Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(1)

1 SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH

RELITA YOLANDA SIHOMBING 110502120

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

2 ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.


(3)

3 ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY

ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.

Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.


(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan penyertaan-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian skripsi ini adalah “Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orang tua yang sangat peneliti sayangi Juntiano Sihombing, SE dan Rugun Suhana Simamora,SE atas kasih, perhatian, doa, nasehat, perjuangan dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra. Marhayanie, SE, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Ibu Dra. Friska Sipayung,SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi


(5)

5 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Friska Sipayung,SE, M.Siselaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Kepada Abang saya, Ray Frans Sarjono Sihombing, S.Kom untuk kasih, doa, motivasi dan perhatiannya kepada penulis.

8. Terimakasih kepada Meilani dan Jesi Ginting sahabat terkasih atas motivasi, bantuan, doa, perhatian dan dukungannya kepada penulis.

9. Untuk teman-teman seperjuangan saya, Agus, Elfaida, Anri, Rika, William, Roulina, Deasy, Idon, Lidya, Nisa, dan Finza.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Peneliti


(6)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Teori Tentang Harga ... 10

2.1.1 Pengertian Harga ... 10

2.1.2 Sasaran Penetapan Harga ... 10

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga ... 11

2.1.4 Tujuan Penetapan Harga ... 11

2.2 Teori Tentang Rasa ... 11

2.2.1 Pengertian Rasa ... 11

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa ... 12

2.2.3Karakteristik Rasa ... 14

2.3Teori Tentang Kemasan ... 14

2.3.1 Pengertian Kemasan ... 14

2.3.2 Fungsi Kemasan ... 16

2.3.3Desain Kemasan ... 17

2.3.4 Peranan Kemasan ... 19

2.4Teori Tentang Loyalitas Konsumen ... 20

2.4.1 Pengertian Loyalitas ... 20

2.4.2 Pengertian Loyalitas Konsumen ... 21

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen ... 22

2.4.4 Keuntungan Memiliki Konsumen Loyal ... 25

2.4.5 Karakteristik Konsumen Loyal ... 27

2.5 Penelitian Terdahulu ... 29

2.6Kerangka Konseptual Penelitian ... 29

2.7 Hipotesis Penelitian ... 30


(7)

7

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional Penelitian ... 31

3.4 Populasi dan Sampel ... 32

3.4.1 Populasi ... 32

3.4.2 Sampel ... 32

3.5Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.8.1 Uji Validitas ... 35

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 37

3.9 Model Analisis Data ... 38

3.9.1 Model Analisis Deskriptif ... 38

3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 38

3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 40

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Profil Perusahaan ... 42

4.1.1 Sejarah Berdiri PT Nestlé ... 42

4.1.2 Sejarah Nestlé di Indonesia ... 43

4.1.3Visi dan Misi PT Nestlé Indonesia... 46

4.1.4Struktur Organisasi Perusahaan ... 48

4.1.5Motto, Nilai, dan Tujuan PT Nestlé di Indonesia ... 49

4.1.6Lokasi dan Pemasaran PT Nestlé Indonesia ... 50

4.1.7Jenis Produk PT Nestlé Indonesia ... 53

4.2Hasil Penelitian dan Pembahasan... 53

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 53

4.2.1.1Analisis Deskriptif Responden ... 53

4.2.1.2Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 54

4.2.2Uji Asumsi Klasik ... 59

4.2.2.1Uji Normalitas ... 59

4.2.2.2Uji Heteroskedastisitas ... 62

4.2.2.3Uji Multikolinieritas ... 65

4.2.3Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 66

4.2.3.1Uji Signifikan Simultan (Uji F)... 67

4.2.3.2Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 69

4.2.3.3Koefisien Determinasi (R2) ... 71

4.3Pembahasan ... 72

4.3.1 Pengaruh Harga Terhadap Loyalitas Konsumen... 72

4.3.2 Pengaruh Rasa Terhadap Loyalitas Konsumen... 73


(8)

8

4.3.3 Pengaruh Kemasan Terhadap Loyalitas Konsumen ... 74

BAB VKESIMPULANDAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79


(9)

9 DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah populasi sapi perah, produksi susu, dan konsumsi susu nasional ... 3

1.2 Top brand award 2012-2014kategori susu cair dalam kemasan ... 4

2.1Penelitian Terdahulu ... 30

3.1 Jumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ... 32

3.2 Definisi operasionalisasi variabel penelitian ... 34

3.3 Uji Validitas ... 36

3.4 Uji Reliabilitas ... 38

4.1 Sejarah Singkat PT Nestlé di Indonesia ... 46

4.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Harga (X1) ... 54

4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X2) ... 55

4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kemasan (X3) ... 56

4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Loyalitas Konsumen (Y) ... 58

4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 62

4.8 Uji Glejser ... 64

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

4.10 Hasil Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 66

4.11 Uji Serentak (Uji F) ... 69

4.12 Uji Parsial (Uji-t)... 70

4.13 Koefisien Determinasi (R2) ... 72


(10)

10 DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka konseptual penelitian ... 30

4.1 Jenis-jenis Produk PT Nestlé Indonesia ... 53

4.2Histogram ... 60

4.3Pengujian Normalitas P-Plot ... 61

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63


(11)

11 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ... 79

Lampiran 2 : Data Jawaban Pernyataan Responden ... 82

Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Responden Uji Validitas dan Reabilitas ... 85

Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reabilitas ... 86

Lampiran 5 : Analisis Deskriptif ... 87

Lampiran 6 : Uji Asumsi Klasik ... 92

Lampiran 7 : Hasil Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 95


(12)

2 ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.


(13)

3 ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY

ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.

Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.


(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini antara lain dapat diperoleh dari susu.

Pada susu juga terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat gizi tersebut, susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat meningkatkan status gizi.

Di Indonesia, pada motto gizi empat sehat lima sempurna, susu terletak pada urutan kelima dalam kelompok lima sehat sempurna. Ini menunjukkan bahwa pentingnya mengkonsumsi susu untuk keseimbangan kesehatan manusia dilengkapi dengan nasi, lauk pauk, buah, dan sayuran.

Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting, karena dibandingkan dengan bahan minuman lain, susu adalah minuman yang mendekati kesempurnaan. Hal ini disebabkan, karena susu mengandung nutrisi yang tinggi, laktosa, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan tubuh. Selain itu asam lemak gliserol yang dikandungnya lebih mudah dicerna oleh tubuh.


(15)

13 Sebagai sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan menjadikan susu tidak mudah untuk digantikan oleh minuman lain, terutama bagi kelompok rawan gizi seperti balita, lanjut usia dan wanita hamil atau menyusui.

