Analisis Ekonomi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik (Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi)

(1)

ENERGI LISTRIK

(Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi)

SUCI ANGRAINI PRICILIA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik (Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi)

Nama : Suci Angraini Pricilia

NIM : H44100002

Disetujui oleh,

Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen


(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik (Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Suci Angraini Pricilia NIM H44100002


(4)

ABSTRAK

SUCI ANGRAINI PRICILIA. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik (Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi). Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui energi yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah padat kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Bahana Karya Semesta, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah fiber dan cangkang yang dihasilkan dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler penghasil energi listrik, analisis kelayakan finansial dari pemanfaatan limbah, dan efisiensi biaya energi. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonomi dan analisis biaya manfaat (analisis finansial). Energi listrik yang dimanfaatkan oleh pabrik dari limbah padat kelapa sawit adalah jumlah energi yang dihasilkan dikalikan dengan lama waktu pabrik beroperasi dalam 1 hari yaitu rata-rata 13,6 jam. Kebutuhan listrik pabrik adalah sebesar 11.084 KWh dan jumlah listrik yang dihasilkan dari fiber dan cangkang sebagai bahan bakar boiler adalah 9.033 KWh. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV>0, yaitu Rp115.860.317.059. Net B/C>1 yaitu 2,5, Gross B/C>1 yaitu 1,08, IRR>tingkat suku bunga 12% yaitu 44 %, dan payback periode selama 3,9 tahun. Hasil ini menunjukkan pemanfaatan fiber dan cangkang kelapa sawit menjadi energi listrik ini layak untuk dilaksanakan. Efisiensi biaya energi dari pemanfaatan fiber dan cangkang kelapa sawit lebih mahal sebesar Rp902.250.625/bulan dibandingkan menggunakan solar, dan efisiensi penggunaan energi yang diperoleh sebesar 81,5%.

.

Kata Kunci : Analisis Biaya Manfaat, Energi Terbaharukan, Energi Listrik, Fiber dan Cangkang, Kelapa Sawit.


(5)

ABSTRACT

SUCI ANGRAINI PRICILIA. Fiber Utilization and Economic Analysis of Shell Oil Palm Energy at PT. Bahana Karya Semesta, Sarolangun, Jambi. Surpervised by RIZAL BAHTIAR.

Research was conducted to determine the energy generated from the utilization of palm oil soild waste in PT. Bahana Karya Semesta, Sarolangun, Jambi Province. Research aimed to determine the amount of fiber and shell factor produced, the amount of fiber and shells are used as fuel for boilers producing electrical energy, investment cost, and efficiency of energy costs. This research uses a cost benefit analysis (financial viability). The electrical energy used by the plant of solid waste palm oil is the amount of energy produced multiplied by the length of time the plant is operating within 1 day which is an average of 13.6 hours. Electricity needs of the plant is 11.084 kWh of electricity generated and the amount of fiber and shell as fuel boiler is 9.033 KWh. Based on the calculations, the value of NPV>0 that is Rp115.860.317.059. Net B/C>1 is 2,5, IRR>12% interest rate is 44% and payback period of 3,9 years. These results demonstrate the utilization of oil palm fiber and shell into electrical energy is feasible. Efficiency of energy costs of utilization of oil palm fiber and shell is Rp902.250.625/month, and efficient use of energy obtained for 81,5%

Keywords : Cost Benefit Analysis, Electric Energy, Fiber and shells, Palm Oil, Renewble Energy.


(6)

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN

FIBER

DAN

CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI ENERGI LISTRIK

(Studi Kasus : PT. Bahana Karya Semesta, Kab. Sarolangun, Jambi)

SUCI ANGRAINI PRICILIA

Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, yaitu Burnadi dan Marina Susanti, adik-adik tersayang Gita, Dino, Dina, serta segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.

2. Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Syukri selaku Manajer, Bapak Yadi, Bapak Hendra, Bapak Amrin, Bapak Bowo selaku Asisten Manajer, dan seluruh staf PT. Bahana Karya Semesta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta informasi yang telah diberikan.

4. Seluruh keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas semua arahan, masukan, motivasi, dan bantuan. 5. Sandi Rahmadika S.T yang telah memberikan doa, dukungan, arahan,

dan bantuan.

6. Sahabat-sahabat Agustin, Amalia, Nurul, Sumayyah, Bintang, Nana, Puti, Rola, Dita, Dewi, Cory, serta keluarga besar ESL 47 dan IMKB yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.

Bogor, Juni 2014


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1Jenis Limbah Sawit ... 5

2.2 Komposisi dan Volume Limbah Padat Industri Kelapa sawit ... 8

2.3 Tipe Kelapa Sawit ... 10

2.4 Industri Kelapa sawit ... 11

2.5 Analisis Pengelolaan Limbah... 11

2.6Energi alternatif Non BBM ... 12

2.7Energi Terbaharukan ... 12

2.8 Energi dari Limbah Kelapa Sawit ... 13

2.9 Efisiensi Ekonomi... 14

2.10 Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangka dan Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Internalisasi Biaya Eksternal ... 17

3.1.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 18

3.1.2.1 Biaya dan Manfaat Bagi Perusahaan ... 18


(9)

3.2 Kerangka Operasional ... 20

IV. METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

4.4 Metode Analisis Data ... 23

4.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ... 23

4.4.2 Analisis Total Energi ... 24

4.4.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 24

4.4.3.1 Net Present Value (NPV) ... 25

4.4.3.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 25

4.4.3.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 26

4.4.3.4 Tingkat Pengembalian Investasi ... 26

4.4.4 Analisis Efisiensi Biaya Energi ... 27

4.4.4.1 Efisiensi Penggunaan Energi ... 27

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 29

5.2 Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi Fiber dan Cangkang ... 31

5.3 Produksi PT. Bahana Karya Semesta Tahun 2013 ... 40

5.4 Pengolahan Limbah ... 43

5.5 Prinsip Kerja Boiler Menjadi Energi Listrik ... 46

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Fiber dan Cangkang menjadi Bahan Bakar Boiler... 48

6.2 Analisis Total Energi ... 49

6.2.1 Perhitungan Potensial Listrik ... 49


(10)

6.3.1 Arus Penerimaan (Inflow) dan Arus Pengeluaran

(Outflow) ... 52

6.3.2 Hasil Analisis Finansial ... 56

6.4 Analisis Efisiensi Biaya Energi ... 58

6.4.1 Analisis Efisiensi Penggunaan Energi ... 59

6.5 Rekomendasi Kebijakan ... 59

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Simpulan ... 62

7.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Komposisi Hasil Pengolahan per Ton TBS ... 9

2. Tiga Tipe Kelapa Sawit yang Tersebar di Indonesia ... 10

3. Kerangka Operasional ... 21

4. Komposisi Hasil Pengolahan TBS PT. Bahana Karya Semesta ... 40

5. Prinsip Kerja Boiler ... 46

DAFTAR TABEL Halaman 1. Luas Kebun, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Provinsi Jambi dari Tahun 2011 sampai Tahun 2012 ... 1

2. Jenis dan Kuantitas Limbah Padat dan Cair yang dihasilkan PKS/Ton/ TBS olah ... 2

3. Produksi dan Harga Bahan Bakar Minyak Tahun 2008-2011 ... 3

4. Jenis Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit ... 8

5. Nilai Energi Panas (Colorific Value) dari Limbah Kelapa Sawit (berdasarkan berat kering) ... 14

6. Kapasitas Pabrik SAJM ... 29

7. Jumlah produksi Fiber Kelapa Sawit Tahun 2013 ... 41

8. Jumlah Produksi Cangkang Kelapa Sawit ... 41

9. Jumlah Produksi Janjang Kosong Kelapa sawit ... 42

10.Jumlah Produksi CPO ... 42

11.Jumlah Produksi Kernel Kelapa Sawit ... 43

12.Mutu Limbah Cair Industri Kelapa Sawit SAJM ... 44

13.Jumlah Fiber Kelapa Sawit sebagai Bahan Bakar Boiler ... 48

14.Jumlah Cangkang Kelapa Sawit sebagai Bahan Bakar Boiler ... 48

15.Total Energi Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit ... 50

16.Perhitungan Kebutuhan Listrik Kantor ... 51

17.Perhitungan Kebutuhan Listrik Rumahtangga ... 52

18.Arus Penerimaan (Inflow) PT. Bahana Karya semesta Tahun 2013 ... 53

19.Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Tetap PT. Bahana Karya Semesta Tahun 2006-2016 ... 54


(12)

20.Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Variabel PT. Bahana Karya Semesta

Tahun 2006-2016 ... 55

21.Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ... 56

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Flow Chart Palm Oil Mill Process PT. Bahana Karya Semesta ... 67

2. Produksi Pabrik SAJM PT. Bahana Karya Semesta ... 68

3. Pendapatan dari Penjualan Cangkang Kelapa Sawit ... 68

4. Pendapatan dari Penjualan CPO ... 69

5. Pendapatan dari Penjualan Kernel Inti Kelapa Sawit ... 69

6. Pengeluaran dari Pembelian TBS Olah ... 70

7. Besar Listrik yang Dihasilkan dari Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit (Engine Room Station) ... 71

