Konsep Perencanaan dan Perancangan Pusat Buku di Surakarta Sebagai Pusat Informasi, Distribusi, Promosi , dan Sosialisasi Binder2

(1)

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pusat Buku di Surakarta

Sebagai Pusat I nformasi, Distribusi, Promosi , dan Sosialisasi

TUGAS AKHI R

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Diajukan oleh:

ENGGUS VI NA SI WI SUKAMTO NI M. I 0206058

Pembimbing:

1. I R. WI DI SUROTO, MT 2. FAUZAN ALI I KHSAN, ST, MT

JURUSAN ARSI TEKTUR FAKULTAS TEKNI K UNI VERSI TAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2011


(2)

commit to user

iii K A T A P E N G A N T A R

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segalanya, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan studio Tugas Akhir dan dapat menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir dengan judul Pusat Buku di Surakarta Sebagai Pusat Informasi, Disribusi, Promosi, dan Sosialisasi dengan semaksimal mungkin.

Konsep perencanaan dan perancangan ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik, Program Studi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan didasarkan pada hasil ide pemikiran yang didukung oleh data dan informasi dari lapangan sejak masa perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur 7, Seminar, hingga Studio Tugas Akhir penulis.

Penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

2. Ir. Agoes Soediamhadi selaku Pembimbing Akademik yang membimbing penulis dalam hal akademik hingga semester akhir.

3. Ir. Widi Suroto, MT, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap desain penulis.

4. Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap penulisan yang baku dari konsep perencanaan dan perancangan.

5. Berbagai tempat survey dari Dinas Tata Kota Surakarta, Solo Pos dan percetakan-percetakan di Solo, Toga Mas Cafe Yogyakarta, dll. Terima kasih atas semua informasi dan pengalaman barunya.

6. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya selaku penulis dan penyusun mengucapkan terima kasih.


(3)

commit to user

iv Dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata, atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surakarta, April 2011


(4)

commit to user

vii

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar xii

Daftar Tabel xvi

Daftar Bagan xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul I - 1

1.2 Pemahaman Judul I - 1

1.3 Latar Belakang I - 2

1.4 Tumbuhnya Minat Pengunjung Terhadap Fungsi Buku

dari Ungkapan Ruang yang Modern, Atraktif, dan Komunikatif I - 7

1.5 Perumusan Masalah I - 8

1.6 Tujuan dan Sasaran I - 9

1.6.1 Tujuan I - 9

1.6.2 Sasaran I - 10

1.7 Lingkup Pembahasan dan Batasan I - 10

1.7.1 Lingkup Pembahasan I - 10

1.7.2 Batasan I - 10

1.8 Metode Pembahasan I - 10

1.8.1 Metodologi I - 10

1.8.1.1 Penelusuran Masalah I - 10

1.8.1.2 Pengumpulan Data I - 11

1.8.1.3 Pengolahan Data I - 13

1.8.1.4 Analisis Data I - 14

1.8.2 Rekomendasi I – 14

1.8.3 Pola Pikir I - 15

1.9 Sistematika Pembahasan I - 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KOTA SURAKARTA II - 1

2.1 Tinjauan Umum Buku II - 1

2.1.1 Sejarah Buku di Dunia II - 1

2.1.2 Sejarah Buku di Indonesia II - 2

2.1.3 Karakteristik Buku II - 2


(5)

commit to user

viii

2.1.3.2 Bagian-bagian Suatu Buku II - 3

2.1.3.3 Macam-macam Buku II - 4

2.2 Tinjauan Pembaca II - 6

2.2.1 Perilaku Pembaca II - 6

2.2.1.1 Faktor Lingkungan II - 6

2.2.1.2 Faktor Mental II - 7

2.2.1.3 Faktor Fisiologis II - 8

2.2.1.4 Faktor Fisik II - 9

2.3 Pelaku dan Jenis Kegiatan dalam Penyaluran Buku II - 10

2.3.1 Pelaku Pembuatan Buku II - 10

2.3.1.1 Pengarang II - 10

2.3.1.2 Penerbit II - 10

2.3.1.3 Pencetak II - 10

2.3.2 Tahap-tahap Dasar Pembuatan Buku II - 11

2.3.2.1 Tahap I II - 11

2.3.2.2 Tahap II : Editorial II - 11

2.3.2.3 Tahap III : Produksi II - 11

2.3.2.4 Tahap IV II - 11

2.3.3 Penyaluran Buku II - 11

2.3.3.1 Toko Buku sebagai Penyalur Buku II - 11 2.3.3.2 Usaha-usaha untuk Meningkatkan Penyaluran Buku II - 12 2.4 Bersosialisasi Melalui Media Buku II - 14

2.4.1 Pengertian Sosialisasi II - 14

2.4.2 Jenis Sosiallisasi II - 14

2.4.2.1 Sosialisasi Primer II - 15

2.4.2.2 Sosialisasi Sekunder II - 16

2.4.3 Agen Sosialisasi II - 17

2.4.3.1 Keluarga (Kinship) II - 17

2.4.3.2 Kelompok Pertemanan atau Teman Pergaulan II - 18

2.4.3.3 Lembaga Pendidikan II - 20

2.4.3.4 Media Massa II - 20

2.4.3.5 Agen-agen Lain II - 21

2.4.4 Tinjauan Buku sebagai Lifestyle dalam Bersosialisasi II - 22 2.4.4.1 Bersantai di Kafe Sambil Membaca Buku II - 23 2.4.4.2 Menonton Film yang Diadaptasi dari Buku II - 27 2.4.4.3 Mengakses Internet dan e-Book II - 29 2.5 Ungkapan Ruang dan Bangunan yang Modern, Komunikatif,

dan Atraktif II - 33


(6)

commit to user

ix

2.5.1.2 Tokoh-tokoh Arsitektur Modern II - 35 2.5.1.3 Identifikasi Arsitektur Modern II - 35 2.5.2 Tuntutan Ruang dan Bangunan yang Atraktif II - 41

2.5.2.1 Pengertian Atraktif II - 41

2.5.2.2 Faktor-faktor Objektif Penyebab Obyek Bersifat Atraktif II - 41 2.5.3 Tuntutan Ruang dan Bangunan yang Komunikatif II - 45 2.5.3.1 Pengertian Komunikatif II - 45 2.5.3.2 Faktor-faktor Objektif Penyebab Obyek Bersifat II - 45

Komunikatif

2.6 Pusat Buku sebagai ruang Bersama Bagi Masyarakat Kota II - 50 2.6.1 Ruang Publik sebagai Ruang Terbuka II - 51

2.7 Kondisi Umum Kota Surakarta II - 53

2.7.1 Kondisi Fisik Kota Surakarta II - 53 2.7.1.1 Kondisi Geigrafis dan Luas Wilayah II - 53

2.7.1.2 Kondisi Topografi II - 55

2.7.2 Kondisi Non Fisik II - 56

2.7.2.1 Sosial kependudukan II - 56

2.7.2.2 Perencanaan Tata Ruang Kota Surakarta II - 57 2.8 Penerbit Buku dan Sarana Pustaka di Surakarta II - 61

2.8.1 Penerbit Buku di Surakarta II - 61

2.8.1.1 Penerbit Buku Referensi Pendidikan II - 61

2.8.1.2 Penerbit Buku Rohani II - 61

2.8.1.3 Penerbit Buku Bacaan Umum II - 61 2.8.2 Sarana Pustaka di Surakarta II - 61

2.8.2.1 Perpustakaan II - 61

2.8.2.2 Toko Buku II - 70

2.8.2.3 Kafe Buku II - 71

2.9 Potensi dan Prospek Pusat Buku di Surakarta II - 73

BAB III PUSAT BUKU DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN III - 1

3.1 Pengertian Pusat Buku di Surakarta III - 1 3.2 Fungsi dan Peranan Pusat Buku di Surakarta III - 1

3.2.1 Fungsi III - 1

3.2.2 Peranan III - 2

3.3 Skala dan Segmen Pelayanan III - 2

3.3.1 Skala Pelayanan III - 2

3.3.2 Segmen Pelayanan III - 3


(7)

commit to user

x

3.5 Pelaku Kegiatan III - 3

3.5.1 Pengunjung III - 3

3.5.2 Pelaku Pusat Buku III - 3

3.5.3 Pengelola III - 4

3.6 Karakteristik Kegiatan III - 4

3.6.1 Kegiatan Umum III - 4

3.6.2 Kegiatan Utama III - 4

3.6.3 Kegiatan Pengelolaan III - 6

3.6.4 Kegiatan Penunjang III - 7

3.6.5 Kegiatan Servis III - 7

3.7 Frekuensi Kegiatan III - 7

3.8 Sistem Pengelolaan III - 7

3.8.1 Secara Umum III - 7

3.8.2 Secara Khusus III - 8

3.9 Struktur Organisasi III - 10

3.10 Strategi Rancang Bangun III - 11

3.10.1 Permasaan dan Struktur III - 11

3.10.2 Ekspresi Bangunan III - 13

3.10.3 Penampilan Bangunan III - 15

BAB IV ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN IV – 1

4.1 Analisa Non Fisik IV - 1

4.1.1 Pendekatan User IV - 1

4.1.2 Pendekatan Pola Kegiatan IV - 4

4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang dan Pengelompokan Ruang IV - 11 4.1.4 Pendekatan Sirkulasi dalam Bangunan IV - 21

4.1.5 Pendekatan Besaran Ruang IV - 25

4.1.5.1 Kelompok Kegiatan Umum IV - 25

4.1.5.2 Kelompok Kegiatan Utama IV - 27 4.1.5.3 Kelompok Kegiatan Pengelola IV - 34 4.1.5.4 Kelompok Kegiatan Penunjang IV - 35 4.1.5.5 Kelompok Kegiatan Servis IV - 37

4.2 Analisa Fisik IV - 38

4.2.1 Pendekatan Pemilihan Lokasi dan Site IV - 38 4.2.1.1 Pendekatan Pemilihan Lokasi IV - 38 4.2.1.2 Pendekatan Pemilihan Site IV - 41

