BAB II KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah: “Ibu, bapak dengan seisi rumah, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan dalam masyarakat,
kesatuan kerabat yang sangat mendasar dalam masyarakat.”
1
Sedang pengertian keluarga menurut Rohiman Notowidegdo adalah: “Suatu institusi sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari sepasang suami istri
dan anak-anak yang terkait oleh hubungan biologis, sosial, ekonomi dan psikologi.”
2
Dari pengertian di atas, melihat pengertian keluarga secara sempit yang dapat diartikan bahwa keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
Sedangkan pengertian keluarga secara luas adalah: “Suatu keluarga inti dengan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: PT.Bina
Pustaka,1988, cet.Ke‐1, hal.326
2
Rohiman Notowidegdo, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Pustaka Anta, 1992. Cet.Ke‐4, hal.22
adanya tambahan dari sejumlah orang lain baik yang sekerabat yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga inti.
Orang-orang yang sekerabat tersebut bisa berasal dari pihak suami maupun dari pihak istri seperti kakek, nenek, paman, bibi dan saudara sepupu. Sedangkan
orang lain yang dapat mewujudkan adanya keluarga luas dari suatu keluarga inti adalah pembantu rumah tangga dan pesuruh yang hidup bersama keluarga inti.
Dengan melihat pengertian keluarga secara sempit dan luas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu komunitas masyarakat terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang di dalamnya juga terdapat kerabat dari pihak suami dan istri serta orang lain yang dapat hidup bersama dalam suatu
rumah tangga.
2. Tujuan Berkeluarga
Pembentukan keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan suci yang terjalin antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
melalui perkawinan yang sah dengan memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan berdasarkan syariat Islam.
Sudah barang tentu semua orang yang akan menikah mempunyai tujuan dalam perkawinan. Tujuan-tujuan tersebut selalu baik, misalnya untuk memperoleh
keturunan, menjaga martabat, melindungi wanita dan untuk memelihara akhlak dan moral, yang kesemuanya itu dilakukan untuk menciptakan suatu keamanan
dan keselamatan manusia dari perbuatan perzinahan. Begitu juga dalam membentuk suatu komunitas keluarga terdapat
beberapa tujuan yang tentu saja terdapat beberapa tujuan yang tentu saja memberikan dampak positif dalam kehidupan individu dan masyarakat, sebab
dengan berkeluarga berarti telah mempertahankan kelangsungan hidup manusia secara turun temurun, serta melestarikan agama Allah SWT di muka bumi.
Tujuan perkawinan adalah sebagai berikut : a.
Membina kehidupan rumah tanggakeluarga yang rukun, tenang dan bahagia sakinah
b. Untuk memperoleh rasa mawaddah, yaitu merasa diri satu nasib dan
sepenanggungan, susah sama menderita dan bila senang, maka sama-sama berbahagia.
c. Saling asih, asuh dan asah rahmah dengan penuh cinta kasih.
3
Sedangkan tujuan perkawinan lebih jelas tercantum dalam undang-undang RI No.1 tahun 1974 tentang perkawinan Bab I pasal 1 yang berbunyi :
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga berumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
4
Dari tujuan perkawinan tersebut maka tujuan terpenting dalam keluarga, menurut syariat Islam adalah sebagai berikut :
a. Mengatur Kebutuhan Biologis
Sejak manusia diciptakan di muka bumi ini, Allah SWT telah memberikan dan menetapkan berbagai kebutuhan, di antara kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan akan biologis kebutuhan hubungan seksual. Kebutuhan ini sudah merupakan fitrah manusia dan manusia harus menyalurkan kebutuhan tersebut
dengan baik. Pernikahan merupakan suatu sarana yang halal untuk laki-laki dan
perempuan melakukan suatu hubungan. Islam menghargai segala sesuatu yang dapat menghantarkan pada tercapainya tujuan-tujuan mulia dalam melestarikan
sejarah kehidupan manusia yang telah diangkat sebagai khalifah di muka bumi.
5
3
Ahmad Usman,Petunjuk Membina Keluarga Bahagia, Semarang : CV.Toha Putra, 1976.
Cet.Ke‐1, hal.54.
