Beban Kerja LANDASAN TEORI

Tabel 3.2. Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal Sumber : Buku ErgonomiKonsepDasardanAplikasinya Nurmianto, 1998

3.3. Beban Kerja

2 Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh memungkinkan kita untuk dapat menggerakan tubuh dan melakukan pekerjaan. Dengan kata lain setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban kerja tersebut dapat berupa beban fisik dan beban mental. Ditinjau dari sisi ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur 1984 bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lain dan sangat tergantung pada keterampilan, 2 Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produkstivitas. Penerbit UNIBA Press: Surakarta. Persentil Perhitungan 1-st Χ - 2.325 σX 2.5-th Χ - 1.96 σX 5-th Χ - 1.645 σX 10-th Χ - 1.28 σX 50-th Χ 90-th Χ + 1.28 σX 95-th Χ + 1.645 σX 97.5-th Χ + 1.96 σX 99-th Χ + 2.325 σX Universitas Sumatera Utara kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Menurut Rodahl 1989, Adiputra 1998 dan Manuaba 2000 bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks baik faktor internal maupun faktor external. 1. Beban Kerja karena Faktor Eksternal Faktor eksternal suatu beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Beban kerja eksternal adalah tugas task itu sendiri, organisasi dan lingkungan fasilitas kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor. a. Tugas-tugas yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang tempat kerja,peralatan dan sarana kerja, kondisi medan kerja, sikap kerja, cara angkat angkut, beban yang diangkat-angkut, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan kontrol, alur kerja dan lain-lain. Sedangkan tugas yang bersifat fisik seperti kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi emosi pekerja. b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, dan pelimpahan tugas. c. Lingkungan Kerja dapat berupa : 1. lingkungan kerja fisik seperti pencahayaan, suhu ruangan, kebisingan, getaran dan tekanan udara. Universitas Sumatera Utara 2. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, uap dan fume dalam udara. 3. Lingkumgan kerja biologis seperti bakteri,virus, jamur dan serangga 4. Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja serta hubungan sosial antara pekerja yang berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja. 2. Beban Kerja karena Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis seperti relaksasi dan kontraksi otot. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi: a. Faktor Somatis Jenis Kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi b. Faktor Psikis motivasi, mental kerja, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dan lain sebagainya Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu.Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental psikologis, sedangkan aspek Universitas Sumatera Utara perhitungan beban kerja berdasarkan pemanfaatan waktu bisa dibedakan antara pekerjaan berulang repetitif atau pekerjaan yang tidak berulang non-repetitif. Pekerjaan repetitif biasanya terjadi pada pekerjaan dengan siklus pekerjaan yang pendek dan berulang pada waktu yang relatif sama. Berbeda dengan aspek fisik yang meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia dan batasan beban angkat yang diperbolehkan.Terdapat 4 kriteria batasan yang digunakan dalam pengangkatan yaitu : 1. Batasan angkatan legal Legal Limitation Batasan ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional yaitu : a. Pria di bawah usia 16 th, maksimum angkat 14 kg. b. Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg. c. Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batsan angkat. d. Wanita usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg. e. Wanita usia lebih dari 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg. Batasan ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. 2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika Biomechanical Limitation Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisis aktifitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Universitas Sumatera Utara 3. Batasan angkat fisiologis Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata–rata beban metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar–benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat. Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktifitas yang berulang–ulang akan meningkatkan resiko nyeri pada tulang belakang. 4. Batasan angkat psiko–fisik Metode ini didasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda. Ada tiga macam posisi angkat : a. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan. b. Dari ketinggian genggaman tangan dan ke ketinggian bahu. c. Dari ketinggian bahu ke maksimuman jangkauan tangan vertikal.

3.5. ManTRA

Dokumen yang terkait

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemotongan Dengan Metode Pahl dan Beitz di CV. MabarKaryaUtama.

2 85 53

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

16 45 158

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 0 20

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 1 1

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 0 6

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 0 8

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery Chapter III VII

0 0 88

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 0 2

Perancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemanggangan Menggunakan Metode Pahl & Beitz Berdasarkan Analisa Poostur Kerja Metode Mantra Studi Kasus: UKM Cahaya Bakery

0 0 33

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemotongan Dengan Metode Pahl dan Beitz di CV. MabarKaryaUtama.

0 1 14