4.2.2 Eksisting Site IV - 45


(8)

commit to user

xi

Massa Bangunan IV - 53

4.2.5 Pendekatan Tampilan Fisik Bangunan IV - 57 4.2.6 Pendekatan Tampilan Interior Bangunan IV - 59 4.2.7 Pendekatan Tata Landscape IV - 59 4.2.8 Pendekatan Sistem Struktur Bangunan IV - 62 4.2.9 Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan IV - 66

4.2.9.1 Analisa Pencahayaan IV - 66

4.2.9.2 Analisa Penghawaan IV - 71

4.2.9.3 Analisa Mekanikal Elektrikal IV - 74 4.2.9.4 Analisa Sistem Komunikasi IV - 75 4.2.9.5 Analisa Sistem Sanitasi dan Pengelolaan Sampah IV - 75 4.2.9.6 Analisa Pengamanan Kebakaran IV - 78

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V - 1

5.1 Konsep Non Fisik V - 1

5.1.1 Konsep Program dan Besaran Ruang V - 1 5.1.2 Konsep Sirkulasi pada Bangunan V - 7

5.2 Konsep Fisik V - 8

5.2.1 Konsep Penentuan Lokasi dan Site V - 8

5.2.1.1 Lokasi Terpilih V - 8

5.2.1.2 Site Terpilih V - 9

5.2.2 Konsep Pengolahan Site V - 10

5.2.3 Konsep Bentuk dan Pola Gubahan Massa V - 13 5.2.4 Konsep Tampilan Fisik Bangunan V - 14 5.2.5 Konsep Tampilan Interior Bangunan V - 16

5.2.6 Konsep Tata Landscape V - 18

5.2.7 Konsep Sistem Struktur Bangunan V - 20 5.2.8 Konsep Sistem Utilitas Bangunan V - 22

5.2.8.1 Konsep Pencahayaan V - 22

5.2.8.2 Konsep Penghawaan V - 24

5.2.8.3 Konsep Mekanikal Elektrikal V - 25 5.2.8.4 Konsep Sistem Komunikasi V - 26 5.2.8.5 Konsep Sistem Sanitasi dan Pengolahan Sampah V - 26 5.2.8.6 Konsep Pengamanan Kebakaran V - 30


(9)

commit to user

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 JUDUL

Pusat Buku di Surakarta sebagai pusat informasi, distribusi, promosi, dan sosialisasi.

1.2 PEMAHAMAN JUDUL

Pusat Buku di Surakarta merupakan suatu tempat yang menampung segala macam aktivitas yang bersumber dari buku dan sejenisnya yang menyediakan sarana untuk memperoleh informasi dari buku dan informasi tentang buku yang baru terbit, distribusi buku, promosi buku, serta sosialisasi melalui buku di lingkup regional Surakarta.

Beberapa program kegiatan yang diwadahi dalam Pusat Buku di Surakarta antara lain :

1. Kegiatan informasi : - perpustakaan

- akses internet dan hotspot - diskusi dan bedah buku 2. Kegiatan distribusi : - penerbitan buku

- percetakan buku

- pergudangan dan kargo 3. Kegiatan promosi : - jual beli buku

- pameran buku - promosi buku - launching produk

4. Kegiatan bersosialisasi : - membaca buku di kafe buku - menonton film dari buku - perlombaan perbukuan


(10)

commit to user

I - 2 5. Pengelolaan : - management aktivitas

- management servis 6. Penunjang : - open space atau plaza

- kuliner

7. Servis : - servis dan maintenance - parkir

- mushola - lavatory 1.3 LATAR BELAKANG

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).(www.wikipedia.com, 20 September 2010)

Buku adalah jendela informasi dunia. Ada pula yang menyebut buku sebagai guru yang paling sabar. Dan dalam sebuah iklan layanan masyarakat, Tantowi Yahya jelas mengatakan bahwa orang yang tidak suka membaca buku adalah mereka yang dekat dengan garis kemiskinan. Yang jelas keberadaan buku dalam masyarakat adalah baik adanya, dan buku ada untuk dibaca. Dari buku masyarakat bisa mendapatkan informasi atau pengalaman baru yang sedikit banyak dapat membawa kehidupan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Dari buku, seseorang dapat memperoleh beragam informasi. Mulai dari informasi tentang kehidupan sehari-hari, pekerjaan, karir, asmara, hingga seputar gaya hidup.


(11)

commit to user

I - 3 Di Indonesia, salah satu pusat buku berada di Jakarta yaitu Pusat Buku Indonesia. Pusat Buku ini mengakomodasi kegiatan informasi dan distribusi buku. Pusat Buku Indonesia ini menjadi tempat berkumpul perusahaan-perusahaan penerbit yang disebut pelayanan pendidikan dalam satu atap. Di sini ada lebih dari 1.500 stand, 776 stand di antaranya khusus untuk anggota IKAPI. G. Aris Buntarman seorang pemerhati perbukuan dalam artikelnya di harian Kompas, 17 Mei 2008, mengatakan penerbit buku idealnya punya ruang pajang untuk menampilkan semua buku yang sudah mereka terbitkan. Di pusat buku ini, penerbit memiliki kesempatan untuk melakukan promosi, penjualan, riset, tes pasar, menjalin relasi, membangun penggemar, dan lain-lain. Jadi bisa disimpulkan di pusat buku ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh buku sehingga dapat menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat Indonesia.

Drs. Hernaya dalam seminar ’ Pemasaran Buku secara Profesional’ di Jakarta, 28 November 1990 menyatakan perlu dibentuk suatu pusat penjualan buku nasional yang memiliki koleksi buku lengkap sehingga memudahkan pembeli untuk mencari buku yang diinginkan tanpa harus berkeliling ke toko-toko buku lain. Dengan adanya Pusat Buku Nasional dan bila diadakan di berbagai daerah di Indonesia, keuntungan lain yang diperolah ialah adanya persamaan harga buku di semua daerah di Indonesia.

Pada umumnya, kegiatan membuat buku dalam dunia perbukuan dapat dibagi atas beberapa tahap, mulai dari penerbit yang menerima tulisan dari pengarang, penterjemah, atau penyunting, selanjutnya dilakukan tahap editorial, berikutnya yaitu tahap produks atau pencetakan, dan selanjutnya tahap penyaluran ke konsumen. Penyaluran buku sendiri,


(12)

commit to user

I - 4 sepanjang yang terdapat di Indonesia, dilakukan oleh toko buku, pasar buku, atau bursa buku.

Doddy Yudhista (1990) menyatakan perlunya pusat distribusi buku di Indonesia yang menjadi sentra sistem piramida perdagangan dan pendistribusian buku di Indonesia. Dengan ini harga jual buku yang tinggi akibat kurang lancarnya pendistribusian buku dapat dihindari dan buku dapat tersalur ke deerah-daerah.

Dari kegiatan-kegiatan pengadaan buku di atas, mulai dari percetakan buku, distribusi buku, hingga promosinya, semuanya saling terkait dan mendukung. Keberadaan pusat buku pada dasarnya merupakan sebuah sarana yang dapat mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dalam pengadaan buku. Dengan adanya pusat buku, maka distribusi buku ke daerah-daerah akan semakan mudah, pembangunan relasi, tes pasar, hingga riset pun juga akan terbentuk sehingga dapat meningkatkan penjualan buku. Dengan meningkatnya penjualan buku, maka meningkat pula minat baca di kalangan masyarakat.

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan identitas diri. Identitas diri bisa muncul seiring dengan perkembangan kehidupan si manusia itu sendiri. Salah satu cara untuk memperoleh identitas diri adalah dengan menentukan lifestyle atau gaya hidup. Dengan gaya hidup modern manusia satu dapat lebih mudah dikenali ataupun mengenal manusia lainnya. Untuk mendukung gaya hidup modern ini, manusia modern memerlukan informasi yang cukup agar gaya hidupnya ini tidak menyimpang. Karenanya, manusia modern tak bisa lepas dari buku. Buku mentransfer informasi dan ilmu bagi manusia modern. Dan salah satu ciri manusia modern adalah lebih bersifat terbuka dengan hal-hal yang baru.


(13)

commit to user

I - 5 Sebagai contohnya adalah terbukanya manusia modern akan informasi dan ilmu yang diserap dari buku.

Dan dalam hal membaca buku, manusia memliliki cara atau gaya yang berbeda-beda. Menurut Marie dan Kenneth (1991) hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suara, penerangan, temperatur, dan desain. Sebagai contohnya dalam hal suara, ada seseorang yang lebih suka membaca dengan mendengarkan musik, namun ada pula yang lebih menginginkan membaca dalam keadaan tenang. Semuanya tentu saja mempengaruhi dalam desain ruang baca pada masing-masing individu.

Dan setiap manusia modern memiliki cara yang berbeda untuk menyatukan kebiasaan modern mereka dengan kebutuhan mereka akan buku. Contoh aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya bersantai di kafe sambil membaca buku, menonton film yang diadaptasi dari buku, dan mengakses internet untuk mendownload e-Book.

Kota Surakarta merupakan kota yang sedang berkembang menuju kota besar yang dalam perkembangan masyarakatnya membutuhkan banyak informasi dari buku sehingga berpotensi besar terkait dengan kebutuhan akan buku dan kegiatan apresiasi buku. Potensi tersebut diantaranya :

1. Kuantitas event pameran buku yang diadakan di Surakarta cukup besar. Seperti Pesta Buku Solo, Solo Book Fair, Islamic Book Fair, dan Bursa Buku Murah (BBM). Kegiatan ini dapat berlangsung setiap 2-3 bulan sekali. Dimana pameran buku ini mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya dilihat dari banyaknya pengunjung yang mengunjungi kegiatan pameran buku ini.


(14)

commit to user

I - 6 2. Banyaknya sekolah-sekolah dan universitas di kota Surakarta yang membutuhkan buku, baik buku kurikulum maupun referensi yang berkualitas.

3. Pendistribusian buku di kota Surakarta dan kota-kota kecil di kota Surakarta masih bergantung dari kota-kota besar di sekitar kota Surakarta seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya, bahkan Jakarta sehingga lamanya distribusi menyebabkan harga buku yang tidak merata.

4. Kurangnya informasi dan ruang pamer bagi penerbit buku di kota Surakarta padahal semakin banyak karya-karya lokal yang banyak mendapat perhatian di kalangan nasional maupun internasional.

5. Toko buku yang ada di kota Surakarta umumnya hanya berskala kecil. Seperti toko buku Gramedia, Karisma, Toga Mas, dll. Sehingga buku yang didisplay juga terbatas.

6. Sarana pustaka yang ada di Surakarta umumnya masih sepi pengunjung karena koleksi buku yang ada masih terbatas dan sebagian telah rusak.

7. Munculnya kafe buku dan persewaan buku di Surakarta seperti Green House, Quantum, dll yang menyuguhkan suasana baru bagi sarana pustaka di Surakarta dimana sarana pustaka ini menyuguhkan suasana modern dan atraktif. Sarana pustaka ini mendapat respon positif bagi masyarakat kota Surakarta, dapat dilihat dari ramainya pengunjung, baik pelajar maupun masyarakat umum.


(15)

commit to user

I - 7 1.4 TUMBUHNYA MINAT PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI BUKU DARI

UNGKAPAN BANGUNAN DAN RUANG YANG MODERN,

KOMUNIKATIF, DAN ATRAKTIF

Tumbuhnya minat seseorang terhadap objek tertentu yang dulu tidak diminatinya pada dasarnya adalah terjadinya perubahan persepsi, yaitu dari persepsi yang lama ke persepsi yang baru tentang objek tersebut. Menurut Huijbers (1986) persepsi adalah pengenalan dari suatu objek yang hadir dalam sifat-sifatnya yang konkrit jasmani. Persepsi adalah perbuatan kesadaran yang paling asli, tinggal tersembunyi dan titik tolak dari segala perbuatan kesadaran lain dari manusia.

Ungkapan ruang dan bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah persepsi seseorang untuk merasa kenal, akrab, dan tertarik terhadap suatu objek karena ia telah membuka dirinya terhadap objek tersebut. Pada saat pengunjung membuka dirinya terhadap objek tersebut maka apa yang ada di dalam objek tersebut, baik itu permasaan bangunan, suasana ruang, penataan furniture, ekspresi ruang, lighting pencahayaan, elemen pembentuk ruang hingga kegiatan-kegiatan baru yang ada di dalamnya akan menarik perhatian pengunjung sebesar-besarnya sehingga pengunjung banyak melihat hal-hal baru yang belum pernah dilihatnya dimana dalam hal ini adalah persepsi tentang buku.

Permasaan merupakan wujud ekspresi dari kegiatan apa yang ditampung di dalamnya (fungsi ruang). Louis Henri Sullivan mencari bentuk asli melalui pemikiran genetik mekanistik (tingkah laku dari manusia), kemudian dapat merumuskan Form Follow Function, bentuk mengikuti fungsi, pada tahun 1896 pada salah satu artikelnya The tall building artistically considered. Louis Sullivan kemudian dikenal sebagai


(16)

commit to user

I - 8 “Father of Modernism”. Di sini ruang sangat penting sekali, karena bentuk massanya mengikuti fungsi. Teori ini juga disebut bentuk komplementer (Complementary form). Tidak ada yang terbuang sia - sia dalam bangunan yang ia bangun. Ornamentasi pun dimaksudkan untuk memberikan fungsi tertentu. Secara umum bangunan yang atraktif adalah bangunan yang memberikan daya tarik dan bangunan yang komunikatif adalah bangunan yang mudah dipahami maksud dari pesan-pesan di dalamnya.

Ekspresi bangunan yang modern, atraktif, dan komunikatif, suasana ruang yang menyenangkan, bentuk kegiatan yang sesuai dengan gaya hidup pengunjung membuat pengunjung merasa tertarik untuk ikut ke dalamnya. Hal ini dapat menjadi faktor positif untuk menumbuhkan minat pengunjung terhadap buku.

Demikian pula untuk bangunan pusat buku, ekspresi ruang dan bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat. Permasaan bangunan merupakan wujud dari fungsi kegiatan dan tidak semata hanya untuk keperluan desain semata.

1.5 PERUMUSAN MASALAH

Dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan sebuah Pusat Buku di Surakarta, dirumuskan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain :

1. Menyusun konsep Pusat Buku di Surakarta yang dapat mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan buku dan kegiatan bersama bagi masyarakat kota.

2. Merencanakan konsep program ruang secara keseluruhan berdasarkan seting pelaku dan kegiatan yang diwadahi sehingga program ruang tersebut mampu menunjang sisi kelancaran,


(17)

commit to user

I - 9 kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam desain yang direncanakan.

3. Menentukan lokasi dan site yang sesuai dengan potensi yang ada serta didasarkan pada studi rencana tata ruang wilayah, sehingga keberadaan bangunan tidak merusak struktur tata ruang kota.

4. Merencanakan konsep bentuk, ruang, tatanan massa dan tampilan bangunan Pusat Buku di Surakarta sebagai desain yang dapat menumbuhkan minat pengunjung terhadap buku melalui ekspresi bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif.

1.6 TUJUAN DAN SASARAN 1.6.1 Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan sebuah Pusat Buku di Surakarta yang direncanakan sehingga mampu mewadahi berbagai aktivitas yang berhubungan dengan buku antara lain kegiatan informasi, distribusi, promosi, dan sosialisasi, serta mampu menumbuhkan minat pengunjung akan buku melalui ekspresi bangunan dan ruang yang modern, komunikatif, dan atraktif.

1.6.2 Sasaran

Konsep perencanaan dan perancangan Pusat Buku di Surakarta mempunyai sasaran sebagai berikut:

1. Memperoleh seting pelaku dan kegiatan sehingga didapatkan kebutuhan ruang untuk menentukan konsep program ruang secara keseluruhan sehingga mampu menunjang sisi kelancaran, kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam wadah/ desain yang direncanakan.


(18)

commit to user

I - 10 2. Membuat konsep lokasi site yang sesuai dan berpotensi terhadap pewadahan kegiatan perbukuan hingga didapatkan konsep penzoningan site.

3. Membuat konsep bentuk, ruang, tatanan massa dan tampilan bangunan Pusat Buku di Surakarta sebagai desain yang dapat menumbuhkan minat pengunjung terhadap buku melalui ekspresi bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif. 1.7 LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN

1.7.1 Lingkup Pembahasan

Pembahasan diorientasikan pada hal-hal untuk menjawab permasalahan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur yang sesuai dengan tujuan dan sasaran bangunan Pusat Buku di Surakarta. 1.7.2 Batasan

Pembahasan dibatasi pada pemecahan permasalahan arsitektural bangunan dengan didasari pada pendekatan konsep perencanaan dan perancangan.

1.8 METODE PEMBAHASAN 1.8.1 Metodelogi

Pembahasan proses perencanaan dan perancangan Pusat Buku di Surakarta ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1.8.1.1 Penelusuran Masalah

Berangkat dari fenomena-fenomena perbukuan yang ada di Surakarta, maka ditemukan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan informasi, distribusi, promosi, dan sosialisasi yang berhubungan dengan buku di Surakarta. Dengan


(19)

commit to user

I - 11 menjawab permasalahan tersebut diharapkan dapat menyelesaikan persoalan yang ada.

1.8.1.2 Pengumpulan Data

Dalam merencanakan dan merancang sebuah bangunan dibutuhkan bermacam-macam data yang relevan. Data-data yang dibutuhkan dibedakan menjadi:

1. Data Primer

Merupakan data pokok yang diperoleh dari observasi langsung.

2. Data Sekunder

Merupakan data tambahan yang diperoleh dari literatur, perpustakaan, artikel, dan internet .

Pada proses pengumpulan data-data tersebut, hal yang dilakukan adalah:

1. Survey

Metoda survey bersifat kemandirian penulis yang bertujuan untuk mengetahui kondisi empiris di lapangan yang berkaitan dengan judul yang diambil, terdiri dari:

· Survey Instansional

Survey instansional dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder melalui kunjungan ke instansi yang mampu memberi data tentang obyek pembahasan, diantaranya Dinas Tata Kota Surakarta.


(20)

commit to user

I - 12 · Survey Lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer, antara lain:

- Kondisi eksisting dan potensi fisik lokasi dan site.

- Kondisi tata guna lahan serta tata ruang pada lokasi.

- Kondisi fasilitas pendukung yang ada di sekitar lokasi.

- Kondisi lingkungan pada lokasi perencanaan dan perancangan.

Adapun cara pengumpulan data di lapangan antara lain:

- Mengadakan observasi langsung pada lokasi dan site.

- Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait sebagai bahan referensi dan acuan dalam penyusunan konsep.

2. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang telah diteliti oleh pihak lain melalui studi kepustakaan maupun studi yang telah dilakukan oleh berbagai instansi. Data sekunder tersebut antara lain:

· Peta arahan Rencana Pemanfaatan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


(21)

commit to user

I - 13 Kota Surakarta.

· Teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan.

· Artikel dari media massa yang berkaitan dengan pembahasan.

3. Studi Banding

Untuk lebih mendukung objek pembahasan, penulis melakukan studi banding dari objek bangunan yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep hampir sama dengan objek perencanaan dan perancangan. Studi komparasi dilakukan antara lain pada Pusat Buku Indonesia, Aksara Book Store, Quality Buyers (QB) Worlds, dan Togamas Yogyakarta. Selain itu, dilakukan pula studi komparasi pada beberapa objek bangunan di luar negeri diantaranya Seattle Public Library, Barnes and Noble Bookseller. Hal ini bisa digunakan sebagai pembanding dari kasus yang diambil dalam judul tugas.

