yakni learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik sehingga menjadi
manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual.
a. Prinsip- Prinsip Belajar
Dalam mengerjakan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, seorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar.
Menurut Slamento, dalam belajar peserta didik seharusnya dapat terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran, minat yang harus ditingkatkan dan dibimbing
supaya tujuan instruksional dapat dicapai. Belajar juga harus bisa memperkuat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Belajar perlu ada interaksi antara
peserta didik dan lingkungan. Prinsip-prinsip belajar menurut Slamento adalah sebagai berikut dalam
belajar peserta didik harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar
perlu lingkuangan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksporasi dan belajar dengan efektif. Belajar perlu ada
interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
6
Prinsip-Prinsip belajar menurut teori Gestalt dalam buku Didaktik Metodik yang ditulis oleh Roestyah menjelaskan tentang prinsip belajar ialah :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan. Orang berusaha menghubungkan
bagian pelajaran dengan bagian pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan. Anak-anak baru dapat
memepelajari dan mencernakan bila ia telah matang jiwanya untuk menerima bahan pelajaran itu.
c. Anak sebagai organism keseluruhan. Anak belajar tak hanya
intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaninya juga. d.
Terjadi Transfer. Belajar pada pokoknya yang penting penyesuaian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
6
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas Jakarta: Kencana 2009, h 63
e. Belajar adalah Reorganisasi pengalaman. Pengalaman ialah suatu
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
7
Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip seperti yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan
diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar seperti yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi belajar adalah suatu proses aktif dalam hal ini
terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan.
b. Teori-teori belajar
Dalam buku karangan Zikri Neni Iska yang berjudul Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, membagi teori belajar menjadi dua bagian,
yakni ”Classical Conditioning dan Operant Instrumental conditioning”.
8
Sedangkan ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, berikut ini adalah beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran
dalam sistem pendidikan. 1.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Menurut Ausubel belajar akan menghasilkan manfaat bila peserta didik mencoba
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan suatu
proses menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapad dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling
penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui oleh peserta didik.
9
2. Teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget menurut, Piaget
perkembangan kognitif seseorang melaui beberapa tahapan, yaitu sensori motor sampai dengan usia 2 tahun, Concreteoprations usia 2 -
7
Roestiyah, Didaktik Metodik, Bina Askara Anggota IKAPI,1986, Cet 2, H. 11
8
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta : Kizi Brother”s, 2006. H. 78
9
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.H. 14
11 tahun, dan formal operation setelah usia 11 tahun. Pada tahap sensori motor pengatahuan yang diperoleh masih sangangat terbatas
sejalan dengan perkembangan fisik dari anak tersebut. Pada tahap concreteoprations anak sudah mulai belajar simbol yang merupakan
representasi dari objek tertentu. Anak mulai belajar menghubungkan suatu onjek dengan simbol tertentu. Sedangkan pada tahap formal
operations pengetahuan yang diperoleh anak semakin kompleks karena anak telah banyak pembendaharaan kata dan memahami arti serta dapat
mengasosialisasikan dengan kata-kata lainnya. Dalam tahap ini anak sudah dapat merangkum atau mengkombinasikan dua konsep atau lebih
untuk membentuk suatu aturan. Menurut Piaget, pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting untuk perkembangan pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik.
10
c. Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut pandangan Noehi Nasution, dan kawan-kawan memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan
ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya. Adapun faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar faktor dari luar dan faktor dari dalam,
menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah sebagai berikut: Faktor dari luar :
a. Faktor Lingkungan
1. Alami : lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik,
hidup dan berusaha di dalammya. Pencemaran lingkungan hidup dan berusaha di dalam.
2. Sosial budaya : lingkungan social budaya diluar sekolah sisi kehidupan
yang mendapatkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah .
10
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.H. 14
b. Faktor Instrumental
1. Kurikulum : kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur
subtansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan
dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan.
2. Program : setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program
pendidikan disusun untuk di jalankan demi kemajuan pendidikan. 3.