8. Cash flow Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Listrik Tahun 2006-2016 ... 73


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dijumpai setiap pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Pada tahun 2013, dari total luas perkebunan kelapa sawit sebesar 9,14 juta hektar, sekitar 65% berada di pulau Sumatera, Kalimantan (31%), Sulawesi (3%), kemudian Jawa dan Papua di bawah satu persen (Departemen Pertanian, 2014). Tiga pulau ini menjadi daerah penghasil kelapa sawit dan produk CPO terbesar di Indonesia. Koridor Sumatera khusus bagi pengembangan kelapa sawit di Indonesia salah satunya di Provinsi Jambi. Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun 2011 sampai 2012 adalah sebesar 9,89%, produksi kelapa sawit meningkat sebesar 11,96%, sedangkan produktivitas kelapa sawit meningkat sebesar 5,28%. Luas kebun, produksi, dan produktivitas kelapa sawit tahun 2011 sampai 2012 di provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Kebun, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Provinsi Jambi dari Tahun 2011 sampai Tahun 2012

Jambi

Indikator Satuan 2011 2012 Laju Pertumbuhan (%) Luas areal Ha 625.974 687.892 9,89 Produksi Ton 1.684.174 1.885.530 11,96 Produktivitas Kg/Ha 3.371 3.549 5,28 Sumber: Kementrian Pertanian, 2013

Peningkatan luas kebun, produksi, dan produktivitas kelapa sawit meningkatkan pula proses pengolahan CPO di pabrik-pabrik kelapa sawit. Pengolahan CPO yang dihasilkan sawit menghasilkan limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Limbah cair berasal dari air rebusan hidroksin dan air cucian pabrik yang dikenal dengan palm oil mill effluent (POME), sedangkan limbah gas berasal dari gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit yang menggunakan incinerator. Adapun limbah padat kelapa sawit menurut Leokito (2002) terdiri dari cangkang kelapa sawit (shell), serabut kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit, batang kelapa sawit, dan pelepah kelapa sawit.


(14)

Kuantitas dari limbah industri kelapa sawit yang paling banyak dihasilkan adalah limbah cair yaitu 600 kg, JJK sebanyak 250 kg, serabut (fiber) sebanyak 130 kg, dan cangkang sebanyak 70 kg. Kuantitas limbah yang dihasilkan sangat banyak dari per ton TBS yang diolah per pabrik sehingga diperlukan penanganan yang serius oleh pelaku industri untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Tabel 2. Jenis dan Kuantitas Limbah Padat dan Cair yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit/Ton/TBS Olah

Jenis Limbah Kuantitas Limbah (kg) Janjangan kosong (JJK) 250

Serabut 130

Cangkang 70

Decanted solid 40

Sludge limbah cair 30

Abu janjang 5

Limbah cair 600

Sumber: Noel, 1999

Limbah padat seperti JJK biasanya digunakan sebagai mulsa (penutup tanah) pada gawangan kosong kebun kelapa sawit untuk menambah kesuburan tanah dan dapat mengatasi ancaman ganoderma pada tanaman sawit (PPKS, 2007). Sementara fiber dan cangkang yang memiliki nilai jual tinggi karena bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Effluent (hasil akhir yang dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrik-pabrik CPO yang ada di Indonesia umumnya masih belum bisa memenuhi kriteria sesuai standar yang berlaku secara internasional, misalnya melalui ecolabelling yang mensyaratkan biochemical oxygen demand (BOD) pada level 100 ppm (Rahardjo, 2009).

Upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan telah dilakukan oleh beberapa perusahaan dengan mengelola limbah cair menjadi pupuk dan limbah padat sebagai bahan bakar boiler pengganti solar yang ramah lingkungan, seperti halnya yang dilakukan oleh PT. Bahana Karya Semesta, Kabupaten Sarolangun, Jambi. PT. Bahana Karya Semesta memiliki pabrik pengolahan CPO yang bernama Pabrik Sungai Air Jernih Mill (SAJM).

Biasanya pabrik kelapa sawit memakai solar sebagai bahan bakar generator pembangkit listrik, sedangkan PT. Bahana Karya Semesta telah memanfaatkan fiber dan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler yang


(15)

menghasilkan uap (steam) sehingga bisa menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi listrik. Listrik digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin pengolah CPO dan dapat menghemat biaya produksi dengan mengurangi pemakaian solar.

Pemakaian fiber dan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pengganti solar ini akan membantu masalah krisis energi yang dipicu naiknya harga minyak dunia (pernah mencapai USS 70/barrel). Hal ini semakin menyadarkan berbagai kalangan ditanah air bahwa ketergantungan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak) secara perlahan perlu dikurangi. Buruknya pengaruh pembakaran BBM terhadap lingkungan juga menjadi faktor pendorong pencarian dan pengembangan energi alternatif non BBM (Indartono, 2007).

Energi dari bahan tambang seperti minyak bumi dan gas bumi diperkirakan akan habis dalam waktu yang relatif singkat. Ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin menipis. Hal ini didukung dengan Tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Harga Bahan Bakar Minyak Tahun 2008-2011

Produksi Satuan 2008 2009 2010 2011 Bahan Bakar Minyak

(BBM)

Ribu

Barrel 251.531 246.289 241.156 238.957 Harga BBM Rp/liter 4.500 4.800 7.100 8.800 Sumber: Ditjen MIGAS, 2012

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi BBM semakin berkurang dari 251.531 barel pada tahun 2008 menjadi 238.957 barel pada tahun 2011, hal ini menunjukkan semakin kelangkaan BBM yang berpengaruh terhadap harga BBM. Harga BBM mengalami peningkatan dari Rp4.500/liter pada tahun 2008 menjadi Rp8.800/liter pada tahun 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia harus segera mencari sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan. Pengembangan listrik berbiaya tinggi ke berbiaya rendah mengarah pada pengolahan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi baru yang terbaharukan, sekaligus peluang investasi di daerah Jambi. Limbah kelapa sawit merupakan sumber biomassa yang potensial untuk bioenergi. Hal ini menunjukkan bahwa


(16)

kuantitas, penyebaran dan kontinuitas biomassa dari produk sampingan pemrosesan CPO bisa dijadikan alternatif sumber energi terbaharukan (Hambali dkk, 2010). Salah satu sumber energi terbaharukan yang belum banyak dimanfaatkan adalah energi dari limbah padat kelapa sawit. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Bahana Karya Semesta memanfaatkan limbah ini sebagai sampel untuk pabrik kelapa sawit lainnya dalam pemanfaatan energi di wilayah Jambi.

Berdasarkan persoalan tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapa jumlah fiber dan cangkang yang dihasilkan dan dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan bakar boiler penghasil listrik?

2. Berapa energi listrik yang dihasilkan dan dimanfaatkan dari fiber dan cangkang kelapa sawit?

3. Apakah analisis kelayakan finansial pemanfaatan fiber dan cangkang layak dilakukan?

4. Berapa efisiensi biaya energi pemanfaatan fiber dan cangkang sawit dan energi dari solar?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi jumlah fiber dan cangkang yang dihasilkan dan dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan bakar boiler penghasil listrik.

2. Mengestimasi energi listrik yang dihasilkan dan dimanfaatkan oleh fiber dan cangkang kelapa sawit.

3. Menganalisis tingkat kelayakan finansial pemanfaatan fiber dan cangkang. 4. Menganalisis efisiensi biaya energi pemanfaatan fiber dan cangkang sawit dan

energi dari solar.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Batasan penelitian diperlukan agar penelitian lebih terfokus. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wilayah penelitian dibatasi di PT. Bahana Karya Semesta, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Waktu penelitian 17 sampai 22 Februari 2014.


(17)

3. Umur ekonomis usaha 10 tahun, ditentukan dari umur asset terbesar pabrik secara teknis.

4. Membandingkan biaya energi fiber dan cangkang kelapa sawit dan energi dari solar.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Limbah Sawit

Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau hasil ikutan dari pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah indutri kelapa sawit. Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini digolongkan 3 jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

Pemanfaatan tandan kosong di antaranya sebagai bahan baku kertas, bahan baku briket arang, oleochemical, bahan untuk kompos, energi, pulp kertas, dan pupuk. Cangkang kelapa sawit memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi industri, usaha, rumah tangga dan lain-lainnya. Beberapa diantaranya adalah: a. Sebagai bahan baku arang (sawit) atau charcoal. Dimana arang yang

dihasilkan dari pengolahan cangkang sawit adalah berupa briket arang. Briket arang adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku tempurung kelapa dan bahan kayu lainnya yang telah diolah menjadi briket dan diharapkan menjadi bahan bakar alternatif pilihan yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Briket arang adalah arang yang terbuat dari arang jenis lain yang dihaluskan terlebih dahulu kemudian dicetak sesuai kebutuhan dengan campuran tepung kanji. Tujuan pembuatan briket arang adalah untuk menambah jangka waktu bakar dan untuk menghemat biaya. Arang yang sering dijadikan briket arang diantaranya adalah arang sekam, arang serbuk gergaji, dan arang serasah. Arang- arang tersebut terlalu kecil untuk digunakan langsung dan akan cepat habis. Sehingga akan lebih awet jika diubah menjadi briket arang. Untuk arang tempurung kelapa dapat dijadikan briket arang, tetapi hanya tempurung yang sudah remuk. Tempurung yang masih utuh tidak perlu dijadikan briket arang. Manfaat briket arang yaitu hemat dan ekonomis, aman dan ramah lingkungan, tahan lama, cocok untuk usaha kuliner, restoran dan warung makan lainnya. Keunggulan Briket Arang yaitu tidak berasap, tidak berbau, tidak mencemari udara, panas yang tinggi dan kontinyu, baik untuk


