Rangkaian Resistor Seri dengan Kapasitor

Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3-33

3.6. Rangkaian Resistor Seri dengan Kapasitor

Resistor yang dihubungkan seri dengan Kapasitor akan menjadi beban impedansi, mengandung komponen Resistor R dan komponen kapasitif X C . Sumber tegangan AC yang dihubungkan seri R dan X C akan mengalirkan arus I, pada Resistor terjadi drop tegangan U W dan drop tegangan di Kapasitor U BC gambar-3.42 . Tegangan U W posisi horizontal, tegangan U BC dengan sudut 90 tegak lurus, tegangan sumber U merupakan jumlah vektor tegangan U W dengan U BC . Resistor R diposisikan datar, reaktansi X C dengan sudut 90 tegak lurus, impedansi Z merupakan jumlah vektor R dengan X C. Daya aktif P posisi datar, daya reaktif Q tegak sudut 90 dan daya semu S merupakan penjumlahan vektor P dengan Q. 2 2 2 bC W U U U 2 2 bC W U U U 2 2 2 C X R Z 2 2 C X R Z : Z 2 2 2 C Q P S 2 2 C Q P S VA S X C Reaktansi kapasitif Ω U BC Drop tegangan Kapasitor V I Arus A f Frekuensi Hz C Kapasitor F Ȧ Kecepatan sudut Rad U Tegangan sumber V U W Drop tegangan Resistor V Z Impedansi Ω R Resistor Ω S Daya semu VA P Daya aktif W Q C Daya reaktif VAR Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3 - 34 Contoh : Kapasitor memiliki reaktansi X C = 35 Ω, dirangkai seri dengan Resistor R = 25 Ω. Hitung besarnya impedansi. Jawaban : 2 2 2 2 2 2 2 35 25 : : Ÿ C C X R Z X R Z = 43

3.6.1. Rangkaian Resistor Paralel Kapasitor

Kapasitor X C dan Resistor R dalam rangkaian paralel, dihubungkan dengan sumber tegangan AC 50Hz gambar-3.43a . Menghasil kan arus cabang Kapasitor I BC dan arus cabang melewati Resistor I W . Arus total I merupakan jumlah vektor I BC dengan I W . Persamaan arus Kapasitor 2 2 2 bC W I I I 2 2 bC W I I I M cos . I I W M sin I I bC W bC I I M tan I Arus A I W Arus cabang Resistor A I bC Arus cabang Kapasitor A ij Sudut phasa Resistor seri kapasitor menyebabkan arus akan mendahului leading tegangan sumber. Gambar 3.42 : Resistor seri kapasitor Gambar 3.43 : Rangkaian Resistor paralel kapasitor Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3-35 Jika impedansi Z memiliki sifat menghambat arus, kebalikannya adalah admitansi Y memiliki sifat menghantarkan arus. Resistor R memiliki sifat menghambat arus, kebalikannya adalah konduktansi G. Reaktansi X C kebalikannya adalah suseptansi B C . Hubungan konduktansi G, suseptansi B C dan admitansi Y digambarkan sebagai segitiga dengan sudut φ gambar-3.44 . Segitiga daya aktif P, daya reaktif Q C dan daya semu S memiliki sudut faktor daya sebesar φ. 2 2 C B G Y 2 2 C Q P S Y B Y G C M M sin ; cos S Q S P C M M sin ; cos Z U I Y 1 I U S . R U I G W 1 W I U P . C bC C X U I B 1 bC C I U Q . Y Admitansi mho, Ω -1 I BC Arus cabang Kapasitor A G Konduktansi mho, Ω -1 X C Reaktansi kapasitif Ω B C Suseptansi mho, Ω -1 f Frekuensi Hz I Arus A C Kapasitor F U Tegangan V P Daya aktif W Z Impedansi Ω Q C Daya reaktif VAR I W Arus cabang Resistor A R Resistor Ω Rangkaian resistor paralel kapasitor, memiliki dua cabang arus. Pertama cabang arus resistor menjadi referensi dan kedua cabang arus kapasitor mendahului tegangan sebesar 90 . Arus total sebagai penjumlahan vektor cabang arus resistor dan cabang arus kapasitor. Gambar 3.44 : Segitiga Admitansi Gambar 3.45: Segitiga Daya Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3 - 36

