1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kinerja  birokrasi  pada  era  reformasi  dan  otonomi  daerah  menjadi masalah  yang  sangat  strategis  dan  menjadi  sorotan  publik.  Kinerja  birokrasi
disinyalir masih relatif rendah dan belum sepenuhnya bisa memenuhi harapan dan pilihan  publik.  Banyak  masalah  strategis  yang  dihadapi  dalam  birokrasi  publik
untuk  melaksanakan  apa  yang  menjadi  tugas  pokok,  fungsi,  kewenangan,  dan tanggung jawab yang telah diamanatkan.
Disamping  berasal  dari  kompleksitas  masalah  lingkungan  internal birokrasi  publik,  masalah  tersebut  juga  berasal  dari  lingkungan  eksternal,  yakni
berupa  dinamika  masyarakat  dan  tumbuh  kembangnya  masalah  yang  dihadapi oleh masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Untuk mengatasi belum optimalnya
kinerja  birokrasi  dalam  melaksanakan  tugas  pokoknya,  birokrasi  perlu  dibangun kembali.  Pembangunan  kembali  birokrasi  ini  diarahkan  pada  peningkatan
kompetensi dan profesionalisme birokrasi dalam melaksanakan tugas utamanya. Salah  satu  pendekatan  membangun  birokrasi  yang  profesional  adalah
membangun  birokrasi  melalui  aspek  atau  dimensi  kelembagaan.  Membangun birokrasi  dari  dimensi  perangkat  kelembagaan,  berarti  melakukan  penataan
kembali baik lembaga organisasi maupun struktur kelembagaan. Lembaga yang dibentuk harus benar-benar lembaga yang dibutuhkan oleh masyarakat dan sesuai
dengan kondisi, potensi, dan karakteristik yang dimiliki daerah.
Universitas Sumatera Utara
2 Simamora  didalam  buku  Mangkunegara  2009:14  bahwa  kinerja
performance dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1.   Faktor individual yang terdiri dari : Kemampuan dan keahlian, latar belakang,
dan demografi. 2.  Faktor  psikologis  yang  terdiri  dari  :  Persepsi,  attitude,  personality,
pembelajaran, dan motivasi. 3.  Faktor  organisasi  yang  terdiri  dari  :  Sumber  daya,  kepemimpinan,
penghargaan, struktur, dan desain pekerjaan. Membangun  birokrasi  dengan  pendekatan  kelembagaan  menjadikan
struktur  organisasi  menjadi  variabel  yang  cukup  penting  terhadap  kinerja  yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan proses pengorganisasian, dan
proses ini tercermin dalam struktur organisasi. Struktur  organisasi  merupakan  susunan  sistem  hubungan  antar  posisi
kepemimpinan yang ada dalam organisasi. Hal ini merupakan hasil pertimbangan dan  kesadaran  tentang  pentingnya  perencanaan  atas  penentuan  kekuasaan,
tanggung  jawab,  spesialisasi  setiap  anggota  organisasi.  Karena  itu,  Robbins 2008:214 menyatakan bahwa “struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas
dan pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal”. Untuk  mencapai  keberhasilan,  suatu  organisasi  perlu  merumuskan
kebutuhan,  dan  tujuan  organisasi.  Dalam  rangka  mencapai  sasaran  yang  telah ditentukan  tersebut,  diperlukan  sejumlah  tindakan  yang  harus  dilakukan  oleh
anggota organisasi yaitu dengan menetapkan desain pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
3 Desain  pekerjaan  yaitu  spesifikasi  isi,  metode  dan  hubungan  berbagai
pekerjaan  secara  individu  pekerjaan  untuk  memenuhi  kebutuhan  pribadi pemegang  pekerjaan  secara  individu  maupun  tim  Sunarto,  2005:78.  Desain
pekerjaan akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh setiap  pegawai,  apabila  desain  pekerjaan  yang  diberikan  kurang  jelas  akan