Sarana dan fasilitas : sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. 4.
Guru : guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Faktor dari dalam :
a. Faktor Fisiologis
1. Kondisi fisikologis : kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemammpuan belajar seseorang. 2.
Kondisi panca indra : belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis.
b. Faktor Psikologis
1. Minat : suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada lainnya. 2.
Kecerdasan : pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya, yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan
menyelami jiwa anak didik. 3.
Bakat : bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.
4. Motivasi : motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. 5.
Kemampuan kognitif : dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui para ahli pendidikan yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
11
Menurut buku psikologi belajar karangan Abu Ahmad dan Widodo Suprino memandang prestasi belajar yang dicapai seseorang yang dicapai
merupakan hasil interaksi bebagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam
11
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Jakarta: Rineka Cipta, 2008 , Cet. 2, H. 177- 202
diri internal maupun dari luar diri eksternal. Adapun faktor-faktor internal adalah:
a. Faktor jasmaniah Fisiologi yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. b.
Faktor psikologis yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. c.
Faktor kematangan fisik Faktor-faktor internal :
a. Faktor sosial
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan
c. Faktor lingkuangn fisik, seperti rumah, fasilitas belajar, dan iklim
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor di atas saling berkaitan, dan mempengaruhi satu sama lain. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor itulah muncul
siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Oleh karena itu, seorang guru yang berkompeten dan professional
diharapkan mampu mengatasipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui
dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajarnya.
e. Pengertian Hasil Belajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan
belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.
Proses belajar mengajar merupakan tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional untuk guru dan murid. Semua usaga
dikerahkan semaksimal mungkin agar tujuan itu dapat tercapai. Tujuan itu tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam
proses belajar mengajar itu. Maka di bawah ini akan penulis kemukakan beberapa pengertian hasil belajar.
Menurut Bloom dalam buku Cooperatif Learning karangan Agus Suprijono menjelaskan tentang hasil belajar adalah
”mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
”
12
Kognitif ialah knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, application
menerangkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, siynthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentukbangunan baru. Afektif ialah
receiving sikap menerima, responding memberikan respon, valuing nilai, organization organisasi, characterization karakterisasi
”. Psikomotorik juga mengcangkup keterampilan produktif, teknis,fisik,sosial, manajerial, dan
intelektual. Pengertian Hasil belajar dalam buku Kunandar ialah
”kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar”.
13
Yang harus diingat, hasil belajar ialah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja artinya, hasil
pembelajaran yang dikatogerikan oleh para pakar pendidikan sebagimana tersebut diatas tidak dilihat secara pragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah perubahan tingkah laku siswa ditandai dengan kemampuan peserta didik menerapkan dan mendemonstrasikan
pengatehuannya serta keterampilannya. Perubahan inilah yang disebut hasil belajar. Hal ini selaras dengan pendapat Suharsimi Arikunto dalam bukunya
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan mengatakan, Jadi hasil belajar adalah merupakan perbuatan-perbuatan tingkah laku secara keseluruhan.
12
Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Yogyakara: Pustaka Pelajar, 2009, Cet 1 dan 2, H 6
13
Kunandar, Guru Progesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007, H. 229
Hasil belajar kognitif ialah hasil belajar yang memerlukan kegiatan berfikir, meliputi hasil belajar pengetahuan, hasil belajar pemahaman, hasil belajar
penerapan, hasil belajar analisis, dan hasil belajar evaluasi. Hasil belajar afektif ialah hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan dan kehendak seseorang,
berupa minat, persepsi, sikap, nilai dan kebiasaan siswa. Perolehan hasil belajar ini didapatkan proses belajar yang telah dialami
oleh seseorang dengan melakukan organisasi dalam struktur kognitifnya sehingga seseorang dapat memahami dan mencapai pemahaman pengetahuan konsep
pembelajaran. Hal ini sesuai ditegaskan oleh sudjana, yang menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa, setelah ia mengalami pengalaman
belajar adalah hasil belajar.