Sebagai manusia, demi kelangsungan hidup maka harus memenuhi beberapa kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup akan konsumsi susu juga tidak boleh dilewatkan khususnya saat usia remaja manusia. Usia remaja merupakan masa yang penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik maupun mental, dengan aktivitas yang makin meningkat serta sering disertai perubahan pola konsumsi pangan. Remaja adalah mereka yang berusia antara 10 hingga 24 tahun.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia dan peningkatan kesadaran akan kesehatan serta gizi, maka konsumsi masyarakat akan susu cenderung meningkat setiap tahunnya. Berikut jumlah populasi sapi perah, produksi susu sapi perah, dan konsumsi susu nasional periode 2006-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1


(16)

14 Tabel 1.1

Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Sapi Perah, dan Konsumsi Susu Nasional Periode 2006-2013

Tahun Populasi Sapi Perah (ekor/tahun)

Produksi Susu Sapi Perah (ton/tahun)

Konsumsi Susu (ton/tahun)

2006 369.000 567.700 2.534.960

2007 374.000 616.549 2.555.270

2008 458.000 647.000 2.625.330

2009 475.000 827.200 2.277.200

2010 488.000 909.500 2.345.000

2011 597.000 974.694 2.964.000

2012 612.000 1.017.930 3.120.000

2013 636.000 1.109.000 3.300.000

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2006-2013(Januari, 2015)

Fenomena yang terjadi saat ini dengan cenderung meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi susu, maka diikuti dengan peningkatan perilaku masyarakat dalammengkonsumsisusu sterilisasi. Susu sterilisasi merupakan susu yang telah mengalami pemanasan pada suhu tinggi yaitu 121 derajat celcius dengan tekanan 15 psi selama 10 detik atau pada suhu 134 derajat celcius selama 1 detik.Oleh pakar kesehatan, susu sterilisasi untuk saat ini dinyatakan lebih unggul daripada susu UHT dan susu pasteurisasi.

Masyarakat Indonesia sekarang umumnya mengkonsumsi produksusu sterilisasidalam kemasan dari PT NestléIndonesia yaitu Bear Brand.Perbandingan dengan produk susu merek lainnya, susu Bear Brand mampu langsung menarik perhatian konsumen karena Bear Brand adalah susu sterilisasi pertama di Indonesia untukkesehatan dengan kemasan kaleng yang berasal dari susu sapi.


(17)

15 Bear Brand adalah susu sapi yang telah disterilkan mengandung kalori yang lengkap, sehingga cocok dikonsumsi semua umur terutama para remaja untuk sarapan dengan rasa yang enak dan menyegarkanserta tidak akan membuat mual (muntah).

Bear Brand tetap diminati oleh masyarakat sekalipun harga per kemasan kalengnya lebih mahal dibandingkan dengan susu kemasan botol atau kotak merek lain. Kemasan yang terbuat dari kaleng tentu saja mempunyai keunggulan yakni tidak mudah robek, pecah, rusak, ataupun penyok.

Bear Brand memiliki keunggulan dari segi kualitas, rasa dan harga yang sesuai dengan kemasan kaleng berukuran 189 ml dengan pembuka minuman diatasnya, memudahkan konsumen dalam proses membuka susu yang bisa langsung dikonsumsi dan hanya untuk sekali minum serta mudah dibawa kemana saja atau cukup dalam satu genggaman tangan saat meminum susu tersebut. Berikut adalah data dari Top Brand Award 2012-2014 kategori susu cair dalam kemasan.

Tabel 1.2

Top Brand Award 2012-2014 Kategori Susu Cair Dalam Kemasan

Merek Top Brand Indeks

Ultra Milk 30,732,7 36,4 Indomilk 21,423,7 18,0

Frisian Flag 26,8 22,5 15,8 Milo 6,5 6,2 9,1 Bear Brand 3,4 4,8 5,6

Milkuat 3,2 3,1 4,6 Sumber: www.topbrand-award.com


(18)

16 Data dariTabel 1.2, dapat dilihat bahwa Bear Brand berada di peringkat ke 5 bersaing dengan susu UHT dan susu pasteurisasi dalam kemasan merek lain yang merupakan hasil dari produk susu cair pemain lama yakni Ultra Milk, Indomilk, dan Frisian Flag. Bear Brand bahkan mampu mengalahkan peringkat Milkuat yang juga merupakan pemain lama dalam bidang susu cair.Bear brand sendiri merupakan produk baru dari PTNestlé Indonesia yang mampu langsung berada di bawah peringkat Milo yang juga merupakan produk dari PT Nestlé Indonesia. Dapat dilihat bahwa persentase Bear Brand dari tahun 2012-2014 selalu mengalami peningkatan yang baik. Dapat dilihat juga bahwa persaingan antara produsen susu cair dalam kemasan sangatlah ketat.

Hal ini membuat sejumlah produsen berupaya keras meraih konsumen sebanyak-banyaknya agar mampu memperluas pangsa pasar dan mendapatkan konsumen yang loyal terhadap produknya. Salah satu upayanya yaitu melakukan diversifikasi dalam peningkatan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk, maupun desain, serta bersaing mengenai penekanan kandungan gizi dan energi yang tersimpan dalam produk susu yang ditawarkan.

Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik pada suatu alasan yaitu karena warna dan bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli hanya karena tertarik dengan desain ataupun bentuk dari suatu produk, sehingga menyebabkan kemasan menjadi sangat efektif untuk menarik konsumen membeli suatu produk. Strategi lainnya untuk menarik konsumen adalah dengan menetapkan harga produk untuk merangsang respon


(19)

17 pasar yang lebih kuat. Harga produk diharapkan dapat mendorong keinginan konsumen untuk menggunakan suatu produk, serta menawarkan konsumen secara tidak langsung untuk meninggalkan produk pesaing. Banyak orang tertarik pada suatu produk karena menawarkan manfaat lebih dari produknya sendiri.

Perilaku konsumen yang cenderung brand minded, mendorong perusahaan untuk menciptakan sebuah merek yang berbeda untuk setiap produk yang dihasilkannya dan berusaha menjadikan merek tersebut dikenal konsumen. Sehingga berbagai strategi pemasaran yang dilakukan mengarah kepada pengenalan merek dan pada akhirnya memiliki konsumen yang loyal terhadap merek tersebut. Citra merek yang positif terhadap konsumen juga bisa menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk bahkan akan membuat konsumen loyal terhadap produk tersebut, karena merek merupakan indikator nilai suatu produk bagi konsumen untuk memperoleh manfaat fungsional dan emosional.

Loyalitas pelanggan ditunjukkan dengan dilakukannya kegiatan membeli produk secara berulang-ulang dan cenderung tidak ingin berpindah ke merek lain. Loyalitas pelanggan dapat dilihat dari kesetiaan pelanggan tersebut dalam menggunakan suatu produk dan keengganan berpindah ke merek produk susu lain. PersentaseBear Brand yang walaupun peringkat mereknya tidak berubah masih diposisi 5, namum hasil top brand indeknya mengalami peningkatan setiap tahunnya yang menunjukkan bahwa penjualan Bear Brand yang mengalami peningkatan bisa saja berdampak terhadap peningkatan jumlah loyalitas konsumen. Konsumen menjadi loyal ketika konsumen tertarik dengan salah satu


(20)

18 variabel dari produk tersebut yakni dari segi merek, harga, rasa, kemasan, pelayanan, garansi, desain, serta manfaat.

Bear Brand disukai banyak kalangan termasuk kalangan muda seperti mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Sumatera Utara. Dari hasil pra-survei dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Hukum lebih menyukai dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat mengkonsumsi susu Bear Brand daripada susu cair kemasan merek lain. Mahasiswa bukan anak kecil lagi, sudah masuk dalam tahap usia remaja dimana gengsi, mengikuti trend, serta gaya saat melakukan dan mengkonsumsi sesuatu menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Untuk itu, Bear Brand yangdikemas dalam kaleng dengan ukuran yang pas segenggaman tangan dan hanya dikonsumsi sekali minum serta kemudahan dalam memperoleh produk menyebabkan para mahasiswa menyukai kepraktisan dan segala manfaat yang diperoleh saat mengkonsumsi Bear Brand. Bear Brandsaat ini juga telah semakin dikenal sebagaisusu cair dalam kemasan kaleng dengan kandungan kesehatan yang tinggi, iklan yang menarik, kepraktisan desain, serta manfaat gizi yang baik untuk tubuh manusia. Oleh karena itu, peneliti akhirnya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar pengaruh harga, rasa, dan kemasan susu Bear Brandterhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(21)

19 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

”Bagaimana pengaruhfaktor harga, rasa, dan kemasan susu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor harga, rasa, dan kemasan susu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan Bear Brand

. Sebagai sumber masukan dan informasi serta pengetahuan bagi perusahaan mengenai pengaruh hubungan antara harga, rasa, dan kemasan yang dapat memiliki dampak terhadap loyalitas konsumen.

