Prinsip Larangan Retriksi Pembatasan Kuantitatif Prinsip Perlindungan melalui Tarif Prinsip Resiprositas Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang

lain. Namun demikian, ada beberapa pengecualian terhadap prinsip ini khususnya dalam menyangkut kepentingan negara yang sedang berkembang. Pengecualian tersebut sebagian ada yang ditetapkan dalam pasal-pasal GATT itu sendiri dan sebagian lagi ada yang ditetapkan dalam putusan-putusan dalam konfrensi-konfrensi GATT melalui suatu penanggalan waiver dan prinsip-prinsip GATT berdasarkan Pasal XXV.

2. Prinsip National Treatment

Prinsip National Treatment terdapat dalam Pasal III GATT. Menurut prinsip ini, produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri. Prinsip ini sifatnya berlaku luas. Prinsip ini juga berlaku terhadap semua macam pajak dan pungutan-pungutan lainnya. Ia berlaku pula terhadap perundang-undangan, pengaturan dan persyaratan-persyaratan hukum yang mempengaruhi penjualan, pembelian pengangkutan, distribusi atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan perlindungan terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau kebijakan administratif atau legislatif.

3. Prinsip Larangan Retriksi Pembatasan Kuantitatif

Ketentuan dasar GATT adalah larangan retriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar dalam GATT. Retriksi kuantitatif terhadap ekspor dan impor dalam bentuk apapun misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumya dilarang Pasal IX. Universitas Sumatera Utara Hal ini disebabkan karena praktik yang demikian mengganggu praktik perdagangan yang normal.

4. Prinsip Perlindungan melalui Tarif

Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif menaikkan tingkat tarif bea masuk dan tidak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya non-tariff commercial measures. Perlindungan melalui tarif ini menunjukkan dengan jelas tingkat perlindungan yang diberikan dan masih memungkinkan adanya kompetisi yang sehat. Sebagai kebijakan untuk mengatur masuknya barang ekspor dari luar negeri, pengenaan tarif ini masih diperbolehkan dalam GATT. Negara-negara GATT umumnya banyak menggunakan cara ini untuk melindungi industri dalam negerinya dan juga untuk menarik pemasukan bagi negara yang bersangkutan. Meskipun diperbolehkan, penggunaan tarif ini tetap tunduk pada ketentuan- ketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan tarif tersebut sifatnya tidak boleh diskriminatif dan tunduk pada komitmen tarifnya kepada GATTWTO.

5. Prinsip Resiprositas

Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini tampak pada preambule GATT dan berlaku dalam perundingan-perundingan tarif yang didasarkan atas timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

6. Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang

Universitas Sumatera Utara Sekitar dua pertiga negara-negara anggota GATTWTO adalah negara-negara sedang berkembang yang masih berada dalam tahap awal pembangunan ekonominya. Untuk membantu pembangunan mereka, pada tahun 1965, suatu bagian baru yaitu Part IV yang memuat 3 Pasal Pasal XXXVI-XXXVIII tersebut dimaksudkan untuk mendorong negara-negara industri dalam membantu pertumbuhan ekonomi negara yang sedang berkembang. Bagian IV ini mengakui kebutuhan negara sedang berkembang untuk menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan. Bagian ini juga melarang negara- negara maju untuk membuat rintangan-rintangan baru terhadap ekspor negara-negara berkembang. Negara-negara industri juga mau menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan dalam perundingan mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan-rintangan lain terhadap perdagangan negara-negara yang sedang berkembang.

B. Kesepakatan Perdagangan Internasional Terkait dengan Kegiatan Investasi