(19)

pembakaran yang lama, tidak beresiko meledak ataupun terbakar seperti minyak tanah dan gas elpiji, sumber briket arang yang berlimpah, dan ramah lingkungan. Karbon aktif yang berasal dari limbah cangkang sawit dapat digunakan untuk penyerapan gas CO2 dan pemurnian biogas. Karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit berukuran mikropori agar dapat menyerap gas dengan baik.

b. Sebagai bahan bakar untuk boiler. Boiler adalah ketel penghasil uap untuk menjalankan turbin uap pembangkit listrik dan sisa buangan uap dari turbin digunakan untuk kebutuhan proses. Air yang diumpan kedalam pipa-pipa yang terdapat pada boiler di panaskan menjadi uap basah untuk kemudian oleh superheater diubah menjadi uap kering yang tidak mengandung butiran air. Uap kering inilah yang digunakan untuk menggerakkan turbin uap.

c. Bahan campuran untuk makanan ternak. Cangkang kelapa sawit juga berguna untuk bahan campuran pakan ternak yang difermentasikan menjadi kompos. d. Cangkang sawit dipakai sebagai pengeras jalan/pengganti aspal.

e. Cangkang sawit juga dapat menghasilkan asap cair. Dengan meningkatnya produksi arang aktif yang menggunakan bahan dasar tempurung kelapa maka akan mengakibatkan terjadinya pencemaran udara karena adanya penguraian senyawa-senyawa kimia dari tempurung kelapa pada proses pirolisis. Pada proses pirolisis juga dihasilkan asap cair, tar dan gas-gas yang tak terembunkan.

f. Bahan baku untuk membuat lem dan vernis kayu.

g. Bahan pengawet pangan. Untuk pengawet pangan uji anti bakteri ini dilakukan terhadap bakteri dengan metoda difusi dan diukur zona jernih (Sonowijoyo, 2012).


(20)

Tabel 4. Jenis Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

Jenis Potensi per Ton TBS

(%) Manfaat

Tandan kosong 23 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi Wet Decanter Solid 4 Pupuk kompos, makanan

ternak

Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan partikel, agregat sementara Serabut (fiber) 13 Energi, pulp kertas, papan

partikel

Limbah cair 50 Pupuk, air irigasi Air kondensat Air umpan broiler Sumber: Tim PT.SP, 2000

Berdasarkan hasil penelitian, limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti berikut ini:

a. Sabut

Sabut dapat digunakan untuk pulp kertas bubur untuk pembuatan kertas, energi/tenaga maupun papan partikel.

b. Sludge atau endapan lumpur

Sludge yang dihasilkan dari pabrik biasanya berupa lumpur. Endapan lumpur tersebut dapat digunakan untuk makanan ternak, sabun maupun pupuk.

c. Cangkang

Cangkang atau yang sering disebut tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selain itu dapat digunakan untuk bahan pengisi , maupun papan partikel. d. Bungkil

Bungkil dapat digunakan untuk makanan ternak maupun pembuatan pupuk organik (Wahyono, 2003).

2.2 Komposisi dan Volume Limbah Padat Industri Kelapa Sawit

Hasil panen berupa TBS harus segera diolah agar dapat menghasilkan minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi (Setyamidjaja, 2006). Pengolahan minyak dari TBS kelapa sawit ini menghasilkan limbah padat yang terdiri dari janjangan kosong (JJK), daun, bungkil, serat atau serabut, cangkang, pelepah,


(21)

batang dan sludge atau solid basah. Hasil pengolahan dari satu ton TBS kelapa sawit mengandung air sebanyak 32%, yang merupakan komposisi terbesar dibandingkan unsur lainnya yang dihasilkan. Setelah air, JJK menempati komposisi kedua terbesar yang dihasilkan dari pengolahan satu ton TBS yaitu sebesar 24%. Komposisi tempurung dan daging buah merupakan komposisi terendah dari pengolahan satu ton TBS yaitu masing masing sebanyak 6%. Serat memiliki komposisi sebanyak 14%, sedangkan untuk komposisi CPO memiliki komposisi sebanyak 18% (Rokhmani, 2009).

Sumber: Rokhmani, 2009

Gambar 1. Komposisi Hasil Pengolahan per Ton TBS

Pengolahan TBS untuk menghasilkan minyak melalui berbagai tahapan proses fisik seperti perebusan, pembantingan, pengepresan, klarifikasi, pemurnian, dan pemecahan biji. JJK dihasilkan setelah TBS melalui tahapan pembantingan yang terkadang mengandung limbah buah yang tidak lepas di antara celah-celah ulir dibagian dalam TBS. JJK juga merupakan rendemen limbah padat tertinggi dari industri kelapa sawit dalam keadaan basah dan kering, yang masing-masing sebesar 21-23% dan 10-12% per ton TBS yang diolah PKS. Ini disebabkan oleh perebusan dan pembantingan yang tidak sempurna pada pabrik-pabrik yang tekanan kerja ketel rebusannya di bawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan JJK yang masih mengandung buah hingga 9% yang turut meningkatkan rendemen limbah padat industri kelapa sawit (PPKS, 1998).

Cangkang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator yang masih mengandung biji bulat dan inti sawit. Rendemen limbah padat berupa cangkang baik dalam keadaan basah dan kering memiliki persentase yang terkecil,

masing-Air; 32%

CPO; 18%

Daging buah; 6% Cangkang, 6%

Serat; 14% JJK; 24%


(22)

masing yaitu 5% dan 4% per ton TBS yang diolah PKS. Cangkang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan akan menghasilkan gas-gas yang tidak terbakar sempurna (Naibaho, 1998). Serat merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. 2.3 Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang dari kedua spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan mudah dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumberdaya genetik.

Sumber: Djoehana, 2008

Gambar 2. Tiga Tipe Kelapa Sawit yang Tersebar di Indonesia

Tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari: Dura, Pisifera, Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga


(23)

betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa Tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28% (Djoehana, 2008).

2.4Industri Kelapa Sawit

Pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit tersebut tidak terlepas dari tingkat profitabilitas yang sangat menjanjikan dari bisnis ini. Tingginya tingkat keuntungan ini diduga sangat dipengaruhi oleh faktor harga TBS yang selalu meningkat dengan sangat signifikan. Pada periode 2002-2011 harga TBS telah melonjak tajam hingga lebih dari tiga kali lipat. Tingkat penghasilan petani perkebunan kelapa sawit yang jauh lebih besar dari komoditas pertanian lainnya diduga menyebabkan tidak sedikit petani komoditas lain yang beralih ke perkebunan kelapa sawit. Peningkatan harga TBS yang tinggi telah memicu banyak masyarakat berinvestasi di perkebunan kelapa sawit. Sebagian masyarakat memulai bisnis perkebunan kelapa sawit sebagai usaha baru namun sebagian masyarakat lainnya yang telah mengusahakan komoditas pertanian lain seperti karet dan padi tidak sedikit yang beralih ke tanaman kelapa sawit (Kurdianto, 2011). Industri kelapa sawit banyak dimanfaatkan oleh para perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Besarnya produksi yang mampu dihasilkan berdampak positif bagi perekenomian Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

2.5Analisis Pengelolaan Limbah

Proses produksi maupun konsumsi selain menghasilkan keuntungan dan kepuasan juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Limbah merupakan bagian intrinsik atau bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas tersebut.


(24)

2.6Energi Alternatif Non BBM

Sumber energi alternatif adalah sumber energi yang bukan merupakan sumber energi tradisional (yaitu bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas alam). Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Energi dari limbah sawit ini dapat menghemat penggunaan BBM dan menghemat secara ekonomi.

2.7 Energi Terbaharukan

Energi terbaharukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber energi yang berkelanjutan, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, radiasi matahari, aliran air, dan air terjun serta gerakan perbedaan suhu lapisan laut. Sumber energi yang dapat dipulihkan oleh alam dalam waktu yang relatif singkat disebut terbarukan. Beberapa teknologi pembangkit energi dari sumber energi terbaharukan seperti:

a. Panas bumi

Panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung antara lain sebagai pengering hasil pertanian, sterilisasi media tanam jamur, pemandian air panas, dsb. Pemanfaatan tidak langsung seperti uap panas bumi dikonversi menjadi tenaga listrik.

b. Aliran air dan air terjun

Energi dalam bentuk energi potensial dan kinetik ini dapat diubah menjadi energi mekanik kemudian dikonversi menjadi energi listrik.

c. Bioenergi

Sumber energi yang berasal dari material makhluk hidup yang diproses menjadi biomassa sebagai bahan bakar nabati sebagai bahan bakar cair dan gas. Contoh bioenergi adalah:

1. Biogas juga dapat dihasilkan dari biomassa untuk pembangkit listrik. Sistem gasifikasi pada suhu tinggi mengubah biomassa menjadi bahan bakar gas. Gas tersebut digunakan sebagai bahan bakar pada motor bakar atau turbin gas.

