9
BAB II TINJUAN PUSATAKA, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS
2.1 URAIAN TEORITIS
2.1.1 Perkembangan Entrepreneurship
Istilah entrepreneurship baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun 1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-18
ketika ekonom Prancis Richard Cantillon mengiatkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung resiko dalam perekoomian. Pada tahun 1800-an, J.B Say
memperkenalkan istilah entrepreneurship dalam diskusi entrepreneur sebagai orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktiitasnya
rendah ke area yang produktiitasnya tinggi. Zimmer, Scarborough, Wilson, 2008.
Menurut Hendro, 2011:23 entrepreneurship berkembang berdasarkan naluri, personality, dan alamiah, karena zaman dahulu belum ada suatu konsep
yang jelas mengenai entrepreneurship. Terjemahan bebas dari entrepreneur adalah orang yang berani memutuskan dan mengambil resiko dari suatu
pekerjaan, proyek, ide, atau lebih pilihan di mana semua pilihannya memiliki manfaat dan resiko yang berbeda.
Entrepreneur adalah seseorang yang berusaha berpikir beda, seperti Marcopolo, Christoper Columbus, dan lain-lain. Columbus berpikir bahwa ada
suatu keinginan untuk keluar dari keadaannya yang monoton sehingga ia terus
Universitas Sumatera Utara
10 mencari sesuatu yang berbeda dan baru. Entrepreneurship berubah makna dari
sekedar mengambil resiko menjadi menjual menfaat untuk menukar resiko yang akan terjadi. Bila manfaat sebuah pekerjaan itu lebih besar dari resiko yang
ditawarkan kepada orang lain yang akan mendanainya, maka itulah suatu makna menjadi Entrepreneur.
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti “antara” dan prendre berarti “mengambil”. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk
menggambarkan orang-orang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang beru. Selanjutnya, pengertian entrepreneurship diperluas hingga mencakup
inovasi. Melalui inovasi menuculah kebaharuan yang dapat berbentuk produk baru hingga sistem distribusi baru. Produk baru misalnya, tidak mesti terkait
dengan teknologi canggih karena produk yang sederhana juga dapat meyajikan kebaharuan, contohnya rasa baru pada produk makanan. Wijatno, 2009:1
2.1.2 Defenisi Entreprenurship