2. Model – Model Pembelajaran Cooperative Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Laerning
a. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu team.
14
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.
Yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kekompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
15
Menurut Masitoh dan Dewi pengertian Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai
“sistem kerjabelajar kelompok yang berstruktur.”
16
Strategi pembelajaraan kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya
14
Drs. Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010. H. 15
15
Drs. Isjoni, H. 17
16
Dra. Masito dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI , Jakarta : 2009. H 233.
mengondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok- kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
Menurut Hamid Cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
b. Pengertiaan Cooperative Learning menurut para ahli
Salvin 1984 mengatakan bahwa Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
17
Anita Lie, menyebut Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur.
18
Menurut Effandi Zakaria, pembelajaran kooperatif dirangka dengan tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan
dengan rekan-rekan dalam kumpulan kecil.
19
c. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning
Langkah-langkah dalam penggunaan model cooperative learning secara umum menurut Sthal dan Slavin dapat dijelaskan secara operasional sebagai
berikut:
17
Dra. Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. H.4
18
Drs. Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010. H. 16
19
Drs. H. Ijoni Dkk, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia- Malaysia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, H 30
1. Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana
program pengajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Guru menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperhatikan oleh siswa selama berlangsungnya
pembelajaran.
2. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran kelas, guru merancang
lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok
kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mengondisikan belajar siswa.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa guru
mengharapkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan
prilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan pada siswanya dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
20
d. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Berdasarkan buku karangan Isjoni, cooperative learning efektivitas pembelajaran kelompok mengemukakan tujuan pembelajaran cooperative
learning berdasarkan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning, yakni penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil. a.
Penghargaan Kelompok Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
b. Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
20
Dra. Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. H.11
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
2. Model Pembelajaran Talking Stick a. Pengertian Model Talking Stick
Menurut Dahlan, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran dan memberikan petunjuk kepada pengajar dikelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan
yang dilakukan individu untuk memperolah suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dan lingkungannya. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya
dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam Cooperatif Learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan.
21
1. Student Team Achevement Division STAD
2. Jigsaw
3. Group Investigation GI
4. Talking Stick
5. Talking Chips
Berdasarkan uraian di atas penulis akan mengambil model dan metode pembelajaran Talking Stick dan Talking Chips.
Merujuk pada defenisi istilahnya, metode Talking Stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang
dirancang untuk mengukur tongkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.
21
Drs. Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010. H. 49
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan.
Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar
melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya
mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh
kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
22
Pembelajaran Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran
dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari
materi tersebut. Diberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat
tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika Stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi
musik.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Talking Stick
Langkah akhir dari metode Talking Stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
22
http:dedenbinlaode.blogspot.com201011metode-talking-stick-dan-hasil-belajar.html, diakses Rabu 16 Maret 2011
a.
Langkah-langkah pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:
Adapun langkah-langkah pembelajaran metode Talking Stick yang dapat di terapkan di kelas VIII sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran SKKD.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.
4. Setelah siswa selesai membaca materibuku pelajaran dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mempersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat
menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan.
7. Evaluasi.
8. Penutup
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam metode Talking Stick ialah: 1.
Menguji kesiapan siswa. 2.
Melatih membaca dan memahami dengan cepat. 3. Agar lebih giat belajar belajar dahulu.
Kekurangan dari metode Talking Stick ialah: Membuat siswa senam jantung
23
23
http:gurupkn.wordpress.com20071201talking-stick. Diakses 14 Maret 2011
3. Model Pembelajaran Talking Chips
a. Pengertian Model Pembelajran Talking Chips
Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dikembangkan oleh Speicer
Kagan, dimana-masing-masing
angota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontrubusi mereka dan mendengarkan pandangan
dan pemikiran orang lain.
24
Tipe kancing gemerincing disebut juga dengan istilah Talking Chips, Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat beruba benda yang berwarna yang
ukurannya kecil. Istilah Talking Chips kemudian lebih dikenal dengan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
Pengertian pembelajaran koopertif tipe Talking Chips menurut para ahli : 1
Anita Lie Model pembelajaran tipe Talking Chips adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontrukbusi
mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran dari kelompok lain.