2. Bagi Departemen Manajemen

Sebagai bahan referensi yang akan memberikan dan melengkapi informasi serta pengetahuan pihak departemen dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.


(22)

20 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan melatih serta mengembangkan kemampuan berpikir penulis mengenai manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh faktor harga, rasa, dan kemasan terhadap loyalitas konsumen.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dan dapat membantubagi pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(23)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga

2.1.1Pengertian Harga

Pengertian harga dapat didefinisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Stanton terjemahan Yamanto (1989) bahwa “Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya”.

Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa, harga adalah hasil pertemuan dari transaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh permintaan dan penawaran di pasar. Berdasarkan definisi tersebut maka harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan/atau pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa, hal ini seperti yang dikemukakan oleh MC. Carthy terjemahan Gunawan (1985) bahwa harga adalah “Apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi dagang dapat dianggap sebagai suatu pertukaran uang, uang adalah harga untuk sesuatu”.

2.1.2Sasaran Penetapan Harga

1. Berorientasi pada laba, yakni untuk mencapai target laba investasi laba penjualan bersih dan untuk memaksimalkan laba.


(24)

22 2. Berorientasi pada penjualan, yakni untuk meningkatkan penjualan dan untuk

mempertahankan atau meningkatkan bagian pasar dan penjualan.

3. Berorientasi pada status quo, yakni untuk menstabilkan laba dan untuk menangkal persaingan.

2.1.3Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga 1. Permintaan produk.

2. Reaksi pesaing. 3. Bauran pemasaran.

4. Target bagian saham pasar. 5. Biaya untuk memproduksi. 2.1.4 Tujuan Penetapan Harga

Tujuan perusahaan melalui penetapan harga menurutKotler (1992) terdapat enam tujuan, yaitu:

1. Bertahan hidup.

2. Maksimalisasi laba jangka pendek.

3. Memaksimumkan pendapatan jangka pendek. 4. Pertumbuhan penjualan maksimum.

5. Menyaring pasar secara maksimum. 6. Unggul dalam suatu produk.

2.2Teori Tentang Rasa 2.2.1 Pengertian Rasa

Rasa dapat didefinisikan sebagai sensasi yang disebabkan ketika berbagai substansi masuk dan berkumpul didalam papil dan menyebar diseluruh


(25)

23 permukaan lidah dan memenuhi mulut. Kompleks-kompleks atau perpaduan dari berbagai macam sensasi rasa tadi disebut juga dengan istilah “flavour” yang berkaitan dengan apresiasi terhadap temperatur, tekstur, dan konsistensi dari substansi yang masuk tadi dan untuk bisa dirasakan, substansi tadi harus soluble

atau harus dapat mengadakan kontak dengan saliva (kelenjar air liur) (Sekuler, 1994).

Rasa makanan atau minuman biasa disebut dengan istilah tastans. Tastans

adalah molekul yang berinteraksi dengan reseptor dalam bintil-bintil rasa di lidah manusia untuk memproduksi sensasi rasa yang kemudian diklasifikasikan sebagai manis, asin, asam, dan pahit.

Sensasi lain di mulut juga dirasakan akibat dari adanya interaksi kimiawi dengan reseptor trigeminal. Reseptor rasa selalu berinteraksi dengan molekul-molekul dalam rasa yang nantinya akan menghasilkan respon di lidah berupa rasa makanan ataupun minuman.

Untuk bisa aktif sebagai rasa yang tinggal di mulut, maka konsentrasi molekul yang berinteraksi dengan reseptor harus memenuhi ambang batas rasa dan ambang batas itu mempunyai ukurannya sendiri-sendiri untuk tiap molekulnya misalnya phellondrene yang ambang batas rasanya adalah 200, jika berada di bawah itu maka molekul dalam minuman ataupun makanan tidak bisa menghasilkan satu sensasi rasa (Taylor, 2002).

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa

Sekuler (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek dalam persepsi tentang rasa, yaitu:


(26)

24 1. Taste preference. Seseorang menyatakan suka atau tidak suka terhadap

satu makanan dan minuman tidak hanya murni disebabkan oleh rasa dari stimulus yang masuk ke mulut saja. Ada beberapa sifat bawaan manusia yang turut mempengaruhi hal tersebut yaitu adanya naluri setiap orang untuk lebih menyukai rasa manis dalam bentuk apapun. Kualitas rasa manis selalu menempati rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan rasa pahit.

2. Adaptasi dan modifikasi rasa. Rasa suatu stimulus dapat dibuat lemah oleh adanya proses adaptasi lidah terhadap satu jenis rasa. Sebagai contoh, jika lidah terus menerus mengecap rasa pedas maka kemampuannya untuk merasakan rasa pedas akan semakin menurun. Proses ini disebut dengan nama adaptasi rasa. Rasa asli dari suatu makanan atau minuman akan semakin kabur jika dicampur dengan rasa lain sehingga terbentuk satu jenis rasa baru yang merupakan perpaduan dari kedua rasa tersebut. Proses ini yang disebut dengan nama modifikasi rasa.

3. Taste mixture. Terjadi bila suatu intensitas rasa diturunkan atau ditutupi dengan rasa yang lain seperti misalnya seseorang menambahkan gula ke dalam kopi untuk menutupi rasa pahitnya.

4. Kemampuan membedakan intensitas masing-masing rasa. 5. Bau dari makanan dan minuman.


(27)

25 2.2.3 Karakteristik Rasa

Terkait dengan persepsi tentang rasa, maka menurut Taylor (2002) terdapat beberapa karakteristik tentang rasa makanan dan minuman, yaitu:

1) Karakteristik primer yaitu satu unsur penting untuk pengenalan makanan. Unsur yang dapat menyebabkan satu impresi pada calon perasa makanan dan minuman ketika melihat makanan dan minuman tersebut untuk pertama kalinya.

2) Karakteristik sekunder yaitu unsur yang tidak begitu penting tetapi mengandung begitu banyak sumbangan sebagai bagian dari karakteristik rasa dari makanan dan minuman.

3) Efek rasa makanan yang biasanya dirasakan secara pribadi oleh perasa makanan dan minuman. Enak atau tidaknya tergantung dari komposisi-komposisi bahan dari makanan dan minuman itu sendiri.

4) Keseimbangan rasa yang penting untuk selalu mengevaluasi rasa makanan terus-menerus agar mutu dan kualitasnya semakin berkembang.

2.3Teori Tentang Kemasan 2.3.1 Pengertian Kemasan

Kemasan (packaging) adalah segala kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Menurut Komaruddin (2003), kemasan juga dapat diartikan dalam tiga buah kemungkinan, yaitu:

1. Kemasan adalah sebuah barang atau seperanglat produk yang dibungkus atau ditutup seragam untuk dijual di pasar.


(28)

26 2. Kemasan adalah setiap jenis pembungkus atau wadah yang terbuat dari

bahan-bahan tertentu (misalnya: kayu, plastik, sejenis tikar, karton, dan daun pisang) yang menutup sesuatu.

