14
dilihat dari tingkat kemangkiran dan keinginan untuk pindah. Karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan lebih rendah kemangkirannya. Sedangkan
salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan untuk pindah kerja adalah ketidakpuasan karyawan pada tempat kerja yang sekarang. Perbedaan cara
pandang terhadap pekerjaan yang berbeda tersebut harus mendapatkan perhatian serius dari kepala sekolah. Perbedaan tersebut harus dipandang sebagai kekayaan
inspirasi yang selanjutnya dikembangkan dengan teknik manajemen yang benar.
a. Teori – teori tentang kepuasan kerja
Menurut Yukl 1998: 47, ada tiga macam teori tentang kepuasan kerja yaitu: Descripancy Theory, Equity Theory, dan Two Factor Theory.
Dalam As,ad dijelaskan Discrepancy theory pertama kali dipelopori oleh Porter 1961 mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih
antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Dengan kata lain apabila yang didapat ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang
akan menjadi lebih puas walaupun terdapat ketidakcocokan discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif.
Equity theory pertama kali dikembangkan oleh Adams 1963 yang menjelaskan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan equity atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang
lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain As’ad 2001:105 Two factor theory dikemukakan oleh Hezbergh 1959 berprinsip bahwa
kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda.
15
Artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu pekerjaan yang berlangsung secara terus menerus.
Sementara itu, Davis 1996:105 menyatakan bahwa salah satu gejala yang paling meyakinkan dari rusaknya kondisi dalam suatu organisasi adalah
rendahnya kepuasan kerja job satisfaction. Dari pernyataan tersebut tersirat pengertian bahwa baik buruknya keadaan sebuah organisasi dapat dilihat atau
diukur dari tinggi rendahnya kepuasaan kerja para pegawai dalam organisasi tersebut.
Kepuasan kerja sangat erat hubungannya dengan terpenuhi atau tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial kemanusiaan,
penghargaan dan aktualisasi diri di lingkungan organisasi atau tempat seseorang bekerja yang berarti juga terkait erat dengan budaya organisasi atau dalam lingkup
sekolah berarti budaya sekolah. Jadi kepuasan kerja akan terwujud apabila apa yang diperoleh atau dirasakan oleh seorang pegawai sesuai dengan harapan-
harapannya. Sebagai sekumpulan perasaan, kepuasan kerja merupakan hal yang dinamis, akan muncul ataupun menurun tanpa batas waktu yang bisa ditentukan
lamanya. Walaupun Maslow menyampaikan teori kebutuhan yang secara berjenjang ingin dicapai oleh seseorang akan tetapi letak kepuasan seseorang
terhadap apa yang dicapainya tidak selalu berjenjang sesuai teori tersebut, karena kepuasan kerja erat hubungannya dengan pandangan terhadap nilai yang diyakini
oleh seseorang. Disinilah ketrampilan manajerial kepala sekolah diperlukan dalam rangka memanage perbedaan pandangan menjadi suatu khasanah yang akan
membawa mereka mencapai tujuan sekolah. Tercapainya tujuan dan harapan itu
16
merupakan bagian dari kepuasan guru. Dengan demikian peran kepala sekolah sangatlah penting dalam turut mewujudkan kepuasan kerja para guru di sekolah
tersebut. Semestinya apa yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam menggerakkan para guru untuk mencapai tujuan, harus dapat memberikan
kepuasan bagi para guru.
b. Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja