HUbungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN

DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA

SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN

YOGYAKARTA

Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRAK

Penelitian ini membahas hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir, sedangkan variabel bebasnya adalah kemandirian. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi pula kematangan karir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 353 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala kemandirian yang dikembangkan oleh Yuanda dan skala kematangan karir yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala tersebut adalah 0,901 untuk skala kemandirian dan 0,930 untuk skala kematangan karir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Hasil perhitungan menggunakan Product Moment menunjukkan terdapat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta dengan korelasi 0,659 pada taraf signifikansi 0,01. Koefisien determinasi yang dihasilakn adalah sebesar 0,434 (43,4%). Hasil tersebut menunjukkan sumbangan variabel kemandirian terhadap kematangan karir adalah sebesar 43,4%.


(2)

RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND CAREER MATURITY AT STUDENTS OF SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRACT

This research discussed about the correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Dependent variable in this research is career maturity and independent variable is autonomy. The proposed hypothesis are there is the correlation between autonomy and career maturity. If the autonomy got higher than the career maturity get higher too. Subject of this research were 353 students. Subjects were chose by purposive sampling method, which is the students of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Data were collected through spread the scale of autonomy which developed by Yuanda and career maturity scale developed by researchers.The reliability scale of autonomy as much as 0,901 and reliability of the scale of career maturity as much as 0,930. Data were analysed with correlation product moment technique. The result indicates that there’s a correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of 2 Depok, Sleman, Yogyakarta vocational school with the correlation is 0,659 at 0,01 level signification. Coefficient

determination is 0,434 (43,4%). It’s indicated that the autonomy variabel contribution career

maturity is 43,4%.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN

DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA

SISWA KELAS XII SMK NEGERI 2 DEPOK

SLEMAN YOGYAKARTA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Samuel Aditya Eko Putranto 119114065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016


(4)

SKRIPSI

HUBUNGAI\ AI\ITARA KEMANDIRHN DENGAN KEMATAI\GAI{

KARIR PADA SISWA KELAS

)ilr

SMK NEGERT 2 DEPOK, SLEMAN,

3

1

MAY 20i6 Tanggal:...

Dosen Pembimbing SkriPsi'

Mw


(5)

SKRIPSI

HUBT]NGAN ANTARA KEMANDIRIAI\ DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA SISWA KELAS

XII

SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAhI,

YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Penguji

Nama

Penguji

l:

Ratri

Penguji 2:Dr. T. Pri

Penguji 3: Sylvia Carolina MYM., M.Si

fud,*&

AT

?f$

@,try

tl t .'n

ActbXSi

--{9

syrqKg{a

,


(6)

...

MOTTO

...

Diberkatilah orang yang mengandalkan

TUHAN, yang menaruh harapannya pada

TUHAN!


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang selalu ada dan

mendampingiku dalam setiap kehidupanku. Segala sesuatu dicukupkan dan ditolong oleh Nya, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Nya.

Bapak dan Ibuk yang sangat aku cintai, yang selalu kubanggakan, selalu memberikan yang terbaik buat anaknya. Mereka selalu menjadi motivasi bagi saya untuk melakukan yang terbaik dalam setiap kehidupanku.

Keluarga besar Wonogiri dan Wonosobo yang selalu mendukung dan memotivasi, terlebih ketika saya sedang masa pemulihan dari operasi tangan yang membuat saya tidak berdaya akan kehidupan.


(8)

PERNYATAAI{ KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tutis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarla, April 2016

Penulis,

)

t'/''' '/

//

,/

./

,/

,/

//

/

--F:

,z

I --'. /'

//'//''


(9)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN

DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA

SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN

YOGYAKARTA

Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRAK

Penelitian ini membahas hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir, sedangkan variabel bebasnya adalah kemandirian. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi pula kematangan karir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 353 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala kemandirian yang dikembangkan oleh Yuanda dan skala kematangan karir yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala tersebut adalah 0,901 untuk skala kemandirian dan 0,930 untuk skala kematangan karir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Hasil perhitungan menggunakan Product Moment menunjukkan terdapat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta dengan korelasi 0,659 pada taraf signifikansi 0,01. Koefisien determinasi yang dihasilakn adalah sebesar 0,434 (43,4%). Hasil tersebut menunjukkan sumbangan variabel kemandirian terhadap kematangan karir adalah sebesar 43,4%.


(10)

RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND CAREER MATURITY AT STUDENTS OF SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRACT

This research discussed about the correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Dependent variable in this research is career maturity and independent variable is autonomy. The proposed hypothesis are there is the correlation between autonomy and career maturity. If the autonomy got higher than the career maturity get higher too. Subject of this research were 353 students. Subjects were chose by purposive sampling method, which is the students of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Data were collected through spread the scale of autonomy which developed by Yuanda and career maturity scale developed by researchers.The reliability scale of autonomy as much as 0,901 and reliability of the scale of career maturity as much as 0,930. Data were analysed with correlation product moment technique. The result indicates that there’s a correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of 2 Depok, Sleman, Yogyakarta vocational school with the correlation is 0,659 at 0,01 level signification. Coefficient

determination is 0,434 (43,4%). It’s indicated that the autonomy variabel contribution career

maturity is 43,4%.


(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPE,NTINGAN AKADEMIS Yanq bertanda tasan di bawah ini. saya mahasiswa ljniversitas Sanata Dharma

Nama : Samuel Aditva Eko Putranto

Nomor

Mahasiswa :

1191 14065

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN AN'TARA KEMANDIRIAN DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS

XII

SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA

berserta perangkat

yang diperlukan (bila

ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

tjin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

(Samuel Aditya Eko Putranto)


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kebaikan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi 3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih karena ibu telah memberikan waktu serta kesempatan yang luar biasa selama satu semester ini untuk bimbingan bersama ibu. Terima kasih untuk selalu memberikan motivasi agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak C.Wijoyo Adinugroho, S. Psi, dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna selama perkuliahan.

6. Bapak dan Ibuk, orang tua yang penulis cintai. Terimakasih karena telah merawat dan memberikan kasih sayang tanpa batas kepada penulis. Terima kasih akan motivasi yang diberikan dari seberang pulau di sana. Bapak dan Ibuk merupakan motivasi terbesar penulis untuk selalu berusaha mengukir


(13)

senyum bangga pada wajah Bapak dan Ibuk melalui setiap tanggung jawab yang dipercayakan pada penulis.

7. Mas Agung, Mas Dwi, Mami Rossa, Budhe Erika, Bu Ismundari serta teman-teman Tim Konseling Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar mengenal diri sendiri, penerimaan dan motivasi yang luar biasa. Kalian merupakan keluarga ku yang mengenalkan penulis akan Tuhan Yesus lebih dalam melalui pengalaman teman-teman.

8. Mas Ayodya, selaku direktur Biro Psikologi Coconut Manajemen Team yang telah memberikan kesempatan luar biasa selama dua tahun kepada penulis untuk bekerja part-time dan dapat mempraktekan ilmu psikologi yang sudah didapat di kampus dengan berbagai kegiatan.

9. Teman-teman Divisi Peer-Counselor yang berjuang bersama sewaktu Diklat Kebangsaan dan di masing-masing sekolah, berjuang agar adek-adek kita ag layak dan berhak untuk meraih masa depan mereka dengan baik. Selain itu, teman-teman Divisi Biro yang berjuang bersama selama setahun melayani klien dan menjalankan proyek-proyek bersama. Namun sayang, aku jarang mengambil proyek karena aku harus prioritas dengan kuliah yang dulu sempat terlambat. Untuk teman-teman Divisi Biro 2016, kalian harus tetap semangat!!

10.SMK Negeri 2 Depok, Sleman yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk meneliti disekolah. Dan juga Pak Bangun yang menjadi


(14)

patner penelitian. Besar harapan agar penelitian ini dilanjutkan dengan berbagai program-program bimbingan konseling.