1.8.1.3 Pengolahan Data

Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai dengan tema. Kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan desain. Pengolahan data ini berlangsung terus menerus karena adanya tambahan data/informasi


(22)

commit to user

I - 14 baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.

1.8.1.4 Analisis Data

Dalam proses perencanaan dan perancangan Pusat Buku di Surakarta ini, pada tahapan analisa akan dilakukan pengolahan data-data, pengolahan data meliputi :

1. Kuantitatif dan Kualitatif

Mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dan berpengaruh dalam perencanaan Pusat Buku di Surakarta kemudian didekatkan dengan pendekatan aspek –aspek arsitektural. Analisis ini mengacu pula pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan ruang dan besarannya.

2. Analisis Grafis

Berisi sketsa – sketsa penunjang yang dapat membantu menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal untuk menghasilkan rekomendasi yang tepat dan jelas. 1.8.2 Rekomendasi

Dari proses analisis akan dihasilkan rekomendasi yang berisi beberapa konsep yaitu konsep lokasi dan site, konsep tata massa, konsep peruangan, konsep tampilan bangunan dan interior, konsep tata landscape, serta konsep material dan struktur bangunan.


(23)

commit to user

I - 15 1.8.3 Pola Pikir

1.9 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam sistematika pembahasan pada konsep perencanaan dan perancangan Pusat Buku di Surakarta ini terdiri dari beberapa bab, dimana masing-masing bab memiliki pembahasan yang berbeda dan saling terkait. Bab I

Mengungkapkan permasalahan dan persoalan dari latar belakang untuk mendapatkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, kemudian mengklasifikasikan metodelogi dan strategi desain yang digunakan, serta sistematika pembahasan.

Feed back Keterangan Anak Panah

= Selanjutnya menuju tahap . .

= Terdiri dari . . .

= Feed back Bagan 1.1 Alur Pemikiran Penulisan Sumber : analisa penulis, 2010

Fenomena-fenomena

-Buku merupakan sumber informasi -Perlunya pusat

buku dalam proses

pengadaan buku -Antusiasme

masyarakat yang besar akan buku dan even perbukuan -Kebutuhan akan

sarana pustaka yang lengkap dan menyenangkan

Perumusan

Masalah

Data

-

Primer - Sekunder

Analisis

- Kuantitatif dan kualitatif - Grafis

Rekomendasi

- Konsep lokasi dan site - Konsep tata

massa - Konsep peruangan - Konsep tampilan bangunan dan interior - Konsep tata

landscape - Konsep material

dan struktur bangunan Studi

Literatur Survey Study


(24)

commit to user

I - 16 Bab II

Menguraikan tinjauan pustaka dan kontekstual yang terkait dengan desain yang direncanakan. Tinjauan pustaka terdiri dari tinjauan teoritik yang berisi mengenai teori atau dasar-dasar yang digunakan dalam merancang seperti teori terkait dengan dunia perbukuan dan bangunan berarsitektur modern, serta tinjauan empiris yang meninjau wadah perbukuan yang ada sebagai studi banding. Sedangkan tinjauan kontekstual berisi tinjauan lokasi perencanaan Pusat Buku dalam hal ini adalah Kota Surakarta. Dalam tinjauan kontekstual ini, dideskripsikan relevansi perencanaan desain di lokasi perencanaan.

Bab III

Menguraikan pembahasan mengenai wadah perbukuan yang direncanakan beserta strategi rancang bangun dalam hal ini arsitektur modern, komunikatif, dan atraktif yang akan diaplikasikan ke dalam wadah yang direncanakan.

Bab IV

Analisa pendekatan perencanaan dan perancangan Pusat Buku di Surakarta, mencakup analisa kegiatan, analisa peruangan, analisa pemilihan lokasi, analisa pemilihan tapak, orientasi dan bentuk massa, analisa bentuk dan struktur bangunan untuk mendapatkan konsep dasar perencanaan dan perancangan Pusat Buku.

Bab V

Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar dalam perancangan Pusat Buku di Surakarta.


(25)

commit to user


(26)

commit to user

II - 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KOTA SURAKARTA

2.1 TINJAUAN UMUM BUKU 2.1.1 Sejarah Buku di Dunia

Terdapat berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah.

Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsailun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Gutenberg, perkembangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.(www.wikipedia.com, 21 Juli 2010).


(27)

commit to user

II - 2

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).(www.wikipedia.com, 21 Juli 2010)

2.1.2 Sejarah Buku di Indonesia

1. Sejauh yang dapat diketahui, sejarah buku di Indonesia dimulai dengan digunakannya daun-daun palem dan lontar untuk menuliskan sesuatu.

2. Perkembangan selanjutnya, buku di Indonesia dikenal oleh penduduk-penduduk asing melalui bangsa-bangsa asing yang silih berganti datang ke Indonesia yang membawa rupa-rupa bentuk buku.

3. Dengan demikian sejarah buku di Indonesia tidak lepas dari sejarah buku di dunia, dimana buku mulai dikenal dengan macam-macam bahan dan bentuk-bentuk lempengan tanah lempung, gulungan daun papyrus, kulit domba, dan sebagainya.

2.1.3 Karakteristik Buku

2.1.3.1 Bahan Dasar Buku

Bahan dasar buku adalah kertas. Kertas terutama terdiri dari serat-serat, yang teraduk dengan aturan tertentu, serta bahan-bahan penyusun dan pembantu. Adapun sifat dasar bahan kertas antara lain :


(28)

commit to user

II - 3

1. Dapat disobek dan pada sobekannya akan tampak

keluar serat-serat 2. Dapat dilipat

3. Berkerinyut bila kena air

4. Dapat berubah warna dan lapuk karena pengaruh fisis, kimia, dan biologis

2.1.3.2 Bagian-bagian Suatu Buku

Buku pada umumnya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

1. Sampul

Yaitu bagian terluar atau kulit muka dari suatu buku. Sampul terbagi atas sampul depan, punggung, dan sampul belakang.

2. Isi

Yaitu bagian dalam dan utama dari suatu buku, tersusun dari bagian-bagian yang disebut signature yang dikaitkan bersama-sama pada bagian punggung buku.

Signature dibentuk dengan melipat selembar kertas satu kali atau berkali-kali.

3. Ukuran Buku

Pada umumnya, buku-buku yang beredar di Indonesia berukuran 16cm x 21cm untuk ukuran besar dan 10,5cm x 17,5cm untuk ukuran kecil. Sedangkan untuk buku paket berukuran 14,5cm x 21cm.(Sudarmia,1984)


(29)

commit to user

II - 4

2.1.3.3 Macam-macam Buku

1. Buku Menurut Tujuan Penulisannya (Soeatminah,1978) · Buku Referensi atau Reference Books

Merupakan buku yang bersifat penunjuk, dibaca tidak perlu terus-menerus dari halaman pertama sampai halaman terakhir, cukup diambil pada bagian yang diperlukan atau dibutuhkan saja. Yang termasuk golongan buku ini misalnya: kamus, ensiklopedia, bibliografi, buku tahunan, biografi,dsb. · Buku Pelajaran atau Teks Books

Adalah buku yang dipakai di sekolah sebagai pegangan belajar. Ini akan sesuai dengan macam mata pelajarannya.

· Buku Bacaan Tambahan

Adalah buku yang disajikan secara popular namun berisi ilmu pengetahuan, mudah dan menyenangkan untuk dibaca, tidak sengaja orang dapat menambah ilmu pengetahuan.

Yang termasuk golongan buku ini misalnya: buku-buku seri Sejarah Indonesia, seri Pengetahuan Dasar, seri Cipta Karya Pembangunan, dsb.

· Buku Cerita atau Fiksi

Merupakan buku cerita atau novel yang dapat dibaca di waktu luang sebagai hiburan, dan ada tingkatan umur yang sesuai dengan tingkatan cerita.


(30)

commit to user

II - 5

Mulai dari buku cerita bergambar hingga cerita roman.

2. Buku Menurut Umur Pembaca (Wijono, 1980) · Buku Kanak-kanak

Merupakan buku yang dipersiapkan untuk anak-anak. Dalam hal ini buku-buku ini ditulis dengan sudut pandang, pikiran, perasaan, dan penghayatan anak-anak.

· Buku Remaja

Buku ini dipersiapkan untuk para remaja. Dalam hal ini, penulis mengambil sudut pandang remaja, baik dalam penuturan maupun isinya.

· Buku Dewasa

Merupakan buku yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Buku-buku ini ditulis sesuai dengan sudut pandang, pikiran, penghayatan, perasaan orang dewasa.

3. Buku Menurut Tampilannya (Pambudi, 1981)

Pada dasarnya, tampilan buku diperuntukkan untuk pemasarannya. Buku dengan tampilan menarik akan lebih mudah terjual daripada buku dengan tampilan kurang menarik. Adapun macamnya adalah:

· Buku Cetakan Lux (Buku dengan Hardcover)

Merupakan buku-buku yang dicetak bersampul keras dan tebal. Sehingga lebih kuat dan tampak


(31)

commit to user

II - 6

lebih menarik, mewah, dan harganyapun relatif lebih mahal.

· Buku Cetakan Biasa

Merupakan buku-buku yang dicetak biasa. Penampilannya sederhana, bersampul tipis, dan harganyapun relatif lebih murah.

· Buku Cetakan Khusus

Merupakan buku-buku yang dicetak secara khusus untuk kelompok-kelompok pembaca tertentu atau rukun buku (book club).

2.2 TINJAUAN PEMBACA 2.2.1 Perilaku Pembaca

(Rita Marie Carbo dan Kenneth Dunn, 1991)

Membaca merupakan bagian dari proses belajar yang dialami seseorang. Setiap orang memiliki gaya belajar atau membaca yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain:

2.2.1.1 Faktor Lingkungan 1. Suara

Ada orang yang belajar dengan mendengarkan musik, ada orang yang membutuhkan ketenangan untuk dapat belajar.

