commit to user
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pendidikan dikatakan sebagai suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Betapa tidak, dengan pendidikan yang
baik akan dapat mencetak sosok Presiden, Mentri, Dokter, Guru dan profesi lainya yang akan membesarkan bangsa. Mengulas mengenai pendidikan di
Indonesia, dewasa ini telah muncul Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang tidak lain merupakan sebuah
komitmen dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga dapat mencetak manusia yang mampu menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah serta sebagai upaya pemerataan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat.
Dengan adanya
undang-undang sistem
pendidikan nasional
mengisyaratkan bahwa sistem pendidikan nasional merupakan sebuah agenda besar yang harus dikawal oleh Pemerintah dan Masyarakat. Sistem
pendidikan nasional haruslah bergerak dari semula sentralistik ke desentralistik atau otonomi daerah yang merupakan tuntutan reformasi.
Desentralisasi pendidikan berkait dengan masalah yang sangat mendasar
commit to user
81
yaitu pendidikan adalah milik rakyat dan untuk rakyat.
55
Pendapat tersebut seiring dengan kewajiban Pemerintah daerah untuk menyelenggarakan
pendidikan yang telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan pendidikan sebagai
masalah wajib dari Pemerintah Daerah maka penyelenggaraan pendidikan dapat disesuaikan dengan tujuan, kondisi, sarana dan kebutuhan yang ada di
daerah masing-masing. Pendidikan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting, dalam
perkembanganya masih memiliki permasalahan. Demikianpula dengan desentralisasi pendidikan di Kota Surakarta, sebagaimana yang telah Penulis
paparkan bahwa salah satu penghambat pendidikan di Surakarta adalah faktor ekonomi. Masyarakat yang tergolong memiliki pekerjaan yang tidak
tetap, berpendapatan rendah dan miskin akan kesulitan mengakses pendidikan yang mahal. Dewasa ini berbagai macam trobosan dan model
pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat seperti Sekolah Berstandar Internasional SBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional RSBI,
sekolah dengan program akselerasi semuanya diselenggarakan dengan biaya tidak sedikit, sehingga dalam pelaksanaanya hanya peserta didik yang berasal
dari keluarga mampulah yang hanya mengakses sekolah dengan biaya yang mahal. Dengan latarbelakan tersebut, Pemerintah Kota Surakarta mengambil
langkah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang mewujudkan
55
Jurnal Managemen Pendidikan, edisi no 1 Vol. 1, 2006, hlm.34
commit to user
82
pelayanan publik dalam bidang pendidikan sebagai sarana untuk pemerataan pendidikan di Kota Surakarta.
Dalam penelitian ini Penulis akan lebih jauh membahas mengenai kebijakan dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di Kota Surakarta
dengan memaparkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber yang telah Penulis rencanakan sebelumnya seperti dari Komisi IV DPRD Kota
Surakarta yang tidak lain menangani masalah pendidikan, Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, Komisi Independen
Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Surakarta KIPPAS, Kepala SMP N 26 Surakarta, Orang tua siswa dan siswa dari Sekolah Plus sebagai pelaku.
1 Hasil wawancara dengan Wakil Ketua Komisi IV Bidang
Pendidikan DPDR Kota Surakarta
Berdasarkan hasil wawancara Peneliti dengan Teguh, selaku wakil ketua komisi IV DPRD Kota Surakarta dalam bidang
pendidikan pada tanggal 8 September 2011 di ruang kerja Komisi IV DPRD Kota Surakarta dapat diketahui data;
a Latar Belakang Sekolah Plus di Kota Surakarta
Keberadaan Sekolah Plus tidak lain berawal dari visi dan misi dari Wali Kota Surakarta yang dewasa ini tengah menginjak
pada periode kedua. Visi dan misi tersebut adalah; I.
Visi :
Meningkatkan Ksejahteraan
masyarakat dan
memajukan kota dilandasi spirit Solo sebagai Kota Budaya.
commit to user
83
Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut tertuang strategi dalam missi yaitu;
II.Misi : i.
Mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyat- an melalui pengembangan sektor riil, pemberdayaan
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi UMKMK dengan fasilitasi kredit, menuntaskan
penataan PKL, melanjutkan program revitalisasi pasar
tradisional, meningkatkan
kemampuan manajemen pedagang pasar serta mempromosikan
keberadaan pasar dan pedagang. ii.
