Pencegahan dehidrasi Penatalaksanaan diare Pencegahan Diare

Tabel 2.2 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis Penilaian A B C Keadaan umum Baik, sadar Gelisah , Rewel Lesu, tidak sadar Mata Normal Cekung Sangat cekung Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum seperti biasa Haus, ingin minum banyak Malas minum, tidak bias minum Periksa: Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang. Bila ada 1 tanda ditambah 1 lebih tanda lain Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda di tambah 1 lebih tanda lain Terapi Rencana pengobatan A Rencana pengobatan B Rencana pengobatan C

6. Pencegahan dehidrasi

a. Dehidrasi dapat dicegah dengan cara menambah cairan yang diminum segera setelah diare mukai cairan rumah tangga yang di anjurkan adalah air teh, air tajin, air sup dan air matang. Tindakan yanga paling penting adalah memberikan cairan lebih banyak dari biasanya. b. Rehidrasi, Bila penderita dehidrasi, penderita harus segera mendapatkan terapi dengan memberikan larutan oralit. Penderita dengan dehidrasi berat pada awalnya membutuhkan rehidrasi dengan cairan intravena, tetapi larutan oralit tetap harus digunakan sebagai tambahan cairan intravena setelah dehidrasi hilang oralit oralit tetap digunakan. 14 c. Makanan, pemberian makanan selama balita diare akan memberikan nutrisi yang diperlukan anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah kehilangan berat badan. Bagi anak yang masih mendapatkan ASI harus tetap diberi bahkan harus lebih sering anak yang berumur 6 bulan atau lebih bayi yang sudah mendapatkan makanan padat harus sering diberi makanan yanga bergizi dan mudah dicerna dalam jumlah kecil.

7. Penatalaksanaan diare

a. Diare dengan dehidrasi berat: Berikan oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum, segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas dengan fasilitas perawatan. b. Diare dengan dehidrasi ringansedang: Berikan oralit, ASI diteruskan, teruskan pemberian makanan yang lunak mudah dicerna dan tidak merangsang, bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas. c. Diare tanpa dehidrasi kekurangan cairan: Untuk mencegah dehidrasi beri anak minum lebih banyak dari biasanya, ASI diteruskan makanan diberikan seperti biasanya, bila keadaan anak bertambah berat segera dibawa ke puskesmas terdekat MTBS Depkes RI, 2005. 15

8. Pencegahan Diare

a. Pemberian ASI ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, bebeda dengan sumber susu yang lain seperti susu formula atau cairan lain yang yag disiapkan dengan air atau bahan- bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarikan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang kanmenyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh memberikan ASI Ekslusif. Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain proses menyapih. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab 16 diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk. b. Makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat meningkatkannya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan lematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu: 1 Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin. 2 Tambahkan minyak, lemak dan gul ke dalam nasibubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, 17 telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. 3 Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih. 4 Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum di berikan kepada anak. c. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman-kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyedian air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil di banding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. d. Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum 18 menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. e. Menggunakan jamban Pengalaman di bebrapa Negara membuktikan bahwa upaya pengggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko tehadap diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. f. Membuang tinja bayi yang benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orng tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. g. Pemberian imunisasi campak Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

B. Konsep Gizi