Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
II.3.2.1. Faktor Tata Guna Lahan
Tata guna lahan adalah suatu cara untuk menghasilkan kegiatan yang menimbulkan perjalanan. Penggunaan – penggunaan tanah yang berlainan akan
menghasilkan karakteristik perjalanan yang berlainan pula, misalnya tanah diperuntukkan untuk kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, pusat pertokoan
dan lainnya diharapkan akan menghasilkan banyak perjalanan dari pada ruang terbuka.
Sama halnya bila kegiatan – kegiatan yang berlainan dapat menghasilkan karakteristik yang berlainan pula, misalnya satu hektar tanah kawasan pemukiman
yang dikembangkan pada kepadatan yang tinggi, kemungkinan sekali akan menghasilkan lebih banyak pergerakan orang dibandingkan dengan satu hektar
tanah yang dikembangkan untuk keperluan rumah tinggal pada kepadatan rendah. Meskipun luasan dari kawasan pemukiman penduduk adalah luas, untuk
keperluan perjalanan ini luasannya hanya menganggap sebagian besar penggunaan tanah saja, karena 80 - 90 dari semua perjalanan bermula dan
berakhir di rumah, maka tata guna tanah kawasan pemukiman adalah penting sekali. Prinsip – prinsip penggunaan tanah adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan terhadap sistem ekologi suatu tempat, yakni usaha untuk
membentuk sistem hubungan fungsional antara manusia penghuni dan alam fisiknya untuk memperoleh kelestarian alam dan perlindungan
terhadap sumber – sumber alam. b.
Penggunaan tanah secara optimal, yaitu pendaya gunaan fungsi tanah untuk memperoleh nilai efisien dan efektifitas secara luas.
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
c. Pola keserasian, yakni keseimbangan di antara ruang – ruang kegiatan kota
yang dibentuk. Demikian pula untuk daerah komersial pusat perdagangan , pusat
pendidikan dan reaksi dalam hubungannya dengan tata guna tanah dapat dianggap sebagai pembangkit minat untuk pengadaan perjalanan.
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah sakit dan bandara. Dari sistem jaringan
transportasi, kualitas pelayanan transportasi pasti juga berbeda – beda. Sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan
daerah lainnya baik dari segi kualitas frekuensi dan pelayanan maupun kuantitas kapasitas . Contohnya pelayanan angkutan umumnya lebih baik di
pusat perkotaan dan pada jalan utama transportasi dibanding dengan daerah pinggiran kota.
Apabila tata guna lahan saling berkaitan dan hubungan transportasi antar tata guna tanah tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi.
Sebaliknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan transportasinya jelek, maka aksesibilitasnya rendah. Beberapa kombinasi
diantaranya mempunyai aksesibilitas menengah. Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi.
Ruang merupakan kegiatan yang “ditempatkan” di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu
ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Antara ruang kegiatan dan transportasi yang terjadi disebut siklus penggunaan ruang transportasi.
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
Bila akses transportasi ke suatu ruang kegiatan persil jalan diperbaiki, ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih
berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan akan transportasi yang harus di tanggulangi, dan siklus akan terulang
kembali bila aksesibilitas diperbaiki. Seperti halnya penjelasan di atas, struktur kota yang tersebar memanjang
dari pusat ke pinggiran atau acak secara meluas ke segala penjuru kota menyebabkan tidak memadainya perkembangan prasarana jalan dan angkutan
umum untuk melayani masyarakat. Pembangunan pemukiman menyangkut berbagai bidang serta lintas sektor
antara lain kependudukan, teknologi, pembiayaan, pertanahan, kelembangaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan program pembangunan di
lapangan dapat saja ditemukan aspek lain, titik berat kepentingan yang berbeda sehingga kadang – kadang menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya. Dalam
kaitan itu ada beberapa permasalahan yang sering dijumpai dalam bidang pemukiman, antara lain :
1. Pemukiman penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih sangat tinggi, merupakan masalah pokok dalam pembangunan pemukiman. Masalah ini
mengakibatkan kebutuhan akan rumah selalu meningkat. Disamping masalah pertambahan penduduk, juga ditentukan pada masalah
kualitas rumah dan lingkungan yang tidak memadai dan memerlukan perbaikan. Dalam hal ini perlu pula diperhatikan masalah pendapatan
sebagian besar masyarakat yang masih berada di bawah standard
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
2 Pengembangan teknologi
Pengembangan teknologi, industri konstruksi dan bahan bangunan belum sepenuhnya menunjang pembangunan secara besar – besaran. Industri
bahan bangunan lokal belum berkembang secara baik, sehingga belum dapat menyediakan bahan bangunan lokal yang murah, tepat waktu
cepat dalam jumlah besar dengan standard mutu yang bisa dipertanggung jawabkan.
