2.1.3.2 Masa Usia Sekolah Dasar
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang
untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini
diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu : 1.
Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai
umur 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
ialah : 1.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan
– pekerjaan yang praktis.
2. Amat realistik, ingin mengetahui, dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat-bakat khusus.
4. Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-
tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini, anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran yang
tepat sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah. 6.
Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak
tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional yang sudah ada, mereka membuat peraturan sendiri Yusuf, 2011.
Dari pengertian diatas masa anak sekolah dasar kelas tinggi kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun.
2.1.3.3 Perkembangan Intelektual Anak
Piaget dalam Nurgiyantoro, 2005: 50 membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik
yang membedakannya dengan tahapan lain. Tahapan tersebut meliputi : tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasional
formal. 1
Tahap sensorimotor the sensorymotor period, 0-2 tahun. Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap
sensorimotor terjadi berdasarkan informasi dari indera senses dan bodi motor. Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar
lewat koordinasi
persepsi indera
dan aktivitas
motor serta
mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung.
Anak mulai memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Pada usia anak 1-2 tahun, anak pada
tahapan ini menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang
bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam
perkataan yang tidak dilagukan Nurgiyantoro, 2005: 50. 2
Tahap praoperasional the preoperational period, 2-7 tahun. Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan
aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara lain adalah bahwa i anak mulai belajar
mengaktualisasi dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar corat- coret. ii Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan
dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di
antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain. iii Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang
pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan. iv Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di
mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di
dalam kognisinya Nurgiyantoro, 2005: 51. 3
Tahap operasional konkret the concrete operational, 7-11 tahun. Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik
anak pada tahap ini antara lain adalah i anak dapat membuat klasifikasi
sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. ii Anak dapat
membuat urutan sesuatu secara semestinya, mengurutkan abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain. iii Anak mulai dapat mengembangkan
imajinasinya ke masa lalu dan masa depan: adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi mudah untuk mengidentifikasikan
sesuatu dengan sudut pandang berbeda. iv Anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan
memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan
pikirnya terbatas pada situasi yang konkret Nurgiyantoro, 2005: 52. 4
Tahap operasi formal the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak.
Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah i anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi dan
menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. ii Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan
berbagai masalah yang terkait Nurgiyantoro, 2005: 53. Berdasarkan penjelasan mengenai tahap perkembangan intelektual anak
dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Anak SD kelas atas awal berusia sekitar 9-10
tahun sehingga pada usia itu mereka termasuk kedalam tahap operasional konkret.
2.1.3.4 Perkembangan Sosial