3. Kemasan adalah paket yang berukuran kecil atau sedang yang terbuat dari kardus atau bahan-bahan lainnya.

Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu: 1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan.

2. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen.

3. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.

Wadah atau bungkusterdiri dari 3 (tiga) tingkat bahan, yaitu:

1. Kemasan dasar (primary package), yaitu bungkus langsung dari suatu produk. Contoh: botol sebagai tempat shave lotion merupakan kemasan dasar.

2. Kemasan tambahan (secondary package), yaitu bahan yang melindungi kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut akan digunakan. Contoh: kotak karton yang membungkus after shave lotion merupakan kemasan tambahan yang melindungi botol dan sebagai alat promosi.

3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu setiap kemasan yang diperlukan waktu penyimpanan, pengangkutan diidentifikasi. Contoh: kotak yang menjadi tempat-tempat 6 lusin lotion.


(29)

27 2.3.2 Fungsi Kemasan

1) Kemasan sebagai alat untuk melindungi produk.

Kemasan yang dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari gesekan, benturan, bantingan, perubahan cuaca, api, air, bahan kimia yang dapat merusak, dan bahan-bahan lain yang akan mengurangi mutu, jumlah, dan penampilan. Kemasan tersebut menyediakan perlindungan yang cukup ketika suatu produk berada di gudang produsen, dalam pemindahan, di gudang penjualan borongan, di tempat para pengecer, dan di tangan konsumen yang menjadi pengguna terakhir.

2) Kemasan sebagai sarana yang memberikan kemudahan penggunaan.

Fungsi kemasan lainnya adalah fungsi yang dapat memberikan kemudahan bagi penggunaan produk oleh para pelanggan atau konsumen. Oleh sebab itu, kemasan harus mudah dibuka dan ditutup tanpa kerusakan yang berarti. Kemasan dapat ditambah dengan alat untuk mengisi tanpa tumpah dan tidak boleh terlampau berat atau masif.

3) Kemasan sebagai sarana untuk penjualan.

Kemasan dapat menjadi pembantu yang bermanfaat ketika pedagang menjual produk yang dikemasnya. Kemasan yang lebih baik dari kemasan lainnya dalam memberikan perlindungan terhadap suatu produk dan sekaligus memberikan kemudahan dalam penggunaannya merupakan alat penjualan yang pasti. Sekali-kali, bisa jadi, orang yang membeli suatu produk bukan untuk memperoleh produk yang dibungkusnya, namun justru kemasannya. Hal inimungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa


(30)

28 kemasan itu berguna untuk keperluan lain, menarik untuk dipajang, dan alasan individual lainnya. Kemasan yang baik pun merupakan alat untuk melakukan promosi.

4) Kemasan sebagai media komunikasi.

Kemasan saat ini misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi dengan nomor telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk komplain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu.

2.3.3 Desain Kemasan

Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respon emosional positif secara tidak langsung. Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional, dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasat mata (visual communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Menurut Iwan


(31)

29 Wirya (1999), daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional).

a. Daya tarik visual (estetika)

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis yaitu warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak. Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan yang memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologi yang hukum persepsi menunjukkan bahwa mata dan otak membutuhkan kesederhanaan dan keseimbangan dalam segala hal yang dilihat.

Setiap otang hanya akan melihat hal-hal tertentu yang akan direkam otak dan kemudian mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Hal ini sesuai dengan sifat dasar desain, yaitu bersifat fungsional dan estetis, terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang ridak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal.

Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang mempengaruhi konsumen secara psikologistanpa disadarinya. Misalnya produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, diantaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek dengan font Script atau Italic (miring)


(32)

30 dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak yang dipilih oleh konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun mandi tersebut.

b. Daya tarik praktis (fungsional)

Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan penyimpangan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Dapat melindungi produk.

2. Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan. 3. Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman. 4. Dapat digunakan kembali (reusable).

5. Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang.

6. Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill).

2.3.4Peranan Kemasan a. Swalayan (self service)

Semakin banyak jumlah produk yang dijual dengan cara pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkannya, kemasan makin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang menguntungkan.


(33)

31 b. Kemakmuran konsumen (customer offluence)

Meningkatnya kekayaan konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

c. Citra perusahaan dan merk (company and brand image)

Banyak perusahaan mengakui adanya kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau mereknya. Contoh: Pembeli susu bubuk cap Bendera dengan cepat mengenali kemasannya warna biru dengan lambang bendera.

d. Peluang inovasi (innovational opportunity)

Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberikan keuntungan bagi produsen. Contoh: Inovatif kemasan Biskuit Kong Guan, sangat menarik dan seolah-olah lebih berkualitas dan harga diri konsumen.

Mengapa kemasan diperlukan:

1. Kemasan memenuhi sasaran keamanan (safety) dan kemanfaatan (utility). 2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan.

3. Untuk meningkatkan laba. 2.4Teori Tentang Loyalitas Konsumen 2.4.1 Pengertian Loyalitas

Definisi dari loyalitas, Griffin (2002) menyatakan bahwa “loyality is defined as non random purchase expressed over time by some decision making


(34)

32

unit”. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku, yang ditunjukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan.

Gramer dan Brown (2006), menyatakan bahwa loyalitas yaitu derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif terhadap penyedia jasa dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasanya. Dari definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal tidak hanya seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga mempertahankan sikap positif terhadap penyedia jasa tersebut.

2.4.2 Pengertian Loyalitas Konsumen

Oliver (1996) mengungkapkan loyalitas pelanggan sebagai berikut:

Customer Loyalty is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistenly in the future, despite situasional influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior.

Dari definisitersebut dapat terlihat bahwa loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Menurut Nugroho (2005), loyalitas konsumen didefinisikan sebagai suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek produk atau


(35)

33 merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki kemampuan mendapatkannya.

Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk. Indikasi loyalitas yang sesungguhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Marconi (1998) menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai berikut:

1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan produk dalam waktu yang lama akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus bertanggung jawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan, pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol kualitas merek beserta harganya.

2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek tersebut), citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran.


(36)

34 Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen pada merek.

3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk. Dalam situasi yang penuh tekanan dan permintaan terhadap pasar yang menuntut akan adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk yang nyaman dan mudah untuk didapatkan oleh konsumen.

4. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen (baik dari kemasan, rasa, desain, serta manfaat), apabila konsumen benar-benar memiliki kepuasan akan hal-hal tersebut akan membawa dampak kepada meningkatnya rasa kecintaan pada suatu merek yang berarti meningkatnya loyalitas.

5. Pelayanan, dengan kualitas pelayan yang baik yang ditawarkan oelh perusahaan dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek tersebut. 6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh perusahaan.

Menurut Aaker (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan konsumen sebagai berikut:

1. Kepuasan (satisfaction)

Konsumen akan loyal terhadap suatu produk bila ia mendapatkan kepuasan dari produk tersebut. Karena itu, konsumen bisa mencoba beberapa macam produk untuk menilai kriteria kepuasan produk atau tidak. Bila setelah mencoba dan responnya baik, maka berarti konsumen tersebut puas sehingga akan memutuskan membeli produk tersebut secara konsisten sepanjang waktu yang berarti telah tercipta kesetiaan konsumen terhadap produk tersebut.


(37)

35 2. Perilaku kebiasaan (habitual behavior)

Kesetiaan konsumen dapat dibentuk karena kebiasaan konsumen. Apabila yang dilakukan sudah merupakan kebiasaan, maka pembeli tersebut tidak melalui lagi pengambilan keputusan yang panjang. Pada kondisi ini, dapat dikatakan bahwa konsumen akan tetap membeli produk tersebut, yaitu konsumen akan tetap membeli produk yang sama untuk suatu jenis produk dan cenderung tidak berganti-ganti produk.