Pengembangan budi pekerti, tata krama dan tata nilai budaya Jawa melalui ranah pendidikan, keteladanan,
penyelengaraan event-event dan program-program pendukung lainnya
iii. Memperkuat karakter kota dengan aksentuasi Jawa dan
melestarikan aset-aset budaya, baik yang tangible bendawi maupun intangible tak bendawi.
iv. Meningkatkan
pelayanan dan
perluasan akses
masyarakat di bidang pendidikan, antara lain dengan program sekolah gratis, Sekolah Plus, bantuan
pendidikan masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas tenaga
pendidik dan kependidikan.
commit to user
84
v. Meningkatkan
pelayanan dan
perluasan akses
masyarakat di bidang kesehatan, di antaranya melalui program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta
PKMS, meningkatkan
kualitas kesehatan
bersertifikasi ISO, makin memberdayakan Posyandu Balita dan Lansia, perbaikan gizi masyarakat serta
menekan angka kematian ibu dan bayi. vi.
Meningkatkan akses ke lapangan kerja dengan titik berat pada menciptakan wirausahawan-wirausahawan
baru melalui pelatihan, bantuan permodalan dan membangun jejaring pemasaran produk.
vii. Membuka lapangan kerja baru dengan menciptakan
iklim investasi yang makin kondusif Kota Ramah Investasi dan suasana kota yang aman dan damai.
viii. Meningkatkan sarana dan prasarana kota antara lain
jalan dan jembatan, transportasi, air bersih, sanitasi dan drainase, penuntasan pemugaran Rumah Tidak
Layak Huni RTLH, penertiban hunian tak berizin, pengembangan ruang terbuka hijau dan pengelolaan
persampahan. ix.
Pengembangan brand image kota dengan melakukan penataan kawasan wisata, budaya dan perdagangan
serta meningkatkan event-event bertaraf nasional dan intrenasional
commit to user
85
Secara khusus di bidang pendidikan tertuang dalam misi nomor empat yaitu “Meningkatkan pelayanan dan perluasan akses masyarakat di
bidang pendidikan, antara lain dengan program sekolah gratis, Sekolah Plus, bantuan pendidikan masyarakat, pengembangan sarana dan
prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan”. Berdasarkan visi dan misi tersebutlah pelaksanaan
Sekolah Plus dilaksanakan di Kota Surakarta. b
Penyelenggaraan Sekolah Plus Keberadaa Sekolah Plus di Kota Solo dipilih di beberapa
tempat dan disebar di lima kecamatan di kota Solo, dengan memilih di daerah-daerah yang minus, dengan pilot project di SMP N 26
Surakarta. Guna mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Pemerintah Kota Solo mengadakan beberapa program di bidang
pendidikan seperti adanya Bantuan Pendidikan Masyarakat Miskin Kota Surakarta BPMKS dan Sekolah Plus. Sekolah Plus ini memang
memiliki sasaran bagi masyarakat Kota Surakarta yang kurang mampu, walaupun demikian Sekolah Plus diselenggarakan agar terhindar dari
kesan murahan dan pandangan startus ekonomi yang kurang maka Sekolah Plus yang ada dapat mengimbangi dengan prestasi yang ada.
Berdasarkan pemaparan yang telah diberikan memang pada dasarnya Sekolah Plus tidak diatur secara khusus di Peraturan Daerah
Kota Surakarta No. 4 Tahun 2010 tentang Pendidikan, hanya berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan Wali Kota saja dapat
diketahui dari awal bahwa semakin ke depan tidak ada biaya seperti
commit to user
86
biaya infestasi, operasional, dan personal untuk membiayai Sekolah Plus tersebut. Dengan kondisi tersebut diharapkan terdapat keterlibatan
dari masyarakat yang semakin baik, walaupun dewasa ini biaya Sekolah Plus ditanggung oleh Pemerintah Daerah, kedepan diharapkan
masyarakat mampu dan sadar akan pentingnya pendidikan. Masyarakat Kota Surakarta, khususnya yang tidak mampu
sebagai sasaran Sekolah Plus memiliki hak dan kewajiban. Hak dari masyarakat adalah untuk mendapat pendidikan yang tidak lain
merupakan kewajiban Pemerintah untuk menyelenggarakan dan kewajiban dari masyarakat adalah bersama-sama dengan Pemerintah
menyelenggarakan pendidikan tersebut apabila Pemerintah belum mampu menyelenggarakan Pendidikan secara tanpa memungut biaya
yaitu dengan membayar biaya sekolah. Hal tersebut disadari bahwa pada dasarnya Pemerintah belum mampu sepenuhnya untuk
menyelenggarakan education for all. Dikatakan oleh nara sumber bahwasanya kebijakan Sekolah
Plus yang ada di Kota Surakarta sudah bagus, dan telah ada pemetaan, namun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih
kurang. Hal tersebut terlihat bahwa banyak masyarakat yang sebenarnya mampu namun mengaku tidak mampu agar mendapatkan
fasilitas yang ada. Kurangnya kesadaran masyarakat sebagaimana hal tersebut tidak lain karena adanya pendataan masyarakat miskin yang
belum valid, dan kesadaran masyarakat yang kurang.