2. Penerangan

Ada orang yang menyukai belajar dengan penerangan yang merata untuk semua ruangan, ada yang


(32)

commit to user

II - 7

menghendaki penerangan yang terfokus pada buku atau meja belajarnya saja.

3. Temperatur

Ada orang yang nyaman belajar dengan temperatur hangat, ada pula yang menyukai temperatur yang dingin. Bagi manusia, temperatur sangat relatif. Beberapa orang belum tentu merasakan temperatur yang sama pada lokasi dan waktu yang sama.

4. Desain

Sebagian orang menyukai belajar dengan duduk dikursi dengan meja di depannya, dan sebagaian lagi lebih menyukai belajar dengan santai, yaitu duduk di lantai atau sambil tiduran.

2.2.1.2 Faktor Mental 1. Motivasi

Motivasi erat kaitannya dengan prestasi. Seseorang akan termotivasi untuk belajar apabila ada keinginan utuk mencapai sesuatu.

2. Ketekunan

Keinginan yang kuat untuk menpelajari sesuatu mampu membuat individu mempelajarinya dalam waktu yang lama secara terus menerus. Ada juga individu yang mudah jenuh dan memerlukan aktivitas selingan yag dapat menghilangkan kejenuhan.

3. Tanggung jawab

Beberapa orang menyadari tanggung jawab masing-masing tanpa memerlukan bimbingan dari seseorang.


(33)

commit to user

II - 8

Ada yang membutuhkan bimbingan untuk menyadari tanggung jawabnya.

4. Struktur/tatanan

Ada orang yang memerlukan jadwal teratur dalam belajar. Ada pula yang tidak memerlukan jadwal, mereka belajar berdasarkan keinginannya.

2.2.1.3 Faktor Fisiologis 1. Individual

Beberapa orang memerlukan belajar sendiri tanpa ditemani orang lain.

2. Berpasangan

Beberapa orang menyukai belajar berpasangan bersama seorang temannya.

3. Bersama teman sebaya

Beberapa orang lebih sengang belajar bila berada di tengah-tengah teman sebaya.

4. Berkelompok

Beberapa orang lebih menyukai belajar berkelompok daripada belajar secara individual.

5. Dalam Pengawasan

Beberapa orang merasa dapat belajar dengan baik bila diawasi oleh orang yang lebih tua.

6. Gabungan

Merupakan gabungan dari beberapa faktor fisiologis di atas.


(34)

commit to user

II - 9

2.2.1.4 Faktor Fisik

1. Kemampuan Inderawi

Kemampuan inderawi terbagi menjadi 4 kategori: · Auditory learners

Individu yang dapat belajar dengan mudah dengan cara mendengarkan.

· Visual learners

Individu yang mudah belajar melalui pengamatan. Individu pada kelompok ini memiliki daya tangkap dan daya ingat yang tinggi.

· Tactual learners

Individu yang menggunakan tangan dan jari ketika berkonsentrasi. Mereka lebih mudah mengingat ketika mereka menulis, menggambar, atau menggerakkan jarinya.

Cara belajar yang seperti ini banyak dialami oleh individu yang memiliki bakat tertentu, yaitu mereka yang banyak melakukan sesuatu dengan menggunakan tangan. Misalnya: menjahit, memasak, mendesain, melukis, dll.

· Kinesthetic learners

Individu yang mudah memahami setelah mereka melakukan apa yang dipelajari atau melalui pengalaman. Terkadang mereka tidak dapat mengingatnya secara detil.


(35)

commit to user

II - 10

2. Kebutuhan terhadap makanan

Beberapa individu membutuhkan sesuatu yang dapat dikonsumsi ketika mereka sedang belajar atau berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Mereka menginginkan makan, minum, atau merokok.

3. Waktu belajar

Tiap-tiap individu memiliki waktu belajar yang disukai.Ada individu yang menyukai waktu pagi hari, siang hari, atau malam hari.

2.3 PELAKU DAN JENIS KEGIATAN DALAM PROSES PENGADAAN BUKU 2.3.1 Pelaku Pembuatan Buku

Pada umumnya dalam dunia buku dikenal 4 unsur utama yang saling bekerjasama untuk mengadakan buku-buku. Unsur-unsur utama tersebut adalah sebagai berikut : (Smith J. R , 1975) 2.3.1.1 Pengarang

Pengarang ialah penulis atau penyusun gagasan yang akan disebarluaskan melalui buku.

2.3.1.2 Penerbit

Penerbit adalah unsur pembuat buku yang bertugas menggandakan dan menyebarluaskan karya cipta pengarang. Dalam praktek, penerbit adalah koordinator pembuatan suatu buku.

2.3.1.3 Pencetak

Pencetak adalah badan yang mewujudkan buku dalam bentuk tulisan tercetak dan terjilid rapi.


(36)

commit to user

II - 11

2.3.2 Tahap-tahap Dasar Pembuatan Buku

Pada umumnya, kegiatan membuat buku dalam dunia perbukuan dapat dibagi atas tahap-tahap dasar :

2.3.2.1 Tahap I

Penerbit menerima tulisan dari pengarang, penterjemah atau penyunting.

2.3.2.2 Tahap II : Editorial

Penerbit melakukan suntingan atas tulisan dan persiapan-persiapan untuk pencetakan.

2.3.2.3 Tahap III : Produksi

Tulisan dicetak dan dibentuk menjadi buku di percetakan. 2.3.2.4 Tahap IV

Tahap terakhir, yaitu buku selesai diproduksi dan siap disalurkan ke pembaca.

2.3.3 Penyaluran Buku

2.3.3.1 Toko Buku sebagai Penyalur Buku

Sebagai penyalur buku, toko buku dijumpai dalam beberapa bentuk seperti toko buku eceran dan toko buku berskala besar. Sedangkan berdasarkan penekanan barang yang dijual, dapat dibedakan menjadi 2 macam toko buku :

1. Toko yang semata-mata memperdagangkan buku saja. Atau dengan presentasi rendah ada barang dagangan lain yang berfungsi sebagai penarik minat pengunjung.


(37)

commit to user

II - 12

2. Toko yang melakukan sebagai upaya sambilan. Artinya buku tidak menjadi barang dagangan pokok.

2.3.3.2 Usaha-usaha Untuk meningkatkan Penyaluran Buku Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah buku yang disalurkan pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam:

1. Usaha untuk Menginformasikan Buku-buku yang Baru Terbit

Bentuk usaha ini antara lain berupa pembuatan : folder, prospektus atau Katalog (Pambudi, 1981) yang diberikan secara cuma-cuma ke khalayak yang dikehendaki. Dewasa ini pemberian informasi buku dapat dilakukan dengan menempatkan komputer yang sebelumnya telah diprogram khusus untuk mencari judul buku dengan kata kunci sesuai judul yang dikehendaki.

2. Usaha untuk Mempromosikan Buku-buku yang baru Terbit

Usaha-usaha ini pada umumnya berbentuk sbb : (Pambudi, 1981)

· Pengiriman Buku untuk Ulasan atau resensi Bentuk aktivitasnya adalah pengiriman buku secara khusus atau cuma-cuma ke sejumlah media massa atau orang yang biasanya menulis resensi buku atau yang


(38)

commit to user

II - 13

menaruh perhatian khusus mengenai isi buku tersebut. Untuk kemudian dibahas dalam media massa atau dalam suatu acara pertemuan khusus di suatu tempat, di radio atau TV. · Pembuatan dan pemasangan Poster Buku

Poster tercetak biasanya disesuaikan dengan perwajahan jaket, sampul atau edaran tenetang buku. Diberikan kepada toko buku atau dipasang di tempat-tempat lain yang banyak dilalui orang.

· Pameran Buku

Adalah usaha untuk memperagakan buku-buku yang diterbitkan di suatu tempat dalam suatu perisyiwa tertentu dan diselenggarakan oleh satu penerbit dengan satu tema khusus maupun bebas.

· Perlombaan Tema Buku

Usaha penerbit buku untuk mengadakan suatu lomba yang tema atau topiknya diambil atau erat hubungannya dengan buku baru yang ditebitkan itu. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah dari penerbit.

· Penampilan Pengarang Buku (Diskusi dan Bedah Buku)


(39)

commit to user

II - 14

Penampilan pengarang buku kenamaan dalam sebuah diskusi atau bedah buku pada suatu pertemuan, sebagai pembicara radio, maupun sebagai bintang tamu kehormatan pada jamuan makan atau resepsi menjadi nilai lebih tersendiri.

Dari uraian di atas dari poin pelaku pembuatan buku, tahap-tahap pembuatan buku hingga penyaluran buku semuanya memiliki hubungan yang erat dan berantai. Oleh karenanya, kegiatan-kegiatan di atas perlu diwadahi dalam satu wadah bangunan yang mengintegrasi ketiganya dengan urut dan seimbang. 2.4 BERSOSIALISASI MELALUI MEDIA BUKU

2.4.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.(www.wikipedia.com, 15

Juli 2010)

2.4.2 Jenis Sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).


(40)

commit to user

II - 15

2.4.2.1 Sosialisasi Primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. Dari gambar di atas terlihat komunikasi antara orang tua ke anak mereka, dimana setiap apa yang orang tua lakukan, si anak akan mengamati, mempelajari, kemudian menirunya.

Gb. 2.1 Contoh Sosialisasi Primer Sumber : www.google.com, 2010


(41)

commit to user

II - 16

2.4.2.2 Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

Sebagai contoh, resosialisasi adalah pemberian penyuluhan kepada anak jalanan, dimana anak jalanan diberikan kebiasaan-kebiasaan baru sehingga mereka akan melakukan kebiasaan baru tersebut dan meninggalkan kebiasaan lama mereka yang cenderung keras dan negatif. Dan contoh desosialisasi adalah rehabilitasi bagi penggunan narkotika. Dari rehabilitasi tersebut para ex-user mendapat kebiasaan-kebiasaan yang sangat bertentangan dengan kebiasaan mereka. Dari sini

Gb. 2.2 Contoh Sosialisasi Sekunder Sumber : chapter-human-responsililities.net, 2010


(42)

commit to user

II - 17

diharapkan ex-user mendapat identitas baru, seseorang yang baru dengan kehidupan yang baru pula.