2. Bahan bakar nabati adalah bahan bakar yang diproduksi dari sumber-sumber hayati, yaitu biodiesel, bioethanol dan minyak nabati murni.


(25)

3. Biodiesel dimaksudkan sebagai pengganti minyak solar dan minyak diesel industri.

4. Bioethanol digunakan sebagai bahan bakar kendaraan mesin bensin, terutama dalam bentuk gasohol, yakni campuran etanol kering dan bensin. d. Radiasi matahari

Radiasi matahari bentuknya adalah gelombang elektromagnetik terdapat dalam dua bentuk yaitu panas dan cahaya tampak, dalam bentuk lain dinyatakan sebagai gelombang pendek dan gelombang panjang, atau radiasi langsung.

e. Energi angin

Energi angin yang dimanfaatkan adalah energi kinetik udara yang dikonversikan oleh turbin atau kincir angin menjadi energi mekanik yang memutar generator listrik atau langsung memutar mesin seperti gilingan padi (H. Hoesin, 2011).

2.8 Energi dari Limbah Kelapa Sawit

Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk sampingan sawit, penggilingan padi, kayu, polywood, pabrik gula, kakao, dan limbah industri pertanian lainnya. Biomassa dari produk samping sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbaharukan. Salah satunya adalah POME (palm oil mill effluent) untuk menghasilkan biogas. Potensi produksi biogas dari seluruh limbah cair tersebut kurang lebih adalah sebesar 1075 juta m3. TKKS dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas walaupun proses pengolahannya lebih sulit daripada biogas dari limbah cair.

Potensi energi yang dapat dihasilkan dari produk sampingan sawit yang lain dapat dilihat dari nilai energi panas (calorific value ). Nilai energi panas untuk masing-masing produk sampingan sawit adalah 20.093 kJ/kg cangkang, 19.055 kJ/kg serat, 18.795 kJ/kg TKKS, 17.471 kJ/kg batang, dan 15.719 kJ/kg pelepah. Cangkang dan serat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam PKS. Cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk memenuhi kebutuhan steam (uap panas) dan listrik.

TKKS juga memiliki potensi energi yang besar sebagai bahan bakar generator listrik. Sebuah PKS dengan kapasitas pengolahan 200.000 ton


(26)

TBS/tahun akanmenghasilkan sebanyak 44000 ton TKKS (kadar air 65%)/tahun. Total TKKS sebanyak 12.365 juta ton di tahun 2004 berpotensi menghasilkan energi sebesar 23.463,5 juta MWe (Alpen Steel, 2013).

Biopellet atau dikenal dengan biopelet salah satu bentuk bahan bakar padat berbasis limbah biomassa dengan ukuran yang kecil dan lebih kecil dari briket. Biopelet mempunyai densitas dan keseragaman ukuran yang lebih baik dibandingkan biobriket. Nilai kalor pembakaran yang dimiliki cangkang kelapa sawit cukup tinggi, yaitu 19.500-20.750 kJ/kg, sehingga menunjukkan bahwa cangkang kelapa sawit sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan bahan bakar biopelet.

Tabel 5. Nilai Energi Panas (calorific value) dari Limbah Kelapa Sawit (berdasarkan berat kering)

Bagian Rata-rata calorific value

(kJ/kg) Kisaran (kJ/kg)

Tandan kosong kelapa sawit 18.795 18.000-19.920

Serat 19.055 18.800-19.580

Cangkang 20.093 19.500-20.750

Batang 17.471 17.000-17.800

Pelepah 15.719 15.400-15.680

Sumber: Ma et al, 2004 dalamGoenadi et al, 2005

2.9 Efisiensi Ekonomi

Dalam teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibanding efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal. Dalam efisiensi ekonomis, harga tidak dianggap given, karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Walter, 1995 dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009).

Nicholson (2003) menyatakan bahwa efisiensi dibagi menjadi dua pengertian. Pertama, efisiensi teknis (technical efficiency) yaitu pilihan proses produksi yang kemudian menghasilkan output tertentu dengan meminimalisasi sumberdaya. Kondisi efisiensi teknis ini digambarkan oleh titik di sepanjang


(27)

kurva isoquan. Kedua, efisiensi ekonomis (cost efficiency) yaitu pilihan apapun teknik yang digunakan dalam kegiatan produksi yang meminimumkan biaya. Pada efisiensi ekonomis, kegiatan perusahaan akan dibatasi oleh garis anggaran (isocost) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Efisiensi produksi yang dipilih adalah efisiensi yang di dalamnya terkandung efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.

Ada dua konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik telah mencapai maksimum. Efisiensi ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (Sumarjono, 2004).

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan untuk mengetahui perbedaan dan membandingkan antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya masih berhubungan dengan analisis pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi energi.

Penelitian Alfra (1999) yang berjudul analisis energi pada proses pengolahan kelapa sawit di pabrik kelapa sawit PT. Condong Garut, Jawa Barat memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan per kg minyak sawit mentah (CPO) dan membuat aliran energi, serta mengidentifikasi tahapan proses yang kurang efisien sehingga usaha penghematan energi dapat dilakukan.

Penelitian Fadly (2003) yang berjudul audit energi pada pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PKS Kwala Sawit PTPN II, Medan memiliki tujuan yaitu untuk melakukan audit energi pada pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan mengetahui kebutuhan energi untuk mengolah kelapa sawit menjadi CPO, mengetahui aliran energi pada pengolahan tersebut, mengetahui jenis, jumlah dan sumber energi pada tiap tahapan proses pengolahan.

Penelitian Mahajoeno (2008) yang berjudul energi terbaharukan dari limbah cair minyak kelapa sawit memiliki tujuan yaitu mempelajari faktor biotik abiotik yang berpengaruh terhadap laju produksi biogas, mengukur emisi biogas kolam LCPMKS anaerob terbuka, menguji teknologi kolam anaerob untuk


(28)

pengelolaan yang efektif dan efisien, mengkaji kelayakan tekno-ekonomi anaerob tertutup laju tinggi secara ekonomis.

Penelitian Nursari (2006) yang berjudul analisis kelayakan finansial proyek biodiesel kelapa sawit pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan memiliki tujuan yaitu untuk mengkaji keragaan proyek biodiesel kelapa sawit, menganalisis kelayakan finansial proyek dengan kriteria investasi dan switching value.


(29)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang digunakan yaitu internasisasi biaya eksternal, dan analisis kelayakan finansial. 3.1.1 Internalisasi Biaya Eksternal

Internalisasi biaya eksternal pengembangan energi bertujuan untuk menghitung biaya dampak lingkungan terutama yang menjadi beban masyarakat disebabkan oleh proses produksi energi. Untuk menerapkan internalisasi biaya eksternal dalam pengembangan energi, dapat dilakukan dengan pendekatan kebijakan pembatasan emisi melalui penerapan teknologi bersih dan pendekatan kebijakan fiskal. Dalam pendekatan teknologi, kerusakan lingkungan dan biaya eksternalnya dapat dikurangi dengan kewajiban menggunakan teknologi, pembangkit listrik yang menghasilkan tingkat emisi rendah serta membangun instalasi pengolah limbah. Cara kedua melalui pendekatan kebijakan fiskal misalnya dengan menerapkan pajak polusi yang mampu menurunkan emisi tetapi tanpa harus mengurangi produktifitas usaha (Pusat Data dan Informasi ESDM, 2009).

David dan Whinston menganjurkan internalisasi untuk mengatasi eksternalitas sehingga biaya privat sama dengan biaya sosialnya. Inti dari internalisasi adalah misalnya jika ada perusahaan A menyebabkan eksternalitas negatif hanya kepada perusahaan B, maka perusahaan A dan perusahaan B bersama-sama menghitung dampak dari eksternalitas.

Biaya eksternal meningkat ketika seseorang atau suatu perusahaan tidak menanggung seluruh biaya akibat segala tindakannya, dengan demikian sebagian biaya tersebut ditanggung oleh pihak lain atau masyarakat luas (Zohrabian dan Philipson, 2010). Internalisasi biaya eksternal merupakan upaya untuk menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha (Fauzi, 2004).


(30)

3.1.2 Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Choliq, dkk (1999) biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi misalnya pendirian bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan dengan investasi dan sebagainya. Proyek adalah kegiatan investasi terhadap sumberdaya yang ada, guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi individu dan masyarakat. Investasi melibatkan sejumlah modal (capital) yang dikeluarkan sekarang dengan harapan manfaat di masa mendatang. Manfaat adalah tambahan bagian yang diperoleh atau dirasakan individu atau masyarakat sebagai akibat adanya investasi, baik dirasakan secara langsung maupun tidak langsung.