11.Keluarga besar Siswosaputro dan Basirun yang selalu memotivasi penulis dan selalu hadir dalam setiap waktu. Tuhan memberikan kasih yang melimpah kepada kalian dan kalian memberikan aku kasih yang sangat besar juga. Tuhan Yesus selalu menyertai kalian. Immanuel!

12.Keluarga FCBI Jogja, dan Fans Bayern Munchen Indonesia. Terimakasih selama bertahun-tahun mendampingi dan memberikan semangat yang membara,, terlebih ketika sedang berkumpul dan menikmati kemenangan.

Danke Bayern Munchen! Mia San Mia!

13.Teman-teman seperjuangan bimbingan Bunda Ratri yang saling memberikan semangat dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi. Semua akan selesai pada waktuNya. Keep Fight!

14.Teman-teman seperjuangan Adi, Alek, Togi, Maya dan lainnya. Dari SMA hingga sekarang kita harus tetap berjuang, hajar lei apapun yang didepan. 15.Teman-teman kost, Kunto, Gama, Joko, Gama, Pras, Bayu, dan lainnya.

Kalian harus tetap seterong... Yang terpenting adalah jangan lupa bayar LISTRIK!!

16.Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi 2011, dan 2012 (Leo, Rossa, Shela, Vita, Richard, dll) Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat penulis sebutkan satu. Selamat berjuang!


(15)

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, baik secara langsung maupun tidak, sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Kiranya Tuhan selalu memberkati kita semua.

Yogyakarta, April 2016

Penulis,


(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...iii

MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT....viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI ...xiv

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR SKEMA ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...1

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...11

A. Kematangan Karir ...11


(17)

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir ...12

3. Tahap Perkembangan Karir ...15

4. Aspek Kematangan Karir ...16

B. Kemandirian ...19

1. Pengertian Kemandirian ...19

2. Aspek Kemandirian ...20

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian ...22

C. Remaja...23

1. Pengertian Remaja ...23

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja ...24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja trhadap pendidikan.25 4. Kemandirian Remaja ...26

5. Kematangan karir pada Remaja ...26

D. Hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada remaja...28

E. Hipotesa ...33

BAB III. METODELOGI PENELITIAN...34

A. Jenis Penelitian ...34

B. Variabel Penelitian ...34

C. Definisi Operasional ...34

D. Subjek Penelitian ...37

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...37

F. Validitas, Seleksi Aitem dan Reabilitas ...42


(18)

H. Analisis Data ...47

BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...49

A. Pelaksanaan Penelitian ...49

B. Deskripsi Data Penelitian ...50

C. Analisis Data Penelitian ...53

1. Uji Normalitas ...54

2. Uji Linearitas ...54

3. Uji Hipotesis ...55

D. Pembahasan ...57

BAB V. PENUTUP ...63

A. Kesimpulan ...63

B. Keterbatasan Penelitian...63

C. Saran ...64

1. Bagi Siswa ...64

2. Bagi Sekolah ...64

3. Bagi Guru Bimbingan Konseling ...64

DAFTAR PUSTAKA...65


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blue Print Skala Kemandirian ...38

Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karir sebelum uji coba ...39

Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ...41

Tabel 4. Blue Print Skala Kematangan Karir sebelum uji coba ...44

Tabel 5. Blue Print Skala Kematangan Karir setelah uji coba ...44

Tabel 6. Penyebaran subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...50

Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Penelitian ...51

Tabel 8. Norma Kategorisasi Skor ...52

Tabel 9. Kategorisasi Skor Kemandirian ...52

Tabel 10. Kategorisasi Skor Kematangan Karir ...53

Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov ...54

Tabel 12. Hasil Pengujian Liniearitas ...55


(20)

DAFTAR SKEMA

Halaman


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian Kemandirian

Lampiran 2. Skala Try-Out Kematangan Karir

Lampiran 3. Skala Penelitian Kematanagan Karir

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 5. Analisis Uji Asumsi

Lampiran 6. Analisis Deskripsi Data Penelitian


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan zaman sudah memasuki perdagangan bebas yang memberi pengaruh cukup besar bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Indonesia sendiri telah menyepakati perdagangan bebas di kawasan ASEAN, yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kehadiran MEA membuat Indonesia harus menghadapi persaingan dalam berbagai bidang. Persaingan tersebut berupa persaingan atas produk, jasa dan lapangan pekerjaan. Keunggulan produk, jasa dan lapangan pekerjaan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan agar dapat membangun perekonomian negara. Kualitas sumber daya manusia yang unggul sangat dibutuhkan untuk memperoleh kualitas produk, jasa dan lapangan pekerjaan yang unggul (www.crmsindonesia.org, 12 Oktober 2015).

Indonesia yang sedang membangun perekonomian tidak sanggup menyediakan lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Lulusan perguruan tinggi belum tentu mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya (Hatmadji, 2004).

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2015, pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMK. Pada Februari 2014, pengangguran yang terbuka paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMA sebesar 9,10%, diikuti lulusan SMP sebesar 7,44%, dan kemudian SMK sebesar 7, 21%. Pada bulan Agustus 2014, pengangguran


(23)

terbuka paling banyak masih berasal dari lulusan SMK, yaitu sebesar 11,24% diikuti lulusan SMA sebesar 9,55%. Pada Februari 2015 juga didapatkan bahwa pengangguran terbuka paling banyak, yaitu sebesar 9,05% masih berasal dari lulusan SMK, diikuti lulusan SMA sebesar 8,17%. Keseluruhan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2015 sebesar 5,81% dan dari lulusan perguruan tinggi sebesar 5,34% (http://www.bps.go.id, 21 September 2015). Meskipun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak justru dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, menuntut ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bukan lagi menjadi jaminan bahwa seseorang akan mudah memperoleh pekerjaan (Nurul, 2008).

Pekerjaan atau karir merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan individu. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Atwater (1983) yang menyatakan bahwa setiap individu ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sukardi (1987) mengungkapkan bahwa setiap individu memerlukan lapangan kerja untuk bekerja dan berhasil dengan pekerjaan yang dijabatnya. Winkel (2006) menambahkan bahwa individu dapat merasa frustrasi dan tegang apabila mereka tidak merasa puas dalam pekerjaannya. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa karir tidak hanya berkaitan dengan fisik, tetapi juga aspek psiokologis individu, sehingga individu perlu merencanakan dan mempersiapkan karir yang matang sejak dini untuk


(24)

mendapatkan karir yang sesuai dengan bakat, minat, nilai dan kemampuan yang dimiliki.

Masa remaja merupakan masa yang tepat untuk mempersiapkan karir, karena remaja mulai memikirkan masa depan secara bersungguh-sungguh (Hurlock, 2002). Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa pada masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang, antara lain minat pada karir. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Santrock (2003) yang mengungkapkan bahwa minat terhadap karir mulai terlihat lebih nyata pada remaja yang berusia antara 15-18 tahun. Havighurst (dalam Yusuf, 2011) menambahkan bahwa memilih dan mempersiapkan karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting bagi remaja, sehingga tugas perkembangan ini perlu diselesaikan dengan baik, karena dapat mempengaruhi masa depan individu dan sebagai persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Apabila remaja berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya, maka remaja akan merasa bahagia, dan apabila remaja gagal menyelesaikan tugas perkembangannya, maka hal ini akan membuat remaja merasa tidak bahagia serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai peer – counselor di salah satu SMK, peneliti mendapati bahwa anak SMK ternyata tidak bermasalah dengan kenakalan remaja melainkan mengalami kebingungan dengan masa depan setelah mereka tamat dari sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di SMKN 2 Depok, Sleman diketahui bahwa masih


(25)

banyak diantara mereka yang masih bingung dan belum mampu mengambil keputusan yang tepat dalam memilih jurusan studi selanjutnya atau berkeingan bekerja. Banyak diantara mereka yang mengikuti teman – teman atau memilih jurusan yang sama sewaktu SMK dan sebagian juga ada yang memilih jurusan yang berbeda sewaktu SMK.