2.4.3 Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Dapat juga disebut sebagai media sosialisasi. Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1) keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. (Santosa, 2009) 2.4.3.1 Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.

Gb. 2.3 Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Sumber : www.google.com/ kinship, 2010


(43)

commit to user

II - 18

Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter), menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2.4.3.2 Kelompok Pertemanan atau Teman Pergaulan

Dalam lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya. Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan norma-norma dan interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas


(44)

commit to user

II - 19

interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain.

Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan: 1. memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap

penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa

2. menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan

3. tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir, suka ria, dan sebagainya, termasuk cinta.

4. Merupakan tempat yang baik untuk

mengembangkan ketrampilan sosial seperti kemampuan memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan sebagainya.

Gb. 2.4 Kelompok Pertemanan Sebagai Agen Sosialisasi Sumber : www.google.com, 2010


(45)

commit to user

II - 20

Tentu saja ada peran kelompok persahabatan yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang), misalnya geng.(Santosa, 2009)

2.4.3.3 Lembaga Pendidikan

Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.4.3.4 Media massa

Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.) memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak.

Gb. 2.5 Lembaga Pendidikan Sebagai Agen Sosialisasi Sumber : www.google.com, 2010


(46)

commit to user

II - 21

Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet, seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.

Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan cara hidup yang sama.

2.4.3.5 Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak

Gb. 2.6 Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Sumber : www.google.com,2010


(47)

commit to user

II - 22

pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

Seperti telah di sebutkan di atas, bahwa salah satu agen sosialisasi adalah Media Massa. Media Massa tersebut dapat berupa televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst. Dengan kata lain buku merupakan salah satu media dalam bersosialisasi. Buku merupakan media transfer ilmu, informasi, pesan moral, serta pengalaman dari satu atau beberapa orang, yang dituangkan penulis dalam tulisan ke orang lain, dalam hal ini adalah penikmat buku.

2.4.4 Tinjauan Buku Sebagai Lifestyle dalam Bersosialisasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan identitas diri. Identitas diri bisa muncul seiring dengan perkembangan kehidupan si manusia itu sendiri. Salah satu cara untuk memperoleh identitas diri adalah dengan menentukan lifestyle atau gaya hidup. Dengan gaya hidup modern manusia satu dapat lebih mudah dikenali ataupun mengenal manusia lainnya. Untuk mendukung gaya hidup modern ini, manusia modern memerlukan informasi yang cukup agar gaya hidupnya ini

Gb. 2.7 Masyarakat Sebagai Agen Sosialisasi Sumber : www.google.com, 2010


(48)

commit to user

II - 23

tidak menyimpang dan tetap up to date. Karenanya, manusia modern tak bisa lepas dari buku.

Buku bagi pemiliknya merupakan simbol gaya hidup (lifestyle), yaitu gaya hidup cerdas (smart), toleran, dan inklusif. Meminjam kata Bambang Trims bahwa buku hebat mampu mengharu biru perasaan, melambungkan imajinasi, menggedor spiritualitas, memompa motivasi, menggelitik rasa ingin tahu, dan memberikan seribu solusi (Ajeng Kania, Jadikan Buku sebagai Gaya Hidup Smart, kompasiana.com, 27 Oktober 2010). Buku mentransfer informasi dan ilmu bagi manusia modern. Dan salah satu ciri manusia modern adalah lebih bersifat terbuka dengan hal-hal yang baru. Sebagai contohnya adalah terbukanya manusia modern akan informasi dan ilmu yang diserap dari buku. Setiap manusia modern memiliki cara yang berbeda untuk menyatukan kebiasaan modern mereka dengan kebutuhan mereka akan buku. Contoh aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya :

2.4.4.1 Bersantai di Kafe Sambil Membaca Buku

Dalam warisan nenek moyang Indonesia, sebuah perkumpulan diwujudkan dengan berkumpulnya sekelompok orang atau masyarakat di balai desa, di pos ronda, di masjid atau surau, di warung kopi, dll untuk membicarakan suatu permasalahan adat atau hanya sekedar bercengkrama antar tetangga. Dalam gaya hidup modern masyarakat Indonesia, perkumpulan di pos ronda, masjid, dan warung kopi tersebut mulai


(49)

commit to user

II - 24

meniru budaya barat, yaitu nongkrong di cafe bersama teman, kolega atau rekan bisnis.

Kafe merupakan bahasa modern untuk warung kopi. Kata kafe merupakan adaptasi dari Bahasa Perancis, yaitu cafe, dan kata cafe sendiri berasal dari kata coffee yang berarti kopi. Kafe merupakan warung sederhana yang menyediakan makanan dan minuman yang sederhana pula (makanan dan minuman ringan), dengan menu utama berupa kopi dan minuman olahan kopi lainnya. Kafe di Indonesia sendiri berarti tempat sederhana tetapi cukup menarik dimana seseorang bisa makan makanan ringan. ( www.wikipedia.org, 15 April

2010)

Namun semua tak semata meniru kafe di Eropa, konsep kafe di Indonesia juga menyesuaikan kultur Indonesia, lebih ramah, hommy, dan beberapa mengusung tema bangunan adat. Dari minuman dan makanan yang disajikan pun kafe di Indonesia tetap mengusung adat ketimuran dengan tidak menjual-belikan minuman beralkohol secara bebas, demikian pula dengan alunan musiknya, tidak selalu mengusung musik blues, jazz, rock, dll, kafe di Indonesia juga ada yang menampilkan musik-musik tradisional Indonesia.


(50)

commit to user

II - 25

Berbicara mengenai kafe, pastilah semuanya berhubungan dengan suasana santai dan akrab. Dan suasana santai dan akrab inilah yang disukai pula oleh para penikmat buku. Penikmat buku disini bukan lagi penikmat buku yang kurang pergaulan, penikmat buku pada era modern ini adalah penikmat buku yang modern pula. Komunitas penikmat buku modern lebih menginginkan suasana santai dan akrab untuk membaca layaknya sebuah kafe.

Di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Jogjakarta mulai berkembang toko buku yang mengawinkan antara kafe dan ruang baca. Toko ini menjadi semacam toko buku alternatif. Karena di toko ini, buku ditawarkan dengan pulasan gaya hidup modern yang lebih kental. Toko buku jenis ini lebih mirip galeri, bersentuhan langsung dengan budaya kafe, luks, bergengsi dengan pelayanan bersifat personal dan bercita rasa modern (Menyatukan Sejumlah Gaya Hidup dalam Toko Buku, Republika Online, 28 Maret 2008).

Gb.2.8 Contoh Suasana Kafe Sumber : www.google.com,2010


(51)

commit to user

II - 26

Menurut Winfred Hutabarat, dalam artikelnya di harian Tempo, Toko buku hendaknya menyelenggarakan aktivitas yang berhubungan dengan buku. Pelanggan bisa mendengarkan ceramah, mengikuti diskusi ataupun jumpa pengarang. (Winfred Hutabarat, Toko Buku sebagai Gaya Hidup, Tempo, 5 Maret 2001). Jadi selain menjual-belikan buku, toko buku juga digunakan sebagai sarana yang berhubungan dengan buku seperti diskusi maupun jumpa pengarang.

Aktivitas di dalamnya selain memilih buku lalu kemudian membacanya adalah pengunjung juga dapat menikmati makanan, snack, minuman setara kafe seperti capucino dengan alunan musik blues dan jazz yang cenderung tenang dan santai.

Dari contoh di atas manggambarkan ruang yang diperlukan untuk kafe sekaligus perpustakaan adalah ruang yang luas yang dapat menampung furniture dan

Gb.2.9 Contoh Suasana Kafe yang Berfungsi Pula Sebagai Perpustakaan Sumber : www.google.com, 2010


(52)

commit to user

II - 27

rak-rak buku, memiliki pencahayaan baik dan didesain dengan nuansa kafe yang akrab.

2.4.4.2 Menonton Film yang Diadaptasi dari Buku

Berkembangnya perfilman di Indonesia memicu lahirnya aktris dan aktor serta para sineas. Sineas Indonesia mulai mencoba membuat drama yang dikemas menjadi sebuah film. Perfilman di Indonesia sendiri pernah mengalami pasang surut. Pada tahun 1980an, film di Indonesia sempat merajai dinegeri sendiri dan mengalami kemunduran sekitar tahun 90an, kalah dengan drama sinetron di televisi dan banyaknya bioskop yang mulai tutup dan gulung tikar. Barulah pada sekitar tahun 2000, perfilman Indonesia kembali berkembang dengan munculnya film musikal pertama Petualangan Sherina, dan disusul dengan suksesnya film Ada Apa Dengan Cinta. (www.wikipedia.org, 25 Maret 2010)

Di Indonesia, beberapa Sineas muda mulai menghasilkan karya-karya film yang berkualitas. Beberapa dari film tersebut telah meraih berbagai penghargaan bergengsi baik di kancah nasional maupun internasional. Dari beberapa judul film yang dihasilkan, diantaranya menuai ide cerita dari sebuah novel atau komik. Ketika novel atau komik dibuat versi filmnya tentu akan menarik minat penggemar novel atau komik tersebut atau siapapun yang pernah membaca novel dan komik tersebut untuk melihat dari sisi visualnya. Seperti contohnya baru-baru ini adalah film Laskar Pelangi dan


(53)

commit to user

II - 28

Sang Pemimpi, film ini diadaptasi dari novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menceritakan perjalanan hidup anak-anak pedalaman Belitung yang meraih cita-citanya dengan segala keterbatasan, film ini laku keras di pasaran dan menerima berbagai macam penghargaan. Kemudian film Jakarta Under Cover yang diadaptasi dari buku yang berjudul sama karya Moeamar M.K, film ini menceritakan berbagai kehidupan malam dari berbagai sudut kota Jakarta.

