Teknik Analisis Skema Pemeringkatan Risiko

21 dicapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi : Leo J.Susilo Victor Riwu Kaho, 2014: 136: 1. Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi risiko sebelumnya dan telah masuk ke dalam daftar risiko; 2. Semua yang terkait dengan risiko tersebut para pemangku risiko telah terlibat dalam proses analisis dan melalukan analisis berdasarkan informasi, data serta pengetahuan yang mereka memiliki dengan baik. 3. Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai manajemen risiko yang memadai ; 4. Prosesanalisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai manajemen risiko yang memadai ; 5. Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai ; 6. Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dengan organisasi tersebut. Apabila digunakan tabel kemungkinan dan dampak, besaran dan pengelompokan nilai yang digunakan hendaknya tidak terlalu lebar dan juga tidak terlalu sempit tetapi seusai dengan organisasi tersbut. Pilihan metode analisis ditentukan oleh konteks, sasaran dan sumber data yang tersedia. Sebagai contoh pada tingkat pada tingkat unit bisnis atau proyek, manajer perlu mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko-risiko spesifik yang mengancam pencapaian sasarantarget yang ditetapkan. Leo J.Susilo Victor Riwu Kaho, 2014: 137

2.2.4.1 Teknik Analisis Skema Pemeringkatan Risiko

Teknik ini merupakan analisis kualitatif yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko haruslah distandarisasikan dan digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan organisasi. Ini penting untuk mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap pengertian kemungkinan dan dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini ditentukan cara gambaran kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah “besar, sedang dan rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari mereka yang berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat untuk nilai kemungkinanserta dampak yang akan digunakan. Metode pengumpulan informasi ini dapat dilakukan dengan teknik expert judgement, baik melalui metode terstruktur seperti Delphi Teqnique maupun bentuk wawancara atau bentuk Focus Group Discussion lainya. Hal ini penting untuk mengurangi aspek subjektif dan kelemahan tidak tersedianya data yang memadai. Masukan para ahli ini kemudian akan diolah oleh penanggung jawab manajemen risiko menjadi peringkat yang akan digunakan dan disahkan oleh manajemen organisasi menjadi standar bagi seluruh organisasi. Leo J.Susilo Victor Riwu Kaho, 2014:154 2.2.5 Evaluasi Risiko Menurut Leo J.Susilo Victor Riwu Kaho, 2014:167 tujuan dari evaluasi risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko - risiko mana yang memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko – risiko tersebut. Hasil evaluasi risiko akan menjadi masukan bagi proses perlakuan risiko. 23 Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko –risiko tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak lanjut tersebut mencakup : 1. Apakah suatu risiko butuh penanganan ? 2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan ? 3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun ? Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap ini. Ini perlu karena telah diperoleh informasi lebih banyak mengenai risiko –risiko tersebut dari tahap analisis risiko. Kriteria untuk pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks eksterbal, internal dan manajemen risiko yang telah didefenisikan. Selain itu, juga harus selalu memerhatikan sasaran perusahaan, sasaran pengelolaan risiko, dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam mengevaluasi biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai dengan : 1. Tingkat dampak yang telah ditentukan ; 2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu ; 3. Efek kumulatif timbulnya suatu kejadian ; 4. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat – tingkat Kriteria – kriteria evaluasi risiko tersebut di atas pada dasarnya harus disusun secara objektif dan dapat dinyatakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Akan tetapi masi terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan kriteria ini. Penyebabnya antara lain 1. Pertimbangan nilai - nilai pribadi Pertimbangan nilai – nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit terkandung dalam setiap kriteria. Akan tetapi pertimbangan ini akan tergantung pada kebiasaan masing –masing individu menghadapi risiko, tingkat kepercayaannya terhadap efektivitas pengelolaan risiko yang ada, serta persepsinya terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut. 2. Pengaruh kejadian – kejadian yang lalu Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko perlu ditangani seringkali mengacu pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan pengalaman sehari – hari. Namun data ini dapat mengalami penyimpangan karena : a. Besar bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar yang tak disangka –sangka, akan sangat mendominasi bank data. b. Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pengendalian. Ini berarti bahwa kriteria yang didasarkan pada risiko – risiko historis tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai acuan untuk mengendalikan situasi terkini. c. Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuailagi dengan situasi masa lalu. Menyusun kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu harus memerhatikan permasalahan yang mungkin muncul, yaitu : 25 1. Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada kondisi lain tidak perlu ditangani. 2. Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini tidak dapat diterima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standar sosial saat ini tidak dapat ditolerir lagi. 3. Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda – beda menimbulkan pertanyaan apakah standar evaluasi risiko harus disusun sesuai dengan masing –masing situasi ataukah dapat bersifat universal. Untuk situasi semacam ini, petimbangan kebijakan politik, sosial dan ekonomi dapa digunakan sebagai tambahan data risiko yang ada. Selain itu perlu juga diperhatikan keterbatasan hasil analisis kualitatif sebagai sarana untuk evaluasi. Ini karna penyusunan suatu matriks kemungkinan dan dampak secara kualitatif sangat terkait dengan latar belakang serta persepsi para penyusunnya. Interpretasi dari besaran kualitatif tinggi, sedang, rendah, dll. dapat berbeda antara suatu situasi dengan situasi lainnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan keterbatasan ini dalam menyusun prioritas risiko atas dasar hasil analisis kualitatif. Walaupun istilah risiko yang dapat diterima sering digunakan untuk menyeimbangkan risiko dan manfaat, masih belum cukup untuk menggambarkan substansi risiko serta manfaat yang dapat ditooleransi. Dengan demikian, setiap orang perlu memertimbangkan toleransi terhadap risiko – risikoyang timbul dalam situasi tertentu dalam kerangka manfaat yang spesifik. Kriteria risiko yang paling sederhana hanya memisahkan antara risiko yang perlu ditangani dengan yang tidak perlu ditangani. Kesederhanaan ini menarik, tapi tidak menggambarkan unsur ketidakpastian dalam memperkirakan risiko dan menetapkan batasan yang jelas anatara risiko yang butuh penanganan dengan yang tidak. Saat ini, kebanyakan pihak membagi risiko ke dalam tiga kelompok : 1. Kelompok Atas adalah kelompok dimana terdapat risiko – risiko yang berbahaya dan tidak bisa ditolerir, apapun manfaat yang dikandung dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu langkah mitigasi risiko harus diambil, berapapun biayanya. 2. Kelompok tengah adalah kelompok risiko di mana perlu ada analisis manfaat biaya guna mengukur perbandingan antara peluang serta dampak buruknya. 3. Kelompok Bawah adalah kelompok risiko di mana aspek positif atau negatif risiko tersebut sangat sepele atau terlalu kecil sehingga tidak butuh penanganan risiko secara khusus

2.2.6 Perlakuan Risiko