3. Pembiayaan
Mengingat kemampuan pemerintah dalam penyediaan dana untuk pembangunan pemukiman yang sangat terbatas, apalagi pada situasi
sekarang, maka perlu adanya suatu sistem pembiayaan yang menyeluruh dan terpadu untuk mendorong terhimpunnya modal dari masyarakat bagi
pembiayaan pembangunan pemukiman dan perumahan. 4.
Pengadaan tanah Di kota–kota khususnya kota besar, pengadaan tanah untuk pembangunan
pemukiman sederhana merupakan suatu masalah pelik. Tanah yang luas dan tepat lokasi serta tepat topografinya sudah langka, kalau pun ada
harganya sudah cukup tinggi sehingga sudah tidak layak lagi untuk pemukiman sederhana.
Di samping itu, prosedur pembebasan tanah dirasakan memakan waktu yang lama dan rangkaian prosesnya terlalu panjang. Adanya campur
tangan para spekulan tanah juga dirasa sangat menghambat, menambah rumitnya pelaksanaan proses pembebasan tanah.
5. Landasan tanah
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
Peraturan perundang – undangan khususnya masalah pertanahan yang sampai sekarang masih menjadi polemik di beberapa daerah. Sesuai
dengan undang–undang No.221999 tentang Pemerintah Daerah, pertanahan menjadi urusan daerah, tetapi dengan keluarnya
KEPPRES No.10 tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Bidang Pertanahan, masalah pertanahan ditangani kembali oleh
pemerintah pusat. Untuk itu, ada beberapa daerah menjadi bingung dalam menentukan kebijakan untuk masalah ini.
6. Kelembangaan
Kelembangaan di bidang pemukiman yang menyangkut pembiayaan dan pembangunan baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih
perlu ditingkatkan dan dilengkapi. Dalam hal ini peranan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat perlu lebih ditingkatkan agar
pembangunan pemukiman dapat lebih merata dan terkendali. 7.
Pusat data dan informasi Pelayanan dari pusat data dan informasi yang dapat memberi masukan
yang menyangkut bidang pemukiman antara lain jumlah rumah dan kekurangannya, keterjangkauannya, tersedianya bahan bangunan, dan
lain–lainnya masih sangat terbatas dan belum akurat. Data dan informasi ini penting, khususnya dalam usaha meningkatkan keterjangkauannya,
mempertinggi mutu fisik bangunan rumah, memanfaatkan bahan bangunan dan industri konstruksi lokal serta meningkatkan partisipasi serta swadaya
masyarakat. 8.
Penyerahan lingkungan pemukiman kepada Pemerintah Daerah
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
Lingkungan pemukiman yang sudah dibangun baik oleh developer perusahaan pengembang, beserta fasilitas dan sarana pelayanannya,
selanjutnya diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Daerah setempat. Dalam proses penyerahan ini perlu diperhatikan standard dan
fasilitas lingkungan, khususnya kualitas jalan, saluran air dan teknik serta biaya pemeliharaan dari Pemerintah Daerah setempat dalam pengelolaan
selanjutnya. 9.
Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan pemukiman Kebersihan lingkungan pemukiman merupakan suatu syarat bagi
terciptanya rumah sehat dalam lingkungan yang sehat. Kebersihan lingkungan pemukiman pada umumnya kurang mendapat perhatian,
seperti halaman rumah, taman, selokan dan sampah yang merupakan unsur penting bagi suatu tata kehidupan yang sehat. Oleh karena itu, kesadaran
dan partisipasi dari masyarakat untuk ikut memelihara lingkungan masih perlu digalakkan. Peranan Pemerintah Daerah melalui aparatnya sangat
penting dalam memberi dorongan dan bimbingan kepada masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan perumahan dan pemukiman di Indonesia
merupakan permasalahan lintas sektor dan melibatkan semua pihak baik unsur pemerintah, swasta dunia usaha dan masyarakat, untuk itu penanganannya harus
terinteregasi dan terpadu dari beberapa instansi. Apalagi dengan keluarnya Paket Kebijakan Oktober Pakto Nomor 23 tahun 1993 yang memberikan peluang
kepada pengembang untuk pengadaan lahan untuk kepentingan perumahan dan pemukiman.
Rumata Christella Hutapea : Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia , 2008.
USU Repository © 2009
II.3.2.2. Konsep Struktur Tata Guna Lahan