja. Dengan semakin efektifnya pekerja dalam menjual lebih banyak produkjasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan per pekerja seharusnya juga meningkat. 2 Persentase Pelatihan Karyawan yang Terampil Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas yang perlu diperhatikan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi dalam mengelola manajemen, sehingga karyawan dapat terus berkembang dan terampil di masing-masing unit kerja 3 Kepuasan Karyawan Kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan dan hal ini merupakan pra-kondisi untuk meningkatkan produktivitas, daya tanggap mutu, dan layanan pelanggan. Untuk mencapai kepuasan karyawan, maka pihak manajer dapat melakukan survey secara rutin. Ada beberapa elemen employee satisfaction tentang keterlibatan dalam pengambilan keputusan yaitu: a Pengakuan b Akses untuk memperoleh informasi c Dorongan aktif untuk melakukan kreativitas dan inisiatif d Dukungan atasan Kesenjangan dalam aspek finansial, pelanggan, dan proses intern perusahaan dapat dideteksi dengan menggunakan balanced scorecard. Untuk melakukan perbaikan kinerja dan mengurangi kesenjangan tersebut perusahaan perlu melaksanakan program pelatihan karyawan dan perbaikan sistem secara berkelanjutan yang diselaraskan dengan prosedur. Balanced Scorecard menekankan pada upaya perusahaan investasi untuk kepentingan di masa datang, meliputi investasi manusia, sistem dan prosedur. Manusia atau karyawan perusahaan perlu diberikan pelatihan secara rutin untuk menambah keahlian atau kemampuan dalam rangka memenuhi perubahan tuntunan pelanggan dan lingkungan. Sistem perlu diperbaiki dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pada perspektif ini mengukur betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil tujuan perusahaan. Pada gambar 2.dipaparkan mengenai alur perspektif proses bisnis internal. Gambar 2.4 : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumber : Robert S. Kaplan, David P.Norton

F. Keunggulan Balanced Scorecard

Keunggulan konsep Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah pada kemampuan menghasilakan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut Mulyadi, 2007:323-327: 1. Komprehensif Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan meluas pada tiga perspektif yang lain, yakni customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan HASIL Retensi Pekerja Produktivitas Pekerja Kepuasan Pekerja Kompetensi Staf Infrasturktur Teknologi Iklim Untuk Bertindak perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat yang terdiri dari: a Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipatganda dan berkesinambungan karena dalam perencanaan, perhatian, dan usaha karyawan difokuskan kepada perspektif nonkeuangan- perspektif yang di dalamnya terletak pemacu sesungguhnya kinerja keuangan. b Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks, karena balanced scorecard menghasilkan rencana yang mencakup perspektif luas keuangan, pelanggan, proses, serta pertumbuhan dan pembelajaran, sehingga rencana yang dihasilkan mampu dengan kompleks merespons perubahan lingkungan. 2. Koheren Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kasual dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Berimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Apabila keempat perspektif tersebut tidak seimbang maka akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuangan dalam jangka panjang. 4. Terukur Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit diukur. Sasaran-sasaran strategik pada perspektif customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudak diukur, namun dalam pendekata Balanced Scorecard, sasaran pada ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan.

G. Manfaat Balanced Scorecard

Menurut Mulyadi 2001:63 manfaat yang diperoleh dari penggunaan kerangka balanced scorecard antara lain : a Kerangka balanced scorecard menghasilkan rencana strategik yang komprehensif. Tidak terbatas pada ukuran keuangan saja namun mencakup perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. b Kekomprehensifan rencana strategik yang dihasilkan dengan kerangka balanced scorecard memungkinkan manajemen dan karyawan melakukan pembaharuan secara keseluruhan dan berkelanjutan terhadap implementasi, anggaran, program, dan