140
seleksi dan klasifi kasi personil. Dari sudut pandang baik atasan maupun pekerja, hal yang jelas sangat penting adalah bahwa indi vi du ditem -
patkan pada pekerjaan tempat mereka me milki kualifi kasi yang pa- ling tepat. Penempatan yang efektif juga memberikan implikasi bah-
wa ciri-ciri yang tidak relevan bagi per syaratan-persyaratan sebuah pekerjaan tertentu seharusnya tidak mempengaruhi keputusan-ke pu-
tusan seleksi, entah secara menguntungkan ataupun tidak mengun- tungkan.
Agar efektif, sebuah analisis pekerjaan harus mengidentifi kasi persyaratan-persyaratan yang membedakan suatu pekerjaan dari
pekerjaan lainnya. Untuk memperoleh suatu gambaran yang utuh tentang aktivitas-aktivitas pekerjaan, seorang analis pekerjaan bisa
mengandalkan beberapa sumber informasi. Panduan-panduan pe- lak sanaan dan pelatihan yang diterbitkan, catatan-catatan kinerja,
dan terutama para pakar di bidang tertentu seperti misalnya ins- truk tur atau pekerja berpengalaman dalam suatu bidang adalah
sum ber-sumber yang harus dikonsultasikan. Ketepatan penggunaan tes dalam keputusan-keputusan perso-
nalia tak dapat dibahas terpisah dari maksud-maksud, situasi, dan populasi khusus yang tercakup dalam konteks tertentu. Perilaku kerja
sebagaimana ditentukan oleh kemampuan-kemampuan respon. Ke - ba nyak an keputusan-keputusan personalia berdasarkan tes meng-
gunakan perpaduan satu atau lebih ukuran dan juga sejumlah alat penaksiran lain seperti misalnya wawancara atau data-data latar
belakang. Selanjutnya satu persatu akan diuraikan di bawah ini :
a. Peran Inteligensi Akademik
Inteligensi adalah sebuah istilah yang luas dengan banyak de- fi nisi. Tes-tes inteligensi tradisional meliputi suatu kelompok
ketrampilan kognitif dan pengetahuan yang lebih terbatas dan lebih mudah diidentifi kasikan yang meskipun begitu terbukti
lebih mampu memprediksi kinerja baik dalam aktivitas aka de-
141
mik maupun aktivitas pekerjaan yang dituntut dalam ma syara- kat teknologi modern. Karena tes semacam itu berhubungan
dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan da lam masa sekolah formal pada masyarakat semacam itu, ke-
lompok- kelompok kemampuan ini kerap kali dideskripsikan sebagai inteligensi akademik atau kemampuan belajar. Isinya
mencakup terutama pemahaman verbal, penawaran kuantitatif dan aspek-aspek berpikir abstrak lainnya.
Kinerja pada tes-tes inteligensi akademik memiliki korelasi yang substansial dengan jumlah pendidikan. Maka akan kelihatan
bah wa persyaratan pendidikan bisa ditetapkan untuk menca- kup kualifi kasi pelamar dalam kelompok keterampilan kognitif
dan pengetahuan yang penting ini. Tetapi ada banyak kesulitan dalam cara pemecahan ini. Jumlah pendidikan adalah indeks
tak langsung dari status perkembangan kognitif individu dan korelasi keduanya itu jauh dari sempurna. Hanya memiliki ke-
sempatan pada sekolah formal, tidak menjamin proses belajar yang sama dari yang diajarkan, lagi pula pengetahuan dan
ke terampilan yang kenormalannya dikembangkan selama
masa sekolah bisa diperoleh dengan cara lain. Maka dari itu akan dirasa lebih adil bagi individu untuk diuji pengetahuan
dan keterampilan kognitifnya ketimbang untuk ditolak atau diterima berdasarkan jumlah pendidikan formalnya.
b. Baterai Bakat untuk Program Khusus
General Aptitude Test Battery GATB dikembangkan oleh United
States Employment Service USES untuk digunakan konselor- konselor pekerjaan di kantor-kantor pelayanan pekerjaan negara.
Dewasa ini GATB meliputi 12 tes, 4 tes membutuhkan alat se- derhana, sementara 8 tes lainnya hanya menggunakan kertas
dan pensil. Keseluruhan baterai bisa diselenggarakan dalam waktu kurang lebih 2,5 jam.
142
Alat seleksi dan klasifi kasi utama lainnya adalah Armed Ser vice Vocational Aptitude Battery
ASVAB. Bentuk ASVAB yang ada sekarang meliputi 10 subtes Pengetahuan umum, pengetahuan
kata, pemahaman paragraf, informasi elektronik, kecepatan me- nentukan kode, penalaran aritmatik, pengetahuan matematik,
pemahaman mekanis, informasi mobil dan bengkel, operasi nu merik.
c. Tes Bakat Khusus