“aku memilih kuliah mas, karena peluang bekerja untuk anak SMK kayak aku masih kecil apalagi dibidang atau jurusan SMK ini. Aku di jurusan Perminyakan. Kalaupun kuliah, aku mau jurusan yang berbeda. Aku mau kuliah di Psikologi, karena peluang kerjanya lebih banyak.” (siswa E, wawancara personal, 2 Oktober 2015)

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 62 siswa SMKN 2 Depok, Sleman pada bulan Oktober 2015 menunjukkan bahwa terdapat 44 siswa atau sebanyak 71% siswa SMKN 2 Depok, Sleman belum mempunyai perencanaan karir dan belum mampu mengambil keputusan karir untuk masa depannya setelah lulus SMK. Dari hasil angket tersebut juga didapatkan bahwa mereka kurang mendapatkan informasi mengenai pilihan jurusan dan karir dari sekolah. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada salah seorang guru Bimbingan dan Konseling :

“ di sekolah ini guru BK khususnya kelas 3 tidak mendapatkan waktu khusus mas. Jadi guru BK harus meminta waktu kepada guru bidang studi untuk menyampaikan beberapa informasi. Jadi siswa kurang mendapatkan informasi tentang karir mereka.” (Pak B, wawancara personal, 14 September 2015)


(26)

Selain guru Bimbingan dan Konseling, peneliti juga mewawancarai salah seorang guru bidang studi :

“ kalau untuk kelas 3 memang guru BK jarang masuk kelas mas. Karena bidang Kurikulum memfokuskan untuk pelajaran. Seharusnya tidak begitu, karena kasihan anak – anak tidak mendapatkan informasi. Saya juga prihatin mas, karena selama 2 tahun ini banyak anak – anak yang sudah lulus tidak mengetahui mau kemana mereka setelah lulus.” (Pak H, wawancara personal, 11 September 2015)

Berdasarkan inforamasi yang didapatkan peneliti, bahwa 25% dari seluruh kelas XII di SMK tersebut belum memiliki kematangan karir yang baik. Fakta yang terdapat di lapangan menunjukkan bahwa sebagian remaja tidak mampu memilih dan mempersiapkan karir untuk masa depannya. Manrihu (1988) mengungkapkan bahwa remaja mengalami kesulitan untuk merencanakan dan memilih karir disebabkan oleh semakin meningkatnya kompleksitas dunia kerja. Keadaan tersebut membuat remaja menunda untuk memutuskan karir yang akan ditekuninya di masa depan.

Untuk memilih dan mempersiapkan karir ada tahapan yang harus dilalui seorang remaja. Tahapan tersebut dimulai dengan mengumpulkan informasi yang relevan tentang dirinya sendiri dan juga tentang dunia kerja. Lalu remaja akan membuat gambaran mengenai bakat, hobi, nilai-nilai serta gaya hidup yang mereka pilih yang sesuai dengan alternatif pekerjaan yang ada. Berdasarkan hal tersebut remaja mulai membuat tujuan atau karir yang realistik berdasarkan informasi yang ada untuk mencapai tujuan atau karir.


(27)

Kematangan karir penting dimiliki oleh remaja, karena remaja harus memilih dan mempersiapkan karir dengan matang. Komandyahrini dan Hawadi (2008) menyatakan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh kematangan karir. Kematangan karir yang dimiliki remaja akan membuat remaja dapat menentukan bidang pekerjaan yang diinginkan. Kematangan karir juga dapat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan keberhasilan individu dalam mengerjakan suatu pekerjaan (Syahrul dan Jamaluddin, 2007).

Pada masa sekolah menengah, pemilihan karir merupakan salah satu hal yang cukup membingungkan untuk siswa. Winkel (2006) menyatakan bahwa penggabungan antara faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan karir dengan perubahan – perubahan dalam pemilihan karir menyebabkan perkembangan karir merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas – tugas perkembangan karir disebut kematangan karir. Seperti yang dinyatakan oleh Super (dalam Winkel, 2006) bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas – tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Yost & Corbishly (1987, dalam Safitri & Puji Lestrari, 2009) yang menyatakan bahwa kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Menurut Super (dalam Brown, 2002) remaja berada pada tahap eksplorasi. Pada tahap eksplorasi ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan mengenal


(28)

dirinya sendiri dan karir yang sesuai dengan dirinya (Brown, 2002). Santrock (2003) menambahkan bahwa eksplorasi terhadap jalur karir merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan karir remaja. Remaja cenderung membuat pilihan – pilihan karir dan mengetahui lebih banyak mengenai karir dengan menggunakan kesempatan dan sumber daya dari lingkungan mereka (Savickas, 2001).

Siswa yang sedang berproses untuk mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang memungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan karir. Hasan (2006) menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration dan gender merupakan sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan ini sesuai dengan teori Holland (1985, dalam Coertse & Schepers, 2004) yang menjelaskan bahwa faktor individu (personal), dan lingkungan dimungkinkan berpengaruh terhadap kematangan karir.

Kematangan karir juga dipengaruhi oleh kemandirian siswa. Menurut Mappiare (1982) kemandirian adalah kemampuan dalam mempersiapkan diri ke arah pekerjaan, berusaha untuk tidak selalu bergantung pada orangtua dan orang lain serta mampu memilih. Remaja yang bergantung pada orang lain menyebabkan remaja tidak percaya diri, mudah terpengaruh orang lain dan selalu ragu – ragu dalam mengambil keputusan. Sesuai dengan yang dikemukakan Steinberg (2002) bahwa kemampuan individu untuk bertindak dan memutuskan sesuatu sendiri disebut kemandirian. Kemandirian pada remaja dapat ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai dengan keinginannya,


(29)

mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya sendiri. Remaja yang memiliki kemandirian dapat membuat suatu keputusan dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Remaja yang berada pada tahap eksplorasi seharusnya sudah dapat membuat suatu keputusan sesuai dengan minat dan kemampuan (Savickas, 2001). Dengan demikian, kemandirian merupakan suatu hal yang penting dalam membuat suatu keputusan mengenai karir di masa depan. Remaja yang mandiri dapat membuat suatu keputusan tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain (Steinberg, 2002). Remaja yang mandiri dapat membuat sebuah keputusan akan menunjukkan kematangan karir remaja tersebut.

Sekolah merupakan wadah yang digunakan siswa berkenalan dengan dunia kerja, sehingga sekolah digunakan sebagai penghubung yang menjembatani remaja ke dunia pekerjaan. Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kompetensinya. Pernyataan di atas mengandung makna bahwa SMK dituntut harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan keahliannya sehingga setelah lulus diharapkan mereka dapat memasuki dunia kerja sesuai dengan kompetensinya baik bekerja pada perusahaan orang lain maupun membuka usaha sendiri.


(30)

Dengan demikian keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK diukur dari seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat terserap ke dunia kerja sehingga pada akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Proses pembelajaran SMK menitikberatkan pada penerapan teori dan keterampilan bersifat praktis sedangkan pembelajaran di SMA lebih dititikberatkan pada fungsional yang berisi aspek teori. Keterampilan tersebut mengarah pada bekal kecakapan atau ketrampilan khusus, mengutamakan kemampuan yang mempersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja. Sardiman (2007) mengemukakan bahwa tujuan instisional pendidikan di SMK adalah mendidik siswa dengan pendidikan kejuruan yang dipilih. Manrihu (1988) menambahkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan jembatan antara manusia dengan pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa data dan fakta yang didapat oleh peneliti pada siswa SMK. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mengarah pada profesi, artinya setelah tamat, siswa diharapkan mampu menerapkan ilmunya didunia kerja, tanpa membatasi kelebihannya yang juga bisa melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi (www.suarapembaharuan.com). Peneliti memilih SMK Negeri 2 Depok sebagai tempat penelitian. Peneliti memilih sekolah tersebut merupakan perintis Sekolah Tinggi Pembangunan dengan jurusan yang terbaik seperti geologi pertambangan. Sekolah tersebut juga memiliki standar kualitas yang baik sehingga calon siswa harus melalui beberapa tes psikotes, wawancara dan kualifikasi NEM yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian.


