commit to user
24
C. Latar Belakang Diberlakukan Pajak Penghasilan
Ketika perjanjian Salatiga ditandatangani pada tahun 1757, hukum pertanahan yang berlaku di Mangkunegaran masih mengikuti hukum pertanahan yang
berlaku di Kasunanan. Berdasarkan hukum tersebut, tanah adalah milik raja. Raja merupakan pemilik mutlak atas tanah.
Semula tanah-tanah Mangkunegaran merupakan tanah lungguh atau tanah jabatan Mangkunegara I dari Kasunanan. Sebagai tanah jabatan, tanah-tanah milik
Mangkunegara secara hukum dapat diambil kembali oleh Sunan. Akan tetapi dalam perkembangannya, status tanah jabatan itu mengalami perubahan. Tanah tersebut
diberikan sepenuhnya kepada Mangkunegara. Sebagai hak milik mutlak maka tanah Mangkunegara dapat diwariskan kepada keturunannya.
Seperti halnya Kasunanan, tanah-tanah Mangkunegaran ada yang dikuasai secara langsung oleh raja dan ada yang diserahkan kepada para bangsawan dan
pejabat sebagai tunjangan lungguh.Tanah-tanah yang dikuasai langsung disebut siti daleman, sedangkan tanah yang tidak dikuasai secara langsung disebut tanah
apanage.
19
Tanah apanage merupakan tanah gaji bagi para bangsawan dan pejabat praja. Luas tanah apanage tiap pejabat atau bangsawan tidak sama. Luas tanah apanage
bagi bangsawan tergantung dari kedekatan dengan sang raja dan tinggi rendahnya jabatan mereka.
20
19
Wasino, op.cit, 2008, hlm 22- 23.
20
Suhartono, 1991, Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920, Yogyakarta: Tiara Wacana hlm.35
commit to user
25
Penerima tanah apanage disebut patuh. Patuh tersebut berhak menikmati hak- hak yang muncul dari tanah itu yang semula menjadi hak milik raja, seperti hasil
bumi dan tenaga kerja dari penduduk yang mengerjakan tanah tersebut. Akan tetapi, hak ini hanya bersifat sementara artinya hanya diberikan selama mereka masih
memegang jabatan. Patuh tidak mengerjakan tanahnya sendiri karena mereka tidak tinggal didekat
tanah lungguhnya, para patuh biasanya tinggal di pusat kerajaan. Oleh karena itu, para patuh mempercayakan pengolahan tanah tersebut kepada para bekel. Bekel yang
diserahi tugas oleh para patuh ini, diangkat dan dikukuhkan dengan piagem pengangkatan. Bekel inilah yang sesungguhnya bertindak sebagai manager organisasi
produksi pertanian di pedesaan Mangkunegaran. Bekel merupakan orang yang membagikan tanah-tanah apanage kepada para petani penggarap. Tanah-tanah
apanage biasanya dibagi dalam plot-plot kecil dan tersebar diberbagai tempat.
21
Para bekel berhak menerima seperlima dari luas tanah yang digarap oleh penduduk yang mendapat tanah apanage. Bekel juga mempunyai kewajiban untuk
menarik pajak hasil tanah apanage. Pemungutan pajak dapat berupa uang ataupun hasil tanah natura. Pajak yang dipungut berupa uang disebut dengan majegan,
sedangkan pajak yang dipungut berupa hasil tanah disebut maron.
22
Penduduk yang memperoleh tanah apanage beserta kewajiban yang melekat dari tanah tersebut disebut sebagai cacah atau narakarya. Cacah merupakan keluarga
21
Suhartono, op.cit, hlm 28.
22
Pringodigdo, op.cit, hlm 6.
commit to user
26
petani yang menggarap tanah milik raja. Meskipun cacah tidak memiliki hak milik atas tanah, keberadaan mereka dianggap cukup penting bagi kerajaan.
Tanah-tanah apanage tersebut kemudian ditarik kembali oleh Mangkunegara IV. Mangkunegara IV mempunyai pandangan bahwa model gaji berupa tanah
apanage kepada para kerabat dan narapraja kurang menguntungkan bagi praja dan rakyat Mangkunegaran. Para pemegang tanah apanage mulai saat itu digaji dengan
uang yang disesuaikan dengan lebar kecilnya tanah apanage yang pernah dikuasai. Hal ini berarti, gaji para kerabat dan nara praja Mangkunegaran berubah yang semula
berupa tanah apanage menjadi gaji yang berupa uang yang diberikan setiap bulannya.
23
Adanya perubahan sistem apanage menjadi sistem uang, maka Praja Mangkunegaran menganggap perlunya suatu peraturan mengenai pajak untuk tetap
memungut penghasilan dari rakyat. Sehubungan dengan hal itu, maka pada saat Mangkunegara VII berkuasa, praja Mangkunegaran mengeluarkan peraturan tentang
pajak penghasilan yaitu peraturan bab pajeg penghasilan sebagai peraturan resmi tentang pemungutan pajak penghasilan yang dikenakan kepada rakyat yang bertempat
tinggal di seluruh kawasan Praja Mangkunegaran.
24
23
Wasino, op.cit, 2008, hlm.37-38.
24
Peraturan bab pajeg penghasilan, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. DI 256.
commit to user
1
BAB III MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN