Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat learning by doing. Dalam KTSP pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan efektif, kontekstual, bermakna,
dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh siswa, kreativitas, kemandirian, kerjasama yang baik antar siswa, solidaritas, kepemimpinan,
empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa yang pada gilirannya dapat membentuk watak serta dapat meningkatkan peradaban dan martabat bangsa dan negara. Cakupan
mata pelajaran yang terdapat di Sekolah Dasar yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas III SD
Immanuel Bandar Lampung, diketahui bahwa mata pelajaran yang sulit dipahami atau dimengerti adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.
IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-
keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi. Menurut Trianto 2014: 176 tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Akan tetapi pada pelaksanaan proses pembelajaran di SD pada
umumnya guru belum menerapkan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada proses pembelajaran. Pembelajaran IPS masih dilakukan secara
konvensional dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas. Pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat text book oriented.
Rendahnya kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran IPS ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas yang lebih rendah daripada KKM. Permasalahan tersebut juga terjadi di
SD Immanuel Bandar Lampung.
5
Hal tersebut diperkuat dengan test awal kemampuan kognitif siswa kelas III SD Immanuel Bandar Lampung yang dilakukan pada saat observasi pra penelitian, pada
tanggal 12 November 2015 untuk mata pelajaran IPS dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Data test awal kemampuan kognitif kelas III SD Immanuel Bandar Lampung Tahun Ajaran 20152016
No Kelas
Jumlah Siswa
Nilai KKM
Jum lah
Ketun tasan
Persen tase
ketun tasan
Nilai Rata-
rata Keterangan
1 III A
32 0 – 64
65 26
82 44.68
Belum Tuntas
≥ 65 6
18 Tuntas
2 III B
32 0 – 64
65 27
84 45.31
Belum Tuntas
≥ 65 5
16 Tuntas
3 III C
32 0 – 64
65 27
84 45.62
Belum Tuntas
≥ 65 5
16 Tuntas
Sumber: Dokumentasi Guru Kelas III SD Immanuel Bandar Lampung Tahun Ajaran 20152016
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pemahaman kemampuan kognitif siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari selama proses pembelajaran masih jauh dari
harapan. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa yang belum tuntas lebih besar daripada persentase siswa yang tuntas. Keadaan tersebut bukan sepenuhnya kesalahan
siswa, namun aspek lain dalam bidang pendidikan perlu dibenahi supaya hasil belajar kemampuan kognitif siswa meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu
dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing terhadap Kemampuan Kognitif Siswa kelas III SD Immanuel
Bandar Lampung Tahun Ajaran 20152016”.