Pembahasan ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas. Ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti pula dengan semakin tinggi kemandirian belajar, dan sebaliknya jika semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin rendah pula kemandirian belajarnya. Dimana tingkat korelasi antara kedua variabel ini adalah 0,477. Menurut Bandura 1997, salah satu hal yang mempengaruhi kemandirian belajar seorang individu adalah faktor kepribadian siswa, atribut personal yang dimiliki siswa dan atribut perilaku seperti ketrampilan dan motivasi pada diri siswa. Dalam mengembangkan motivasi dan ketrampilan siswa, dukungan orangtua adalah hal yang sangat berperan penting. Menurut Ethington 1991, orangtua yang memberikan dukungan kepada anaknya dapat menjadi sebuah motivator positif bagi anak. Rasa percaya orangtua terhadap kemampuan akademis anak serta keterlibatan orangtua di dalam pembelejaran anak dapat memunculkan motivasi akademis bagi anak. Motivasi akademis yang dimiliki anak dapat memicu timbulnya kemandirian belajar bagi anak. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar adalah senilai 23. Hal ini karena terdapat beberapa faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap timbulnya kemandirian belajar pada Universitas Sumatera Utara diri siswa. Menurut Basri 1994, kemandirian belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri faktor endogen seperti keadaan keturunan ataupun bakat, potensi intelektual. Faktor yang kedua adalah faktor yang terdapat di luar dirinya seperti lingkungan yang membentuk kepribadian individu. Di dalam penelitian ini, faktor lain yang dapat mendukung timbulnya kemandirian belajar adalah seperti dari faktor institusional. Faktor institusional adalah seperti lokasi yang nyaman bagi siswa dan tidak membatasi aktifitas siswa. Bila dilihat dari lingkungan sekolah tempat diadakan penelitian dapat dilihat bahwa SMA Negeri 1 memiliki lokasi yang nyaman bagi siswa, memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung siswa untuk mengembangkan rasa kemandirian belajarnya dan lingkungan di SMA Negeri 1 tidak membatasi siswa – siswanya dalam beraktifitas. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya berbagai fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya, seperti perpustakaan, laboratorium komputer, dan sebagainya. Hal ini secara tidak langsung memicu kemandirian belajar pada diri siswa. Hasil lain yang dapat diperoleh di atas adalah bahwa dari kategorisasi tingkat kemandirian belajar dapat dilihat bahwa 90 orang 46,15 termasuk dalam kategori kemandirian belajar tinggi. Long 2001 menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi lebih mandiri dan lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Siswa yang memiliki karakteristik kemandirian belajar yang tinggi juga selalu mempunyai perencanaan yang matang dan efektif dalam proses belajarnya. Hal ini seperti siswa rajin menambah wawasan Universitas Sumatera Utara pengetahuannya sendiri tanpa dibantu oleh guru. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa banyak di antara siswa yang memiliki kemandirian belajar yang sedang yaitu 104 orang 53,33 dan siswa yang berada pada kategori rendah ada 1 orang. Menurut Long 2001, siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar yang rendah adalah siswa yang tidak bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, proses belajar yang terjadi pada dirinya hanya tergantung oleh pengajar. Sedangkan siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sedang memiliki ciri – ciri bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, tetapi dalam membuat perencanaan belajar, siswa masih melibatkan lingkungan lain seperti guru ataupun teman. Melalui tabel mengenai kategorisasi tingkat dukungan sosial orangtua dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi 80.51 mendapatkan dukungan sosial orangtua. Selebihnya 19.49 termasuk dalam kategori sedang dan tidak ada subjek penelitian yang masuk dalam kategori rendah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar orangtua memberikan dukungan yang positif bagi siswa. Menurut Gilligan 1995, dukungan sosial orangtua tidak hanya mencegah atau mengurangi stres pada anak, tetapi dapat juga meningkatkan akademis siswa, kompetensi dan coping behavior pada diri siswa. Menurut Grolnick, Ryan 1989 sikap dukungan orangtua dapat dibagi menjadi 2 yaitu autonomy support dan structure support. Autonomy support adalah derajat dimana orangtua memberikan nilai dan mendorong anak agar dapat menyelesaikan masalah secara mandiri, memilih suatu hal, dan berpartisipasi dalam membuat keputusan, tidak memaksa anak dan meningkatkan Universitas Sumatera Utara motivasi anak. Dukungan sosial yang tinggi pada tabel di atas dapat diartikan sebagai autonomy support. Sedangkan dukungan sosial yang rendah dapat diartikan sebagai aktifitas yang bersifat negatif atau dapat memberikan penguatan yang negatif pada diri anak, hal ini seperti orangtua yang terlalu mengatur anak. Hal ini disebut dengan structure support, yaitu kecendrungan dimana orangtua memiliki arahan yang konsisten, dan aturan bagi anak. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi pada perbedaan kemandirian belajar antara perempuan dan wanita adalah 0.005. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemandirian belajar antara laki-laki dan wanita .05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reio 2004 bahwa terdapat perbedaan kemandirian belajar antara wanita dan laki – laki. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin wanita mempunya nilai mean yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang berjenis kelamin laki –laki. Nilai t menunjukkan nilai yang positif 2,842, hal ini menunjukkan juga bahwa subjek yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat kemandirian belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Reio 2004 yang menyatakan bahwa wanita mempunyai level kemandirian belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan laki- laki. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena lebih banyaknya subjek yang berjenis kelamin wanita di dalam penelitian. Zaman yang berkembang juga menuntut wanita agar mempunyai wawasan yang lebih banyak, sehingga hal itu menuntut wanita untuk mengembangkan rasa kemandirian belajar. Universitas Sumatera Utara Pada hasil penelitian di atas jika variabel kemandirian belajar dibedakan pada tiap kelas maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemandirian belajar antara tiap kelas p 0.05. Tetapi bila dilihat dari nilai mean yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa di kelas 12 mempunyai mean yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lain 149,88, diikuti dengan siswa di kelas 11 149,24 dan terakhir siswa di kelas 10 145,85. Hal ini dapat disebabkan karena materi belajar yang berbeda di antara masing-masing kelas. Menurut Redding 1997, salah satu hal yang mempengaruhi dalam pembentukan kemandirian belajar adalah umur age yang berhubungan dengan struktur sosial dan perubahan sosial. Redding 1997 juga menyatakan bahwa peran individu dapat mempengaruhi dalam pembentukan kemandirian belajar. Siswa di kelas 12 mempunyai peran yang lebih bertanggung jawab, dimana mereka akan memasuki universitas. Dibandingkan dengan siswa pada kelas 11 dan 10, siswa di kelas 12 dituntut untuk lebih mampu mengembangkan potensi dalam diri mereka. Tabel di atas juga menunjukkan hubungan antara masing-masing dimensi dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar. Hubungan yang paling tinggi di antara dimensi-dimensi dukungan sosial orangtua adalah dari dimensi sosial penghargaan dan dimensi instrumental yaitu 0,470. Dimensi sosial penghargaan meliputi penghargaan positif pada anak, mendorong anak dalam memberikan ide, memberikan semangat dan membandingkan secara positif. Sedangkan dimensi sosial instrumental meliputi bantuan menyelesaikan tugas, menjaga dan melindungi keluarga, menyampaikan pesan serta menyediakan transportasi atau fasilitas tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara Johnson dan Medinnus 1974, apabila diberikan suasana yang penuh penghargaan, dan suasana yang selalu memberikan semangat bagi anak maka hal itu akan mendorong anak untuk bersifat mandiri, bertanggung jawab dalam proses belajarnya. Sedangkan menurut penelitian Reio 2004, siswa yang memiliki suasana yang penuh perlindungan dalam keluarga, siswa yang memiliki fasilitas dalam proses belajar akan mempunyai tingkat kemandirian belajar yang lebih tinggi. Apabila semua kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas belajar akan segera terpenuhi, maka pemenuhan kebutuhan belajar tersebut dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang baik yang merupakan harapan atau cita-cita akhir dari aktivitas belajar. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosiral orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas dengan nilai r = 0,477 dan ρ 0,05. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan semakin tinggi kemandirian belajar pada diri siswa dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orangtua maka akan semakin rendah kemandirian belajar yang dimiliki siswa. 2. Ada beberapa hasil tambahan di dalam penelitian ini, yaitu : a. Terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan dengan nilai signifikansi yaitu 0,005 0.05. Siswa yang berjenis kelamin perempuan mempunyai kemandirian belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berjenis kelamin laki-laki. b. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar bila ditinjau dari tingkatan kelas siswa yaitu pada kelas 10, 11 dan 12. Universitas Sumatera Utara