commit to user
87
2 Hasil wawancara dengan narasumber Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan narasumber yang kedua, yaitu Kepala bagian Perencanaan dan evaluasi program Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Sutopo pada tanggal 27 Mei 2011di ruang bagian Perencanaan dan evaluasi program Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta mengatakan bahwa bahwa sejatinya di Kota Surakarta terdapat beberapa kebijakan
mengenai pendidikan di Kota Surakarta dalamrangka mewujudkan pendidikan tanpa memungut biaya sesuai dengan yang diamanahkan
undang-undang diantaranya adalah; a
BPMKS b
Bantuan sekolah swasta yang berupa hibah. Biasanya diwujudkan berupa bantuan untuk rehabilitasi gedung sekolah atau sarana
prasarana sekolah. c
Kebijakan mengenai sekolah tanpa memungut biaya, yang sering kita sebut dengan “Sekolah Plus”.
Menurut keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan Sekolah Plus dapat diketahui bahwa;
a Latar belakang
Sejatinya keberadaan Sekolah Plus dilatar belakangi oleh adanya desentralisasi pendidikan yang sebagaimana
menjadi amanah dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
commit to user
88
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan dan
memberikan kemudahan terhadap terselenggaranya pendidikan di daerahnya masing-masing, serta menjadi visi misi
Pemerintah Kota Surakarta sendiri untuk menyelenggarakan kebijakan sekolah tanpa memungut biaya yang diwujudkan
dengan program Sekolah Plus ini. Sekolah Plus sejatinya merupakan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi
peserta didik dari keluarga kurang mampu yang telah diselenggarakan di Surakarta sejak tahun 2007 silam dengan
pilot project di SMP N 26 Surakarta.
b Tujuan Sekolah Plus
Selain itu berdasarkan kacamata Hak Asasi Manusia, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai hak setiap
Warga Negara sehingga mendorong Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Pendidikan untuk menyelengarakan
kebijakan Sekolah Plus yang tidak lain memiliki tujuan sebagai berikut;
I. Memenuhi amanat undang-undang dan kebijakan tersebut
sebagai misi dari Pemerintah Kota Surakarta sendiri; II.
Sekolah Plus di Kota Surakarta memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan layanan pendidikan yang
bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga tidak mampumiskin serta penduduk Kota Surakarta;
commit to user
89
III. Serta guna memenuhi kewajiban Pemerintah Daerah untuk
menyelenggarakan pendidikan dalamrangka memenuhi hak anak dalam bidang pendidikan selama Sembilan tahun.
c Dasar hukum Sekolah Plus
Penyelenggaraan Sekolah Plus dari tahun 2007 hingga dewasa ini diselenggarakan berdasarkan Surat Keputusan Wali
Kota Surakarta Nomor : 42186-D12007 yang hingga sekarang menunjuk beberapa sekolah untuk menjadi penyelenggara
program. Berdasarkan keterangan lebih lanjut yang Penulis perolah narasumber menyatakan bahwa walaupun dewasa ini
telah muncul Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pendidikan memang payung hukum penyelenggaraan Sekolah
Plus ini adalah berdasarkan Surat Keputusan walikota, hal ini dikarenakan program Sekolah Plus sudah ada terlebih dahulu
sebelum peraturan tersbut muncul. d
Pelaksanaan Sekolah Plus Program
Sekolah Plus
di Kota
Surakarta diselenggarakan di 12 sekolah sebagai Sekolah Plus, dengan
perincian 9 SD akan menampung 390 siswa miskin, 2 SMP menampung 480 siswa dan 1 SMK akan menampung 384
siswa.daftarnya adalah sebagai berikut; I.
SD terdiri dari; i.