Analisis biaya manfaat adalah alat untuk melihat apakah proyek investasi berhasil atau tidak apabila dilaksanakan. Keberhasilan suatu proyek dilihat dari sisi individu peserta proyek (finansial) dan dari masyarakat keseluruhan (ekonomi). Unsur-unsur yang terdapat dalam analisis finansial (cashflow) adalah Inflow (arus penerimaan), Outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih), dan Incremental Net Benefit (manfaat bersih tambahan). Komponen inflow diantaranya nilai produksi total, pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan nilai sisa. Seentara itu, untuk komponen outflow diantaranya investasi berupa tanah, bangunan, mesin, operasional dan pemeliharaan berupa bahan baku, upah tenaga kerja, pajak, reinvestasi, dan bunga.

3.1.2.1 Biaya dan Manfaat bagi Perusahaan

Total biaya per tahun untuk pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun tertentu, untuk melaksanakan kegiatan tertentu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek di antaranya adalah biaya untuk: 1) Mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan kelapa sawit, 2) investasi tanaman kelapa sawit, 3) pemeliharaan tanaman, 4) pemanenan TBS, 5) pemupukan, 6) pengangkutan TBS ke pabrik pengolahan, 7) investasi pembangunan pabrik, 8) biaya pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO, 9) biaya pengangkutan CPO dan


(31)

KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor, 10) biaya overhead, dan 11) biaya depresiasi. Total manfaat per tahun yang diterima dari pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua penerimaan dalam kurun waktu satu tahun tertentu, selama jangka waktu umur kegiatan. Penerimaan dalam nilai uang, diperoleh dari hasil penjualan CPO dan PKO yang dijual di pasar domestik maupun yang diekspor.

3.1.2.2Analisis Finansial

Analisis finansial bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu dilaksanakan layak secara finansial, atau dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam mengambil keputusan berdasarkan penilaian kelayakan suatu kegiatan, sangat penting untuk turut memperhitungkan semua biaya dan manfaat yang relevan dan benar terjadi sebagai akibat pelaksanaan kegiatan (Manurung, 2001).

Evaluasi terhadap kinerja investasi dilakukan dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) (Shadbolt, 2005). Perhitungan nilai-nilai dari setiap komponen analisis dilakukan dengan menggunakan nilai aktual yang sebenarnya terjadi sehingga tahun dasar yang digunakan adalah tahun ketika kebun diserahkan oleh Pengelola Kebun Inti kepada petani.

Metode Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Metode Internal Rate of Return merupakan salah satu kriteria investasi yang menghitung nilai persentase keuntungan usaha perkebunan kelapa sawit setiap tahun. Nilai ini juga mengukur kemampuan kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit untuk membayar bunga pinjaman.

Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang menekankan kepada benefit (manfaat) dan pengorbanan (biaya/cost) suatu investasi berupa usaha atau proyek perkebunan. Payback Period menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi perkebunan akan bisa kembali. Payback Period merupakan perbandingan antara

initialinvestment” dengan aliran kas tahunan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang


(32)

dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.

3.2 Kerangka Operasional

Peningkatan luas areal, produksi, dan produktivitas kelapa sawit di Indonesia meningkatkan proses pengolahan CPO. Dari hasil pengolahan CPO tersebut akan menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat yang dimanfaatkan di Pabrik PT. Bahana Karya semesta ini adalah tandan kosong, fiber dan cangkang sawit. Fiber dan cangkang kelapa sawit telah dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler yang dapat membangkitkan listrik. Pemanfaatan fiber dan cangkang dapat membangkitkan energi listrik di internal pabrik sehingga dijadikan energi alternatif pengganti solar yang bisa menghemat biaya produksi.

Untuk menghasilkan energi listrik diperlukan data berapa ton fiber dan cangkang kelapa sawit yang dihasilkan dari pabrik, berapa ton fiber dan cangkang kelapa sawit yang dimasukkan ke dalam boiler setiap harinya, berapa energi yang dihasilkan dari pemanfaatan fiber dan cangkang tersebut, serta analisis kelayakan finansial dan efisiensi biaya energi dari pemanfataan fiber dan cangkang tersebut. Biaya investasi didapat dengan menggunakan analisis finansial. Analisis finansial dihitung dengan menggunakan NPV, IRR, NBCR, dan Payback Period.

Dari hasil perhitungan biaya investasi dan efisiensi ekonomi tersebut, maka akan diperoleh hasil yang bisa menunjukkan efisiensi penggunaan energi dengan memanfaatkan limbah fiber dan cangkang sawit menjadi energi listrik. Energi alternatif dari limbah kelapa sawit ini bisa menjadi sampel untuk pabrik kelapa sawit lainnya untuk memanfaatkan limbah padat sebagai energi listrik sehingga bisa menghemat penggunaan BBM khususnya solar. Energi limbah kelapa sawit ini adalah energi terbaharukan sehingga tidak habis jika dimanfaatkan secara terus menerus. Dengan pemanfaatan limbah ini, kelapa sawit dapat dinyatakan sebagai produk pertanian yang tidak memiliki nilai sisa.


(33)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan luas areal, produksi, dan produktivitas kelapa sawit

Pengolahan CPO menghasilkan limbah sawit

Energi alternatif pengganti solar Identifikasi jumlah limbah yang dihasilkan dan dimanfaatkan sebagai energi listrik Estimasi jumlah energi yang dihasilkan dari limbah sawit Analisis efisiensi biaya energi

Analisis ekonomi pemanfaatan limbah menjadi energi

Analisis kelayakan finansial Kriteria kelayakan : 1. NPV 2. IRR 3. NBCR 4. Payback Period Limbah padat Cangkang sawit Bahan bakar boiler

Fiber sawit Tandan kosong sawit Pupuk kompos di kebun sawit Limbah cair 1. Stasiun klarifikasi 2. Stasiun rebusan dari hidroksin dan

3. Air cucian pabrik.

Limbah gas

1. Gas cerobong dan

2. Uap air buangan pabrik kelapa sawit.


(34)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Bahana Karya Semesta, berlokasi di Desa Pauh, dengan nama Pabrik Sungai Air Jernih Mill (SAJM), Pematang Kulim, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Luas perkebunan sawit PT. Bahana Karya Semesta ini adalah sekitar 3000 Ha dan luas dari Pabrik Sungai Air Jernil Mill (SAJM) ini adalah 5 Ha. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa PT. Bahana Karya Semesta merupakan salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit yang telah memanfaatkan fiber dan cangkang kelapa sawit menjadi bahan bakar boiler yang akan menghasilkan listrik. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu (6 hari kerja) terhitung dari tanggal 17 sampai 22 Februari 2014.

4.2Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang di kumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak yang terlibat yaitu Manajer dan Asisten Manajer pabrik PT. Bahana Karya Semesta yang mengetahui cara pengolahan fiber dan cangkang kelapa sawit menjadi energi listrik. Sementara data sekunder diperoleh dari dokumentasi perusahaan dan berbagai instansi atau lembaga pemerintah yang memiliki data untuk penelitian ini, diantaranya Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jambi, dan Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh melalui internet, hasil penelitian terdahulu, buku-buku, serta literatur yang mendukung. 4.3Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penggunaan data yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, yang dilakukan untuk melibatkan dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan secara langsung pada lokasi pemanfaatan fiber dan cangkang sawit yaitu Pabrik Sungai Air Jernih Mill (SAJM) PT. Bahana Karya Semesta.


(35)

2. Wawancara, yang dilakukan untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak terkait langsung dengan pemanfaatan fiber dan cangkang berdasarkan bimbingan dan arahan dari pembimbing praktek lapangan.

3. Studi pustaka dengan mengumpulkan data melalui membaca mempelajari dan mengutip pendapat dari berbagai sumber buku, laporan penelitian terdahulu, diktat, literatur, artikel dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling). Jumlah responden terdiri dari 1 orang Manajer dan 4 orang Asisten Manajer. Data sekunder berupa perkembangan luas kebun, produksi TBS, jumlah limbah fiber, cangkang dan tandan kosong, pemanfaatan fiber dan cangkang, jumlah energi yang dihasilkan dari fiber dan cangkang, biaya investasi, nilai efisiensi ekonomi, dan data-data lain tentang kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. Bahana Karya Semesta dikumpulkan dari dokumentasi lembaga terkait. Di antaranya sumber data data tersebut adalah laporan BPS, laporan perusahaan, dan perkebunan, dokumentasi, dan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terbuka dikumpulkan melalui wawancara.

4.4 Metode Analisis Data

4.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif dan kuantitatif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Perspektif waktu yang dijangkau dalam penelitian ini adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,


(36)

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka (Nazir, 2005).

Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian, besar limbah fiber dan cangkang yang dihasilkan dari Pabrik SAJM dan melalui data sekunder yang diperoleh dari Pabrik SAJM. Metode kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk menghitung biaya investasi.

4.4.2 Analisis Total Energi

Metode analisis untuk menghitung besar energi yang dihasilkan dan dimanfaatkan oleh limbah fiber dan cangkang kelapa sawit dihitung berdasarkan energi yang dihasilkan dari generator berbahan bakar fiber dan cangkang sawit (Madebarata, 1985). Energi total yang dimanfaatkan dari fiber dan cangkang kelapa sawit di hitung dengan persamaan:

...(4.1) Keterangan:

TE = total energi listrik (KWh)

Eg = besar maksimum daya dari generator yang dihasilkan (KW)

(t)E = waktu yang dibutuhkan generator untuk menghasilkan listrik (jam)

4.4.3 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis aspek keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria kelayakan usaha yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio (NBCR), dan Payback Period. Umur proyek ditentukan dari umur ekonomis dari aset terbesar dan umur bangunan di Pabrik Kelapa Sawit yaitu 10 tahun.