Sama halnya dengan dunia perfilman Hollywood. Film- film berkualitas juga banyak yang diadaptasi dari cerita novel dan komik. Sebagai contohnya film Harry Potter, dari ke 6 pemutaran filmnya selalu menghebohkan penggemar novel Harry Potter di dunia, ceritanya diadaptasi dari novel berjudul sama karya J.K. Rowling yang menceritakan kehidupan seorang penyihir bernama Harry Potter dengan kemelut hidup yang membelenggunya di dunia sihir kemudian ada film yang diangkat dari cerita komik superhero seperti Spyderman 1, Spyderman 2, dan Spyderman 3, Batman dan Batman Begin, Superman dan Superman Return, serta Fantastic Four. Semuanya laris dipasaran dan memberi keuntungan yang besar bagi sineasnya.

Kegiatan menonton film juga memiliki serangkaian aktivitas seperti melihat-lihat judul film, membeli tiket, menunggu jam main film, membeli snack dan minuman, baru kemudian menonton film. Pewadahan yang


(54)

commit to user

II - 29

diperlukan adalah ticket box, lounge atau ruang tunggu, stand makanan dan snack, dan movie theater.

Ruang yang diperlukan untuk movie theater berdasar gambar di atas adalah ruang yang lebar yang dapat menampung kursi penonton dengan jumlah tertentu. Akustik ruang dan kenyamanan furniture menjadi persyaratan utama. Sedangkan untuk ticket box, lounge, serta stand makanan dan minuman ringan diperlukan ruang yang tidak terlalu besar namun tetap menampilkan suasana ruang yang menyenangkan.

2.4.4.3 Mengakses Internet dan e-Book

Maraknya keinginan masyarakat dalam mengakses internet, baru-baru ini muncul istilah Gaya Hidup Digital (digital lifestyle). Gaya hidup digital adalah istilah yang seringkali digunakan (salah satunya oleh Bill Gates) untuk menggambarkan gaya hidup modern yang sarat dengan teknologi informasi. Teknologi informasi di sini berperan mengefisienkan segala sesuatu yang kita lakukan dengan satu tujuan yaitu mencapai produktivitas maksimum. Tentu tidak dapat dibantah lagi bahwa teknologi informasi memang berperan besar dalam meningkatkan efisiensi.

Gb.2.10 Beberapa Contoh Movie Theater Sumber : www.JenzCorner.com, 2010


(55)

commit to user

II - 30

Namun demikian, produktivitas maksimum tidak dapat dicapai semata-mata dengan teknologi informasi. Ada satu landasan penting yang harus kita miliki, yaitu attitude yang benar. Attitude yang benar ini berbicara mengenai sifat-sifat karakter seperti disiplin, mau mengembangkan diri terus-menerus, dan selalu melakukan segala sesuatu sebaik mungkin (spirit of excellence). Tanpa attitude yang benar, teknologi informasi secanggih apapun tidak akan membawa kita mencapai produktivitas maksimum.

Internet dan teknologi informasi merupakan jaringan yang tidak bisa dipisahkan dari buku. Di indonesia sendiri telah berkembang Digilib (Digital Library). Yaitu perpustakaan digital yang menggunakan internet sebagai akses utamanya yang menyediakan buku dan informasi lain yang mendukung dalam bentuk digital.

Perkembangan perpustakaan di Indonesia makin hari makin menunjukkan kemajuannya. Kalau dilihat dari kacamata perkembangan akses informasi yang semakin mudah, hal itu menandakan prospek perpustakaan masa depan makin dinanti kiprah dan peranannya. (Suyoto dan Santoso, 2001)

Di era kemajuan informasi dan globalisasi ini dunia perpustakaan dituntut agar semakin mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang semakin canggih. Pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, seperti perpustakaan digital (Digital


(56)

commit to user

II - 31

Library) atau perpustakaan maya (Virtual Library) atau perpustakaan elektronik (Electronic Library / E-Library), menjadi tuntutan pengembangan perpustakaan masa depan. Perpustakaan digital menjadi jembatan yang menghubungkan kebutuhan informasi pemakai dengan sumber-sumber informasi dan layanan yang ada di perpustakaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, menjadikan berbagai informasi dapat diperoleh dalam waktu yang relatif sangat cepat.

Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para pengelola informasi atau pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga masih mengingat fungsi tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi baik dalam bentuk digital ataupun tercetak.

Dalam perjalanannya perpustakaan tetap memaksimalkan penggunaan koleksi tercetak daripada data digitalnya. Hal itu dikarenakan perpustakaan digital selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan.

1. Keunggulan Perpustakaan Digital

· Memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi pada data digital dan media jaringan komputer (internet).

· Memiliki kemudahan dalam penyimpanan data, dalam artian tidak membutuhkan banyak tempat untuk menyimpan koleksi data yang ada.


(57)

commit to user

II - 32

· Memiliki kelengkapan informasi yang up to date baik

secara audio, visual, teks, grafis, dan lain-lain. 2. Kelemahan Perpustakaan Digital

Perkembangan perpustakaan digital masih dilakukan dengan trial and error, sehingga apabila terjadi error maka dapat timbul kesan pemborosan dan kesia-siaan, dengan biaya dan waktu yang dibuthkan cukup banyak.

Aktivitas pada poin ini antara lain melihat-lihat koleksi buku baru di internet, mendownload e-Book dan informasi lain, kemudian transaksi pembayaran. Pewadahan dari aktivitas ini adalah ruang akses internet, ruang operator, dan kasir.

Dari illustrasi di atas dapat diambil kesimpulan ruang yang dibutuhkan untuk mengakses internet adalah ruang yang dapat menampung beberapa perangkat komputer serta kursi, dan kasir untuk transaksi pembayaran.

Gb.2.11 Suasana Warnet Sumber : www.google.com


(58)

commit to user

II - 33

2.5 UNGKAPAN RUANG DAN BANGUNAN YANG MODERN,

KOMUNIKATIF DAN ATRAKTIF

2.5.1 Tuntutan Ruang dan Bangunan yang Modern 2.5.1.1 Pengertian Arsitektur Modern

Arsitektur Modern adalah langgam arsitektur yang lahir karena adanya revolusi industri, mengedepankan unsur geometris serta penggunaan bahan fabrikasi (industrialisasi) yang mencerminkan kemajuan teknologi. (Jenks,1982). Merupakan kebalikan dari arsitektur klasik.

Pada masa abad ke-20, segala aspek dalam kehidupan sedang berubah dan berkembang. Akan tetapi arsitektur sedang mengalami masa stagnan dan terpaku pada arsitekur abad ke-19, dan hanya terjadi perdebatan akan arsitektur historis mana yang akan dipertahankan. Seperti yang dinyatakan oleh Le Corbusier, ”in an unhappy state of retrogression” (dalam Darling, 2000). Sejak saat itu Le Corbusier memiliki misi untuk membuat suatu bentuk yang modern dan revolusioner di abad ke-20. Modernisme pada arsitektur atau yang dapat disebut dengan New Architecture menurut Le Corbusier, merupakan suatu produk dan metode teknik perekayasaan (engineering) sebagai inspirasi dari bentuk arsitektur modern. Itulah yang ia sebut sebagai ”Engineer’s Aesthetic”, dimana terdapat simplisitas dan standarisasi bentuk. Demikian juga dengan metode logis pada desain yang lebih


(59)

commit to user

II - 34

mementingkan fungsi, bukan hanya sekedar gaya atau style. Akan tetapi arsitektur modern juga tetap memperhatikan nilai-nilai esensial dari arsitektur, berupa faktor-fakor yang menjadi indikator arsitektur yang baik, yaitu ”volume, surface, and plan”.(www.architectur.net, 8 Desember 2009)

Arsitektur modern merupakan bentuk dari lahirnya sebuah pemikiran baru dimana pemikiran tersebut berusaha menghilangkan kesan lama pada arsitektur tradisional menuju gaya arsitektur yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Segala ornamentasi pada arsitektur tradisional berusaha dihilangkan dan menciptakan image baru sebuah bangunan dengan tampilan modern dan menggunakan bahan fabrikasi yang mengunggulkan teknologi.

Arsitektur modern merupakan hasil dari pemikiran modern atau yang disebut dengan modernism. Pada hakikatnya pemahaman tentang arsitektur modern tidak hanya terpaku ciri-ciri fisik yang spesifik maupun sama persis dengan bentuk fisik arsitektur modern pada masa awal kemuculannya, melainkan juga menekankan pada pola pikir modernisme yang mempengaruhi lahirnya dan berkembangnya arsitektur modern. Dengan adanya pola pikir tersebut, maka arsitektur modern dapat diterima dan sesuai dengan modernisme yang terjadi pada masyarakat sekarang ini.


(60)

commit to user

II - 35

2.5.1.2 Tokoh-tokoh Arsitektur Modern

Tokoh-tokoh arsitektur modern diantaranya yaitu Louis Sullivan, dengan slogannya ”Form Follows Function”, dimana pemikiran tentang bentuk benar-benar diperhatikan dan diutamakan namun tetap memegang prinsip estetika berarsitektur. ”Form Follows Function” disini maksudnya adalah bentuk ataupun tampilan sebuah bangunan berasal dari pemikiran fungsi ruang di dalamnya dan menghilangkan ornamentasi berlebihan yang tidak diperlukan untuk menunjang fungsi dari bangunan tersebut.

Tokoh-tokoh yang lain yaitu Le Corbusier, Frank Llyod Wright (Chicago), Victor Horta (Brussels), Walter Gropius, dan Charless Jencks dengan pengungkapannya mengenai industrialisasi pada arsitektur modern.