mengakibatkan  pegawai  kurang  mengetahui  tugas  dan  tanggung  jawabnya  yang akan mempengaruhi kinerja pegawai, hal ini dapat mengakibatkan pekerjaan tidak
tercapai dengan baik. Desain  pekerjaan  mutlak  diperlukan  oleh  setiap  instansi  pemerintahan
karena  dalam  desain  pekerjaan,  yang  dilakukan  adalah  merakit  sejumlah  tugas menjadi  sebuah  pekerjaan  atau  sekelompok  pekerjaan  agar  pekerjaan  yang
dilakukan menjadi terarah jelas dan pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Desain pekerjaan senantiasa mempengaruhi seluruh kondisi dasar perilaku
individu-individu  dalam  pemerintahan  dengan  menciptakan  motivasi  pada  setiap pegawai  yaitu  dengan  cara  membuat  desain  pekerjaan  yang  jelas  signifikansi
tugasnya, keberagaman  tugas  yang dikerjakan dan apakah pekerjaan  yang dibuat dapat  mengembangkan  kemampuan  pegawainya  dan  pemimpin  adalah  faktor
dominan yang paling mempengaruhi bagaimana desain pekerjaan itu dibuat. Pemerintah  Kota  Langsa  dalam  rangka  pengelolaan  pendapatan  daerah
sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Qanun Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas,
Lembaga  Teknis  Daerah  dan  Kecamatan  Kota  Langsa  membentuk  struktur organisasi  Bidang  Pendapatan  pada  Dinas  Pengelolaan  Keuangan  dan  Aset
Universitas Sumatera Utara
4 DPKA.  Bidang  Pendapatan  mempunyai  tugas  melakukan  pengelolaan
penerimaan  dari  sektor  pendapatan  asli  daerah,  dana  perimbangan,  maupun  lain- lain  pendapatan  daerah  yang  sah.  Dalam  melaksanakan  tugas  tersebut  Bidang
Pendapatan mempunyai fungsi  mengembangkan potensi penerimaan, melakukan operasional lapangan dan memantau evaluasi dan pelaporan realisasi penerimaan
pendapatan. Berdasarkan  pra  survey  yang  dilakukan  penulis,  bahwa  struktur
organisasi  DPKA  Kota  Langsa  yang  digunakan  saat  ini  adalah  hasil  dari  proses restrukturisasi  organisasi  berkesinambungan  yang  dilakukan  oleh  Pemerintah
Kota  Langsa  dalam  rangka  untuk  menunjang  dan  menjalankan  roda  organisasi kepemerintahan  secara  efektif  dan  efisien.  Pemerintah  Kota  Langsa  yang
merupakan  daerah  otonomi  hasil  dari  pemekaran  Kabupaten  Aceh  Timur  pada tahun
2004 membentuk
kelengkapan perangkat
organisasi pelaksana
pemerintahan  dalam  bidang  pendapatan  daerah  berdasarkan  Qanun  Kota  Langsa Nomor  11  Tahun  2004  Tentang  Susunan  Organisasi  dan  Tata  Kerja  Dinas
Pendapatan Daerah Kota Langsa. Seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat, maka restrukturisasi
organisasi  merupakan  salah  satu  upaya  pendekatan  yang  harus  dilakukan  agar kinerja  organisasi  tetap  optimal  dalam  memberikan  pelayanan  dan  mengatasi
masalah-masalah  yang  terus  berkembang.  Setelah  Dinas  Pendapatan  Daerah DISPENDA  Kota  Langsa  dibentuk  pada  tahun  2004,  restrukturisasi  organisasi
dilakukan  pada  tahun  2007  dengan  menyederhanakan  struktur  organisasi DISPENDA  menjadi  sebuah  Bidang  Pendapatan  yang  berada  didalam  struktur
Universitas Sumatera Utara
5 organisasi  Badan Pengelola Keuangan Daerah BPKD Kota  Langsa  yang terdiri
dari 2 Sub Bidang  yaitu Pendaftaran dan Penetapan; dan Sub Bidang Penagihan. Kemudian  restrukturisasi  pada  tahun  2008  dilakukan  dengan  pengembangan
Bidang  Pendapatan  dari  2  Seksi  menjadi  3  Seksi  yaitu  Seksi  Pajak,  Seksi Retribusi dan Seksi Pendapatan Lain-lain.