SDN Dukuhan Kerten, di kecamatan Laweyan
commit to user
90
ii. SDN Mojo 2, Kecamatan Pasar Kliwon
iii. SDN Mojo 3, Kecamatan Pasar Kliwon
iv. SDN Mojo 1, Kecamatan Pasar kliwon
v. SDN Mipitan , Kecamatan Jebres
vi. SDN Sabrang Lor, Kecamatan Jebres
vii. SDN Plalan 1, Kecamatan Serengan
viii. SDN Plalan 2, Kecamatan Serengan
ix. SDN Bayan, Kecamatan Banjarsari
II. SMP, terdiri dari;
i. SMP N 17
ii. SMP N 26
III. SMK
SMK N 6 Sejumlah sekolah tersebut dipilih sebagai penyelenggara
kebijakan Sekolah Plus dengan alasan lokasi Sekolah Plus memang disebar di lima Kecamatan yang ada dengan
dipilihkan yang bertempat di daerah pinggiran agar mengakomodir siswa kurang mampu di slum area.
Sekolah Plus adalah sebuah program penyelenggaraan pendidikan yang berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan
milik Pemerintah
yang lainya.
Perbedaan antara
penyelenggaraan pendidikan yang menjalankan kebijakan Sekolah Plus dengan sekolah negeri biasa adalah jika di
commit to user
91
sekolah Pemerintah biasa di Kota Surakarta untuk SPP sudah tidak dipungut biaya, yang ada hanyalah pungutuan seperti
penyelenggaraan pelajaran tambahan, buku dan pungutan lain. Namun di sekolah yang ditunjuk sebagai pelaksana program
Sekolah Plus adalah 12 sekolah di Surakarta yang merupakan sekolah umum yang didesain untuk memberikan tempat bagi
siswa-siswi dari
keluarga miskin
dan Pemerintah
membebaskan mereka dari segala macam biaya selama menempuh pendidikan, baik biaya pendaftaran, SPP, seragam,
buku, tas, sepatu, uang transportasi dan sebagainya. Mereka yang menerima bantuan pendidikan ini tidak ditempatkan
dalam kelas khusus melainkan bergabung dengan siswa-siswi yang lain.
Sementara itu, program yang diselenggarankan di Sekolah Plus adalah program pendidikan yang sama dengan
sekolah yang lain, yaitu mengacu pada undang-undang sisdiknas yang harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan. Mengenai fasilitas yang ada pun juga sama dengan sekolah pemerintah lainya. Terdapat ruang
belajar, laboraturium,
dan ekstrakurikuler
yang diselenggarakan oleh sekolah.
commit to user
92
Pada dasarnya Sekolah Plus adalah sekolah yang sama dengan
sekolah-sekolah umum
lainya, namun
yang membedakan adalah sekolah ini bebas biaya dan diberikan
fasilitas pendidikan yang tidak didapatkan oleh siswa yang bersekolah di tempat lain. Adapun fasilitas dan rincian biaya
yang menjadi rincian adalah sebagai berikut; Tabel 1. Daftar fasilitas Sekolah Plus
NO SEKOLAH
JENIS FASILITAS YANG DITERIMA
1. SD
a. PSB
b. buku pelajaran
c. SPP
d. alat tulis
e. ulangan
f. perlengkapan
g. praktikum sekolah
2. SMP
a. SPP komite sekolah
b. seragam sekolah
c. buku pelajaran
d. alat tulis
e. ekstrakurikuler
3. SMK
a. SPP komite sekolah
b. seragam sekolah
commit to user
93
c. buku modul 2 semester
d. alat tulis
e. ekstrakurikuler
Tabel 2. Rencana anggaran untuk Sekolah Plus dan bahan praktek SMK
N O
SEKOLA H
JMLH SISWA
BESAR BANTUAN Seragam
Rp Tas,
sepatu, buku
tulis, LKS Rp
Bahan praktik
Rp Jumlah
1. SD PLUS
9 1929
434.025.00 385.800.
000 -
819.825. 000
2. SMP
PLUS 2 946
236.500.00 189.200.
000 -
425.700. 000
3. SMK
PLUS 1 586
438.750.00 117.000.
000 -
555.750. 000
4. SMK
48 48.000.00
48.000.0 00
JUMLAH 3.460
1.109.275. 000
692.000. 000
48.000.00 1.849.27
5.000
commit to user
94
Penyaluran biaya dalam penyelenggaraan Sekolah Plus adalah berasal dari sumber dana Pemerintah Kota Surakarta yaitu APBD.
