Hubungan Antarvariabel Penelitian yang Relevan

27 Faktor yang ketiga ialah kondisi fisik. Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik. Seseorang dengan penampilan yang menarik maka cenderung merasa percaya diri dengan dirinya sendiri sehingga dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Faktor yang keempat ialah lingkungan keluarga. Coopersmith 1967 berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat harga diri yang tinggi. Dengan perlakuan adil dan demokratis pada anak dapat menumbuhkan rasa pantas dihargai pada diri anak. Berkenaan dengan hal tersebut Savary 1994 sependapat bahwa keluarga berperan dalam menentukan perkembangan harga diri anak. Orangtua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga. Faktor yang kelima ialah lingkungan sosial. Klass dan Hodge 1978 berpendapat bahwa pembentukan harga diri dimulai dari seseorang yang menyadari dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain kepadanya.

2.2 Hubungan Antarvariabel

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu hasil belajar mata pelajaran PKn sebagai variabel bebas x dan tingkat harga diri siswa sebagai variabel y. Tingkat harga diri siswa dapat dilihat dari empat aspek menurut Clemes dan Bean yaitu keterikatan, keunikan, berkuasa, dan model. 28 Siswa kelas III merupakan anak didik yang masih butuh penanaman nilai. Penanaman nilai dalam diri siswa menjadi penting terkait dengan kehidupan siswa dalam bermasyarakat nantinya. Penanaman nilai selain didapatkan dari pengalaman siswa ketika berhubungan dengan orang lain, juga didapat dari proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengukuran nilai semestinya tidak hanya berpatokan pada nilai kognitif saja, namun sikap siswa perlu menjadi patokan dalam menentukan nilai siswa secara keseluruhan. Sudjana 2009: 31 mengungkapkan bahwa “Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.” Hal tersebut berarti semakin tinggi nilai kognitif siswa, maka nilai afektif siswa juga semakin berkembang.