Dengan  bentuk  struktur  organisasi  lini  dan  staf,  Bidang  Pendapatan dipimpin oleh 1 Kepala Bidang yang membawahi 3 Kepala Seksi. Restrukturisasi
organisasi yang dilakukan tentunya memberi dampak terhadap pelaksanaan tugas dan  wewenang  yang  disesuaikan  dengan  bentuk  struktur  organisasi.  Kelemahan
yang  terjadi  secara  umum  adalah  munculnya  pemikiran  di  masing-masing  setiap bagianseksi untuk lebih mengutamakan tugas dibagiannya dan selalu dibutuhkan
proses  adaptasi  bila  restrukturisasi  organisasi  dilakukan.  Sebagaimana  yang dinyatakan  oleh  beberapa  pegawai  bahwa  setiap  adanya  restrukturisasi  maka
pegawai  membutuhkan  adaptasi  kembali  dalam  melakukan  koordinasi,  baik koordinasi  yang  dilakukan  terhadap  antar  sesama  pegawai  maupun  koordinasi
terhadap  pimpinan  sehingga  hal  ini  dapat  mempengaruhi  pencapaian  sasaran organisasi  yang  telah  ditetapkan.  Oleh  karena  itu  dibutuhkan  koordinasi  yang
tegas  dari  pimpinan  untuk  mendorong  para  staf  dari  setiap  seksi  agar  turut berpartisipasi secara aktif dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran
yang telah ditentukan. Dalam  rangka  pencapaian  tujuan  organisasi,  desain  pekerjaan  pada
Bidang  Pendapatan  DPKA  Kota  Langsa  telah  ditetapkan  dengan  Peraturan Walikota Langsa Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Universitas Sumatera Utara
6 Pejabat  Struktural  di  Lingkungan  Dinas-Dinas  Pemerintah  Kota  Langsa.  Desain
pekerjaan yang ditetapkan pada Bidang Pendapatan DPKA Kota Langsa tentunya harus  terus  disesuaikan  dan  disinergikan  dengan  restrukturisasi  organisasi  yang
dilakukan.  Hal  ini  diperlukan  agar  tumpah  tindih  tugas  yang  diberikan  tidak terjadi dan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Hal  yang  terjadi  terhadap  pelaksanaan  desain  pekerjaan  di  Bidang Pendapatan  DPKA  Kota  Langsa  adalah  masih  adanya  kesalahan-kesalahan
dilakukan  pegawai  dalam  melakukan  pekerjaannya  serta  masih  banyaknya pegawai  yang  mengerjakan  tugas  setelah  adanya  arahan  dari  atasan,  walaupun
pimpinan  sudah  memberikan  rincian  tugas  dan  cara  pelaksanaan  pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi tingkat hasil kinerja yang telah ditetapkan.
Hasil  kinerja  pegawai  dapat  dilihat  dari  pencapaian  target  pada  tabel berikut :
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Langsa
Periode Tahun 2011 sd 2013 No
Tahun Target
Realisasi
1 2011
23.866.686.445,00 19.596.467.649,00
82,11 2
2012 21.070.197.945,00
15.725.768.669,00 74,64
3 2013
64.236.271.011,87 57.117.127.234,61
88,92 Sumber : DPKA Kota Langsa
Berdasarkan  Tabel  1.1  tampak  bahwa  rekapitulasi  PAD  yang  diperoleh pada  tahun  mencapai  82,11  sedangkan  pada  tahun  2012  terjadi  penurunan
realisasi  menjadi  74,64  dan  realisasi  mengalami  kenaikan  kembali  melebihi pencapaian  tahun  2012  menjadi  88,92  di  tahun  2013.  Secara  umum  dari  tahun
Universitas Sumatera Utara
7 2011 sampai dengan tahun 2013, realisasi  yang diperoleh belum mencapai target
yang telah ditetapkan. Penurunan di tahun 2012 tidak terlepas dari adanya mutasi jabatan  pada  posisi  pimpinan  baik  untuk  Kepala  Bidang  dan  masing-masing
Kepala  Seksi,  sehingga  hal  ini  dapat  menjadi  faktor  yang  berpengaruh  terhadap realisasi dari target yang telah ditetapkan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Karena proses adaptasi dan  peran pimpinan yang dibutuhkan baik dalam pembagian  tugas  dan  wewenang  maupun  tingkat  pengawasan  yang  diberikan
terhadap aktivitas tugas pada desain pekerjaan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap  pencapaian  kinerja  pegawai.  Oleh  karena  itu  penyesuaian  struktur
organisasi  dan  desain  pekerjaan  mutlak  diperlukan  dalam  mengantisipasi perkembangan  masalah-masalah  yang  akan  dihadapi  organisasi  dan  sebagai
metode untuk memelihara dan meningkatkan kinerja pegawai, Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  peneliti  tertarik  untuk  mengadakan
kajian  lebih  lanjut  tentang  “Pengaruh  Struktur  Organisasi  dan  Desain  Pekerjaan Terhadap Kinerja Pegawai  Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset DPKA Kota La ngsa”.
1.2 Perumusan Masalah