2 Millis dan Cotel
Model pembelajaran kooperatif yang diberikan dengan cara siswa diberikan Chips yang berfungsi sebagai tiket yang memberikan
pemegangnya untuk berbagai informasi, berkontrukbusi pada diskusi dan pembuat titik debat.
25
Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di kelas yang menuntut siswa untuk aktif menggemukakan pendapat dengan membuat kelompok empat
sampai lima orang dengan kemampuan yang berbeda-beda, maka setiap kelompok wajib mengemukakan pendapat di depan kelas dengan kelompok lainya.
Pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips baik digunakan untuk siswa pasif agar
24
Drs. Isjoni, h. 79
25
Http: Panduan skripsi. Blogspot.com201011pengertian kancing gemerincing gemerincing kancing. Diakses pada 9 Maret 2011.
menjadi siswa aktif dalam proses pembelajaran. Jika siswa aktif maka akan terbentuk ide-ide yang dapat mereka kembangkan sehingga mampu meningkatkan
kemampuan kognitif mereka.Dewasa ini telah banyak digunakan model pembelajaran kooperatif. Bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu
model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan
untuk memberikan
kontrubusi mereka
dan mendengarkan pandangan kesempatan untuk memberikan konstrubusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan kesempatan yang sering mewarnai kerja
kelompok. Dalam banyak kelompok, sering dan anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa
setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
b. Langkah-langkah pembelajaran Talking Chips
Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi
juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa
a. Langkah –langkah pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
26
1. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing – kancing bisa juga
benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari 2.
Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing- masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah Kancing
3. Setiap kali sesoarang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, ide.
4. Masing-masing anggota dalam kelomponya diberikan kartu 2-3 kartu
5. Para siswa dalam kelompoknya membahas topik atau berdiskusi untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan guru
26
Dra. Masito dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI , Jakarta : 2009. H 244
6. Setiap siswa yang ingn bicara atau mengemukakan suatu ide, siswa
tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan ditengah meja pada kelompoknya.
7. Siswa tidak dapat berbicara lagi jika kartu miliknya sudah habis, sampai
semua kartu milik siswa lain pada kelompoknya juga habis. 8.
Jika kartu semuanya sudah digunakan dan kelompoknya masih merasakan kebutuhan untuk mengemukakan ide ynag tertinggal, maka
proses dapat dimulai dengan menggunakan kembali kartu seperti awal. 2.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
Aktivitas diatas menyatakan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan idenya, sehingga tidak ada siswa mendominasi dan
siswa yang diam saja. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dapat membantu guru unuk memonitoring tanggung
jawab individu siswa, sehingga berperan sebagai pembimbing dan
pengarah dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 4. Pembentukan Harga Pasar
1. Pengertian permintaan dan hukum permintaan
a. Pengertian permintaan : Permintaan adalah jumlah barang yang akan dibeli
oleh pembeli pada tingkat harga yang beragam yang berlaku pada tempat dan waktu tertentu
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan adalah :
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain
3. Pendapatan penduduk
4. Jumlah barang
5. Citra rasa selera masyarakat
c. Hukum permintaan
Menurut Sadali bunyi hukum permintaan adalah “permintaan itu terbanding
terbalik dengan harga “ artinya sebagai berikut.
27
1. Apabila harga barang naik maka permintaan barang berkurang
2. Apabila harga barang turun maka permintaan barang bertambah
Apabila ditinjau dari sebaliknya yaitu permintaan dan pengaruhnya terhadap harga maka terjadi hubungan fungsional sebagai berikut :
1. Apabila permintaan bertambah maka harga akan naik
2. Apabila permintaan berkurang maka harga akan turun
Contoh : 1.
Menjelang hari raya idul fitri dan tahun baru harga sayur mayur, makanan atau pakaian menjadi mahal karena mahal karena permintaan terhadap
barang –barang sangat besar.