3.6.2. Rangkaian Resistor Seri Induktor dan Kapasitor

Rangkaian seri Resistor R, induktor X L dan Kapasitor X C dengan sumber tegangan AC gambar-3.46a . Arus yang mengalir ke rangkaian sebesar I, menyebabkan drop tegangan di Resistor U W , drop tegangan di induktor U BL dan drop tegangan di Kapasitor U BC . Dalam kondisi ini drop tegangan U BL U BC. Diagram vektor gambar-3.46b tegangan U W mendatar, sedangkan tegangan U BL tegak lurus dari U W arahnya keatas, sedangkan U BC arahnya kebawah dari ujung U BL . Karena arah tegangan berbeda, dicari selisih tegangannya sebesar U BL - U BC . Hasilnya tegangan U merupakan penjumlahan vektor tegangan U W dengan tegangan U BL - U BC . U² =U W 2 + U bL – U bC 2 ĺ U = 2 2 bC bL w U U U U Tegangan V U w Drop tegangan Resistor V U bL Drop tegangan induktor V U bC Drop tegangan Kapasitor V Gambar 3.46 : Rangkaian Seri R, L, C dan Diagram Vektor Tegangan Contoh : Rangkaian seri R, XL dan XC terukur tegangan drop U w =10 V,U bL = 20 V, U bC = 10 V Hitunglah besarnya tegangan suply U ? Jawaban : U = 2 2 bC bL U U Uw U = 2 2 10 20 10 2 U = 100 100 = 14,1 V Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3-37 Resistor seri induktor dan Kapasitor gambar-3.47 memunculkan dua kemungkinan ditinjau dari nilai reaktansi, yaitu : x Kondisi X L X C x Kondisi X C X L Gambar 3.47 : Segitiga Impedansi Induktif dan Kapasitif Kondisi ketika X L X C , artinya rangkaian memiliki sifat lebih induktif, hasilnya tegangan akan mendahului lagging arus dengan sudut phasa φ. Arah vektor X L -X C keatas terhadap R. Ketika X C X L , artinya rangkaian bersifat kapasitif, yang terjadi adalah arus akan mendahului leading terhadap tegangan dengan sudut phasa φ. Arah vektor X C -X L kebawah terhadap R. Persamaan impedansi : Z² = R² + X L + X C ² Z = 2 2 C L X X R Z = I U Contoh : Rangkaian seri R= 300 , induktor L = 2H, dan Kapasitor C = 6 μF, dihubungkan dengan sumber tegangan AC, frekuensi = 50 Hz. Hitung besarnya impedansi Z ? Jawaban : X L = . L = 2. .50.2 = 628 Z Impedansi R Resistor X L Reaktansi induktif X C Reaktansi kapasitif Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3 - 38 X c = C . 1 Z = : s s . 10 . 6 . 1 50 . . 2 1 6 S = : 1885 10 6 = 531 X = X L – X C = 628 - 531 = 97 Z = 2 2 X R = 2 2 2 2 97 300 : : = 2 99409 : = 315

3.6.3. Paralel R, L, C

Rangkaian paralel Resistor R, induktor X L dan Kapasitor X C , dihubungkan dengan sumber tegangan AC gambar-3.48a. Ada tiga cabang arus, yaitu I BC lewat Kapasitor, I BL melewati induktor dan I W melewati Resistor. Arus total I adalah penjumlahan vektor ketiga arus cabang I BC + I BL +I W Gambar vektor arus total dan masing-masing arus cabang gambar-3.48b , arus cabang I W melewati R sebagai referensi. Tampak arus cabang induktor I BL lebih besar dibandingkan arus cabang Kapasitor I BC . Arus cabang I BL dan I BC memiliki arah berbeda, maka keduanya diselisihkan I BL -I BC . Persamaan arus total : 2 2 2 bC bL w I I I I I = 2 2 bC bL w I I I I Arus total A I W Arus cabang Resistor A I BC Arus cabang Kapasitor A I BL Arus cabang induktor A Gambar 3.48 : Rangkaian Paralel R, L, C dan diagram vektor arus Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3-39 Contoh : Rangkaian paralel dari reaktansi induktor X L =1.000 Ÿ, reaktansi Kapasitor X C = 1.200 Ÿ, Resistor R=1.500 Ÿ, dihubungkan dengan sumber tegangan AC 100 V. Hitunglah besarnya arus cabang, dan besar arus total. Jawaban : I w = : 1500 100V R U = 0,067 A I bC = : 1200 100V X U C = 0,0833 A I bL = : 1000 100V X U L = 0,1 A I = 2 2 bC bL w I I I = 2 2 0833 , 1 , 067 , A A A I = 2 00478 , A = 0,0691 A = 69,1 mA Dalam hubungan paralel Resistor, induktor dan Kapasitor ada dua kondisi yang terjadi : x Kondisi ketika I BL I BC x Kondisi ketika I BC I BL Ketika I BL I BC dijelaskan pada gambar 3.48b diatas. Vektor arus I BL arahnya kebawah lebih besar dari pada arus I BC . Sehingga selisih arus cabang I BL - I BC arahnya tetap kebawah. Beda sudut phasa antara I dengan I W sebesar φ. Kejadian I BC I BL vektor arus total tetap sebagai referensi, arus cabang I BC arahnya dominan keatas, arus cabang I BL arahnya kebawah gambar-3.49a . Selisih arus cabang I BC - I BL arahnya tetap keatas. Beda sudut phasa antara I dengan I W sebesar φ. Penjelasan dapat didekati dengan komponen konduktansi G, suseptansi B dan admitansi Y gambar-3.49b . Ketika B C B L , komponen B C arah vektornya keatas, komponen B L arah vektornya kebawah. Selisih kedua vektor B C - B L arahnya keatas. Sudut phasa ij menyatakan pergeseran antara Y dengan G. Persamaan admitansi Y : Ÿ 2 2 L C B B G Y 2 2 L C B B G Y Di unduh dari : Bukupaket.com Dasar Listrik Arus Bolak Balik 3 - 40 Z Y 1 s Y : 1 Y Admitansi mho, -1 G Konduktansi mho, -1 B C Suseptansi kapasitif mho, -1 B L Suseptansi induktif mho, -1 Z Impedansi Gambar 3.49 : Vektor Arus dan Vektor Konduktansi

3.7. Resonansi