Latar Belakang Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri mandi, membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya Achmad, 2004. Air dalam tubuh manusia berkisar 50-70 dari seluruh berat badan. Air juga diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya segala reaksi biokimia di dalam tubuh manusia hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme, bereproduksi, air selalu memegang peranan penting Soemirat, 2007. Air yang masuk dalam tubuh manusia selain perlu cukup jumlahnya, juga harus sesuai dengan proses hayati. Oleh karena itu diperlukan persyaratan pokok yakni persyaratan biologis, fisik, dan kimiawi. Dari persyaratan tersebut yang paling mudah diatasi adalah pencemaran biologi karena umumnya mikroorganisme akan mati bila air didihkan. Oleh karena itu dianjurkan mengkonsumsi air yang telah Universitas Sumatera Utara direbus terlebih dahulu. Air yang secara terus-menerus mengalami proses daur ulang memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air di bumi yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber air tersebut air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum, mandi, dan mencuci sehari-hari, baik di desa maupun di perkotaan. Hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat Warlina, 2004. Salah satu sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat kecil untuk mengambil air tanah dangkal dan dipergunakan sebagai sumber air minum adalah sarana sumur gali. Air tanah dangkal adalah air yang paling mudah terkontaminasi oleh rembesan yang berasal dari sarana pembuangan air kotor, jamban dan kotoran hewan Ditjen PPM PLP, 1997. Pencemaran air yang menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian yang serius adalah pencemaran kimiawi yakni logam berat, nitrat, detergen, pestisida yang tidak dapat diatasi dengan merebus air. Pentingnya peranan air bagi kehidupan dan kesehatan manusia maka pemerintah menetapkan persyaratan dan Nilai Ambang Batas yang harus dipenuhi khususnya untuk penyediaan air minum dan air bersih. Persyaratan tersebut diatur dalam Permenkes RI No. 416MENKESIX1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Warlina, 2004. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya polutan nitrat, fosfat, dan logam-logam berat yang sangat berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, dan penggunaan pupuk yang berlebihan. Universitas Sumatera Utara Sanropie at.al. 1989 mengemukakan bahwa kandungan nitrat dalam jumlah besar di dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit, yang dapat bereaksi langsung dengan hamoglobin dalam darah sehingga dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin MetHb. Dalam jumlah melebihi normal MetHb akan menimbulkan methemoglobinanemia. Pada bayi methemoglobinanemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinanemia, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit ‘Blue Baby’ Soemirat, 2007. Kadar nitrat yang tinggi di dalam air minum dapat juga menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia. Apabila kadar nitrat melebihi 1,0 mgL dalam makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan gejala blue baby yang dapat menyebabkan kematian. Untuk keperluan konsumsi sehari-hari nitrat dalam air tidak boleh lebih dari 10 mgL. Hasil penelitian kadar Nitrat dalam air sumur gali masyarakat di TPA Namo Bintang Ompusunggu, 2009 ditemukan ternyata dari 26 sumur gali, terdapat 5sumur gali yang kadar Nitratnya melebihi baku mutu 10 mgl Permenkes RI No.416 Tahun 1990 yakni dengan rata-rata 17, 42 mgl. Sampah organik yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir TPA mengandung fosfat lebih dari 30. Kandungan senyawa fosfat yang tinggi dapat mencemari air tanah. Fosfat tersebut akan terlarut dalam air dan kemudian terbawa aliran. Aliran yang membawa fosfat terlarut tersebut akan terinfiltrasi ke dalam air Universitas Sumatera Utara tanah dan akan mengalami proses-proses layaknya pencemar lain, seperti disperse, adsorpsi maupun desorpsi. Proses proses tersebut di atas sangat mempengaruhi penyebaran zat pencemar di dalam tanah Muharini dkk, 2005. Temuan hasil penelitian Royadi, 2006 terhadap kualitas air sumur penduduk yang berada di sekitar TPA Bantar Gebang Bekasi, fosfat yang terdapat di sumur penduduk berfluktuasi cukup tajam, rata-rata kisaran fosfat air sumur di atas wilayah TPA secara keseluruhan selama periode tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan 27 November 2004 minimum adalah 2,66 mgL. Kandungan fosfat berada diatas ambang batas yang diperbolehkan yakni 0,20 mgL berdasarkan PP No.82122001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kriteria Mutu Air Kelas 1: Air Baku Air Minum. Djabu et al. 1991 mengemukakan jika kandungan fosfat rata-rata dalam waktu 24 jam lebih besar dari 2 mgL akan menyebabkan gangguan pada tulang. Sumber fosfat akibat dari pencemaran industri, limbah domestik, hanyutan pupuk, dan bahan mineral fosfat. Kadar fosfat berbahaya terhadap kesehatan. Jika kandungan fosfat melebihi batas kadar maksimum 0,50 mgL dapat mengganggu pencernaan. Peradaban masyarakat dunia yang terus berkembang dengan teknologi yang semakin maju tidak bisa kita pungkiri juga mendatangkan pengaruh positif dan negatif terhadap penumpukan sampah dari hasil produksinya. Manusia sebagai pelaku produksi maupun pemakai produk pada kenyataannya belum mampu mengatasi sampah yang dihasilkannya sendiri, bahkan cenderung acuh tak acuh terhadap permasalahan sampah yang sudah jelas-jelas mampu menurunkan daya dukung Universitas Sumatera Utara lingkungan akibat dampak negatifnya menyebabkan pencemaran baik terhadap air, udara maupun tanah. Lingkungan Namo Bintang merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir TPA sampah baik bersifat padat, maupun cair yang sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitar TPA. Limbah tersebut dapat mencemari sarana sumur gali yang masih banyak digunakan oleh masyarakat desa Namo Bintang sebagai sumber air yang mereka konsumsi dalam kehidupan sehari- hari Bahaya Fosfat dan Nitrat bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam kadar yang tinggi yang terdapat dalam sumber air bersih, maka penulis tertarik melakukan penelitian “Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah terhadap Kandungan Fosfat PO 4 -3 dan Nitrat NO 3 - pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 46 101

Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

2 70 72

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) “Namo Bintang” terhadap Masyarakat (Studi Kasus: Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 8 94

PENGARUH JARAK DARI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH PUTRI CEMPO SURAKARTA DENGAN KUALITAS AIR SUMUR GALI Pengaruh Jarak dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo Surakarta dengan Kualitas Air Sumur Gali Secara Bakteriologis.

0 0 14

Korelasi Jarak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ke Sumur Gali dengan Kandungan Kadmium pada Air Sumur Gali di TPA Namobintang Pancur Batu

0 0 11

Korelasi Jarak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ke Sumur Gali dengan Kandungan Kadmium pada Air Sumur Gali di TPA Namobintang Pancur Batu

0 0 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Air Bersih - Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupat

0 1 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Ser

0 1 7

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 16