(31)

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin meneliti mengenai hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa SMK Negeri 2 Depok, Sleman.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan atau pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai kemandirian dan kematangan karir pada remaja.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah mengenai tingkat kemandirian dan kematangan karir yang dimiliki siswa- siswa sekolah tersebut, sehingga dapat berguna dalam pembinaan siswa – siswa.


(32)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kematangan Karir

1. Pengertian Kematangan Karir

Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan perkembangan karirnya. Super (dalam Winkel, 2006) berpendapat bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.

Yost dan Corbishly (dalam Seligman, 1994) mendefinisi kematangan karir sebagai kemampuan untuk melakukan keberhasilan negosisasi terhadap tugas – tugas dan transisi dari perkembangan karirnya, serta kesiapan untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan usia (age-approriate) dan tahapan (stage – approriate). Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan pencarian yang telah dilakukan.

Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra (2001) mendefinisikan kematangan karir sebagai kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat, sejauh mana pilihan-pilihan tersebut realistis dan konsisten dari waktu ke waktu serta kesadaran yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir


(33)

tersebut. Savickas (dalam Patton, 2001) menyatakan bahwa kematangan karir adalah kesiapan individu untuk mengumpulkan informasi, membuat keputusan karir yang disesuaikan dengan usia dan menyesuaikannya dengan tugas-tugas perkembangan karir.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan remaja untuk merencanakan, mempersiapkan, dan mengambil keputusan karir berdasarkan pemahaman terhadap kemampuan diri dan informasi karir.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir

Kematangan karir dipengaruhi oleh berbagai faktor dari individu maupun dari luar individu. Menurut Winkel dan Hastuti (2006), perkembangan karir dipengaruhi oleh:

a.Faktor internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kematangan karir, antara lain: i. Nilai-nilai kehidupan,yaitu nilai-nilai ideal yang dikejar oleh seseorang

di mana-mana dan kapanpun juga. Nilai- nilai ini menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang.

ii. Taraf inteligensi, yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi, yang didalamnya terdapat unsur kognitif. Pengambilan suatu keputusan mengenai pilihan karir, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya taraf inteligensi seseorang.


(34)

iii. Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang ketrampilan, atau bidang kesenian. Sekali terbentuk, suatu bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu dan mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu jabatan.

iv. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan minatnya tersebut.

v. Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis, dan ceroboh. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, apakah sifat-sifat tersebut akan mendukung atau menghambat seseorang dalam pekerjaannya.

vi. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki oleh remaja dapat akurat dan sesuai dengan kenyataan atau tidak akurat dan bercirikan idealisasi.

vii. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti badan tampan dan tidak tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran baik atau kurang baik, memiliki kekuatan otot tinggi atau


(35)

rendah, dan jenis kelamin. Untuk pekerjaan tertentu berlaku berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karir antara lain: i. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial budaya di masa remaja dibesarkan.

Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, perasaan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya jabatan tertentu untuk pria dan wanita.

ii. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah dan rendah, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup, bagi anggota dari kelompok lain.

iii. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, suku bangsa.

iv. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan inti, yaitu berkaitan dengan pandangan seluruh anggota keluarga terhadap pendidikan dan pekerjaan.


(36)

v. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang akan dikomunikasikan kepada anak didik oleh guru maupun staf petugas bimbingan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam suatu pekerjaan, tinggi rendahnya status sosial jabatan dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.

vi. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

3. Tahap Perkembangan Karir

Sumbangan penting dari Super (dalam Brown, 2002) adalah pandangan tentang tahap – tahap perkembangan karir yang berlangsung secara kesinambungan selama rentang kehidupan individu. Pada setiap perkembangan karir terdapat tugas-tugas perkembangan karir atau perilaku karir yang seharusnya dilakukan dan diharapkan dari individu.

a.Tahap Eksplorasi (Exploration)

Tahap ini berlangsung pada usia 14-24 tahun. Pada tahap ini remaja mempelajari mengenai dirinya sendiri dan karirnya di masa depan. Remaja melakukan eksplorasi atas berbagai informasi mengenai dirinya sendiri dan pilihan-pilihan karir yang sesuai. Pada tahap ini terjadi penyempitan , tetapi belum merupakan pilihan karir final. Tahap ini memiliki tugas-tugas perkembangan, yaitu:


(37)

Remaja mengeksplorasi dirinya untuk mengetahui mengenai pilihan-pilihan karir yang sesuai untuk dirinya. Remaja mengembangkan ide atau gagasan yang berkaitan dengan peluang karir yang ada, minat, nilai-nilai hidup, dan perencanaan karir yang ingin direalisasikannya. Remaja dapat membuat sebuah keputusan dari pilihan-pilihan karir yang ada dengan mempertimbangkan ketertarikan, nilai dan kemampuan yang ada pada dirinya.

4. Aspek-aspek Kematangan Karir

Super (1974, dalam Alvarez, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir pada remaja terdiri atas empat aspek, yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan karir, serta mempersiapkan diri untuk memasuki karir tertentu. Perencanaan berfokus pada proses untuk merencanakan masa depan.

b. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan proses yang menunjukkan individu mengadakan penyelidikan atau menggali segala informasi mengenai dunia kerja yang diperlukannya dari berbagai sumber yang ada, antara lain orangtua, teman, guru, konselor, buku, dan film. Eksplorasi berfokus pada tindakan untuk menggunakan sumber-sumber yang ada.


(38)

c. Informasi

Informasi menilai pengetahuan tentang pendidikan dan informasi pekerjaan atau karir. Individu membutuhkan informasi tentang lingkungan, pilihan pendidikan akademik yang berbeda, pilihan profesi atau karir, dan pilihan jabatan. Hal ini tidak hanya pada masalah pemberian informasi, tetapi lebih kepada pengetahuan remaja tentang bagaimana hal tersebut, kapan, dan di mana remaja dapat menemukan serta menggunakan informasi tersebut.

d. Pengambilan keputusan

Individu mengetahui segala sesuatu yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karir, kemudian membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Individu seharusnya mempersiapkan periode formatif untuk mencari keputusan yang efektif. Hal ini dibutuhkan individu untuk menggunakan pemikiran atau refleksi diri dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar.

Crites (1971, dalam Coertse & Schepers, 2004) mengungkapkan bahwa kematangan karir pada remaja terdiri atas dua aspek, yaitu:

a. Sikap

Aspek sikap merupakan kemampuan individu dalam pembuatan keputusan karir yang akan mempengaruhi seberapa realistis pilihan


(39)

karir yang dibuat oleh remaja dan keterlibatannya dalam proses pemilihan karir.

b. Kemampuan

Aspek kemampuan menunjukkan adanya kemampuan individu untuk memahami informasi tentang pekerjaan, mengetahui dan menyadari kemampuan diri sendiri, serta pandangan terhadap masa depan.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, maka peneliti mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crities (1971). Peneliti menilai aspek kematangan karir tersebut mengungkap rangkaian kemampuan individu mengenai perilaku karir yang seharusnya dapat dilakukan atau diharapkan dalam mencapai pilihan karir yang di minati.

Aspek kematangan karir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Aspek perencanaan karir (career planfulness) adalah sikap

individu akan percanaan karir yang berfokus masa depan, dibuat secara sadar dan matang.

b. Eksplorasi karir (career exploration) adalah adanya sikap individu mencari informasi tentang dunia kerja dari berbagai sumber.

c. Informasi (information) adalah adanya sikap individu mencari informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan, pekerjaan atau karir serta dapat menggunakan informasi tersebut.


(40)

d. Pengambilan keputusan (decision making) adalah kemampuan individu dalam mengambil keputusan tentang karir yang sesuai dengan kemampuannya.

e. Kemampuan adalah kemampuan individu untuk memahami

informasi mengenai pekerjaan, kemampuan diri sendiri dan pandangan terhadap masa depan.

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Setiap manusia dituntut untuk menjadi individu yang mandiri. Steinberg (2002) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan individu untuk berperilaku sesuai dengan caranya sendiri. Perubahan kognitif dan sosial dapat mempengaruhi kemandirian pada masa remaja. Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat.