Dalam pendanannya keberadaan Sekolah Plus tidak mengalami kesulitan dana, karena semuanya telah di beck-up oleh Pemerintah
Kota Solo. Dengan berbagaimacam fasilitas yang ada program Sekolah Plus tersebut diharapkan dapat bermanfaat meringankan
beban orang tua siswa yang memiliki pendapatan yang tidak tetap dan tergolong miskin serta memberikan kesempatan yang seluas
luasnya kepada peserta didik yang tidak lain menjadi target program tersebut yaitu seluruh anak di Kota Surakarta yang kurang
mampu sehingga dapat mengakses pendidikan tanpa memikirkan biaya pendidikanya. Hal tersebut tidak lain sebagai upaya yang
tepat untuk memenuhi hak-hak anak di bidang pendidikan di Kota Surakarta sebagaimana yang telah tercantum dalam undang-
undang Pemerintah daerah wajib menyelenggarakan pendidikan tanpa memungut biaya di daerahnya dengan melihat kemampuan
daerahnya serta anak memiliki hak pendidikan sebagaimana yang tercantum di dalam undang-undang. Sehingga penyelenggaraan
Sekolah Plus ini sebagaimana yang dimaksud untuk melaksanakan kewajiban Pemerintah serta pemenuhan terhadap Hak anak di
bidang pendidikan. Berdasarkan data yang Penulis peroleh melalui
wawancara mendalam dengan nara sumber mengatakan bahwa
commit to user
95
pelaksanaan Sekolah Plus yang diselenggarakan sudah dikatakan berhasil, hal tersebut didasarkan pada;
a Secara kuantitatif setiap tahunya meningkat, sekarang jumlah 9
SD menampung 390 siswa miskin, 2 SMP menampung 480 siswa dan 1 SMK menampung 384 siswa;
b Secara kualitatif keberhasilanya dapat dilihat dengan mutu
kegiatan belajar mengajar tidak berkurang, karena dalam penyelenggaraanya mengacu pada stundent pendidikan
KTSP; c
Tidak ada pengaruh negatif, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif.
Dengan melihat indikator keberhasilan tersebut maka tidak ada strategi khusus dalam pelaksanaanya, karena keberadaan sekolah ini
telah diketahui oleh masyarakat luas sehingga dalam pencarian siswa tidaklah sulit, serta tidak ada kesulitan dalam pendanaannya.
Peserta didik yang menjadi sasaran program tersebut juga memiliki respon yang positif. Karena semakin tahun jumlah
pendaftar atau peminatnya juga meningkat. Dampaknya adalah peserta didik dapat mengakses pendidikan yang sebelumnya
menjadi suatu hal yang sulit bagi mereka, sehingga dengan adanya program Sekolah Plus tersebut dapat meringankan beban orang tua
siswa yang berpendapatan rendah atau yang tergolong miskin dalam pemberian pendidikan terhadap putra-putrinya.
commit to user
96
3 Hasil wawancara dengan nara sumber Kepala Sekolah Sekolah
Menengah Pertama Negri 26 Surakarta
Sekolah Menengah Pertama Negri SMP N 26 Surakarta sebagaimana yang telah penulis kemukakan sebelumnya adalah
sebagai salah satu penyelenggara program Sekolah Plus di Kota Surakarta. SMP N 26 tidak lain dipilih sebagai pilot project atau
penyelenggara pertama dari Sekolah Plus di Kota Surakarta. Hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah SMP Negri 26
Surakarta Pada tanggal 25 April 2011 di ruang kerja Kepala Sekolah SMP N 26 Surakarta dapat penulis jabarkan sebagai
berikut; a
Kondisi sekolah SMP N 26 Surakarta SMP N 26 yang terletak di Jalan Joyonegaran No.2 Kepatihan
Kulon Surakarta memiliki jumlah siswa sebanyak 696 siswa yang terdiri dari;
I. Kelas 7, dengan jumlah laki-laki 127 dan Perempuan 120;
II. Kelas 8, dengan jumlah Laki-laki 121 dan Perempuan 108;
III. Kelas 9, dengan jumlah Laki-laki 123 dan Perempuan 99.
Penyelenggaraan pendidikan di SMP N 26 juga dilaksanakan berdasarkan kurikulim tingkat satuan pendidikan seperti sekolah
lainya di Indonesia. Program yang diselenggarakan di SMP N 26 diantaranya yaitu mengadakan tambahan jam pelajaran dan
commit to user
97
kegiatan ekstrakulikuler seperti basket, tari, karawitan, seni music, PMR, pramuka dan batik.