2. Pada musim rambutan atau buah-buahan tertentu, harganya akan menjadi
murah, karena barang yang ditawarkan sangat banyak. 3.
Pada awal tahun ajaran baru, produsen buku dan alat tulis meningkat jumlah produksinya.
Hukum permintaan berlaku keadaan lain yang mempengaruhi permintaan itu tetap atau tidak tetap tidak berubah atau cateris paribus antara lain sebagai
berikut: 1
Penghasilan konsumen tetap tidak bertambah 2
Tidak ada barang pengganti dan barang pelengkap 3
Perkiraan harga masa datang 4
Kesenangan atau citra rasa konsumen terhadap barang tersebut tetap
2. Kurva Permintaan Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukan hubungan antara jumlah
barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga.
27
Sadali dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial PT Bumi Askara, 2007, H.284
3. Permintaan dan jumlah barang dan jasa yang diminta Apabila kurva permintaan bergeser kekanan berari terjadi kenaikan permintaan.
Apabila kurva permintaan bergeser kekiri berarti terjadi penurunan permintan. 4.
Macam-macam Permintaan a.
Permintaan menurut daya beli ada dua macam, yaitu permintaan efektif dan potensial.
1. Permintaan efektif adalah permintaan yang didukung dengan daya beli.
2. Permintaan potensial adalah permintaan yang tidak didukung oleh
daya beli. b.
Permintaan menurut subyek pendukung
Permintaan individual adalah permintaan yang dilakukan oleh seorang pembeli.
Contoh : permintaan gula pasir oleh Ibu. Anik
Permintaan pasar adalah permintaan yang dilakukan oleh konsumen keseluru han di dalam pasar.
Contoh : dalam suatu pasar komputer tedapat 100 orang pembeli. 5.
Elastisitas Permintaan Pengertian elastisitas permintaan adalah khadepekaan perubahan jumlah
barang dan jasa yang diminta terhadap perubahan harga. Ada lima macam elastisitas permintaan untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut:
a. Permintaan elastic uniter, jika Ed=1
Artinya pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta sebanding yang diminta.
b. Permintaan elastic, jika Ed
Artinya perubahan harga berpengaruh mencolok terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta.
c. Permintaan inelastis tidak elastis jika Ed1
Artinya, perubahan harga sedikit berpengaruh mencolok terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta.
d. Permintaan inelastis sempurna, jika Ed=0
Artinya, perubahan harga tidak berpengaruh terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta.
e. Permintaan elastis, jika Ed=tidak terhingga
Artinya, pada harga tetap besarnya permintaan terdapat barang dan jasa.
2. Menguraikan Makna Penawaran dan Jasa
1. Pengertian dan Hukum Penawaran
a. Pengertian penawaran
Penawaran adalah kesediaan penjual untuk menjual berbagai jumlah barang dan jasa pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu.
b. Hukum penawaran
Bunyi hukum penawaran adalah Penawaran itu berbanding lurus dengan harga barang, artinya:
1. Apabila harga barang naik maka penawaran barang bertambah.
2. Apabila harga barang turun maka penawaran berkurang.
Apabila ditinjau dari sebaliknya yaitu penawaran, pengaruhnya terhadap harga, maka terjadi hubungan fungsional sebgai berikut.
1. Apabila hara bertambah maka harga akan turun.
2. Apabila penawaran berkurang maka harga akan naik.
Contoh : Pada saat musim panen durian, maka harga durian akan merosot.
Hukum penawaran ini akan berlaku apabila keadaan lain yang mempengaruhi tidak berubah atau ceteris paribus, antara lain:
1. Penjual tidak sangat butuh uang tunai
2. Penjual tidak khawatir bahwa harga akan turun terus
3. Penjual tidak khawatir kalau barang akan mudah rusakbusuk
4. Penjual tidak kekurangan tempat untuk menyimpan barang
2. Kurva Penawaran Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan jumlah barang
dan jasa yang ditawarkan oleh penjual pada berbagai tingkatan harga. 3. Penawaran dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
a. Apabila kurva penawaran bergeser ke kanan, berarti terjadi kenaikan
penawaran. b.