3. Komitmen (commitment)

Dalam suatu produk yang kuat terdapat konsumen yang memiliki komitmen dalam jumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul bila ada kepercayaan dari konsumen terhadap produk-produk sehingga ada komunikasi dan interaksi diantaranya konsumennya, yaitu dengan membicarakan produk tersebut.

4. Kesukaan produk (linking of the brand)

Kesetiaan yang terbentuk akan dipengaruhi oleh tingkat kesetiaan konsumen secara umum. Tingkat kesetiaan tersebut dapat diukur mulai dari timbulnya kesukaan terhadap produk sampai adanya kepercayaan dari produk berkenaan dari kinerja produk-produk tersebut. Konsumen yang dikatakan loyal adalah konsumen yang berulang kali membeli produk tersebut bukan karena adanya penawaran khusus, tetapi karena konsumen percaya terhadap produk tersebut memiliki kualitas yang sama sehingga memberi tingkatan yang sama pada produknya.


(38)

36 5. Biaya pengalihan (switching cost)

Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan, biaya, energi, dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena dia memilih salah satu alternatif. Bila biaya pengalihan besar, maka konsumen akan berhati-hati untuk berpindah ke produk yang lain karena resiko kegagalan yang juga besar sehingga konsumen cenderung loyal.

2.4.4 Keuntungan Memiliki Konsumen Loyal

Selanjutnya Griffin (2002) menyatakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain:

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan yang baru lebih mahal).

2. Dapat mengurangi biaya transaksi.

3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen yang lebih sedikit).

4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.

5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.

6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).

Era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi para konsumennya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam melakukan retensi konsumen ini, pertama adalah karena semakin mahalnya biaya


(39)

37 perolehan konsumen baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah adanya kenyataan bahwa tingkat kemampuan perusahaan berbanding lurus dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan konsumen secara permanen (Stauss, 2001).

Jones dan Sanser (1995) dalam Gilbert yang mempelajari persiapan penerapan berbagai kesempatan perdagangan di era globalisasi berkeyakinan bahwa di era perdagangan bebas yang tidak terproteksi sama sekali tersebut, tumpuan perusahaan untuk tetap mampu bertahan hidup adalah konsumen-konsumen yang loyal (Gilbert, 2000). Untuk itulah, perusahaan dituntut untuk mampu memupuk keunggulan kompetitifnya masing-masing melalui upaya-upaya yang kreatif, inovatif, serta efisien, sehingga menjadi pilihan dari banyak konsumen yang pada gilirannya nanti diharapkan “loyal” (Javalgi, 1997).

Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari calon konsumen potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan.

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan, mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Usaha untuk memperoleh konsumen yang loyal tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi


(40)

38 melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari konsumen potensial sampai memperoleh partners.

2.4.5 Karakteristik Konsumen Loyal

Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Griffin (2002), konsumen yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes reguler repeat purchases). 2. Membeli diluar lini produk/jasa (Purchase across product and service

lines).

3. Merekomendasikan produk lain (Refers other).

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition).

Kaitannya dengan pengalaman konsumen, Smith (2002) mengungkapkan bahwa loyalitas konsumen tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang oleh perusahaan, adapun tahap-tahap perancangan loyalitas tersebut sebagai berikut:

1. Define Customer Value

a. Identifikasi segmen konsumen sasaran.

b. Definisikan nilai konsumen sasaran dan tentukan nilai konsumen mana yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan loyalitas.


(41)

39

2. Design The Branded Customer Experience

a. Mengembangkan pemahaman Customer Experience.

b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise. c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk

merealisasikan pengalaman konsumen yang baru.

3. Equip people and deliver consistenly

a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan.

b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk mengembangkan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan. c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan

kepemimpinan.

4. Substain and enhance performance

a. Gunakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan pengalaman pelanggan.

b. Membentuk kerjasama antara sistem HRD (Human Resource

Development) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam

memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.

c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil untuk menanamkan Branded Customer Experience yang telah dijalankan perusahaan.


(42)

40 2.5Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Hasil Krisjanti (2007) Evaluasi Pengaruh Country-Of-Origin, Merek, dan Harga pada Loyalitas Produk Susu Import 1. country-of-origin 2. merek 3. harga 4. loyalitas Analisis deskriptif, analisis regresi, uji validitas, uji realibilitas Variabel harga dan merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan pada variable loyalitas produk susu import pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan variabel country-of-origin tidak memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada loyalitas produk susu import. Sujana (2004) Pengaruh Penetapan Kemasan Terhadap Tingkat Loyalitas Konsumen 1. kemasan 2. loyalitas konsumen Penelitian deskriptif, uji normalitas, analisis koefisien korelasi, analisis koefisien regresi, koefisien determinasi Pengaruh kemasan menunjukkan dampak yang sangat dominan dalam loyalitas konsumen yakni persentase sebesar 54,1% sedangkan sisanya 45,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

2.6Kerangka Konseptual Penelitian

Harga menurut Swasthadan Irawan (2005) diartikan sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta


(43)

41 pelayanannya. Harga bisa menjadi daya tarik atau penentu dalam pengambilan keputusan pembelian. Menurut Winarno (2004), rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf seperti manis, asam, asin, pahit. Rasa pada makanan dan minuman memegang peranan penting dalam faktor keputusan pembelian yang akan menjadi faktor penentu loyalitas konsumen kedepannya terhadap suatu produk. Kemasan menurut Saladin (1996) adalah wadah atau bungkus. Kemasan yang menarik dapat mempengaruhi konsumen dapat proses pembelian. Menurut Tjiptono (2000), loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, harga, kemasan, label, atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang.Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

����� (�)

���� (�)

������� (�)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian 2.7Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Faktor harga, rasa, dan kemasansusu merek Bear Brandberpengaruh positif dan signifikanterhadap loyalitas mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

LOYALITAS KONSUMEN


(44)

42 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitusuatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, dalam meneliti ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Universitas, No. 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia, dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2015sampai dengan April 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen (X)

Dalam penelitian ini variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), dan kemasan (X3).

2. Variabel dependen (Y)


(45)

43 3.4Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya, atau menjadipenelitian (Kuncoro,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011,2012,2013, dan 2014yang berjumlah 2303orang mahasiswa, yang dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2011,2012,2013, dan 2014 Angkatan Mahasiswa Jumlah (orang)

2011 571

2012 574

2013 585

2014 573

Jumlah Keseluruhan 2303

Sumber: repository.usu.ac.id (data diolah)

3.4.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008), yaitu:

(

2

)

1

Ne

N

n

+

=


(46)

44 Dimana: n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Taraf Kesalahan = 10%

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

Melalui perhitungan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel sebanyak96 orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang mengkonsumsi produk minuman susu kemasan Bear Brand.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara (Interview)

Melakukan tanya jawab langsung dengan pihak pemasar Bear Brand di kantor wilayahpenjualan I yang berada di Jl. M. G. Manurung I Km. 9,3 Kelurahan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara dalam memberikan keterangan yang dibutuhkan.

(

)

(

)

96 orang

1 , 0 2303 1

2303

2 =

+ =


(47)

45 2. Daftar Pertanyaan (questionare)

Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu metode mendapatkan data dari buku-buku dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian.

3.6 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara (interview) dengan pemasar Bear Brand serta daftar pertanyaan (questionare) dari responden dalam hal ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi. 3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel

Penelitian

Definisi Operasional

Variabel Indikator

Skala Pengukuran

Harga ( X1 )

Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah

beberapabarang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.

1. Harga susu Bear Brand terjangkau. 2. Harga susu Bear

Brand sesuai denganmanfaat yang didapatkan.


(48)

46 Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel Indikator Skala Pengukuran Rasa

( X2 )

Rasa adalahsensasi yang disebabkan ketika

berbagai substansi masuk dan berkumpul didalam papil dan menyebar diseluruh permukaan lidah dan memenuhi mulut.

1. Rasa susu Bear Brand enak. 2. Rasa susu Bear

Brand berbeda dari produk sejenis. 3. Susu Bear Brand tidak berbau.

Likert

Kemasan ( X3 )

Kemasan adalahsegala kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk.

1. Kemasan susu Bear Brand menarik. 2. Kemasan susu

Bear Brand mudah digenggam.

3. Kemasan susu Bear Brand mudah dibawa.

4. Kemasan susu Bear Brand tidak mudah rusak dan bersifat tahan lama. Likert Loyalitas Konsumen ( Y) Loyalitas konsumen adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang kemudian dipresentasikan dalam pembelian yang

konsistenterhadap merek itu sepanjang waktu.

1. Percaya terhadap produk perusahaan. 2. Tidak terpengaruh

terhadap produk perusahaan lain. 3. Merekomendasikan

kepada orang lain. 4. Pembelian rutin.

Likert

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiono, 2012). Adapun syarat instrumen dapat dinyatakan valid yaitu:


(49)

47 a. Korelasi tiap faktor positif

b. Nilai rhitung > rtabel

Instrumen tersebut telah memiliki validitas konstruk yang baik jika telah memenuhi syarat di atas. Butir-butir pernyataan yang tidak valid akan gugur dan dikeluarkan, dan apabila semua butir pernyataan telah dinyatakan valid maka instrumen tersebut layak untuk dijadikan kuesioner penelitian.

Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 13 pernyataan yang menyangkut variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), kemasan (X3) dan variabel dependen yaitu loyalitas konsumen (Y) kepada 30 responden untuk keperluan uji validitas instrumen. Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.

Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Nilai rtabel dengan ketentuan df = n - 2 = 30 – 2 = 28, maka dapat diketahui rtabel = 0.361.Berikut adalah uji validitas instrumen yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Uji Validitas Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Keterangan

P1 45,73 39,651 ,658 ,926 Valid

P2 45,47 38,326 ,760 ,922 Valid

P3 45,97 37,620 ,617 ,927 Valid

P4 46,07 37,306 ,748 ,922 Valid

P5 46,57 39,978 ,644 ,926 Valid

P6 46,07 37,513 ,783 ,921 Valid


(50)

48 Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Keterangan

P8 45,83 37,247 ,646 ,926 Valid

P9 45,70 37,459 ,677 ,925 Valid

P10 45,80 38,234 ,599 ,928 Valid

P11 46,43 37,909 ,737 ,923 Valid

P12 46,37 37,620 ,707 ,923 Valid

P13 46,27 38,823 ,676 ,925 Valid

Sumber: Data diolah menggunakan SPSS (April, 2015)

Pada Tabel 3.3 seluruh pernyataan telah valid yaitu nilai Corrected

Item-Total Correlation seluruhnya telah bernilai lebih besar atau sama dengan

0,361.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2012), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,80. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.

Jika rhitung >rtabel maka pertanyaan tersebut reliabel.

Jika rhitung <rtabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 responden di luar sampel, tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel yang


(51)

49 digunakan. Hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.930 .933 13

Sumber: Data diolah menggunakan SPSS(April, 2015)

Pada Tabel 3.4 dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha 0,930 lebih besar dari 0,80. Dengan demikian, kuesioner penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat disebarkan kepada responden yang terpilih untuk dijadikan instrumen dalam penelitian ini.

3.9 Model Analisis Data

3.9.1 Model Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyajikan data sehingga dapatmemberikan gambaran umum yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda)

Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS agar hasil yang diperoleh lebih terarah.


(52)

50 Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ ei Keterangan:

Y = Loyalitas Konsumen a = Konstanta

X1 = Harga X2 = Rasa X3 = Kemasan

b1,2,3 = Koefisien regresi berganda e = Taraf Kesalahan

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pengujian Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kontribusi variabel-variabel dependen dalam menerangkan variabel-variabel independen. Koefisien determinasi (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2≤ 1). Semakin mendekati nol atau sama dengan nol berarti kontribusi variabel dependen terhadap variabel independen lemah dan bahkan dapat diabaikan, sebaliknya semakin mendekati satu berarti kontribusi semakin baik.

2) Uji Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi) secara bersama-sama.


(53)

51 Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika Fhitung< Ftabel

H0 ditolak jika Fhitung> Ftabel , pada α 5% 3) Uji secara Parsial / Uji t

Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial.Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji t). Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui suatu distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Histogram, Pendekatan Grafik, dan Pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% (0.05) artinya variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah di dalam model regresiterjadi ketidaksamaan varians dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka


(54)

52 disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regrasi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Berikut ini disajikan cara mendeteksi multikolinieritas dengan menganalisis metrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan Variance InflationFactor (VIF).


(55)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan

4.1.1 Sejarah Berdiri PT Nestlé

Nestlé merupakan produsen makanan terkemuka di dunia yang memasok lebih dari 10 juta produk makanan pasaran setiap tahunnya. “Good Food, Good Life” merupakan slogan Nestlé yang menggambarkan komitmen Nestlé sebagai produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia dengan menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan menyenangkan untuk dikonsumsi demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Nestlé didirikan di Vevey, Swiss pada tahun 1866. Pendirinya adalah Henry Nestlé, yaitu seorang ahli gizi berkebangsaan Jerman. Hal yang melatar belakangi Henry Nestlé adalah banyaknya bayi yang meninggal dunia sebelum usia mereka mencapai satu tahun, hal ini dikarenakan para ibu tidak dapat menyusui bayinya sendiri. Terlebih lagi saat teman Henry Nestlé menghampiri dirinya untuk menyelamatkan bayi prematur. Henry Nestlé kemudian membawa bayi itu kerumahnya dan memberikan makanan berupa paduan roti, susu, dan gula. Kondisi bayi itu berangsur baik dan pulih dari hari ke hari. Penemuan ini memberikan kabar gembira dan langsung tersebar luas.

“Ferine Lactee Nestle” telah menjadi makanan pendamping ASI sekaligus makanan penambah gizi yang berhasil menekan angka kematian bayi. Sejak saat itu Nestlé menjadi perusahaan produsen makanan yang mendapat kepercayaan


(56)

54 dari masyakarat. Henry Nestlé memanfaatkan nama keluarganya “Nestlé” yang dalam bahasa Jerman, Swissberarti sarang burung kecil (little nest), yang menjadi logo perusahaannya. Logo tersebut menjadi lambang rasa aman, kasih sayang, kekeluargaan, dan pengasuhan.

Henry Nestlé bukan saja melahirkan makanan bayi yang bermutu, namun juga menjadi orang Swiss pertama yang membangun industri modern yang berpikir akan pentingnya citra merek dan perusahaan. Melalui dua simbol anak burung dalam sarang bersama induknya dengan penuh kasih sayang memberi makanan pada anaknya, citra Nestlé langsung dikenal sebagai perusahaan yang menghasilkan makanan bermutu penuh gizi. Simbol ini kemudian diubah pada tahun 1868 dan langsung diterapkan di berbagai materi iklan dan publikasi. Sampai sekarang logo ini tetap digunakan dalam nuansa modern sesuai dengan kemajuan zaman.