4
R.Subekti, al‐Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT.Pradnya Paramita, 1990,
cet.Ke‐22, hal.449
5
Abu Ahmad Muhammad Naufal, Langkah Menggapai Kebahagiaan Berumah Tangga, Yogyakarta
: Al‐Husna Press, 1994, cet.Ke‐1, hal.13
b. Melestarikan Keturunan yang mulia
Bila pertemuan seorang laki-laki dan perempuan dalam jenjang pernikahan dipandang sebagai suatu tujuan, maka dalam segi lain dipandang sebagai suatu
sarana untuk terwujudnya keturunan yang mulia. Selanjutnya keturunan merupakan buah pernikahan, sebab tujuan
penciptaan alam oleh Allah SWT, adanya manusia dan kesempurnaanya. Anak yang shaleh menurut pandangan Islam merupakan amal kewajiban bagi kedua
orang tua, yang membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
6
Selain sebagai suatu amal kebajikan bagi orang tua, anak merupakan unsur perhiasan serta kemegahan hidup di dunia selain harta benda. Anak merupakan
harta yang tidak ternilai harganya. Anak merupakan suatu kebanggaan bagi kedua orang tuanya, namun hendaknya kebanggan tersebut bukan dari sekedar dari
jumlah banyaknya anak, akan tetapi orang tua harus pula memikirkan dan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik bagib anaknya, agar
kelak menghasilkan generasi-generasi baru yang beriman, bertakwa serta berkualitas. Karena di hari kiamat nanti Rasulullah SAW lebih merasa bangga
mempunyai umat yang berkualitas bukan sekedar umat yang kuantitas.
c. Merasakan hidup bersama
Dengan adanya perkawinan seorang suami istri dapat hidup bersama dalam membina istri dalam membina rumah tangga yang penuh cinta kasih,
karena itu keduanya harus dapat bekerja sama untuk saling melengkapi satu sama lain. Dalam berkeluarga suami adalah pemimpin bagi istri, anak dan keluarganya.
Selain itu juga seorang suami harus mengerjakan kewajiban-kewajibannya yang lain yaitu mencari nafkah, mengurus kehidupan keluarga, berjuang menegakkan
agama Allah dan menciptakan perdamaian seta keselamatan bagi keluarganya. Semua tugas itu tidak akan dilaksanakan tanpa adanya pendamping di
sisinya, yakni istri yang shalehah. Istri yang senantiasa membantu menyertai serta
6
Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh Menurut Al‐Quran dan Sunnah, Jakarta : Lentera, 1996,
cet.Ke‐1, hal.18
menghiburnya atau bahkan yang mampu meringankan beban hidupnya serta menjaga rumah dan memelihara anak-anaknya.
Dengan demikian, maka suami istri harus dapat bekerja sama dalam menjalankan semua tugas dan kewajibannya dalam berkeluarga, sehingga dapat
melahirkan dan mendidik anak-anak yang shaleh dan berkualitas.
3. Fungsi dan Peranan Keluarga
a. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan keinginan keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri
seseorang dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Secara sosiologi keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tentram, bahagia dan sejahtera, yang
kesemuanya itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga social yang terkecil. Dalam buku keluarga muslim dalam masyarakat modern, dijelaskan
bahwa : “Berdasarkan pendekatan budaya keluarga sekurang-kurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,
sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.”
7
1. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan “pemahaman-pemahaman kebutuhan biologis anggota keluarga”.
8
Di antara kebutuhan biologis ini kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupannya,
keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan, kesegaran fisik. Termasuk juga kebutuhan biologis ialah
kebutuhan mendapatkan keturunan dengan melahirkan anak-anak sebagai generasi penerus dan dengan kata lain kelanjutan identitas keluarga.
2. Fungsi Edukatif
7
Jalaludin Rakhmat dan Mukhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern,
Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994,cet.Ke‐2, hal.20‐21
8
M.I. Soelaeman, Pendidikan dalam Keluarga, Bandung : CV.Alpabeta,1994 hal.113
Yang dimaksud fungsi edukatif ialah “fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khusussnya serta pembinaan pendidikan anggota
keluarga pada umumnya.”
9
Fungsi ini mengharuskan setiap orang tua mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan yang dapat
mendorong anak-anak untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.
Dalam melaksanakan fungsi edukatif ini keluarga sebagai salah satu tri pusat pendidikan, dalam hal ini orang tua memegang peranan utama dalam proses
pembelajaran anaknya terutama dikala mereka belum dewasa. Kegiatan pembelajaran orang tua antara lain melalui asuhan, pembiasaan dan contoh
teladan. 3.
Fungsi Religius Fungsi ini berkaitan dengan kewajiban keluarga untuk memperkenalkan
dan mengajak anak serta anggota keluarga lainnya dalam kehidupan beragama dengan melakukan semua kegiatan yang sesuai dengan ajaran-ajaran dan
ketentuan agama dengan menuju keridhoan-Nya. 4.
Fungsi Protektif Fungsi protektif perlindungan dalam keluarga ini berfungsi “memelihara
merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.” Fungsi ini menangkal pengaruh kehidupan pada saat sekarang dan masa
yang akan datang. 5.
Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik, dalam melaksanakan fungsi ini “keluarga membentuk kepribadian anak melalui intreraksi social, mempelajari pola-pola tingkah laku,
sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kesemuanya itu dilakukan dalam rangka perkembangan kepribadiannya.”
6. Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi “pencarian nafkah, perencanaan serta pembelajaran dan manfaatnya.” Pada dasarnya yang mengemban kesejahteraan
9
M.I. Soelaeman, Pendidikan dalam ………………………hal.685
keluarga, termasuk pencarian nafkah keluarga. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa istri tidak diperkenankan mencari nafkah, namun dalam keadaan demikian
tanggung jawab yang diemban oleh seorang suami tidaklah diserahkan istri sepenuhnya karena hal ini dilakukannya untuk masa depan anak-anak dan
keluargannya. 7.
Fungsi Rekreatif Fungsi ini tidak harus dengan kemewahan serba ada, melainkan melalui
penciptaan suasana kehidupan yang tenang dan damai. Fungsi rekreatif ini juga dapat membawa anggota keluarga dalam merealisasikan dirinya dalam suasana
yang bebas dan nyaman sebagai selingan dari kesibukan sehari-hari. Hal ini dapat juga di dapat dengan mencari hiburan di alam segar bersama keluarga.
Dengan melihat fungsi keluarga di atas, hendaknya dalam pelaksanaan fungsi haruslah seiring sejalan antara yang satu dengan fungsi yang lain, ketujuh
fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan. Sebuah keluarga tanpa fungsi biologis, maka keluarga akan punah, tidak ada generasi penerus yang akan melanjutkan
identitas keluarga. Tanpa fungsi edukatif generasi yang dilahirkan akan berantakan, tanpa fungsi religius generasi akan tersesat, tanpa fungsi protektif
tidak ada ketentraman dan kedamaian dalam keluarga, tanpa fungsi sosialisasi akan muncul generasi-generasi yang memiliki sifat individual yang tinggi, tanpa
fungsi rekreatif rumah tangga terasa membosankan dan meliputi kejenuhan dan tanpa fungsi ekonomis kesejahteraan rumah tangga akan goyah.
Sedangkan H.Ali Akbar mengemukakan tentang fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Tempat istirahat sesudah kerja fisik mencari nafkah
2. Menumbuhkan rasa cinta kasih dan melestarikannya
3. Mendidik anak kedua orang tua ialah guru pertama dan utama
dalam bidang ini 4.
Mendidik diri sendiri dalam bidang agama seperti sholat berjama’ah dan membaca Al-Qur’an
5. Mendidik anak dalam beribadah, ketabahan, ketekunan belajar,
kesabaran, akhlak, bertutur kata, berpakaian dan lain sebagainya 6.
Mendiddik anak dalam bidang kasih sayang, baik di antara mereka maupun terhadap family dan orang lain di tengah masyarakat
7. Mendidik manajemen perbelanjaan untuk tidak boros
8. Mendidik anak dalam menyelesaikan pertikaian dengan
musyawarah.
10
b. Peranan Keluarga
Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga yang masing- masing anggota keluarga memiliki peranannya sendiri-sendiri sesuai dengan
kedudukannya dalam keluarga yang bersangkutan, sehingga menambah keharmonisan kehidupan keluarga.