Apabila kurva penawaran bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran.
4. Elastisitas penawaran Elastis penawaran adalah kepekaan perubahan jumlah barang yang ditawarkan
terhadap perbuha harga. Ada lima macam elastisitas penawaran, seperti berikut ini.
a. Penawaran elastis uniter, jika Es=1
Artinya, pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang dan jasa yag ditawarkan sebanding.
b. Penawaran elastis, jika Es1
Artinya, perubahan harga berpengaruh mencolok terhadap jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
c. Penawaran inelastis tidak sempurna, jika Es1
Artinya, perubahan harga sedikit berpengaruh terhadap jumlah barang dan jasa yag ditawarkan.
d. Penawaran inelastis sempurna, jika Es=0
Artinya, perubahan harga tidak berpegaruh terhadap jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
e. Penawaran elastis sempurna, jika Es=tidak terhingga
Artinya, pada harga tetap, jumlah barag dan jasa yang ditawarkan terus mengalir.
5. Faktor-faktor yag mempengaruhi penawaran Banyaknya penawaran dipegaruhi oleh hal-hal berikut.
a. Harga barang itu sendiripenggantipelengkap
b. Biaya produksi
c. Tingkat tekhnologi
d. Perkiraa harga dimasa mendatang
e. Pajak, dan
f. Tujuan perusahaan
5. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.
Pembelajaran IPS terpadu merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran IPS dalam mengajarkan IPS pada para peserta didiknya, yang di
dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik tentang
IPS terpadu yang beragam agar terjadi interaksi optimal anatara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dengan mempelajari
mata pelajaran IPS. Dengan demikian setiap guru harus bisa menciptakan suasana
yang menyenangkan namun peserta didik dapat memahami konsep atau materi yang disampaikan oleh guru salah satunya adalah dengan memilih metode
pembelajaran yang lebih memperdayakan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai danhasil belajar yang diperoleh oleh
peserta didik akan lebih baik. Metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
bahan ajar kepada para peserta didiknya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga pemilihan metode
pembelajaran yang tepat untuk peserta didik sangat diperlukan. Metode pembelajaran Talking Stick, pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam bekerja
sama dan berinteraksi dengan peserta didik lainyya. Proses pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga bisa memotifasi peserta didik untuk belajar bekerja sama
yang menghasilkan pembelajaran yang aktif. Metode pembelajaran Talking Chips salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar dan peserta didik dilatih untuk mengemukakan pendapat dan ide bersama kelompok lainnya. Dengan menggunakan metode Talking Stick dan
Talking Chips peserta didik diharapkan dapat memahami yang dipelajari.
6.Hipotesis
Melihat tinjauan teori dan kerangka berfikir di atas maka dapat diajukan hipotesis sebaga berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran IPSdengan penggunakan metode Talking Stick dan Talking Chips
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran IPS dengan
menggunakan metode Talking Stick dan Talking Chips
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Jamiyatul Khair jalan Wr. Supratman Cempaka Putih, Ciputat Timur.
Alasan penulis memilih tempat penelitian di sekolah tersebut sebagai berikut:
1. Lokasi sekolah tersebut dapat dijangkau dengan mudah.
2. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam
melakukan observasi. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan April
hingga bulan Juni 2011. Tabel 1
Waktu dan jadwal penelitian
No Hari
Tanggal Kegiatan
1. Selasa
05-04-2011 Pengesahan proposal skripsi dan pembagian
dosen pembimbing 2.
Jumat 08-04-2011
Penyerahan proposal skripsi oleh dosen pembimbing
3. Rabu
14-042011 Perbaikan proposal skripsi
4. Minggu
24-04-2011 Membuat kisi-kisi soal dan kalibrasi
instrumen 5.