b Program Sekolah Plus
Berdasarkan wawancara mendalam, Sutrisno selaku Kepala Sekolah mengatakan bahwa “Sekolah Plus’ adalah sekolah yang
diperuntukan bagi warga Kota Surakarta khususnya yang secara ekonomi tidak mampu miskin untuk bersekolah di SMP secara
tanpa membayar uang sekolah,walaupun tanpa memungut biaya yang menjadi cirri dari Sekolah Plus adalah sekolah memberikan
fasilitas tambahan kepada siswa yang tidak diperoleh di sekolah lainya, diantaranya ;
I. Sragam sekolah;
II. Buku Pelajaran;
III. Alat tulis
c latar belakang Sekolah Plus
Adapun latarbelakang penyelenggaraan Sekolah Plus tersebut adalah adanya keinginan dari Pemerintah Kota Surakarta untuk
membantu warga Kota Surakarta yang tidak mampu untuk dapat mengenyam pendidikan seperti warga Negara Indonesia lainnya.
Hal tersebut seiring dengan tujuan yang hendak dicapai oleh program Sekolah Plus yaitu agar warga Kota Surakarta yang tidak
mampu dapat mengenyam pendidikan minimal sembilan tahun.
commit to user
98
Penyelenggaraan Sekolah Plus di SMP N 26 Surakarta tersebut tidak lain memiliki sasaran yaitu diperuntukan bagi warga miskin di
Kota Surakarta, dengan target tujuan seperti sekolah umum lainnya yaitu prestasi dalam akademik dan berjiwa luhur serta berbudi
pekerti. Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk pendaftaran di sekolah tersbut adalah dengan menunjukan kartu keluarga Kota
Surakarta dan Surat Keterangan Tidak mampu SKTM dari Kelurahan. Dengan penyelenggaraan Sekolah Plus tersebut
walaupun tanpa memungut biaya, pihak sekolah mengatakan bahwa sekolah masih tetap menyeleksi nilai akademik calon siswa yang
ingin bersekolah di SMP N 26 Surakarta. Kepala
Sekolah SMP
N 26
mengatakan bahwa
penyelenggaraan Sekolah Plus di SMP N 26 tersebut dikatakan sudah berhasil, indikator dari keberhasilan tersebut adalah;
I. SMP N 26 tahun ajaran 20102011 telah berhasil meluluskan
97,75 siswa dan siswinya; II.
SMP N 26 telah mendapatkan berbagai kejuaraan di bidang olehraga dan bidang lainya, yang mengindikatorkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran di sekolah selama ini telah berhasil. Secara langsung pihak sekolah menyatakan bahwa tidak ada
perubahan secara signifikan dari siswa sebelum dan sesudah adanya program Sekolah Plus di SMP N 26 tersbeut, hal ini dikarenakan
SMP N 26 hanyalah sebagai pihak penyelenggara program dari
commit to user
99
Pemerintah yang membedakan hanya sekolah tidak memungut biaya dari siswa didik dan memberikan fasilitas tambahan pada siswa.
Mengenai pendanaan sekolah, di Kota Surakarta terdapat program BPMKS dan BOS. Mengenai BPMKS karena Sekolah Plus tanpa
memungut biaya maka program BPMKS tersbut dialokasikan untuk penyelengaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas yang ada di SMP
N 26. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan Sekolah Plus di SMP N 26 Surakarta selain
menggunakan dana APBD juga menggunakan dana BPMKS dan BOS yang telah menjadi program dari Pemerintah Kota Surakarta.
4 Hasil
wawancara dengan
narasumber Ketua
Komisi Independen Perlindungan Perempuan dan Anak Kota
Surakarta KIPPAS
KIIPAS merupakan
Komisi Independen
Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Surakarta, yang dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Wali Kota No.400.051712004. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pada tanggal 17 Mei 2011;
a Penyelengaraan pendidikan di Kota Surakarta
Berdasarkan wawancara Penulis dapat mengetahui bahwa pandangan KIPPAS mengenai masalah pendidikan di Surakarta
sendiri belum maksimal. Belum maksimal antara pengambil kebijakan dengan masyarakat. Masih banyak diskriminasi di sana-
sini serta
pengkotak-kotakan anak.
