commit to user 60
Hasil tersebut jika dikonversikan ke dalam satuan Ha dengan jumlah tanaman per Ha sebanyak 25.000 tanaman, maka tanaman ketimun tersebut
dapat menghasilkan produksi sebesar 18,6 tonHa dan 17.02 tonHa. Hal ini hampir mendekati produksi ideal ketimun. Produksi ketimun di Indonesia
masih sangat rendah, yaitu 3.5 tonHa sampai 4.8 tonHa, padahal produksi ketimun bisa mencapai 20 tonHa. Budidaya ketimun dalam skala produksi
tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman ketimun di tanam hanya sebagai tanaman selingan Warintek, 2006.
Sedangkan berat buah per tanaman terkecil terdapat pada perlakuan C yaitu 415 gram per tanaman. Berat tersebut jika dikonversikan ke dalam
hektare maka akan menghasilkan produksi sebanyak 10.375 tonHa, berat ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan produksi ketimun di Indonesia
yang diaplikasikan sebagai tanaman sela. Pupuk organik dengan kandungan nutrisi yang memadai sangat
diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal dan berkembang dengan baik seperti jika dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk
anorganik seperti NPK. Dengan demikian penggunaan pupuk organik ternyata mampu menggantikan peran pupuk anorganik. Hal ini dapat
menghilangkan anggapan bahwa pupuk organik akan melepaskan nutrisinya hingga mampu diserap tanaman dalam waktu yang lama, karena dalam
percobaan kali ini, pelepasan nutrisi dari pupuk organik tidaklah lambat Akanbi et al, 2010.
F. Jumlah Buah per Tanaman
Jumlah buah per tanaman digunakan untuk mengetahui seberapa banyak buah yang dapat dihasilkan oleh satu tanaman ketimun. Jumlah buah
yang dihitung yaitu buah yang sudah layak untuk dipanen saat pemanen dilaksanakan. Perhitungan jumlah buah per tanaman ini juga berkaitan erat
dengan berat buah per tanaman. Jika jumlah buah per tanaman banyak maka hasil produksi dari satu tanaman akan meningkat pula. Selain itu, jumlah
buah per tanaman juga berkaitan erat dengan jumlah bunga betina per
commit to user 61
tanaman, karena buah yang dihasilkan merupakan hasil dari perkembangan bakal buah yang terdapat pada bunga betina.
Tabel 4.6 Rerata jumlah buah per tanaman Perlakuan
Rerata A 30 kgHa pupuk kimia ponska pola petani
B 40 tonHa granular C 35 tonHa serbuk + 5 tonHa granular
D 30 tonHa serbuk + 10 tonHa granular E 25 tonHa serbuk + 15 tonHa granular
F 20 tonHa serbuk + 20 tonHa granular G 15 tonHa serbuk + 25 tonHa granular
H 10 tonHa serbuk + 30 tonHa granular I 5 tonHa serbuk + 35 tonHa granular
J 40 tonHa serbuk 3.00
a
3.00
a
2.00
a
3.67
a
2.67
a
3.00
a
4.00
a
3.00
a
3.33
a
3.33
a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata menurut uji Duncan taraf 5.
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kotoran sapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman.
Tanaman yang menghasilkan buah terbanyak terdapat pada perlakuan 15 tonHa pupuk kotoran sapi serbuk yang dipadu dengan 25 tonHa pupuk
kotoran sapi bentuk granular. Meskipun jumlah buah per tanaman berkaitan erat dengan jumlah bunga betina per tanaman, namun keterkaitan jumlah
buah dengan jumlah bunga betina tidaklah mutlak, karena selama masa perkembangan bunga menjadi buah banyak sekali faktor yang menghalangi
terbentuknya bunga menjadi buah. Faktor tersebut diantaranya serangan hama dan penyakit, kerontokan bunga, dan penyerbukan.
Jumlah buah yang paling sedikit ditemukan pada perlakuan 35 tonHa pupuk serbuk ditambah dengan 5 tonHa pupuk bentuk granular. Hal ini
sama dengan hasil dari variabel jumlah bunga betina per tanaman. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jumlah bunga betina yang sedikit akan
memberikan hasil buah yang sedikit pula, namun jumlah bunga betina yang banyak belum tentu memberikan hasil buah yang banyak, semua tergantung
pada proses atau hambatan yang terjadi selama penyerbukan dan lingkungan selama pembentukan dan pemasakan buah.
commit to user 62
Gagalnya pembentukan bunga dari pembungaan suatu tanaman disebabkan oleh ekologi suhu, angin, kelembaban dan sebagainya, zat
makanan yang tak seimbang terutama N, P, K, air yang berlebihan atau kekurangan, penyerbukan dan pembuahan fertilisasi, serangga penyerbukan
sedikit atau tidak ada, pestisida yang menyebabkan keracunan makanan atau menggantikan serangga penyerbukannya, gangguan hama dan penyakit,
genotif susunan kromosom buah Sunarjono, 1990.
G. Berat Rata-rata Buah