Dalam keluarga sosok seorang ibu sangat diperlukan sebagai pendidik dasar bagi anak-anaknya, maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang
bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga. Peran ibu dalam pendidikan anak-
anaknya adalah sebagai berikut : 1
Sumber dan pemberi kasih sayang 2
Pengasuh dan pemelihara 3
Tempat mencurahkan isi hati 4
Pengatur kehidupan dalam rumah tangga 5
Pembimbing hubungan pribadi 6
Pendidik dalam segi emosional
11
Bukan saja peran seorang ibu yang sangat dibutuhkan dalam keluarga. Tetapi peran seorang ayah juga lebih sangat dibutuhkan dalam membentuk
perkembangan keluarga. Adapun peranan ayah sebagai berikut :
10
Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih Untuk Mewujudkan Keluarga Sejahtera, Membina Keluarga
Bahagia, Jakarta: Pustaka Antara, 1996, cet.ke 54
11
M.Ngalim Poerwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
1995, cet.Ke‐8, hal.82
1 Sumber kekuasaan dalam keluarga
2 Penghubung intern keluarga dalam masyarakatdunia luar
3 Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
4 Pelindung terhadap ancaman dari luar
5 Hakim yang mengadili jika terjadi perselisihan
6 Pendidik dalam segi-segi rasional.
Begitu pentingnya peranan yang harus dimainkan orang tua dalam mendidik, sehingga banyak pakar pendidikan, seperti yang dikatakan oleh Ki
Hajar Dewantara bahwa “Alam keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang permulaan.”
12
Maksudnya adalah bahwa orang tua pendidik, penuntun dan pengajar yang pertama bagi anak-anaknya.
Peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa anak, apabila orang tua salah mendidik maka anaknya pun akan mudah terbawa
arus kepada hal-hal yang tidak baik, maka dengan adanya peranan masing-masing hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat membentuk keluarga yang
utuh dan harmonis dan dapat menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya.
c. Peranan Keluarga Bagi Pendidikan Anak
Anak merupakan titipan amanah dari Allah SWT. Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, sebagaiman sabda Rasulullah SAW :
ﺎ آ ﺎﺴ وأ اﺮﺼ وأ ادﻮﻬ اﻮ ﺄ ةﺮﻄ ا ﻰ ﺪ ﻮ ﻻإ دﻮ ﻮ ﺎ ءﺎ ﺪ ﺎﻬ نﻮﺴﺤ ه ءﺎ ﺔ ﻬ ﺔ ﻬ ا
“Setiap anak dilahirkan itu dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi yahudi, nasrani dan majusi”. HR. Muslim.
13
Hadits di atas menyatakan orang tua merupakan pemeran utama dalam mendidik anak-anaknya. Secara kodrati bayi dilahirkan dalam keadaan suci,
keluargalah yang membesarkannya menjadi baik atau buruk. Keluarga dan
12
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : logos wacana Ilmu, 1997, cet.Ke‐1, hal.115
13
Imam Muslim, Shahih Muslim, Al‐Musriyah: Al Maktabah Maktabuha, 1924, Juz 16, hal.
207
pendidikan dalam keluarga berpengaruh, bahkan dapat menghilangkan sifat-sifat khas yang diwarisinya. Yang dimaksud fitrah dalam hadits di atas ialah potensi
yang dibawa oleh anak semenjak lahir. Orang tua dalam hal ini bertanggung jawab untuk selalu mengembangkan potensi tersebut agar lebih baik. Dalam
konsep Islam, keluarga adalah penanggung jawab utama terpeliharanya potensi tersebut.
Para ahli pendidikan dan para ahli ilmu jiwa sepakat bahwa menanamkan pendidikan pada anak sejak dini dalam rumah tangga adalah masalah yang
strategis. Kita ketahui bahwasannya pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama. Disini anak didik sepanjang waktu dan meliputi
berbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan, kebersihan, sopan santun pergaulan, disiplin pribadi, tanggung jawab, kerja sama, pengenalan kehidupan
keagamaan dan lain sebagainnya. Hal ini akan mempunyai pengaruh yang sangat mendalam bagi pembentukan kepribadian anak dan watak kepribadiannya di masa
yang akan datang, karenanya, suatu rumah tangga yang di dalamnya penuh dengan liputan kasih sayang dan suasana keislaman, maka akan tumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang wajar. Sedangkan dalam suatu rumah tangga yang di dalamnya telah terputus hubungan kasih sayang dan cinta, penuh dengan suasana
muram, maka dari rumah tersebut akan tumbuh pribadi-pribadi yang tidak diinginkan. Mereka kelak akan menjadi beban bagi masyarakat dan orang-orang
yang berada dalam rumah itu sendiri. Hubungan orang tua yang efektif penuh kemesraan dan tanggung jawab
yang didasari oleh kasih sayang yang tulus, menyebabkan anak-anaknya akan mampu mengembangkan aspek-aspek kegiatan manusia yang pada umumnya
ialah kegiatan yang bersifat individual, kegiatan social dan keagamaan.