(37)

4.4.3.1Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value (PV) dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Kriteria dan keputusan dalam analisis ini adalah layak jika NPV>0, sedangkan bila NPV<0 usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (Kadariah, 2001). Persamaan perhitungannya adalah sebagai berikut:

– ...(4.2)

Keterangan:

Bt = manfaat dari usaha pada tahun ke-1 (rupiah)

i = tingkat suku bunga (12%)

Ct = biaya dari usaha pada tahun ke-0 (rupiah)

t = tahun investasi (t=0,1,2...,10)

Untuk menghitung NPV ini, telah ada software seperti Microsoft Excel yang dapat menghitung nilai NPV secara otomatis dengan dasar nilai Net Benefit dan discount rate yang digunakan dalam cash flow.

4.4.3.2Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak diusahakan sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk diusahakan (Kadariah, 2001). Persamaan perhitungannya adalah:

...(4.3)

Keterangan:

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

I1 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif


(38)

Nilai IRR, seperti juga NPV, dapat dihitung secara otomatis menggunakan software Microsoft Excel dengan menggunakan data Net Benefit dan discount factor pada cash flow.

4.4.3.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih (Kadariah, 2001). Net B/C digunakan untuk ukuran tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Bila Net B/C>1, usaha dianggap layak untuk dilaksanakan, sedangkan jika Net B/C<1 maka usaha tidak layak dilaksanakan. Persamaan perhitungannya adalah sebagai berikut:

– –

... ....(4.4) Keterangan:

Bt = manfaat dari usaha pada tahun ke-t (rupiah)

I = tingkat suku bunga yang berlaku (12%) Ct = biaya dari usaha pada tahun ke-t (rupiah)

Perhitungan nilai Net B/C juga dapat menggunakan software Microsoft Excel dengan membagi nilai Present Value (PV) yang positif dengan Present Value PV yang negatif. Hasil perhitungannya menggunakan nilai absolut sehingga nilai negatif tidak mempengaruhi.

4.4.3.4Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)

PBP adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal. Dasar yang digunakan untuk perhitungan adalah aliran kas (cash flow). Cara perhitungan PP ini ada beberapa macam dan cara perhitungan yang dipilih dalam penelitian ini adalah menutup biaya investasi yang dikeluarkan dengan aliran kas bersih pada tahun-tahun berikutnya sampai biaya investasi tersebut dapat ditutup (Kadariah, 2001). PP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:


(39)

Keterangan:

PP = jumlah waktu (tahun/periode) yang diperliukan untuk mengembalikan modal investasi

I = jumlah modal investasi

Ab = benefit atau hasil bersih pertahun/periode

Kriteria penilaiannya yaitu jika PP lebih pendek dari maksimum umur proyek, maka proyek dapat diterima. Namun jika PP lebih lama dari maksimum umur proyek, maka proyek ditolak.

Untuk menghitung biaya investasi dari perusahaan pabrik kelapa sawit ini digunakan analisis finansial dan analisis ekonomi. Untuk memudahkan analisis kuantitatif, maka informasi dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer. Pengolahan data dengan komputer menggunakan software Microsoft Excel, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah pengelompokan dan pengklasifikasian data. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan beberapa kriteria kelayakan investasi, yaitu: Net Present Value, Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio (NBCR), dan Payback Period.

4.4.4 Analisis Efisiensi Biaya Energi

Nilai efisiensi ekonomi penggunaan listrik dari limbah cangkang sawit ini dihitung menggunakan persamaan:

Ef = PEsw–PEds ...(4.6)

Keterangan:

Ef = efisiensi biaya energi (Rp)

PEsw = harga dari energi sawit (Rp)

PEds = harga dari energi diesel (Rp)

4.4.4.1 Efisiensi Penggunaan Energi

Untuk memperoleh data tingkat efektifitas penggunaan energi dilakukan dengan cara menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah energi input (Abdul Hakim, 2000) menggunakan persamaan:

Eff riil =


(40)

Keterangan:

Eff riil = efisiensi riil penggunaan energi (%) UE = energi yang tersedia (watt)


(41)

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1Gambaran Umum Perusahaan

Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0° 45’ sampai 2° 45’ Lintang Selatan dan antara 101° 10’ sampai 104° 55’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km² (BPS, 2011).

PT. Bahana Karya Semesta terletak di Pematang Kulim, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. PT. Bahana Karya semesta dengan nama Pabrik Sungai Air Jernih Mill (SAJM) ini berdiri dari tahun 2006 dengan luas pabrik 5 Ha dan luas lahan untuk penampungan limbah cair seluas 4 Ha, jadi total luas keseluruhan Pabrik SAJM PT. Bahana Karya Semesta ini adalah 9 Ha. Pabrik ini berada dalam naungan Sinar Mas Group sejak awal tahun 2013. Jumlah karyawan PT. Bahana Karya Semesta ini adalah 111 orang termasuk 1 orang Manajer, 1 orang Asisten Kepala (Askep), 1 orang KTU, dan 7 orang Asisten Manajer. Kegiatan yang dilakukan oleh pabrik ini diantaranya : mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO dan kernel, pengolahan limbah cair kelapa sawit sehingga dapat dimanfaatkan untuk Land Application, dan pengelolaan cangkang dan fiber kelapa sawit menjadi bahan bakar boiler yang akan menghasilkan listrik. Tabel 6. Kapasitas Pabrik SAJM

No Asumsi Nilai Satuan

1 PKS berproduksi 13,6 jam/hari 13,6 Jam/hari 2 Dalam 1 Bulan ada 25 hari kerja 25 Hari 3 Luas Lahan 2700,52 Ha 2700,52 Ha 4 Produksi Maksimum 14,2% 14.2 Persen

5 Hasil TBS 40 Ton/Ha/Tahun Maka Kapasitas Pabrik 45 Ton/jam Sumber: PT. Bahana Karya Semesta, 2014

Pabrik SAJM berproduksi selama rata-rata 13,6 jam/hari, dimana 1 bulan terdapat 25 hari kerja. Luas areal kebun kelapa sawit atau Sungai Air Jernih Estate (SAJE) ini adalah 2700,52 Ha dengan 4 divisi. Luas masing-masing divisi di antaranya adalah Divisi I seluas 599,34 Ha, Divisi II seluas 663,14 Ha, Divisi III


(42)

seluas 723,52 Ha, dan Divisi IV seluas 724,52 Ha. Produksi maksimum TBS dari kebun kelapa sawit yang masuk ke pabrik untuk dilakukan pengolahan adalah 14,2%, dengan hasil TBS rata-rata sebesar 40 ton/Ha/tahun. Maka, kapasitas pabrik dalam pengolahan TBS diperoleh sebesar 45 ton/jam. Penggunaan Land Application seluas 95 Ha. Adapun tujuan dari perusaahaan ini sendiri terdiri dari aspek lingkungan yang melakukan kegiatan produksi dengan tidak mencemari lingkungan. Sementara pada aspek produksi adalah mengevaluasi dampak yang ditimbulkan dari aplikasi limbah pabrik terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.

Kebun sawit menghasilkan buah kelapa sawit yang selanjutnya akan diangkut ke pabrik untuk dilakukan pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO). PT. Bahana Karya Semesta ini memiliki pabrik pengolahan minyak kelapa sawit berkapasitas maksimum 45 ton/jam. Pabrik ini memiliki beberapa stasiun utama dan stasiun pendukung, yang termasuk stasiun utama adalah:

1. Stasiun penerimaan buah (fruit reception) 2. Stasiun perebusan (sterilization station) 3. Stasiun pemipilan (threshing station) 4. Stasiun pencacahan (digester stasion) 5. Stasiun pengempaan (pressing stasiun) 6. Stasiun pemurnian (clarification stasiun) 7. Stasiun kernel (kernel stasiun)

Sedangkan stasiun pendukung yang terdapat pada pabrik SAJM ini diantaranya: 1. Pengolahan air (water treatment plan)

2. Stasiun Boiler

3. Stasiun pengolahan limbah 4. Power House

5. Bengkel 6. Laboratorium 7. Kantor


(43)

5.2 Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi Fiber dan Cangkang

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

Buah yang diangkut dari Tempat Pemungutan Hasil (TPH) ketika sampai di pabrik, akan masuk ke stasiun penerimaan buah. Buah diangkut dengan menggunakan truk dengan kapasitas 7 ton dan juga trailer yang mampu mengangkut buah dengan kapasitas 3-4 ton. Stasiun ini terdiri atas jembatan timbang (weight bridge) dan loading ramp.

a. Jembatan Timbang

Truk pengangkut buah akan berhenti diatas jembatan timbang untuk dilakukan pengukuran berat buah yang terangkut oleh truk. Jembatan timbang yang terdapat di Pabrik SAJM terdapat 2 buah. Jembatan yang pertama untuk mengukur berat Tandan Buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik dan jembatan kedua untuk mengukur berat CPO, cangkang, kernel yang akan dijual dan jankos yang diangkut ke kebun sawit untuk dijadikan pupuk. Pengukuran total truk beserta isinya dilakukan ketika truk pertama kali masuk ke dalam pabrik. Setelah truk selesai mengangkut buah ke loading ramp, maka truk akan masuk lagi ke jembatan timbang untuk dilakukan pengukuran berat truk kosong (tanpa beban). Berat awal yang diperoleh akan dikurangi berat truk kosong untuk diketahui jumlah TBS yang diangkut.

b. Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penampungan buah sementara. Buah yang telah melewati proses sortasi akan dimasukkan ke dalam loading ramp dengan bantuan alat berat seperti loader. Sortasi yang dilakukan berdasarkan pada tingkat kematangan buah, seperti buah mentah, kurang matang, matang (masak), dan terlalu matang (over ripe). Dalam kegiatan sortasi, buah yang secara fisik tidak memenuhi standar dikatakan buah abnormal, misalnya tangkai panjang dan buah batu.

Loading ramp yang terdapat di Pabrik SAJM ini terdiri dari 10 pintu, yang setiap pintu terdiri atas satu buah autofeeder yang digerakkan oleh electromotor sebanyak 8 buah dengan kebutuhan daya setiap electromotor sebesar 4 kW. Loading ramp bisa menampung TBS sampai kapasitas 750 ton. TBS yang ada di dalam loading ramp, akan jatuh ke FFB conveyor untuk dipindahkan


(44)

secara mendatar. Pada ujung conveyor buah kelapa sawit akan jatuh ke dalam lori. Conveyor ini berbentuk scrapper yang termasuk pada jenis conveyor tipe rantai (chain conveyor).

2. Stasiun Rebusan

Pada stasiun rebusan, buah yang ada di loading ramp, akan dibawa oleh FFB (fresh fruit bunch) conveyor, untuk masuk ke lori yang akan direbus di dalam sterilizer. Bagian yang termasuk di dalam stasiun rebusan yaitu Lori dan Sterilizer.

a. Lori

Setelah TBS ditampung di dalam tempat penampungan buah, maka TBS akan masuk ke dalam lori. Lori berfungsi untuk menampung buah dan sekaligus wadah untuk proses perebusan. Lori yang terdapat di pabik SAJM ini sebanyak 20 lori. Setiap lori berkapasitas 15 ton TBS. Lori ini akan masuk ke dalam tabung rebusan (sterilizer). Di dalam setiap sterilizer, terdapat 3 buah lori, sehingga dalam setiap kali operasi perebusan, mampu merebus 45 ton TBS.

Secara fisik lori di Pabrik SAJM ini memiliki panjang sekitar 6 meter dan tinggi sekitar 2 meter. Pada dinding lori bagian bawah, terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi agar steam dapat keluar masuk lori sehingga dapat merebus buah dengan kematangan yang merata pada buah bagian atas dan bagian bawah lori. Selain itu, lubang-lubang tersebut juga dapat digunakan untuk membuang minyak yang keluar dari buah yang terluka atau terpotong dan selanjutnya akan keluar bersama dengan konsedat sisa rebusan.

Lori digerakkan oleh indexer, yang dioperasikan secara hidrolik. Pengoperasian indexer pada saat pengisian lori, 3 lori akan dihubungkan menjadi satu. Hal ini disebabkan karena setiap perebusan, 3 lori akan masuk ke sterilizer. Pada saat pengisian lori, loading ramp dan FFB conveyor akan bekerja. Sedangkan ketika ketiga lori telah selesai diisi, maka loading ramp dan FFB coveyor akan dihentikan.

b. Ketel Rebusan (sterilizer) Spesifikasi:

UNI VESSEL CLUTCH DOOR


(45)

Serial Number : UVE/CD/1011/05

Design Code : ASME SEC VIII DIV 1 2001

Safe working Pressure : 58 PSIG 400 kPa

Test Pressure : 75 PSIG 520 kPa

Witness By : EN RAHIME BIN CHE YEN

H. T. Number : PP/HT/05/4792

Date : 08/11/2005

Ketel rebusan merupakan bejana silinder yang berguna untuk merebus buah/tandan sawit. Ketel rebusan terbuat dari pelat baja. Ukuran diameter luar silinder 3.200 mm dengan panjang 20.000 mm. Bagian luarnya diisolasi dengan wool glass dan plat alumunium penahan uap panas. Pabrik ini memiliki 2 unit sterilizer yang masing-masing mampu diisi tiga buah lori dalam setiap kali perebusan.

Fungsi utama dari perebusan antara lain: 1. Menghentikan aktifitas enzim

2. Mempermudah pelepasan buah dari tandan

3. Melonggarkan ikat serat daging buah sawit agar sel-sel minyak lebih mudah dipecah.

4. Mengurangi kadar air dalam TBS

5. Perebusan merupakan perlakuan pendahuluan terhadap biji sawit. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perebusan adalah 70 menit untuk buah matang. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk keluar masuk lori dari dan ke sterilizer adalah 20 menit. Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan perebusan dalam satu siklus adalah 90 menit dengan suhu sekitar 120oc. Dalam proses perebusan, antara proses perebusan pertama dengan proses perebusan selanjutnya diperlukan jarak waktu tertentu. Jarak waktu tersebut dinamakan sequencing of cycle. Penentuan waktu ini bertujuan untuk menghindari kebutuhan uap yang berlebihan pada proses perebusan.

6. Pembuangan udara. Udara merupakan penghambat dalam proses penyerapan panas dalam proses perebusan. Udara yang ada dalam proses perebusan akan menurunkan tekanan. Oleh karena itu, udara yang ada dalam perebusan harus dikurangi dengan melakukan beberapa cara, yaitu :


(46)

a. Mengatur isi lori b. Melakukan deaerasi 7. Pembuangan air konsedat 8. Waktu perebusan

9. Pembuangan uap

10.Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan 3. Stasiun Pemipilan

Perontokan adalah proses yang dilakukan setelah proses perebusan dan bertujuan untuk melepaskan/memisahkan/mengeluarkan semua brondolan dari tandannya. Stasiun perontokan terdiri atas fruit hopper, bunch conveyor, thresher, under thresher conveyor, serta saluran penampung brondolan yang dilengkapi dengan bottom cross conveyor.

a. Fruit hopper : merupakan alat yang berfungsi untuk menampung TBS yang telah dituangkan oleh tippler. Alat yang berkapasitas 60 ton yang dilengkapi dengan bunch feeder yang digunakan untuk menyalurkan TBS untuk dipindahkan dengan menggunakan bunch conveyor dan dilakukan pemipilan. b. Bunch conveyor : berfungsi untuk memindahkan TBS yang telah direbus

untuk dilakukan pemipilan di dalam drum thresher dan berkapasitas 60 ton/jam.

c. Thresher : alat yang digunakan untuk memipil buah dari tandannya. TBS masuk ke drum thresher yang digerakan oleh motor penggerak dengan kecepatan putar 23 rpm.

d. Under thresher conveyor : untuk menyalurkan brondolan yang telah terpipil oleh thresher.

e. Bottom cross conveyor : untuk menyalurkan brondolan yang dibawa oleh under thresher conveyor menuju fruit elevator untuk sampai ke stasiun pelumatan (digester).

f. Fruit elevator : untuk memindahkan brondolan dari atas ke bawah untuk masuk ke dalam digester.

g. Horizontal empty bunch conveyor : untuk menyalurkan tandan kosong menuju incenerator.


(47)

h. Inclined bunchcrusher conveyor : untuk memisahkan tandan yang belum sepenuhnya kosong oleh buah, untuk dilakukan kembali proses pemipilan. i. Incenerator : tempat pembakaran tandan kosong kelapa sawit untuk dijadikan

abu. Abu yang dihasilkan dapat digunakan untuk mencuci peralatan yang terkena minyak kelapa sawit.

4. Stasiun Pencacahan

Stasiun pencacahan terdiri dari distributing conveyor dan digester. Proses yang terjadi pada stasiun pencacahan adalah buah yang telah terpipil akan dicacah agar dapat dipisahkan antara biji (nut) dengan pericarp. Proses ini akan mempengaruhi banyaknya minyak yang dihasilkan pada proses pengempaan. Hasil yang diperoleh pada proses pencacahan akan membedakan perlakuan pada biji dan daging buah (pericarp).

a. Distributing conveyor : terdiri atas digester feed conveyor dan overflow fruit conveyor. Digester feed conveyor berfungsi untuk menyalurkan buah yang telah terpipil yang dibawa oleh fruit elevator untuk masuk ke dalam digester. Sedangkan overflow fruit conveyor berfungsi untuk menampung dan mengembalikan kelebihan umpan yang mengisi digester feed conveyor. b. Digester : berfunngsi untuk melepaskan sel-sel minyak dari pericarp dengan

mengaduk dan mencacah, memisahkan pericarp dengan nut, menghomogenkan massa brondolan sebelum dilakukan pengempaan, dan mempertahankan temperatur bahan campuran agar memiliki temperatur 90o -95oc untuk menghasilkan minyak yang efisien. Selama proses pencacahan berlangsung, diberikan panas yang berasal dari uap (steam) yang akan mengatasi ketidaksempurnaan yang berlangsung pada proses perebusan. 5. Stasiun Pengempaan

Dalam stasiun ini, buah yang telah lumat dilakukan pengempaan dengan bantuan screw press. Screw press ini berfungsi untuk memeras buah sehingga menghasilkan minyak kasar sawit.

