7. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan
kualitas pelayanan yang lebih baik. Sedangkan retribusi jasa usaha terdiri dari :
1. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat retribusi jasa umum atau
retribusi perizinan tertentu; 2.
Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogiyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang
dimilikidikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
Selanjutnya, retribusi perizinan tertentu mencakup kriteria : 1.
Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum;
3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya
untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup benar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
2.6. Pendapatan Asli Daerah
Pembangunan daerah dalam pelaksanaannya menggunakan dana yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah itu sendiri yang tercermin pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah APBD. Kemampuan daerah untuk mencari dana atas kemampuan sendiri terungkap pada Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari Pajak, Retribusi, Penerimaan
laba BUMD, Penerimaan Dinas-dinas dan penerimaan lain Mudrajad Kuncoro, 2004. Hal ini
Syahrir Hakim Nasution : Peranan Wisata Pemancingan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, 2009
dapat diartikan bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah sebagai kemampuan daerah untuk pengelolaan sendiri.
2.7. Pengembangan Wilayah
Hartshorne dan Hanafiah 1992, memformulasikan pengertian wilayah sebagai “Suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu berbeda dengan area lain”. Unit
area ini adalah merupakan objek yang konkrit dengan karakteristik yang unik. Struktur wilayah akan mempunyai watak dari pada ”mozaik” dari tiap-tiap bagian yang mempunyai kesamaan.
Wilayah region merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu unit kesatuan. Pengertian unit geografi adalah ruang, sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi
lebih dari itu meliputi aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial dan budaya Wibowo, 2004. Sedangkan menurut Hadjisaroso 1994, pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan
mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Selanjutnya Miraza 2005 menyebutkan
pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan harus dilaksanakan secara fully dan efficiency agar potensi dimaksud benar-benar
berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Sasaran pengembangan wilayah harus diterjemahkan dari tujuan pembangunan nasional.
Tujuan pembangunan daerah harus konsisten dengan tujuan pembangunan nasional yang umumnya terdiri atas :
a. Mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang cepat.
b. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup.
c. Pemerataan pendapatan.
Syahrir Hakim Nasution : Peranan Wisata Pemancingan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, 2009
d. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta
kemampuan antar daerah. e.
Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah Hadjisaroso, 1994. Pemerintah melakukan berbagai program pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, dimana pembangunan tersebut berlandaskan pada pengertian sebagai pembangunan manusia yang seutuhnya dan pembangunan seluruh elemen masyarakat Indonesia. Selanjutnya
Suryana 2000 mengatakan bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental
yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatanakselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan kemiskinan. Oleh sebab itu pengertian
pembangunan harus dilihat secara dinamis bukan sebagai konsep statis, dimana pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir.
Dilihat dari aspek-aspek ekonomi, Sukirno 2001 menjelaskan pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat
dalam jangka waktu yang panjang. Dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain :
a. sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus
b. usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan
c. kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka waktu panjang
Adapun sasaran pembangunan menurut Todaro 2000 adalah : a.
meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup seperti makan, perumahan dan
kesehatan serta perlindungan
Syahrir Hakim Nasution : Peranan Wisata Pemancingan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, 2009
b. meningkatkan taraf hidup termasuk di dalamnya meningkatkan penghasilan,
penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai budaya yang manusiawi
c. memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individual dan
nasional dengan cara : merdeka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan juga tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain tetapi juga merdeka dari sumber
kebodohan dan penderitaan Berdasarkan definisi yang dikemukakan dapat terlihat bahwa pembangunan ekonomi
adalah merupakan suatu proses, dimana dengan proses itu akan terlihat adanya perubahan yang besar dalam struktur sosial, sikap mental yang telah terbiasa, pertumbuhan ekonomi serta
pemberantasan kemiskinan dan pengangguran, pemberantasan ketimpangan dalam pendapatan per kapita melalui perluasan kesempatan kerja yang memadai, pendidikan dan juga dengan cara
membebaskan masyarakat dari sikap ketergantungan terhadap orang lain, serta mengangkat kesadaran akan harga diri.
Mengurangi kesenjangan wilayah regional imbalances adalah salah satu tema pokok dalam pembangunan wilayah regional development. Masalah pokok yang dihadapi sekarang
adalah bukan ada atau tidak ada kesenjangan wilayah, namun bagaimana pembangunan wilayah dapat dikonsepsikan dalam perspektif jangka panjang. Dalam konteks perkembangan sosial
ekonomi dunia dewasa ini, maka arah yang dituju dalam pembangunan wilayah dalam jangka waktu panjang adalah wilayah harus mandiri dan cukup memiliki daya saing sehingga mampu
berintegrasi ke dalam sistem perekonomian nasional maupun global. Salah satu upaya yang sangat strategis adalah memobilisasi seluruh kelembagaan pembangunan di wilayah serta
menciptakan interaksi yang erat melalui networking diantara kelembagaan tersebut dengan
Syahrir Hakim Nasution : Peranan Wisata Pemancingan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, 2009
tujuan menciptakan kemampuan dan kemandirian ekonomi wilayah lokal. Unsur-unsur strategis dalam networking untuk pembangunan ekonomi wilayah meliputi perguruan tinggi
setempat, asosiasi industri, lembaga penelitian, pengusaha menengah dan kecil, lembaga keuangan dan perbankan serta tentu saja pemerintah daerah sendiri. Kegiatan riset terapan dalam
teknologi untuk meningkatkan kualitas industri dan produk jasa unggulan, serta hasilnya harus terbuka lagi para pengusaha lokal Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah, 2002.
2.8. Penelitian Sebelumnya