14
Suasana keluarga yang baik sekurang-kurangnya harus ditunjang oleh 3 faktor antara lain:
15
1. Keluarga dapat memberikan suasana emosional yang baik bagi anak-
anak, misalnya perasaan senang, aman, disayangi dan dilindungi.
14
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar 1995 cet. Ke ‐2, hal.90
15
Drs. Hery Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999 cet. Ke‐2, hal.212
‐217
Suasana ini dapat tercipta apabila kehidupan rumah tangga diliputi suasana yang sama.
2. Mengetahui dasar-dasar kependidikan terutama yang berkaitan
dengan kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan mental anak. Lebih lanjut, orang tua juga bertanggung
jawab pada tujuan dan isi pendidikan yang diberikan kepada anaknya. 3.
Bekerja sama dengan lembaga pendidikan dimana orang tua memberikan amanatnya dalam mendidik anaknya. Bentuk kerja sama
ini antara lain menyangkut anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah PR dari lembaga pendidikan tersebut.
Berdasarkan pandangan di atas, Pendidikan Islam dalam kerangka tauhid harus melahirkan dua kemestian strategis sekaligus, yaitu:
1. Menjaga keharmonisan untuk meraih kehidupan yang abadi dalam
hubungannya dengan Allah. 2.
Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan dalam hubungannya dengan alam lingkungan dan sesamanya.
Menurut Utami Munandar bahwa secara umum keluarga orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak, yaitu :
16
1. Perawatan fisik anak, agar anak belajar tumbuh berkembang dengan
sehat. 2.
Proses sosialisasi anak, agar anak menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
3. Kesejahteraan psikologi dan emosional anak.
Segala sesuatu yang telah dilakukan oleh orang tua kepada anak merupakan pembinaan kebiasaan yang akan tumbuh menjadi tindakan moral di
kemudian hari. Dengan kata lain, setiap pengalaman anak baik yang diterimannya melalui penglihatan, pendengaran dan perlakuan pada waktu kecil akan menjadi
16
Utami Munandar, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka Anatra, 1992, cet. Ke
‐2, hal.174
kebiasaan yang akan tumbuh di kemudian hari. Karena itulah orang tua sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak.
Dengan demikian, keluarga memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembentukan kepribadian anak yang tangguh. Oleh karena itu, di bawah ini akan
dibahas secara rinci mengenai peranan masing-masing anggota keluarga dalam menyiapkan generasi yang berkepribadian tangguh.
1. Peranan Ayah
Pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ayah adalah sebagai pemimpin dalam keluarga, pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Quran :
☺ ☺
⌧
☺ ⌧
☺ ⌧
⌧ ⌧
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian
yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”.
QS.an-Nisa4: 34
Dari riwayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa secara fitrah, baik secara fiologis maupun psikologis maka suami yang mempunyai otoritas dan
tegas untuk memimpin, membela dan melindungi keluarga.
17
Adapun peran seorang ayah dalam keluarga, Singgih dan Y. Singgih D. Gunarsa mengatakan antara lain :
a. Ayah sebagai pencari nafkah
b. Ayah sebagai suami yang dapat memberikan rasa aman
c. Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak
d. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana dan
mengasihi keluarga.
18
2. Peranan Ibu
Sebagaimana ayah, maka ibu pun mempunyai peranan yang sangat Sentral dan penting dalam keluarga. Dengan adanya peran serta dari seorang ibu,
maka akan terciptalah keluarga yang bahagia. Adapun peranan ibu yang dimaksud antara lain :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis dan praktis
b. Peranan ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan sabar,
mesra dan konsisten’ c.
Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak.
d. Ibu sebagai contoh tauladan
e. Ibu sebagai manajer yang bijaksana
f. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran
g. Peran ibu sebagai istri
17
Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih Untuk Mewujudkan Keluarga Sejahtera, Membina Keluarga
Bahagia, Jakarta: Pustaka Antara, 1996, cet.ke 30
18
Singgih D.Gunarsa dan Y D.Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983,
cet. Ke‐1, hal.54
Tugas dan tanggung jawab di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh suami istri dalam hal ini peranan ayah dan ibu dalam
keluarga. Apabila kesemuanya itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka
akan terciptalah keluarga yang harmonis dan bahagia.
BAB III KECERDASAN EMOSIONAL