Contohnya saja
commit to user
100
penyelenggaraan sekolah RSBI, dengan biaya yang mahal tentu saja yang dapat mengakses pendidikan tersebut hanya dari golongan
orang kaya saja, sedangkan orang miskin dengan kemampuan yang sama pula belum tentu dapat mengakses pendidikan dengan RSBI.
Tidak hanya biaya sekolahnya saja namun fasilitas pendukung seperti buku yang harus dibeli anak, tugas yang memerlukan alat
pendidikan dengan biaya yang tidak sedikit pula menjadi kendala bagi masyarakat yang miskin, dengan fenomena tersebut
menimbulkan pengkotak-kotakan hak anak dan diskriminasi. b
Pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan di Kota Surakarta
Sementara itu, KIPPAS berpendapat bahwa mengenai kondisi atau situasi hak anak dalam bidang pendidikan sendiri
belum sepenuhnya terpenuhi. Hal ini dapat dilihat semisal dengan adanya program-progam pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Surakarta masih ada yang tidak tepat sasaran, sehingga semua program yang berjalan hanya menuruti instruksi
atasan saja. Misalnya penyelenggaraan Sekolah Plus, katanya sudah gratis tanpa pungutan, tetapi pada kenyataannya masih ada
yang memungut biaya buku semacam LKS, dan pungutan lainya. Selain itu belum ada sekolah yang ramah anak, yaitu sekolah yang
tidak membedakan anak serta mendorong partisipasi anak, dengan
commit to user
101
lingkungan yang nyaman, tidak ada punishment terhadap anak dan gurunya sendiri juga kreatif.
c Keberadaan Sekolah Plus
Terkait dengan adanya program Sekolah Plus di Kota Surakarta menurut KIIPAS masih banyak yang perlu dibenahi
lagi. Menurut kami keberadaan Sekolah Plus ini masih belum maksimal hanya seperti menuruti instruksi atasan dan sekedar
menjalani program yang sudah ada saja. Pelaksanaan program Sekolah Plus yang diselenggarakan di Kota Surakarta sendiri
seharusnya tidak hanya sekedar membangun fisik saja, namun juga harus membangun Subyek belajar, dengan model
pembelejaran yang tidak kaku. Keberadaan Sekolah Plus belum maksimal, contohnya saja dalam Sekolah Plus di tingkat sekolah
dasar SD pemberian makanan memang suatu yang positif yang seharusnya difasilitasi juga oleh Pemerintah karena pada tingkat
SD dan SMP tumbuh kembangnya masih sangat diperhatikan, namun pelaksanaanya selama ini hanya sekedar menunggu
instruksi dari atasan saja sehingga inisiasinya kurang dan support dan masukan dari penyelenggara juga sangat kurang.
Belum lagi dengan Sumber Daya Manusia yang ada masih sangat kurang. Guru sebagai aktor pendidik kurang memberikan
perhatian pada anak dan cenderung cuek, take and give yang sangat kurang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak pula,
commit to user
102
sehingga SDM yang ada harus dibenahi, tidak mentang-mentang hanya sekedar menjalankan program dari Pemerintah trus
seenaknya sendiri dengan fasilitas yang minim. Program ini seharusnya diperuntukan bagi orang yang kurang mampu, namun
pada kenyataanya masih saja terdapat orang yang mampu yang menyekolahkan anaknya di sana, maka seharusnya perlu terdapat
penyaringan yang ketat agar tepat sasaran. Perbedaan antara kondisi anak di kota surakarta sebelum dan
setelah diselenggarakanya program Sekolah Plus pada dasarnya memang membawa beberapa dampak positifnya untuk anak.
Sebelum adanya Sekolah Plus ini anak yang berasal dari keluarga pas-pasan
atau tidak mampu mungkin untuk menyekolahkan anaknya dan memiliki harapan tinggi dan cita-cita itu sangat
dilarang, karena susah untuk mewujudkan. Namun dengan adanya Sekolah Plus ini impian untuk menyekolahkan anaknya sudah
tidak menjadi sesuatu yang sulit lagi, karena pendidikan lebih ringan.
5 Hasil wawancara dengan Ketua Forum Anak Kota Surakarta
FAS
Forum Anak Kota Surakarta FAS adalah sebagai motor penggerak bagi partisipasi anak di Kota Surakarta. Pratama
sebagai ketua FAS mengenai keberadaan Sekolah Plus menyatakan bahwa Sekolah Plus pada dasarnya memang
commit to user
103
diperuntukan bagi warga miskin di kota Surakarta, dengan adanya Sekolah Plus warga miskin yang sebelumnya tidak dapat
menekolahkan anaknya, dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan. Anak yang apada adasarnya
memiliki hak pendidikan yang layak, dengan keberadaan Sekolah Plus dapat memenuhi hak anak di Kota Surakarta.