4.1.2 Sejarah Nestlé di Indonesia

Pada tahun 1910 susu “Tjap Nona” masuk ke pasaran Indonesia melalui distributor yang ada di Singapura. Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1965 pemerintah membuka kesempatan berinvestasi bagi investor asing. Kebijakan ini mendorong Nestlé dan para mitranya unruk membuka usaha di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1971, Nestlé S.A yang berpusat di Vevey, Swiss bersama mitra lokalnya mendirikan PT. Food Specialities Indonesia. Pabrik pertama didirikan di Waru, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi pada tahun 1973 yang menghasilkan susu Tjap Nona.


(57)

55 Pada awal 1980 produksi susu segar mengalami peningkatan dratis, kondisi tersebut merupakan salah satu keberhasilan PT. Food Specialities

Indonesia dalam membina petani sapi perah. Hal ini mendorong PT. Food Specialities Indonesia untuk mendirikan pabrik baru. Pabrik ini didirikan di Kejayaan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1988 serta diresmikan oleh Presiden RI (pada saat itu) Soeharto pada Juni 1988.

Pada tahun 1979, PT NestléBeverages Indonesia (dahulu bernama PT Indofood Jaya Raya) yang memiliki pabrik di Panjang, Lampung, mulai memproduksi kopi instan “Nescafé”. Selain pure coffe, PT Nestle Beverages

Indonesia juga memproduksi mixes coffe dalam berbagai aroma. Pada tahun 1997, Nescafé mulai memasuki pasaran Rusia dalam kemasan jar dan dua tahun kemudian produksi kopi instan dalam kemasan kaleng dihentikan. Selanjutnya pada tahun 2001 sebagian proses pengemasan untuk produk 3in1 diserahkan ke

co-manufacturer dan PT Nestlé Beverages Indonesia berganti nama menjadi PT Nestlé Indonesia.

Pada tahun 1988, Nestlé pusat mengakusisi Rowntree Macintosh dari Inggris sehingga membuka peluang Nestlé untuk mengembangkan usahanya di bidang kembang gula. Pabrik PT Food Specialities Indonesia yang merupakan anak perusahaan Nestlé mengambil alih PT Multi Rasa Agung, yang memiliki pabrik di Cikupa, Tangerang dan menghasilkan permen dengan merek dagang “Foxs”. Pada tahun 1990 diresmikan pabrik baru di Cikupa, Tangerang. Pada tahun 1992, dalam rangka memperluas usahanya, PT Multi Rasa Agung memperluas pabriknya dan memproduksi permen dengan merek dagang


(58)

56 “Polo”.Pada 1996 PT Multi Rasa Agung berganti nama menjadi PT. Nestlé

Confectionery Indonesia dan mulai memproduksi “Nestea Powder” pada tahun

1997.

Selain pabrik Waru, Kejayan, Cikupa dan Panjang, Nestlé Indonesia juga memiliki sebuah pabrik di Telaga yang memproduksi mie instan. Sejak tahun 1999 dilakukan penggabungan manajemen secara bertahap di PT Nestlé Indonesia dan pabrik-pabriknya. Pada Desember 1999, PT Nestlé Indonesia dan PT Nesté Asean Indonesia berubah menjadi PT Nestlé Indonesia, yang kedua pada akhir tahun 2000 PT Nestlé Confectionery Indonesia bergabung dengan PT Supmi Sakti, kemudian berubah menjadi PT Nestlé Indonesia dan pabrik Telaga ditutup. Ketiga, pada akhir tahun 2001 PT Nestlé Beverages Indonesia dan PT Nestlé

Distribution Indonesia bergabung dengan PT Nestlé Indonesia. Pada Juni 2002, pabrik Waru dilikuidasi dan digabung dengan pabrik Kejayan.

PT Nestlé Indonesia juga semakin memperluas usahanya dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain. Salah satu kerjasama yang dilakukan berlangsung pada 1 April 2005. PT Nestlé dan PT Indofood Sukses Makmur, TBK melakukan kerjasama dalam bentuk joint venture. Perusahaan ini diberi nama PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia (NICI). Perusahaan ini menghasilkan produk-produk bumbu masakan yang akan dipasarkan di Indonesia. Sejak tanggal 29 Desember 1993, PT Food SpecialitiesIndonesia telah resmi berganti nama menjadi PT Nestlé Indonesia. Berikut sejarah singkat PT Nestlé di Indonesia yang dapat dilihat pada tabel 4.1.


(59)

57 Tabel 4.1

Sejarah singkat PT Nestlé di Indonesia

Waktu Perkembangan

Abad 19 Produk Nestlé Milkmaid dikenal sebagai “Tjap Nona”. 29 Maret 1971 Berdirinya PT. Food Specialities Indonesia.

1972 Berdirinya Pabrik Waru, Jawa Timur.

1973 Pabrik Waru mulai beroperasi dengan menghasilkan produk susu.

12 April 1978 Berdirinya PT. Indofood Jaya Raya yang kemudian diganti dengan nama menjadi PT. Nestle Beverages Indonesia.

1979 Berdirinya Pabrik Panjang, Lampung yang menghasilkan produk-produk kopi.

1988 Berdirinya Pabrik Kejayan, Jawa Timur yang menghasilkan produk-produk susu bubuk.

1990 Berdirinya Pabrik Cikupa, Tangerang yang menghasilkan produk-produk confectionery.

1993 Perubahan nama PT. Food Specialities menjadi PT. Nestlé Indonesia.

1995 Pengakuisisian PT. Supmi Sakti yang memproduksi mie instant dengan pabrik yang berlokasi di Telaga.

1998 PT Sumber Pangan Segar dan PT Rola Perdana ditunjuk sebagai distributor utama PT. Nestlé Indonesia. Selanjutnya kedua perusahaan ini bergabung dan berganti dengan nama PT Nestle Distribution Indonesia yang merupakan distributor tunggal.

2001 Penggabungan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam grup PT Nestlé Indonesia menjadi satu badan hukum PT. Nestle Indonesia.

2002 Pengintegrasian Pabrik Waru dengan Pabrik Kejayan.

2005 Pembentukan joint venture dengan PT Indofood Sukses Makmur, TBK dengan nama perusahaan PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia.

Sumber:

4.1.3Visi dan Misi PT Nestlé Indonesia

Sangatlah penting bagi suatu organisasi untuk memiliki suatu visi dan misi yang sangat penting sebagai ciri khas dari identitas dan jati diri dari sebuah perusahaan. Agar dalam menjalankan usahanya, perusahaan mempunyai


(60)

prinsip-58 prinsip yang sangat dipegang teguh dalam apapun proses bisnisnya. Berikut ini adalah visi dan misi dari PT. Nestlé Indonesia.

a. Visi PT Nestlé Indonesia

“Nestlé perusahaan terkemuka dalam aneka ragam makanan, di setiap desa, baik melalui manusia maupun produknya yang dapat diandalkan, memiliki rasa peduli, berkualitas, dan jujur” (Nestlé is a leading diversifed food company, known in every village through its people and products for its reliability, caring, quality and honesty)

PT Nestlé Indonesia, sebagai salah satu produsen makanan terbesar di Indonesia memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Selain itu, visi dari PT Nestlé Indonesia adalah:

1. Meraih kepercayaan konsumen, dan menjadi perusahaan makanan dan nutrisi yang terkemuka serta terpandang di Indonesia.

2. Menjamin keuntungan dan kelangsungan pertumbuhan jangka panjang dengan modal yang efisien bagi perusahaan, melalui pelayanan yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan konsumen.