6. Stasiun Pemurnian

Pada stasiun ini dilakukan pemurnian minyak yang bertujuan untuk memisahkan minyak murni dengan berbagai campuran bahan lainnya dengan


(1)

73

Lampiran 7. Jumlah Kebutuhan Listrik Pabrik PT. Bahana Karya Semesta (Engine Room Station)

Tanggal Nama mesin

Siang Malam

J.kerja s/d KW KWH cos ø Amper

® J.kerja awal J.kerja akhir Selisih

J.kerja HM

J.kerja awal

J.kerja akhir

Selisih J

kerja HM

1 Turbine No. 1 (1400kva) 16.749,1 16.749,1

2 Turbine No. 1 (1400kva) 16.749,1 16.756,9 7,8 7,8 16.756,9 16.760,5 3,6 11,4 22:00 825 9.405 0,92 1.350

3 Turbine No. 1 (1400kva) 16.760,5 16.768,7 8,2 8,2 16.768,7 16.774,3 5,6 13,8 0:55 900 12.420 0,92 1.550

4 Turbine No. 1 (1400kva) 16.774,3 16.782,4 8,1 8,1 16.782,4 16.787,2 4,8 12,9 23:10 850 10.965 0,92 1.450

5 Turbine No. 1 (1400kva) 16.787,2 16.787,2 0

6 Turbine No. 1 (1400kva) 16.787,2 16.795,3 8,1 8,1 16.795,3 16.800,8 5,5 13,6 1:45 875 11.900 0,94 1.500

7 Turbine No. 1 (1400kva) 16.800,8 16.807,7 6,9 6,9 16.807,7 16.812,2 4,5 11,4 22:25 875 9.975 0,93 1.500

8 Turbine No. 1 (1400kva) 16.812,2 16.814,7 2,5 2,5 16.814,7 16.812,2 2,5 0:00 350 875 0,91 600

9 Turbine No. 1 (1400kva) 16.814,7 16.821,2 6,5 6,5 16.821,2 16.830,9 9,7 16,2 3:40 900 14.580 0,93 1.450

10 Turbine No. 1 (1400kva) 16.830,9 16.835,6 4,7 4,7 16.835,6 16.839,9 4,3 9 22:10 875 7.875 0,92 1.500

11 Turbine No. 1 (1400kva) 16.839,9 16.847 7,1 7,1 16.847 16.851,3 4,3 11,4 22:15 850 9.690 0,92 1.450

12 Turbine No. 1 (1400kva) 16.851,3 16.851,3 0

13 Turbine No. 1 (1400kva) 16.851,3 16.858,9 7,6 7,6 16.858,9 16.865,1 6,2 13,8 0:03 850 11.730 0,92 1.450

14 Turbine No. 1 (1400kva) 16.865,1 16.865,1 0

15 Turbine No. 1 (1400kva) 16.865,1 16.868,9 3,8 3,8 16.868,9 16.873,5 4,6 8,4 0:08 325 2.730 0,95 350

16 Turbine No. 1 (1400kva) 16.873,5 16.879,8 6,3 6,3 16.879,8 16.888,1 8,3 14,6 3:05 850 12.410 0,93 1.450

17 Turbine No. 1 (1400kva) 16.888,1 16.897,2 9,1 9,1 16.897,2 16.902 4,8 13,9 0:00 400 5.560 0,92 550

18 Turbine No. 1 (1400kva) 16.902 16.910,5 8,5 8,5 16.910,5 16.918 7,5 16 3:00 900 14.400 0,92 1.500

19 Turbine No. 1 (1400kva) 16.918 16.918 0

20 Turbine No. 1 (1400kva) 16.918 16.927,6 9,6 9,6 16.927,6 16.934,1 6,5 16,1 1:35 900 14.490 0,92 1.600

21 Turbine No. 1 (1400kva) 16.934,1 16.943,4 9,3 9,3 16.943,4 16.948,8 5,4 14,7 0:25 900 13.230 0,93 1.550

22 Turbine No. 1 (1400kva) 16.948,8 16.957,1 8,3 8,3 16.957,1 16.963,1 6 14,3 1:45 900 12.870 0,93 1.550

23 Turbine No. 1 (1400kva) 16.963,1 16.972,3 9,2 9,2 16.972,3 16.978,7 6,4 15,6 1:50 900 14.040 0,93 1.550

24 Turbine No. 1 (1400kva) 16..978,7 16.984,3 5,6 5,6 16.984,3 16.992,6 8,3 13,9 3:05 900 12.510 0,93 1.550


(2)

26 Turbine No. 1 (1400kva) 17.006,7 17.006,7 .0

27 Turbine No. 1 (1400kva) 17.006,7 17.015,1 8,4 8,4 17.015,1 17.025,6 10,5 18,9 4:53 900 17.010 0,89 1.550

28 Turbine No. 1 (1400kva) 17.025,6 17.034,2 8,6 8,6 17.034,2 17.042,8 8,6 17,2 3:10 900 15.480 0,91 1.550

29 Turbine No. 1 (1400kva) 17.042,8 17.050,5 7,7 7,7 17.050,5 17.060,4 9,9 17,6 3:45 850 14.960 0,91 1.450

30 Turbine No. 1 (1400kva) 17.060,4 17.068,5 8,1 8,1 17.068,5 17.076,1 7,6 15,7 1:47 875 13.737,5 0,91 1.500

31 Turbine No. 1 (1400kva) 17.076,1 17.076,1

Rata-rata 13,6 814.58 9.501,12 0.92

Jumlah 327 19.550 27.5532,5


(3)

75

Lampiran 8. Cash Flow Pemanfaatan Fiber dan Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik Tahun 2006-2016

Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Inflow

1. Penjualan cangkang 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000 1759500000

2. Penjualan fiber 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000 3500900000

3. Penjualan listrik 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040 9608855040

4. Penjualan CPO 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000 204048873000

5. Penjualan kernel 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000 29850900000

Total Inflow 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040 248769028040

B. Outflow

1. Investasi (mesin)

fruit reception station 3999685000

sterilizing station 7935041299

thresser station 5485415766

press station 8423739526

kernel station 5851790187

boiler station 4000000000

power house station 3535470002

clarification station 4135633137

water treatment plant 16440040586

loading sheed 1541974704

effluent 669121462

bengkel 1 5940000

bengkel 2 47867500

2. Investasi (bangunan)

bangunan pabrik 9240662964

water treatment pump house

325331803


(4)

waduk 881755819

pos sortasi 19800000

jembatan timbang 285000000

bengkel dan gudang 516343760

3. Operasional

upah TK 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880 234347880

biaya water treatment 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936 71796936

biaya transportasi (alat berat)

90000000 90000000 90000000 90000000 90000000 90000000 90000000 90000000 90000000 90000000

biaya perawatan mesin 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000 449000000

pembelian TBS 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000 201880398000

pajak 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402 12263406402

pembelian solar 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625 59315625

Jumlah 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843

Total outflow 74613677443 215068064843 215096132343 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843 215048264843

Net benefit -74613677443 33700963197 33672895697 33720763197 33720763197 33720763197 33720763197 33720763197 33720763197 33720763197 33720763197

DF (12%) 1 0,892857143 0,797193878 0,711780248 0,635518078 0,567426856 0,506631121 0,452349215 0,403883228 0,360610025 0,321973237

PV inflow 0 222115203607 198317146078 177068880427 158097214667 141158227381 126034131590 112530474634 100473638066 89708605416 80096969122

PV outflow 74613677443 192025057896 171473319789 153067107242 136667060037 122024160748 108950143525 97276913861 86854387376 77548560157 69239785855

PVNB positif 190473994502

PVNB negatif -74613677443

Net B/C 2,552802663

Total pv inflow 1405600490987

Total pv outflow 1289740173928

Gross B/C 1,089832293

IRR 44%

PVNB -74613677443 30090145712 26843826289 24001773185 21430154629 19134066633 17083988065 15253560773 13619250690 12160045259 10857183267

NPV 115860317059


(5)

69

DOKUMENTASI

Gambar 1. Pabrik Kelapa sawit Gambar 2. Tandan Buah Segar

Gambar 3. Cangkang

Gambar 4. Fiber

Gambar 5. Janjang Kosong

Gambar 6. Boiler


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kerinci, Jambi pada tanggal 18 Mei 1992 dari ayah Burnadi

dan ibu Marina Susanti S.Pd. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara. Penulis

memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai Penuh, lulus tahun 2004.

Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sungai Penuh, lulus tahun

2007. Tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungai Penuh dan

pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi baik

di dalam kampus maupun di luar kampus. Tercatat penulis pernah menjadi pengurus

Himpunan Profesi (HIMPRO) Resource and Environmental Economics Student

Associantion (REESA) Divisi Campus Social Responsibility (CSR) di Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada tahun 2012-2013. Selain itu penulis tercatat

aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan mahasiswa dan peserta berbagai kegiatan seminar

terkait bidang ilmu maupun di luar bidang ilmu penulis.