BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan
dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri mandi, membersihkan
ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya Achmad, 2004.
Air dalam tubuh manusia berkisar 50-70 dari seluruh berat badan. Air juga diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai
contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya segala reaksi biokimia di
dalam tubuh manusia hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali
segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme,
bereproduksi, air selalu memegang peranan penting Soemirat, 2007. Air yang masuk dalam tubuh manusia selain perlu cukup jumlahnya, juga
harus sesuai dengan proses hayati. Oleh karena itu diperlukan persyaratan pokok yakni persyaratan biologis, fisik, dan kimiawi. Dari persyaratan tersebut yang paling
mudah diatasi adalah pencemaran biologi karena umumnya mikroorganisme akan mati bila air didihkan. Oleh karena itu dianjurkan mengkonsumsi air yang telah
Universitas Sumatera Utara
direbus terlebih dahulu. Air yang secara terus-menerus mengalami proses daur ulang memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air di bumi
yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber air tersebut air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum,
mandi, dan mencuci sehari-hari, baik di desa maupun di perkotaan. Hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat
Warlina, 2004. Salah satu sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat kecil untuk
mengambil air tanah dangkal dan dipergunakan sebagai sumber air minum adalah sarana sumur gali. Air tanah dangkal adalah air yang paling mudah terkontaminasi
oleh rembesan yang berasal dari sarana pembuangan air kotor, jamban dan kotoran hewan Ditjen PPM PLP, 1997.
Pencemaran air yang menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian yang serius adalah pencemaran kimiawi yakni logam berat, nitrat, detergen, pestisida yang
tidak dapat diatasi dengan merebus air. Pentingnya peranan air bagi kehidupan dan kesehatan manusia maka pemerintah menetapkan persyaratan dan Nilai Ambang
Batas yang harus dipenuhi khususnya untuk penyediaan air minum dan air bersih. Persyaratan tersebut diatur dalam Permenkes RI No. 416MENKESIX1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Warlina, 2004. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya polutan
nitrat, fosfat, dan logam-logam berat yang sangat berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, dan penggunaan
pupuk yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
Sanropie at.al. 1989 mengemukakan bahwa kandungan nitrat dalam jumlah besar di dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit, yang dapat bereaksi
langsung dengan hamoglobin dalam darah sehingga dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin
membentuk methemoglobin MetHb. Dalam jumlah melebihi normal MetHb akan menimbulkan methemoglobinanemia. Pada bayi methemoglobinanemia sering
dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinanemia, bayi akan kekurangan
oksigen, maka mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit ‘Blue Baby’ Soemirat, 2007.
Kadar nitrat yang tinggi di dalam air minum dapat juga menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia. Apabila kadar nitrat melebihi 1,0 mgL
dalam makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan gejala blue baby yang dapat menyebabkan kematian. Untuk keperluan konsumsi sehari-hari nitrat dalam air tidak
boleh lebih dari 10 mgL. Hasil penelitian kadar Nitrat dalam air sumur gali masyarakat di TPA Namo
Bintang Ompusunggu, 2009 ditemukan ternyata dari 26 sumur gali, terdapat 5sumur gali yang kadar Nitratnya melebihi baku mutu 10 mgl Permenkes RI No.416 Tahun
1990 yakni dengan rata-rata 17, 42 mgl. Sampah organik yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir TPA
mengandung fosfat lebih dari 30. Kandungan senyawa fosfat yang tinggi dapat mencemari air tanah. Fosfat tersebut akan terlarut dalam air dan kemudian terbawa
aliran. Aliran yang membawa fosfat terlarut tersebut akan terinfiltrasi ke dalam air
Universitas Sumatera Utara
tanah dan akan mengalami proses-proses layaknya pencemar lain, seperti disperse, adsorpsi maupun desorpsi. Proses proses tersebut di atas sangat mempengaruhi
penyebaran zat pencemar di dalam tanah Muharini dkk, 2005. Temuan hasil penelitian Royadi, 2006 terhadap kualitas air sumur penduduk
yang berada di sekitar TPA Bantar Gebang Bekasi, fosfat yang terdapat di sumur penduduk berfluktuasi cukup tajam, rata-rata kisaran fosfat air sumur di atas wilayah
TPA secara keseluruhan selama periode tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan 27 November 2004 minimum adalah 2,66 mgL. Kandungan fosfat berada diatas ambang
batas yang diperbolehkan yakni 0,20 mgL berdasarkan PP No.82122001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kriteria Mutu Air
Kelas 1: Air Baku Air Minum. Djabu et al. 1991 mengemukakan jika kandungan fosfat rata-rata dalam
waktu 24 jam lebih besar dari 2 mgL akan menyebabkan gangguan pada tulang. Sumber fosfat akibat dari pencemaran industri, limbah domestik, hanyutan pupuk,
dan bahan mineral fosfat. Kadar fosfat berbahaya terhadap kesehatan. Jika kandungan fosfat melebihi batas kadar maksimum 0,50 mgL dapat mengganggu pencernaan.
Peradaban masyarakat dunia yang terus berkembang dengan teknologi yang semakin maju tidak bisa kita pungkiri juga mendatangkan pengaruh positif dan
negatif terhadap penumpukan sampah dari hasil produksinya. Manusia sebagai pelaku produksi maupun pemakai produk pada kenyataannya belum mampu mengatasi
sampah yang dihasilkannya sendiri, bahkan cenderung acuh tak acuh terhadap permasalahan sampah yang sudah jelas-jelas mampu menurunkan daya dukung
Universitas Sumatera Utara
lingkungan akibat dampak negatifnya menyebabkan pencemaran baik terhadap air, udara maupun tanah.
Lingkungan Namo Bintang merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir TPA sampah baik bersifat padat, maupun cair yang
sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitar TPA. Limbah tersebut dapat mencemari sarana sumur gali yang masih banyak digunakan oleh masyarakat desa
Namo Bintang sebagai sumber air yang mereka konsumsi dalam kehidupan sehari- hari
Bahaya Fosfat dan Nitrat bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam kadar yang tinggi yang terdapat dalam sumber air bersih, maka penulis tertarik
melakukan penelitian “Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah terhadap Kandungan Fosfat PO
4 -3
dan Nitrat NO
3 -
pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2012”.
1.2. Rumusan Masalah