fase generatif, Boron sangat mempengaruhi perkembangan serbuk sari Budiana, 2007.
b. Tembaga Cu
Tembaga diambil tanaman dalam bentuk ion kupri Cu
2+
dan molekul kompleks organik. Bentuk
–bentuk ini dapat diambil melalui daun sehingga untuk mengatasi kekurangan Cu biasanya dilakukan penyemprotan pada daun.
Tembaga berfungsi sebagai aktivator untuk berbagai enzim dan photosynthetic electron transport serta dalam pembentukan nodul tidak langsung
Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003 .
c. Mangan Mn
Mangan merupakan
komponen dari
sistem enzim
arginase phototransferase, berperan dalam menggantikan unsur Mg dalam banyak enzim
glikolisis metabolisme gula, dan dalam fotosintesis khusus dalam revolusi oksigen, transport electron, dan sebagainya. Defisiensi unsur Mn umumnya
ditemukan pada tanah –tanah dengan kandungan bahan organik dan pH tinggi,
tanah –tanah yang sangat tercuci kemudian dikapur, dan tanah–tanah yang selalu
tergenang air kemudian dikeringkan Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
d. Seng Zn
Reaksi Zn dengan senyawa organik menghasilkan senyawa kompleks yang stabil antara lain dengan karboksilat dan fenolat. Namun bentuk ini masih dinilai
lebih baik dibandingkan dengan pengikatan oleh tanah mineral, karena dapat dimanfaatkan tanaman. Oleh karena itu penambahan bahan organik ke tanah
dapat meningkatkan ketersediaan unsur Zn di tanah, selain penambahan dari bahan organik sendiri. Defisiensi Zn terjadi pada tanah yang dipupuk berat
dengan P. Pada tanah yang kekurangan Zn penyerapan unsur P tidak dapat dikendalikan tanaman sehingga pada dosis P yang tinggi akan terjadi keracunan P
dengan gejala seperti kekurangan Zn Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
e. Besi Fe
Besi merupakan hara mikro yang cukup banyak terdapat dalam kerak bumi dalam bentuk Fe III
–oksida, –silikat, –sulfida, dan karbonat. Kehadiran bentuk- bentuk tersebut ditentukan oleh keadaan lingkungannya. Pada kondisi oksidatif,
bentuk FeIII yang terutama dijumpai karena bentuk FeO dan FeII diubah ke
dalam bentuk tersebut. Sebaliknya dalam keadaan reduktif, akibat tergenang atau pengaruh bahan organik, FeIII akan diubah menjadi FeII.
Tanaman mengambil besi dalam bentuk Fe
2+
, Fe
3+
, dan Fe-khelat seperti NaFe dan EDTA. Peranan Fe dalam tanaman banyak antara lain mempertahankan
klorofil dalam daun, metabolisme RNA dari kloroplas, merupakan bagian penting dari haemoglobin, sitokrom dan komponen-komponen lain dari sistem respirasi
enzim, dan berperan melalui sejenis protein yaitu ferredoxin Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
f. Molybdenum Mo
Bagi tanaman, unsur ini membantu mengikat nitrogen dari udara bebas. Hal ini karena unsur Mo menjadi komponen pembentuk enzim pada bintil akar
Budiana, 2007.
g. Klor Cl
Klor dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif maupun fase generatif. Klor sangat
penting untuk
mengeluarkan oksigen
dari hasil
fotosintesis Budiana, 2007.
2.5. Caisim
Brassica juncea L
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi 1998, Brassica juncea L dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Crassicales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea
Brassica juncea tampaknya berasal dari wilayah tengah Asia, dekat kaki pegunungan Himalaya. Brassica juncea adalah tanaman setahun yang menyerbuk
sendiri, umumnya tahan terhadap suhu rendah, dan dikenal luas sebagai sawi India, sawi coklat atau sawi kuning. Klasifikasi anggota Brassica juncea amat
membingungkan karena terdapat berbagai bentuk yang berbeda. Brassica juncea
memiliki beberapa varietas dan banyak bentuk dan hasil seleksi terutama di Asia Tenggara Williams et al., 1993.
Ada dua tipe penting pada Brassica juncea dari banyak varietas dan bentuk dan hasil seleksi, terutama yang berada di daerah Asia Tenggara. Yang
pertama Brassica juncea var. sareptana yang diusahakan sebagai pertanaman musim dingin di Hongkong. Adapun tipe lain yaitu Brassica juncea var. ruqosa
merupakan sayuran daun yang tumbuh cepat 60-90 cm dengan daun-daun berlilin. Banyak kultivar tersedia di Asia Tenggara Taiwan, Hongkong,
Singapura dan sayuran ini diusahakan sangat luas di bagian-bagian ini Williams et al., 1993.
Brassica juncea dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah namun akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah pada ketinggian 5-1200 mdpl, namun biasanya
Brassica juncea dibudidayakan di daerah berketinggian 100 –300 mdpl. Tanaman
ini tergolong tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Selama pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk maka akan
lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanaman ini juga tidak cocok pada air yang menggenang, sehingga tanaman ini cocok bila ditanam
pada akhir musim penghujan. Brassica juncea sangat cocok ditanam pada tanah gembur yang bertekstur lempung dan banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman optimum untuk pertumbuhan Brassica juncea berkisar antara 6-7 Haryanto, 2003.
Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwina yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya.
Penyakit akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi
masalah. Penyakit rebah semai Phythium spp akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena
itu pemeliharaan bedengan benih yang bersih merupakan satu-satunya persyaratan untuk mengendalikan gulma Williams et al., 1993.
2.6. Latosol Darmaga