3. Menjadi pemimpin pangsa pasar atau posisi no. 2 yang kuat di setiap kategori.

b. Misi PT Nestlé Indonesia

Misi dari PT Nestlé Indonesia adalah “Turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat“.


(61)

59 Berdasarkan hal ini pula, PT Nestle Indonesia menerapkan beberapa kebijakan Kualitas dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan. Kebijakan Kualitas meliputi:

1. Produk dan jasa tidak pernah mengabaikan faktor keamanan pangan.

2. Selalu mematuhi peraturan yang berlaku.

3. Zero waste dan zero defect.

4. Berkomitmen secara terus menerus untuk meningkatkan standar kualitas.

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan meliputi:

1. Karyawan dan mitra bisnis adalah alat yang paling berharga.

2. Menerapkan praktek bisnis yang ramah lingkungan (mencegah pencemaran lingkungan)

3. Mematuhi semua peraturan di bidang lingkungan dan K3.

4. Menihilkan kecelakaan kerja dan keluhan masyarakat.

5. Perbaikan secara terus menerus di bidang lingkungan dan PT Nestlé Indonesia selalu menerapkan nilai-nilai yang selama ini menjadi landasan bagi perusahaan dan seluruh karyawan, nilai-nilai tersebut dikenal dengan istilah “PRIDE”, yang merupakan singkatan dari Passion (Semangat), Respect (menghormati), Integrity

(Integritas), Determination (Gigih), dan Excellence (Unggul).

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

PT Nestlé Indonesia merupakan badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan bentuk perusahaan untuk menjalankan perusahaan yang


(62)

60 mempunyai modal usaha terbagi atas saham-saham. Anggotanya memiliki hak suara penuh dalam rapat anggota, sehingga pemegang saham atau anggota turut menentukan jalannya perusahaan tersebut.

Struktur organisasi yang berlaku di PT Nestlé Indonesia meliputi dua bagian, yaitu struktur organisasi di kantor pusat dan struktur organisasi di setiap pabrik. Pemegang jabatan tertinggi di PT Nestlé Indonesia adalah seorang Presiden Direktur yang mengepalai Divisi Teknikal, Divisi Keuangan, Divisi

Supply Chain, Divisi Sumber Daya Manusia, Divisi Legal and Corporate Affairs, Divisi Penjualan, Divisi Infant Nutrition, Divisi Dairy Products, Divisi Coffe and

PPP (Popularly Position Products), Divisi Confectionery, Divisi Nestlé Profesional, Divisi Liquid Products, Divisi Pelayanan Penjualan, serta Divisi Global. Presiden direktur bersama masing-masing pimpinan divisi disebut sebagai

Management Committe (Macom).

4.1.5Motto, Nilai, dan Tujuan PT Nestlé Indonesia

Dalam sebuah perusahaan, memiliki motto, nilai-nilai dan tujuan sangatlah penting sebagai acuan pokok dalam mengembangkan usahanya, dengan harapan visi dan motto tersebut bisa dijadikan suatu pedoman agar organisasinya bisa terus berkembang, untuk itulah PT Nestlé Indonesia memiliki motto, nilai-nilai dan tujuan sebagai berikut:

a. Motto PT Nestlé Indonesia

“Perusahaan makanan dunia yang mengabdikan diri untuk menyediakan makanan terbaik selama hidup anda”


(63)

61 b. Nilai-nilai PT Nestlé Indonesia

PT. Nestle mempunyai nilai-nilai yang sangat dipegang teguh yaitu:

1. Semangat

2. Menghormati

3. Integritas

4. Gigih

5. Unggul

c. Tujuan PT. Nestlé Indonesia

Tujuan dari PT. Nestle adalah untuk menjadi perusahaan terdepan dalam hal gizi, kesehatan, dan keafiatan, dipercaya oleh semua pemangku kepentingan, dan menjadi referensi bagi inisiatif pencipta manfaat bersama.

4.1.6 Lokasi dan Pemasaran PT. Nestle di Indonesia

PT. Nestlé Indonesia memiliki satu kantor pusat yang beralamat di Kantor Pusat PT. Indonesia Wisma Nestle, 5ft floor Arkadia Office Park Jl. T.B Simatupang Kav. 88 Jakarta 12920 juga membuka beberapa pabrik di Indonesia, dimana masing-masing pabrik memproduksi produk dan lini produk yang berbeda. Adapun lokasi masing-masing pabrik Nestlé tersebut adalah:

a. Kejayan Factory (Pabrik Kejayan)

Berlokasi di Jl. Raya Pasuruan-Malang Km 9,5 Tembero-Kejayan Pasuruan 67172, Telephone (0343) 421005 Faximile (0343) 421424, pabrik ini memproduksi susu berdasarkan bahan baku asli dari penduduk atau peternak Jawa


(1)

102 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 7,3 7,3 7,3

2 12 12,5 12,5 19,8

3 23 24,0 24,0 43,8

4 36 37,5 37,5 81,3

5 18 18,8 18,8 100,0


(2)

103 Lampiran 6


(3)

104 Uji kolmogorov-smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std.

Deviation 2,25253980 Most Extreme

Differences

Absolute ,108

Positive ,082

Negative -,108

Kolmogorov-Smirnov Z ,108

Asymp. Sig. (2-tailed) ,008c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

105 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 5,997 1,492 4,021 ,000

Harga -,222 ,135 -,173 -1,641 ,104

Rasa -,077 ,101 -,083 -,763 ,447

Kemasan -,103 ,071 -,152 -1,437 ,154

a. Dependent Variable: absut

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 5,997 1,492 4,021 ,000

Harga -,222 ,135 -,173 -1,641 ,104 ,894 1,119 Rasa -,077 ,101 -,083 -,763 ,447 ,835 1,197 Kemasan -,103 ,071 -,152 -1,437 ,154 ,880 1,136 a. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen


(5)

106 Lampiran 7

Hasil Pengujian Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,432 2,312 ,187 ,852

Harga ,432 ,209 ,188 2,062 ,042

Rasa ,332 ,156 ,201 2,128 ,036

Kemasan ,450 ,111 ,374 4,068 ,000

a. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen

ANOVAa Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 223,216 3 74,405 14,201 ,000b

Residual 482,024 92 5,239

Total 705,240 95

a. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen b. Predictors: (Constant), Kemasan, Harga, Rasa

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,432 2,312 ,187 ,852

Harga ,432 ,209 ,188 2,062 ,042

Rasa ,332 ,156 ,201 2,128 ,036

Kemasan ,450 ,111 ,374 4,068 ,000


(6)

107 Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .563a .317 .294 2.289

a. Predictors: (Constant), Harga, Rasa, Kemasan b. Dependent variable:Loyalitas Konsumen


Dokumen yang terkait

Pengaruh Brand Image terhadap Motivasi Mahasiswa Angkatan 2007/ 2008 dalam Memilih Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

1 43 78

Analisis Pengaruh Brand Equity Teh Botol Sosro Terhadap Loyalitas Pembelian Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 45 98

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Sony Ericsson Pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

1 33 146

Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga Dan Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli Ulang Produk Bear Brand (Studi Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 1 12

Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga Dan Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli Ulang Produk Bear Brand (Studi Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga Dan Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli Ulang Produk Bear Brand (Studi Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 3 8

B. PETUNJUK PENGISIAN - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga 2.1.1Pengertian Harga - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 1 9

Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 11