2.3 Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya ialah penelitian yang dilakukan Esther Sui-chu Ho, Mohammad Aryana 2010, Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani, Muhammadong 2011, Desma Husni 2011, Aisyah Ida Zairina 2012, Isnandar 2010, Edi Sudrajat 2011, Supriyono 2010, dan Lisa Andriati 2010. Berikut ini akan dipaparkan masing- masing dari penelitian yang dimaksud. Esther Sui-chu Ho telah melakukan penelitian dengan judul “Students’ Self- Esteem in an Asian Educational System: Contribution of Parental Involvement and Parental Investment ”, “Harga Diri Siswa dalam Sistem Pendidikan Asia: 29 Peran orangtua dan Dukungan orangtua.” Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa dengan kuatnya dukungan dari orang tua terkait dengan kegiatan akademik, meneliti pekerjaan rumahnya PR, menyediakan sarana belajar, dan mendiskusikan program televisi, kemungkinan besar memiliki harga diri yang tinggi. Penelitian yang selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Aryana pada tahun 2010 dengan judul “Relationship Between Self- esteem and Academic Achievement Amongst Pre-University Students ”. This research highlights the relationship between self-esteem and academic achievement in the pre-university students. Additionally, it aimed to identify whether there are differences in academic achievement between boys and girls. The objectives of this study were achieved by using the Coopersmith questionnaire and the students’ grade in their current and previous semesters. The random sampling was used for collecting the data and as a consequence 50 male and 50 female were chosen randomly. The questionnaires were distributed amongst 100 students in Qaemshahr schools. The results demonstrated that there was significant p0.01 positive relationship between self-esteem and academic achievement. Moreover, there was significant difference in academic achievement between boys and girls. Pokok penelitian tersebut adalah meneliti hubungan antara harga diri dan prestasi akademik untuk siswa yang belum memasuki jenjang perkuliahan. Tujuan penelitian tersebut ialah untuk mengidentifikasi perbedaan antara prestasi akademik diantara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menggunakan skala Coopersmith dan tingkatan siswa berdasarkan semester sekarang dan semester yang telah lalu. Sampel diambil secara acak dengan frekuensi 50 laki- laki dan 50 perempuan. Angket dibagikan kepada 100 siswa di Qaemshahr schools. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan 30 yang positif dan signifikan p0,01 antara harga diri dengan prestasi akademik. Selain itu, juga terdapat signifikan dalam prestasi akademik antara laki-laki dan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani dari Universitas Setia Budi Surakarta dalam penelitian korelasi yang berjudul “Hubungan antara Harga Diri dan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa STM”. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri yang terdiri atas 54 butir, prestasi belajar Fisika yang diperoleh dari nilai rapor subjek, dan hasil tes SPM berupa skor mentah jumlah jawaban benar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPS-2000 dengan analisis regresi. Uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi diperoleh r = -0,069 dengan p 0,01. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungankorelasi antara harga diri dengan prestasi belajar fisika. Hipotesis penelitian ini ditolak. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammadong 2011 yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Proses Habituasi terhadap Pembangunan Karakter Siswa Studi Deskrptif Analitis Pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara pembelajaran PKn dengan Pembangunan karakter sebesar 0,322, yang termasuk kategori rendah dengan konstribusi sebesar 10,40. Terdapat korelasi positif antara proses habituasi pembiasaan dengan pembangunan karakter sebesar 0,630, yang termasuk kategori kuat dengan konstribusi sebesar 39,70. Terdapat korelasi positif pembelajaran PKn dan 31 proses habituasi secara bersama-sama terhadap pembangunan karakter sebesar 0,641, yang termasuk kategori kuat dengan konstribusi sebesar 41,10. Penelitian yang dilakukan oleh Desma Husni 2011 yang berjudul “Prestasi Akademik Ditinjau Dari Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan, Regulasi Emosi dan Harga Diri”. Hasil analisis menunjukkan: 1 harga diri berpengaruh signifikan terhadap capaian prestasi akademik; 2 keterlibatan orangtua dalam pendidikan pengaruhnya tidak signifikan terhadap capaian prestasi akademik; 3 regulasi emosi pengaruhnya tidak signifikan terhadap capaian prestasi akademik. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Ida Zairina 2012 dengan judul “Pengaruh Penguasaan Materi PAI Aspek Kognitif terhadap Perilaku Keagamaan Siswa Kelas XI SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Ajaran 20112012”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan antara penguasaan materi PAI aspek kognitif terhadap perilaku keagamaan. Penelitian yang dilakukan oleh Isnandar 2010 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dan Iklim Kehidupan Keluarga Terhadap Pembentukan Karakter Siswa ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa. Kedua terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. Ketiga, terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. 32 Penelitian yang dilakukan oleh Edi Sudrajat 2011 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Habituasi terhadap Kesadaran Lingkungan Hidup Siswa SMP ”. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berpengaruh positif dan signifikan koefisien korelasi 0,368 dengan kategori sangat rendah R Square 0,136 berkontribusi 13,6. Kedua, pelaksanaan habituasi secara rutin, spontan dan keteladanan berpengaruh positif dan signifikan koefisien korelasi 0.544 dengan kategori rendah R Square 0,296. berkontribusi 29,6. Supriyono 2010 telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Sosial-budaya Terhadap Pengembangan Nilai Multikultural studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Sma Yos Sudarso Di Jeruklegi Kabupaten Cilacap”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural. Pengaruh materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari siswa laki-laki r=0,61; perempuan r=0,77 dan pendidikan orang tua siswa perguruan tinggi r=0,925. Pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari siswa laki-laki r=0,63; perempuan r=0,80 dan pendidikan orang tua siswa perguruan tinggi r=0,988. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan 33 nilai multikultural ditinjau dari siswa laki-laki r=0,50; perempuan r=0,75 dan pendidikan orang tua siswa perguruan tinggi r=0,991. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Andriati 2010 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembinaan Siswa Sebagai Warganegara Yang Demokratis studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa Sma Di Kota Baturaja”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran PKn berkontribusi positif terhadap pembinaan siswa sebagai warganegara demokratis, dimana nilai r=0,45; sedangkan untuk nilai R square kd menghasilkan 0,202 atau 20,2. Berbeda secara signifikan antara sekolah negeri dan swasta dalam pembelajaran PKn, dengan α=0,05 didapat mean sekolah negeri 81,39 dan mean sekolah swasta 79,99. Begitu pula dengan pembinaan siswa sebagai warganegara demokratis antara sekolah negeri dan swasta terdapat perbedaan secara signifikan, yaitu mean sekolah negeri 197,89 dan mean sekolah swasta 201,40.

2.4 Kerangka Berpikir