Masrun (Erina, 2013) kemandirian adalah suatu sikap yang

memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh


(41)

kepuasan dari usahanya. Menurut Widiana (Erina, 2013) kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dimana tidak bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Awal kemandirian individu dimulai pada masa remaja. Pada masa ini, ketergantungan seorang individu terhadap orang tuanya yang merupakan simbol dari masa kanak – kanak mulai terlepas (Erina, 2013).

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertindak dengan caranya sendiri, dapat membuat keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan mampu bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat.

2. Aspek – aspek Kemandirian

Steinberg (2002) mengemukakan aspek-aspek kemandirian sebagai berikut: a. Kemandirian Emosional

Aspek ini berhubungan dengan perubahan hubungan kedekatan individu, khususnya pada orang tua. Hubungan antara orang tua dan anaknya berubah sepanjang kehidupan. Pada masa remaja, individu tidak terlalu tergantung secara emosional pada orangtuanya dibandingkan ketika mereka masih kanak-kanak. Hal ini dikarenakan mereka tidak selalu datang kepada orang tuanya ketika sedang memiliki masalah, tidak selalu menganggap orang tua mereka mengetahui segalanya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka. Perubahan-perubahan hubungan antara orangtua


(42)

dan anak inilah yang menggambarkan perkembangan kemandirian emosional.

b. Kemandirian Perilaku

Pada aspek ini terdapat kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut. Remaja yang mandiri secara perilaku dapat meminta pendapat orang lain ketika hal itu sesuai namun tetap membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Selama masa remaja kemampuan untuk membuat keputusan meningkat. Perkembangan kemandirian perilaku ini mengakibatkan remaja mampu untuk melihat ke depan, hasil yang akan di dapat dari pilihan-pilihan yang tersedia serta mengetahui resikonya; remaja juga dapat menyadari bahwa ketertarikan pada suatu hal dapat dipengaruhi nasehat dari orang lain serta menyadari nilai-nilai untuk menjadi mandiri.

c. Kemandirian Nilai

Pada aspek ini remaja dapat mengetahui mengenai hal yang benar atau salah, mengenai hal yang penting atau tidak. Remaja juga memiliki prinsip dalam melakukan berbagai hal. Perubahan konsep moral, politik, ideologi, dan agama pada masa remaja merupakan bentuk perkembangan dari kemandirian nilai. Perkembangan kemandirian nilai didukung dengan perkembangan emosional dan perilaku.


(43)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Ali dan Asrori (2004) menyatakan ada sejumlah faktor yang sering dihubungkan dengan kemandirian, yaitu sebagai berikut:

a. Gen atau Keturunan Orang Tua

Orang tua yang memiliki sifat mandiri yang tinggi akan menurunkan sifat kemandirian tersebut kepada anaknya. Namun hal ini masih menjadi perdebatan, karena sesungguhnya bukan sifat mandiri yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya melainkan sifat mandiri tersebut muncul karena cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.

b. Pola Asuh Orang Tua

Cara orang tua mengasuh anaknya akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang anaknya tanpa disertai dengan penjelasan akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Suasana yang aman dan interaksi keluarga yang baik akan mendorong perkembangan anak.Ketika orang tua sering membandingkan anaknya yang satu dengan yang lainnya akan berpengaruh kurang baik terhadap kemandirian anak.

c. Sistem Pendidikan di Sekolah

Perkembangan kemandirian remaja akan terhambat jika proses pendidikan di sekolah tidak mengembangkan proses demokrasi, artinya sekolah cenderung tidak memberikan kesempatan kepada remaja untuk berargumentasi. Proses pendidikan yang lebih


(44)

menekankan pemberian hukuman juga akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. Proses pendidikan yang memberikan penghargaan dan suasana kompetisi yang aktif akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemandirian anak.

d. Sistem Kehidupan di Masyarakat

Lingkungan masyarakat yang aman, tidak menekankan pentingnya hirarki sosial, dan menghargai potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan akan lebih mendorong perkembangan kemandirian remaja. Namun sistem kehidupan masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki sosial, lingkungan masyarakat yang tidak aman dan tidak menghargai potensi remaja dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja.

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang berusia di antara 15-18 tahun berada pada masa remaja. Remaja adalah masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan yang berhubungan dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.


(45)

Monks (1998) menyatakan bahwa remaja berada diantara anak – anak dan dewasa, belum mampu menguasai fungsi – fungsi fisik dan psikis. Remaja pada umumnya masih duduk dibangku sekolah menengah atau perguruan tinggi. Hurlock (2002) menyatakan bahwa istilah “adolescene” mencakup kematangan mental, fisik, emosional dan sosial.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya masih duduk di bangku sekolah menengah atau perguruan tinggi yang mencakup perubahan fisik, kognitif dan psikososial.

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Pada masa ini, remaja di tuntut untuk mencari identitas dirinya dengan melakukan tugas-tugas perkembangannya. Tugas tersebut akan mengembangkan fisik, sosial, kognitif, seksual dan lainnya sehingga remaja siap untuk memasuki masa dewasa. Dengan demikian, tugas perkembangan sangat penting bagi remaja. Menurut Havighurst (dalam Desmita, 2012) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara


(46)

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap postif terhadap pernikahan, hidup

berkeluarga dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiusitas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi sikap remaja dalam proses pembelajaran diantaranya adalah teman sebaya, orang tua, guru-guru dan sekolah. Hal tersebut mempengaruhi remaja dalam memandang baik atau buruk proses pembelajaran yang sedang dijalani sehingga remaja harus dapat bersikap dengan tepat. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan (Monks, 1998) :

a. Sikap terhadap teman sebaya: orientasi sekolah atau kerja.

b. Sikap orang tua: pendidikan sebagai batu loncatan kearah mobilitas sosial atau suatu kewajiban karena hukum.


(47)

c. Nilai-nilai yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis.

d. Sikap terhadap guru-guru, disiplin serta kebijakan akademis. e. Keberhasilan dalam berbagai ekstrakurikuler.

f. Dukungan sosial dari teman-teman sekelas.

4. Kemandirian Remaja

Remaja dalam proses perkembangannya mengalami proses belajar bagaimana menyelaraskan keinginan dan kemampuannya secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dalam hubungannya dengan harapan-harapan serta kesempatan yang tersedia di dalam masyarakat. Kemandirian remaja tercermin di dalam kemantapan diri, keyakinan diri dan jenis pencapaian yang direalisasikan. Kemandirian ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam hubungan antara remaja dengan teman-temannya dan orang tuanya, perubahan dalam konformitasnya dengan kelompok sebaya dan perubahan menurunnya kepatuhan kepada norma-norma orang tua, yang dimulai sekitar umur 15 tahun. Kemandirian yang diwujudkan dalam perilaku dan khususnya kemandirian dalam berpikir akan tampak dalam masa remaja dan masa-masa selanjutnya setelah orang dihadapkan pada tanggung jawab keluarga dan pekerjaan (Monks, 2006).

5. Kematangan karir pada remaja

Siswa SMK berada dalam rentang usia 15-18 tahun. Berdasarkan teori perkembangan karir Super siswa SMK berada pada tahap Eksplorasi dan menurut Ginzberg remaja berada pada Subtahap Tentatif. Pada tahap ini


(48)

siswa melakukan eksplorasi untuk menentukan karir yang kelak akan dipilihnya. Pada subtahap ini seorang siswa juga mampu mengembangkan berbagai ide atau gagasan yang berkaitan dengan peluang / kesempatan karir yang ada, minat,nilai-nilai hidup dan perencanaan karir yang ingin direalisasikannya. Biasanya, perwujudan atau kristalisasi berbagai ide atau gagasan orang muda yang dihubungkan dengan tokoh idolanya sehingga pilihan karir yang dibuat sering bersifat sementara dan tidak realistik. Tugas-tugas perkembangan karir seorang siswa pada subtahap ini adalah:

a) Memiliki kesadaran atau kebutuhan yang ingin direalisasikan.

b) Memanfaatkan berbagai sumber yang mengarah pada pilihan karir.

c) Memiliki kesadaran akan adanya banyak faktor yang harus

dipertimbangkan dalam pemilihan karir.

d) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan yang

mempengaruhi pemilihan karir.

e) Mampu mengidentifikasi minat dan nilai-nilai kehidupan.

f) Memiliki kesadaran akan adanya hubungan antara hari ini dan masa depan.

g) Mampu merumuskan pilihan karir yang bersifat umum.

h) Mengembangkan minat yang relatif menetap.

i) Memiliki informasi mengenai pilihan karir yang diminati.

j) Menyusun rencana yang berkaitan dengan pilihan karir yang diminati. k) Semakin realistis dalam menyikapi pilihan.


(49)

D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA REMAJA

Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Terdapat berbagai perubahan pada remaja yang berhubungan dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Demikian pula siswa-siswi yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berusia antara 15-18 tahun, dapat digolongkan pada masa remaja. Sebagai siswa SMK seseorang dituntut untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ke jenjang karir dalam mempersiapkan masa depan. Remaja dituntut untuk mampu membuat suatu keputusan akan karir dan masa depannya.

Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat. Menurut Steinberg (2002) kemandirian merupakan kemampuan individu untuk berperilaku sesuai dengan caranya sendiri. Remaja yang mandiri tidak tergantung secara emosional dengan orang tua lagi. Hill dan Holmbeck (dalam Steinberg, 2002) menyatakan bahwa remaja yang mandiri secara perilaku dapat meminta pendapat orang lain pada waktu yang tepat, mempertimbangkan pilihan-pilihan alternatif berdasarkan penilaiannya sendiri ataupun saran dari orang lain, lalu membuat keputusan yang tepat. Pada masa remaja, kemampuan untuk membuat keputusan akan meningkat. Dengan demikian remaja


(50)

diharapkan dapat lebih bertanggung jawab akan masa depannya dan mengetahui resiko-resiko yang ada ketika membuat suatu keputusan (Steinberg, 2002). Dengan kemandirian yang dimiliki, maka banyak hal positif yang didapatkan oleh remaja, yaitu rasa percaya diri, tidak tergantung orang lain, tidak mudah dipengaruhi dan dapat berfikir secara lebih objektif (Mu’tadin, 2002).

Remaja yang mandiri kemungkinan besar akan mampu membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dengan baik. Semakin mandiri maka remaja akan semakin mampu untuk tidak bergantung secara emosional dengan orang tua, mampu meminta pendapat orang lain dan mempertimbangkan pilihan-pilihan dengan berdasarkan penilaian diri sendiri, dan pemikiran objektif lalu membuat keputusan yang tepat. Hal ini menyebabkan, remaja memiliki kemandirian yang tinggi, maka ia akan merasa mampu untuk mengambil sebuah keputusan sendiri dengan pemikirannya yang objektif dan tanpa tergantung orang tua.

Akan tetapi, tidak semua orang dapat mandiri (Turner & Turner, 1999). Remaja yang tidak mandiri akan membutuhkan bantuan dan dukungan orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakannya (Turner & Turner, 1999). Selain itu, remaja yang tidak mandiri juga membutuhkan orang lain untuk dapat meningkatkan rasa percaya dirinya (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini membuat remaja tersebut membutuhkan keberadaan orang lain. Akan tetapi, tidak selalu ada orang lain untuk dapat membantu remaja tersebut. Hal ini menyebabkan, ketika remaja yang tidak mandiri dihadapkan pada tuntutan


(51)

untuk memilih jenjang karier, maka ia akan merasa sulit untuk memutuskan karena tidak ada orang yang mendukung ataupun membantunya. Ketika tidak ada yang membantunya, maka individu tersebut merasa enggan untuk memutuskan pilihannya.

Savickas (2001) menyatakan bahwa salah satu hal yang sulit dilakukan pada masa remaja adalah membuat suatu keputusan terhadap beberapa pilihan karir yang tersedia. Menurut Super (dalam Winkel, 2006) kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, untuk membuat suatu keputusan yang tepat dibutuhkan informasi mengenai minat remaja tersebut serta pekerjaan yang ingin dicapainya di masa depan.

Super (dalam Syahrul, 2011) mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri individu dengan kematangan karir yang tinggi, yaitu memiliki pilihan karir yang relatif konsisten dan realistik, mandiri dalam melakukan pilihan karir dan memiliki sikap memilih karir yang positif. Sedangkan, ciri-ciri individu dengan kematangan karir yang rendah adalah pemikiran tentang karir yang relatif berubah dan tidak realistik, belum mandiri dalam mengambil keputusan karir, dan ragu dalam mengambil keputusan karir.


(52)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian dapat mempengaruhi tingkat kematangan karier seseorang. Ketika seseorang yang mandiri dihadapkan pada pilihan karier, maka ia mampu untuk memilih dan memutuskan tanpa bantuan dan dukungan orang lain sehingga ia memiliki kematangan karier yang tinggi, sedangkan ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada pilihan karier dan tidak mendapatkan dukurngan dari orang lain maka ia merasa sulit untuk memilih keputusan sehingga ia memiliki kematangan karier yang rendah. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mandiri mempunyai kecenderungan memiliki kematangan karier yang tinggi. Sedangkan, seseorang yang tidak mandiri mempunyai kecenderungan memiliki kematangan karier yang rendah.


(53)

Skema 1 : Hubungan antar variabel

Tuntutan untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ke

jenjang karir dan mempersiapkan masa depan

Kemandirian yang tinggi :

Tidak bergantung secara emosional pada orang tua dan

tidak menganggap orang tua sebagai sumber informasi

Remaja

Mampu membuat keputusan sendiri, tidak terpengaruhi orang lain dan percaya pada diri sendiri.

Mampu berpikir objektif, memiliki prinsip dan keyakinan akan

nilai-nilai yang kuat.

Kematangan Karier Tinggi Kemandirian yang rendah :

Bergantung secara emosional pada orang tua dan menganggap orang

tua sebagai sumber informasi

Sulit membuat keputusan sendiri, mudah terpengaruhi orang lain dan

tidak percaya pada diri sendiri.

Kurang mampu berpikir objektif, tidak memiliki prinsip dan keyakinan

akan nilai-nilai yang kuat.

Kematangan Karier Rendah


(54)

E. HIPOTESA

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesa penelitian ini: “Ada hubungan positif antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa SMK, dimana semakin tinggi tingkat kemandirian maka semakintinggi pula tingkat kematangan karirnya”.


(55)

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional (Correlations Research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara 2 variabel, yaitu kemandirian berhubungan dengan kematangan karir pada siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Selain itu dengan pendekatan secara kuantitatif, penelitian ini menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika.

B.Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Kemandirian

2. Variabel Tergantung : Kematangan Karir

C.Definisi Operasional

1. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan individu untuk tidak tergantung secara emosional dengan orang tuanya, dapat membuat keputusan sendiri serta individu memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Steinberg (2002), yaitu


(56)

kemandirian emosional, kemandirian perilaku, dan kemandirian nilai. Peneliti menggunakan skala kemandirian yang telah diadaptasi sesuai dengan budaya Indonesia oleh Yuanda (2014). Adaptasi skala ini sudah memenuhi validitas isi dan konstruk. Dengan demikian, skala tersebut mencerminkan konsep yang sedang diteliti sehingga aitem skala juga mencerminkan domain konsep yang sedang diukur. Skor total yang diperoleh merupakan merupakan indikasi seberapa tinggi kemandirian yang dimiliki subjek. Semakin tinggi skor total maka semakin tinggi pula kemandiriannya, sebaliknya semakin rendah skor total maka semakin rendah pula kemandiriannya.

Skala kemandirian berdasarkan pada tiga aspek yang dikemukakan oleh Steinberg (2002) yaitu :

a. Kemandirian Emosional

Adanya sikap bertanggung jawab pada diri sendiri, tidak bergantung secara emosional dengan orang tua dan tidak menganggap orang tua adalah yang mengetahui segalanya.

b. Kemandirian Perilaku

Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, tidak terpengaruhi orang lain dan percaya pada diri sendiri.

c. Kemandirian Nilai

Kemampuan untuk mengetahui hal yang benar dan salah sesuai dengan keyakinannya. Memiliki prinsip yang kuat dan terbentuknya keyakinan akan nilai-nilai dalam diri sendiri.


(57)

2. Kematangan karir

Kematangan karir pada remaja merupakan kemampuan remaja untuk merencanakan, mempersiapkan, dan mengambil keputusan karir berdasarkan pemahaman terhadap kemampuan diri dan informasi karir.

Kematangan karir pada remaja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala kematangan karir pada remaja berdasarkan aspek-aspek yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crites (1971) yang terdiri atas perencanaan, eksplorasi, informasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden berarti semakin tinggi kematangan karir, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah kematangan karir yang dimiliki subjek.

Skala kematangan karir akan dibagi menjadi lima kategori yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008)dan Crites (1971), yaitu

a. Perencanaan

Sikap individu akan perencanaan karir yang berfokus masa depan, dibuat secara sadar dan matang

b. Eksplorasi

Adanya sikap individu mencari informasi tentang dunia kerja dari berbagai sumber

c. Informasi

Adanya sikap individu mencari informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan, pekerjaan atau karir serta dapat menggunakan informasi tersebut.


(58)

d. Kemampuan

Kemampuan individu untuk memahami informasi mengenai pekerjaan, kemampuan diri sendiri dan pandangan terhadap masa depan.

e. Pengambilan Keputusan

Kemampuan individu dalam mengambil keputusan tentang karir yang sesuai dengan kemampuannya.

D.Subjek Penelitian

Adapun pengambilan subjek penelitian berdasarkan teknik Purposive

Sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi itu sendiri (Hadi,2000). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa sebanyak 353 subjek kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Kriteria atau ciri-ciri subjek dalam penelitian ini adalah : 1. Subjek penelitian ini tergolong remaja usia 15 – 18 tahun. 2. Subjek terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan

3. Subjek kelas XII SMK karena para siswa kelas XII akan dihadapkan pada pilihan untuk menentukan rencana berikutnya setelah tamat dari SMK.

E.Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala yang digunakan dalam penelitian terdiri atas skala kemandirian dan skala


(59)

kematangan karir. Skala kemandirian telah diadaptasi oleh Yuanda (2014) berdasarkan pada tiga aspek yang dikemukakan oleh Steinberg (2002) yaitu :

a. Kemandirian Emosional b. Kemandirian Perilaku c. Kemandirian Nilai

Secara keseluruhan skala kemandirian terdiri dari 46 aitem yang terbagi menjadi tiga aspek. Berdasarkan ranah isinya aspek Kemandirian Emosional sebanyak 15 aitem ( 6 aitem favourable dan 9 aitem unfavourable), aspek Kemandirian Perilaku sebanyak 19 aitem ( 8 aitem favourable dan 11 aitem

unfavourable), dan aspek Kemandirian Nilai sebanyak 12 aitem ( 4 aitem

favourable dan 8 aitem unfavourable). Nilai reliabilitas yang diperoleh dari skala tersebut adalah sebesar 0,887.

Tabel 1.

Blue print skala kemandirian

Aspek No. Aitem Jumlah Aitem

Favourable Unfavourable

Kemandirian Emosional 2,5,7,9,11,12 1,3,4,8,10,13,14,15 15 Kemandirian Perilaku 21,22,23,26,27,28,29,

32

16,17,18,19,20,24,25,30, 31,33,34

19

Kemandirian Nilai 36,39,42,46 35,37,38,40,41,43,44,45 12

Jumlah 46

Skala kematangan karir akan dibagi menjadi lima kategori yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crites (1971), yaitu


(60)

a. Perencanaan b. Eksplorasi c. Informasi

d. Pengambilan Keputusan e. Kemampuan

Secara keseluruhan skala kematangan karir terdiri dari 60 aitem yang terbagi dalam lima aspek. Berdasarkan ranah isinya aspek Perencanaan sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable), aspek Eksplorasi sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable), aspek Informasi sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem

unfavourable), aspek Pengambilan Keputusan sebanyak 12 aitem (6 aitem

favourable dan 6 aitem unfavourable), aspek Kemampuan sebanyak 12 aitem

(6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable).

Tabel 2.

Blue print skala kematangan karir sebelum uji coba

Aspek No. Aitem Jumlah Aitem

Favourable Unfavourable

Perencanaan 15,22,29,35,42,44 10,16,27,38,43,52 12 Eksplorasi 9,14,26,32,34,59 1,6,11,23,24,39 12 Informasi 3,17,30,33,36,48 4,13,20,40,49,56 12 Pengambilan Keputusan 8,12,25,37,50,60 2,7,21,51,53,54 12 Kemampuan 5,18,41,46,47,55 19,28,31,45,57,58 12


(61)

Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala yang terdiri dari dua skala. Kedua skala tersebut adalah skala kemandirian dan skala kematangan karir. Menurut (Azwar, 2001), manfaat yang diperoleh dari penggunaan metode skala adalah dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian dalam jumlah besar.

Skala yang disusun dalam penelitian ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated rating), atau penskalaan model Likert.

Summated Rating merupakan salah satu metode penskalaan pernyataan sikap

yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai sikapnya (Gable dalam Azwar, 2007). Dalam skala yang menggunakan metode

summated rating ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan

yang dirumuskan secara favourable dan unfavourable tentang sebuah obyek yakni kemandirian dan kematangan karir.

Pernyataan favourable adalah pernyataan yang memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur. Setiap butir pernyataan memuat empat kategori pilihan jawaban, yaitu, (SS) = Sangat Setuju, (S) = Setuju, (TS) = Tidak Setuju, (STS) = Sangat Tidak Setuju. Kategori jawaban akan diskor 1 – 4 menurut tingkat dukungan dan penolakan isi pernyataan.

a. Pernyataan positif (favourable)


(62)

Sangat Setuju (SS) : memperoleh skor 4 Setuju (S) : memperoleh skor 3 Tidak Setuju (TS) : memperoleh skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : memperoleh skor 1 b. Pernyataan negatif (unfavourable)

Perolehan skor untuk pilihan jawaban adalah:

Sangat Setuju (SS) : memperoleh skor 1 Setuju (S) : memperoleh skor 2 Tidak Setuju (TS) : memperoleh skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : memperoleh skor 4

Tabel 3.

Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Jawaban Skor

Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan tidak menyediakan jawaban tengah atau netral. Hal ini menurut Hadi (2001), didasarkan pada tiga alasan, yaitu:

a. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju


(63)

tidak, tidak setujupun tidak atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

b. Tersediannya jawaban tengah menimbulkan kecenderungan menjawab tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c. Jika disediakan kategori jawaban tengah, akan banyak menghilangkan data penelitian, karena tidak jelas kecenderungan pendapat subjek, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat disaring dari subjek.

F. Validitas, Seleksi Aitem dan Realibilitas 1) Validitas

Dalam pengertian umum, validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu dapat mengukur atribut yang akan diukurnya. Azwar (2012) menyatakan untuk mengetahui skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya diperlukan uji validitas. Skala yang memiliki validitas tinggi merupakan skala yang mampu mengungkapkan seluruh aspek yang seharusnya diukur.

Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur, dalam hal ini skala diuji validitasnya dengan menggunakan professional judgement. Pada penelitian ini yang bertindak menjadi professional judgement adalah dosen pembimbing.


(64)

Untuk mendukung validitas skala pengukuran, perlu dilakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian dari skala pengukuran

2) Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem yang valid sehingga layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) tiap aitem. Perhitungan koefisien aitem total

akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00.

Biasanya, kriteria yang digunakan sebagai batasan aitem adalah rix ≥ 0,30

(Azwar, 2009). Maka dari itu, pada penelitian ini aitem yang mempunyai rix <

0,30 akan digugurkan.

Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.

Uji coba skala dilakukan peneliti pada tanggal 1 Februari 2016 terhadap siswa kelas XII Teknik Pemesinan (B), Teknik Audio Video, dan Teknik Kimia Analis. Terdapat 85 siswa yang mengisi skala kemandirian dan juga kematangan karir.

Berdasarkan data uji coba pada tanggal 1 Februari 2016 di SMKN 2 Depok, Yogyakarta terhadap 85 siswa kelas XII Teknik Pemesinan (B), Teknik Audio Video, dan Teknik Kimia Analis, prosedur analisis aitem dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00.


(65)

Pada skala kematangan karir, dari pengujian terhadap 60 aitem skala kematangan karir menunjukkan bahwa aitem lolos seleksi. Adapun yang gugur itu adalah aitem no aitem no 1, 4, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 32, 50, dan 56. karena memiliki rix < 0,30. Dalam rangka menyeimbangkan jumlah aitem pada

tiap aspek maka peneliti memilih menggugurkan aitem skala pada setiap aspek yaitu aitem 8, 16, 24, 27, 30, 36, 41, 42, dan 45.

Tabel 4

Blue print Kematangan Karir sebelum uji coba

Aspek No. Aitem Jumlah Aitem

Favourable Unfavourable

Perencanaan 15*,22,29,35,42*,44 10,16*,27*,38,43,52 12 Eksplorasi 9*,14,26,32*,34,59 1*,6,11,23,24*,39 12 Informasi 3,17,30*,33,36*,48 4*,13,20,40,49,56* 12 Pengambilan

Keputusan

8*,12,25,37,50*,60 2,7*,21*,51,53,54 12

Kemampuan 5*,18,41*,46,47,55 19*,28,31,45*,57,58 12

Jumlah 60

Keterangan * = aitem yang gugur

Tabel 5

Blue print Kematangan Karir setelah uji coba

Aspek No. Aitem Jumlah Aitem

Favourable Unfavourable

Perencanaan 12,17,21,27 4,23,26,33 8

Eksplorasi 8,15,20,39 3,5,13,24 8


(66)

Pengambilan Keputusan

6,14,22,40 1,32,34,35 8 8 Kemampuan 10,28,29,36 16,18,37,38

Jumlah 40

3) Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung arti kecemasan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2012). Alat ukur yang memiliki reliabilitas tinggi adalah alat ukur yang memiliki koefisien korelasi mendekati nilai satu (1,00), begitu sebaliknya semakin mendekati nol (0), maka semakin rendah reliabilitasnya. Analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Alpa Cronbach dengan program SPSS for windows versi 16.00.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala kemandirian sebelum uji coba adalah sebesar 0.887 dan setelah uji coba sebesar 0,901 Pada skala kematangan karir koefisien yang diperoleh adalah 0,930. Dengan demikian, skala tersebut dinyatakan reliabel. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha-Chronbach ≥ 0.600 (Azwar, 2011)

G.Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:


(67)

a. Pembuatan alat ukur

Skala kemandirian menggunakan skala yang dibuat oleh Yuanda (2014). Alat ukur ini mengukur aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg (2002), yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai. Sedangkan kematangan karir diukur dengan menggunakan skala kematangan karir yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kematangan karir yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crites (1971), yaitu Perencanaan, Eksplorasi, Informasi, Pengambilan Keputusan dan Kemampuan.

Pada kedua skala tersebut terdiri dari aitem favourable dan unfavourable

dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu, (SS) = Sangat Setuju, (S) = Setuju, (TS) = Tidak Setuju, (STS) = Sangat Tidak Setuju. Kategori jawaban akan diskor 1 – 4 menurut tingkat dukungan dan penolakan isi pernyataan, seperti pada aitem favourable jawaban (SS) : 4, (S) : 3, (TS) : 2, dan (STS) : 1. Sedangkan untuk aitem unfavourable akan diskor sebaliknya.

b. Mencari Informasi

Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, terlebih dahulu diawali dengan mencari informasi tentang sekolah yang dapat dijadikan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria subjek yang akan digunakan. Setelah ditemukan, peneliti mencari informasi-informasi yang diperlukan serta jumlah siswa di sekolah tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas XII dan guru Bimbingan Konseling di SMK Negeri 2


(1)

item48 184.75 186.998 .800 .926

item49 184.99 193.583 .361 .929

item50 185.81 196.345 .084 .931

item51 184.88 190.534 .505 .928

item52 184.87 190.900 .526 .928

item53 184.95 189.879 .419 .929

item54 184.99 192.988 .385 .929

item55 184.92 190.315 .437 .929

item56 184.98 194.071 .190 .931

item57 185.06 190.556 .534 .928

item58 185.13 190.209 .429 .929

item59 184.93 191.804 .464 .928

item60 184.75 186.998 .800 .926

Uji Reliabilitas III

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 85 100.0

Excludeda 0 .0

Total 85 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.932 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted


(2)

item6 124.89 112.548 .520 .930

item10 124.75 112.069 .480 .930

item11 125.05 113.903 .313 .932

item12 125.02 112.595 .543 .930

item13 124.72 112.586 .511 .930

item14 124.87 113.209 .423 .931

item17 125.27 113.533 .440 .931

item18 124.84 112.854 .537 .930

item20 124.75 111.998 .527 .930

item22 124.98 112.904 .384 .931

item23 124.95 115.141 .348 .931

item25 124.72 109.824 .816 .927

item26 124.98 114.190 .394 .931

item28 125.15 113.345 .480 .930

item29 124.87 113.209 .423 .931

item31 124.82 112.718 .447 .931

item33 124.79 113.407 .484 .930

item34 124.85 112.274 .543 .930

item35 125.02 113.261 .411 .931

item37 125.02 112.595 .543 .930

item38 124.72 109.824 .816 .927

item39 124.72 111.896 .607 .929

item40 124.98 113.142 .394 .931

item43 124.68 112.505 .488 .930

item44 125.13 113.447 .468 .930

item46 124.61 111.883 .561 .930

item47 124.99 112.155 .433 .931

item48 124.72 109.824 .816 .927

item49 124.95 115.141 .348 .931

item51 124.85 112.274 .543 .930

item52 124.84 112.854 .537 .930

item53 124.92 112.100 .421 .931


(3)

item55 124.88 113.105 .387 .931

item57 125.02 112.595 .543 .930

item58 125.09 113.039 .379 .932

item59 124.89 113.501 .480 .930

item60 124.72 109.824 .816 .927

item2 124.85 115.441 .277 .932

Lampiran V

1.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemandirian

Kematangan Karir

N 353 353

Normal Parametersa Mean 1.3394E2 1.2171E2

Std. Deviation 8.37926 9.37286

Most Extreme Differences

Absolute .063 .067

Positive .063 .067

Negative -.041 -.047

Kolmogorov-Smirnov Z 1.183 1.256

Asymp. Sig. (2-tailed) .122 .085


(4)

2.

Uji Liniearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

Kem

andiri

an *

KK

Between

Groups

(Combined)

15482.210

43

360.051

7.205

.000

Linearity

13437.249

1 13437.249 268.899

.000

Deviation from

Linearity

2044.961

42

48.690

.974

.521

Within Groups

15441.149

309

49.971

Total

30923.360

352

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

KK* Kemandiri an


(5)

3.

Uji Korelasi

Lampiran VI

Statistics

Kemandirian

Kematngan Karir

N Valid 353 353

Missing 0 0

Mean 1.3394E2 1.2171E2

Median 1.3300E2 1.2100E2

Mode 128.00 117.00a

Std. Deviation 8.37926 9.37286

Variance 70.212 87.850

Minimum 115.00 86.00

Maximum 158.00 153.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Kemandirian Kematangan Karir

Kemandirian

Pearson Correlation

1

.659

**

Sig. (1-tailed)

.000

N

353

353

KK

Pearson Correlation

.659

**

1

Sig. (1-tailed)

.000

N

353

353


(6)