Hal tersebut ditegaskan bahwa pelaksanaan Sekolah Plus setidaknya memberikan kontribusi tersendiri bagi warga miskin di
Kota Surakarta. Hak pendidikan bagi anak yang sudah tercantum di dalam undang-undang perlindungan anak setidaknya hingga
dewasa ini menjadi dasar untuk terselenggarakanya education for all
di Surakarta. walaupun belum semua warga Surakarta bersekolah, namun keberadaan Sekolah Plus tersebut sudah dapat
dikatakan sebagai upaya pemenuhan hak pendidikan di Kota Surakarta.
6 Hasil wawancara dengan Orang Tua Siswa
a Yanti selaku Wali Siswa dan Intan putrinya yang bersekolah
di SMP N 26 Surakarta,dan duduk di kelas VII yang Peneliti wawancarai pada tanggal 5 Juli 2011, di gang biak 1
Kepatihan Surakarta. Yanti selaku Wali Siswa mengatakan bahwa Intan putrinya tergolong dalam masyarakat yang
mempunyai kartu BPMKS Platinum, sehingga tidak
commit to user
104
dikenakan biaya SPP di SMP N 26. Namun masih dipungut biaya sebesar Rp 35. 000.,- dengan rincian;
i. Rp. 25.000,- untuk biaya les mata pelajaran seperti
IPA,Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
ii. Rp. 10.000,- untuk tabungan pelaksanaan study tour
di kelas VIII Selain biaya tersebut ketika masa orientasi siswa, siswa
masih dikenakan biaya sebesar Rp. 75.000,- untuk kegiatan selama satu minggu dan ditarik biaya Rp. 150.000,- untuk
biaya gedung. Sementara itu, fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah yang awalnya dijanjikan diberikan seragam
sekolah, namun kenyataanya sampai dengan empat bulan pertama sekolah di SMP N 26 siswa belum diberikan
seragam sekolah, yang akhirnya siswa harus membeli sendiri seragam selama pihak sekolah belum memberikan
seragam. b
Sumini selaku orang tua Siswa dan Kety Sri Lestari putrinya yang duduk di kelas VIII yang bersekolah di SMP N 26
Surakarta, yang Peneliti wawancarai pada tanggal 5 Juli 2011, di gang biak 1 Kepatihan Surakarta. Sumini dan Kety
mengatakan bahwa pada awal masuk kelas VII dipungut biaya sebesar Rp. 75.000,- untuk biaya masa orientasi siswa,
commit to user
105
Rp. 150.000,- untuk biaya gedung, serta biaya Rp. 35.000,- untuk les dan tabungan. Pada saat kelas VIII siswa masih
dipungut biaya gedung sebesar Rp. 100.000,- Sedangkan mengenai fasilitas sekolah yang dijanjikan
seperti seragam sekolah, tas, sepatu dan buku diberikan pada waktu yang tidak sama, dengan rincian yaitu;
I. Buku seperti LKS yang diberikan pada saat
kelas VII, dan pinjaman buku paket dari sekolah.
II. Seragam sekolah dan tas diberikan saat kelas
VIII c
Eny selaku Orang Tua Siswa dan Tri Gumelar yang duduk di kelas IX yang bersekolah di SMP N 26 Surakarta, yang
Peneliti wawancarai pada tanggal 5 Juli 2011, di Kepatihan Surakarta. Tri dan Suryo menyatakan bahwa pungutan yang
ditarik saat suryo bersekolah di SMP N 26 adalah; I.
Kelas VII; a.
Biaya Masa Orientasi Siswa sebesar Rp. 75.000,-
b. Biaya gedung Rp. 150.000,-
c. Les dan untuk tabungan sebesar Rp.
35.000,- II.
Kelas VIII;
commit to user
106
a. Biaya pembangunan sebesar Rp.
100.000,- b.
Biaya Les dan tabungan sebesar Rp. 35.000,-
III. Kelas VIII;
a. Biaya pembangunan sebesar Rp.
50.000,- b.
Biaya Les dan tabungan sebesar Rp. 35.000,-
B. Pembahasan