Jumat 29-04-2011
Melakukan observasi penelitaian di MTs Jamiyatul Khair
6. Rabu
04-05-2011 Melakukan kalibrasi instrumen untuk kelas
X-I 7.
Kamis 19-05-2011
Melakuakn tahap persiapan penelitaan di kelas VIII-2 dengan menggunakan metode
Talking Chips 8.
Senin 30-05-2011
Melakukan tahap persiapan penelitan di kelas VIII-1 dengan menggunakan Metode
Talking Stick 9.
Selasa 31-05-2011
Melakukan penelitaian di kelas VIII-2 dengan menggunakan metode Talking
Chips 10.
Rabu 01-06-2011
Melakukan penelitian di kelas VIII-1 dengan menggunakan metode Talking Stick
11. Selasa
07-06-2011 Membuat surat hasil penelitaian di MTs
jamiyatul Khair
B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperimen, yang dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada subjek penelitian kemudian memberikan tes pada subjek penelitian.
1
Di dalam penelitian ini penerapannya adalah para siswa kelas VIII-1 dalam proses pembelajaran guru
menerapkan metode pembelajaran Talking Stick kemudian para siswa tersebut di tes secara tertulis tentang materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan para
siswa kelas VIII-2 dalam proses pembelajaran guru menerapkan metode
1
Husaini Umar dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 139.
38
pembelajaran Talking Chips. Kedua kelas adalah kelas eksperimen, tidak ada kelas kontrol.
Untuk mengetahui hasil penelitian, kedua kelompok eksperimen diberikan pretest dan postest. Adapun desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Kelompok Pretest
Perlakuan Postest
E
1
T
1
X
1
T
1
E
2
T
2
X
2
T
2
Keterangan: E
1
: Kelas yang menggunakan metode pembelajaran Taking Stick E
2
: Kelas yang menggunakan metode pembelajaran TalkingChips T
1
: Pretest kelompok Talking Stick T
2
: Pretest kelompok Talking Chips X
1
: Pelaksanaan metode pembelajaran Talking Stick X
2
: Pelaksanaan metode pembelajaran Talking Chips T
1
: Postest kelompok Talking Stick T
2
: Postest kelompok Talking Chips
C. Populasi dan Sampel
Menurut Nurul Zuriah populasi adalah “seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda,
hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian
”.
2
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Jamiyatul Khair Ciputat Timur. Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan
diteliti yang menjadi objek penelitian dan dikenai perlakuan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah para siswa kelas VIII.1 dan para siswa
2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, cet II, h. 116
kelas VIII.2. Kelas VIII.1 terdiri dari 36 siswa dan kelas VIII.2 terdiri dari 30 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari hasil pretest dan postest. Pretest ialah tes hasil belajar yang mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan awal para siswa sebelum menerapkan metode pembelajaran. Sedangkan postest ialah tes hasil belajar yang dilakukan setelah pembelajaran
menggunakan metode Talking Stick dan metode Talking Chips untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar siswa akibat adanya perlakuan.
1. Tes
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memperoleh nilai dikelas maka perlu dilakukan tes yang dapat mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai
nilai IPS sesuai dengan nilai SKBM. Adapun pengertian tes yang telah dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto ialah:
Menurut Suharsimi Arikunto istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan
logam-logam mulia. Sehingga pengertian tes ialah inteligensi yang disusun oleh seorang prancis bernama Binet, yang kemudian dibantu oleh simon, sehingga tes
tersebut dikenal sebagai tes Binet simon. Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut inteligensinya.
3
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris pengetian tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuna dan
keterampilan.
4
Sehingga dapat disimpulakan pengertian tes ialah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dalam melakukan sebuah penelitian maka seorang peneliti harus menentukan
kelas yang harus diuji cobakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mempersiapkan pelajaran IPS dikelas. Maka peneliti mengambil dua kelas
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h 52
4
Asep jihad dan Abdul Haris , Evaluasi Pembelajaran , Yogyakarta: multi pressido,2008, h 67