2.5.1.3 Identifikasi Arsitektur Modern

Kapitalisme dan industri mempunyai suatu hubungan yang tidak lekang oleh waktu. Sejarah berawalnya arsitektur modern ada setelah revolusi industri yang terjadi. Revolusi industri terjadi akibat diemukannya batu bara yang mengubah dunia material untuk pembangunan. Pada era perkembangan industri ditemukan batu bara yang menjadi bahan bakar utama pembakaran material. Seiring dengan perkembangan zaman, melalui arsitektur modern, gagasan baru selalu


(61)

commit to user

II - 36

muncul bersama teknologi. Semuanya tidak lepas dari pemikiran yang modern juga, berani mengungkapkan ide baru dan melawan hal-hal yang konvensional. Pemakaian bahan material fabrikasi yang mengandalkan kemajuan teknologi menjadi salah satu ciri utama pada bangunan berarsitektur modern. Material yang dominan yaitu kaca, baja,beton, dan besi.

”Less is More”, merupakan istilah yang muncul pada kemunculan dan perkembangan arsitektur modern. Istilah tersebut berarti usaha untuk memaksimalkan sebuah bentuk yang sederhana (sesuatu yang minimal) dari sebuah bangunan arsitektur modern, dengan tanpa ornamentasi, menjadi sebuah bangunan yang tampil maksimal, ekspresif, danrepresentatif www.wikipedia.org/arsitekturmodern,

10 Maret 2009). Salah satu metode dalam memaksimalkan tampilan bangunan dapat dilakukan dengan permainan garis geometris. Permainan garis-garis geometris merupakan salah satu unsur utama dalam bentuk arsitektur modern. Bagaimana mengolah garis geometri tersebut untuk dapat menghasilkan tampilan yang ekspresif dan memenuhi nilai estetika.

Berikut dijelaskan beberapa strategi desain pada perancangan bangunan dengan penerapan unsur-unsur desain arsitektur Modern (Sumalyo, 2005):


(62)

commit to user

II - 37

1. Pemisahan Fungsional

Dalam arsitektur modern, kejelasan fungsi dari masing-masing ruang sangat dipikirkan. Sebagaimana terdapat slogan ”Form Follows Function”, dimana bentuk yang tercipta bukan semata-mata karena memberikan ornamentasi, melainkan berdasarkan pada fungsi dari bangunan itu sendiri. Pemisahan fungsi yang jelas dari ruang ke ruang sangat mempengaruhi tampilan yang muncul pada akhirnya, baik itu penampilan luar (eksterior) maupun penampilan dalam (interior) bangunan berarsitektur modern tersebut.

2. Kulit dan Rangka

Dalam hal ini, yang dimaksudkan sebagai kulit adalah kulit bangunan yang melingkupi tubuh bangunan. Sedangkan rangka merupakan aplikasi dari struktur bangunan yang digunakan ataupun massa utama bangunan itu sendiri. Jadi dalam bangunan arsitektur modern, terdapat dua bagian utama yaitu struktur (rangka) yang menguatkan

Gb 2.12 Kejelasan Fungsional


(63)

commit to user

II - 38

bangunan dan kulit / lapisan luar sebagai pendukung penampilan fasadenya. Kulit bangunan dapat digunakan untuk menonjolkan penggunaan material teknologi tinggi.

3. Ketransparanan

Karakter bangunan modern menampilkan ketransparanan-keterusterangan. Transparan dalam hal ini diaplikasikan pada transparan dalam hal view dan pencahayaan. Unsur tersebut dapat dilihat pada penggunaan material yang menciptakan efek transparan seperti material kaca. Penggunaan material kaca kini dapat lebih bervariasi mengingat terus berkembangnya teknologi untuk menciptakannya. Jenis kaca yang digunakan menyesuaikan pada fungsi bangunan atau ruang di dalamnya.

Gb. 2.14 Unsur Ketransparanan

Sumber : Ando Public Library- www.google.com, 2009

Gb.2.13 Kejelasan Kulit dan Rangka Bangunan Sumber : www.google.com, 2009


(64)

commit to user

II - 39

4. Simetri dan Keteraturan

Simetri dan keteraturan dapat diciptakan melalui pengaturan sistem struktur seperti modulasi, serta keteraturan tiap komponen. Simetri disini artinya keseimbangan komposisi, tidak menampilkan massa / bentukan yang ekstrim, cenderung menonjolkan keteraturan.

5. Plat Lantai dan Balok Menjulang Sebagai Ketegasan Geometris

Karakter arsitektur modern menampilkan bangunan yang memiliki ketegasan struktur pada plat lantai dan balok. Bangunan modern mengekspos bagian plat lantai dan balok sehingga elemen struktur tersebut nampak jelas pada bangunan. Permainan plat lantai dan balok sebagai unsur geometris dapat memberikan nilai seni atupun estetika pada bangunan.

Gb. 2.15 Unsur Simetris dan Keteraturan Sumber : www.google.com, 2009


(1)

commit to user

I V - 40

Dari pengamatan yang tertuang pada tabel tersebut diketahui bahwa terdapat kawasan tertentu yang memenuhi kriteria sebagai kawasan pendidikan, perdagangan, dan industri. Kawasan yang sesuai dengan kriteria dan dapat dijadikan pertimbangan pada tahap analisa berikutnya adalah: 1. SWP V : Pajang, Laweyan, dan Sondakan

2. SWP VI : Karangasem, Jajar, dan Kerten 3. SWP VIII : Jebres dan Tegalharjo

4. SWP IX : Kadipiro dan Nusukan

Kawasan di atas kemudian disesuaikan dengan kriteria umum dari poin 1 hingga 4. Pembobotan berdasar kriteria poin 1 hingga 4 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Kriteria SWP V SWP VI SWP VI I I SWP I X

Potensial unt uk sebuah sarana pendidikan, perdagangan, dan industri

ü ü ü ü

Dalam RTRW difungsikan untuk bangunan komersial

ü ü -

-Tingkat pencapaian ke lokasi relatif tinggi (aksesibilitas dan transportasi baik)

ü ü ü ü

Dekat dengan sarana lain yang mendukung

- ü -

-Skor 3 4 2 2

Dari kawasan-kawasan di atas yang memenuhi kriteria secara keseluruhan adalah Kawasan SWP VI yaitu Karangasem, Jajar, Kerten (termasuk di dalamnya jalan utama di kota Surakarta yaitu Jl. Adi Sucipto, Jl. Ahmad Yani).


(2)

commit to user

I V - 41

Maka untuk pemilihan lokasi dipilihlah dua rute jalan utama di Surakarta yaitu jalan Adi Sucipto dan jalan Ahmad Yani. 4.2.1.2 Pendekatan pemilihan site

Pertimbangan pemilihan site didasarkan pada :

1. Memiliki persyaratan yang sesuai terhadap tata ruang kota

2. Memiliki luasan minimum pada perhitungan luasan site yang diperlukan

3. Memiliki kemudahan akses

4. Memiliki kondisi lingkungan yang mendukung

Dengan dasar pertimbangan di atas, dipilih 3 alternatif site yaitu:

1. Alternatif site 1

· Lokasi : terletak di jalan Adi Sucipto, tepatnya di kelurahan Karangasem.

1 2

3

Gb.4 6 Peta Kota Surakarta dengan alternatif site sumber: www.surakarta.go.id dan analisa penulis


(3)

commit to user

I V - 42 · Batas : jl. Adi Sucipto dan jalan lingkungan tembus

ATMI

· Luas : site ini memiliki luas 27.026 m2

· Kondisi : bangunan sekitar merupakan pemukiman, berbatasan langsung dengan Kab. Karanganyar, lalu lintas kendaraan relatif sedang

2. Alternatif site 2

· Lokasi : terletak di jalan Adi Sucipto, tepatnya di kelurahan Jajar

· Batas : jl. Adi Sucipto,pertokoan, dan jalan lingkungan

· Luas : site ini memiliki luas 27.690 m2

· Kondisi : bangunan sekitar merupakan pemukiman, kepadatan bangunan sedang, lalu lintas kendaraan sedang

Gb.4.7 Foto udara alternatif site 1 sumber: googleearth dan analisa penulis


(4)

commit to user

I V - 43

3. Alternatif site 3

· Lokasi : terletak di jalan Ahmad Yani, tepatnya di kelurahan Kerten

· Batas : jl. Adi Sucipto dan jalan lingkungan · Luas : site ini memiliki luas 25.043 m2

· Kondisi : bangunan sekitar merupakan pemukiman, hotel, dan pertokoan, kepadatan bangunan sedang, lalu lintas kendaraan tinggi karena dilalui bus antar kota

Gb.4.8 Foto udara alternatif site 2 sumber: googleearth dan analisa penulis

Gb.4.9 Foto udara alternatif site 3 sumber: googleearth dan analisa penulis


(5)

commit to user

I V - 44

Dari alternatif site di atas, kemudian dilakukan pembobotan pada masing-masing site sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan site seperti :

Alternatif Site Pertimbangan Nilai

Alternatif site 1 · Site potensial untuk dibangun sebuah pusat buku

· Memiliki kondisi lahan yang mendukung dan luas lahan yang mencukupi

· Memiliki aksesibilitas yang baik untuk sebuah bangunan pendidikan, perdagangan, dan industri seperti pusat buku

· Berada pada lingkungan yang dekat dengan sarana penunjang yang mendukung

+ _

+

_

Total Nilai (+ ) = 2 (-) = 2

Skor = 2/ 4 0,5

Alternatif site 2 · Site potensial untuk dibangun sebuah pusat buku

· Memiliki kondisi lahan yang mendukung dan luas lahan yang mencukupi

· Memiliki aksesibilitas yang baik untuk sebuah bangunan pendidikan, perdagangan, dan industri seperti pusat buku

· Berada pada lingkungan yang dekat dengan sarana penunjang yang mendukung

+

+

+

_

Total Nilai (+ ) = 3 (-) = 1

Skor = 3/ 4 0,75

Alternatif site 3 · Site potensial untuk dibangun sebuah pusat buku

· Memiliki kondisi lahan yang mendukung dan luas lahan yang mencukupi

· Memiliki aksesibilitas yang baik untuk sebuah bangunan pendidikan, perdagangan, dan industri seperti pusat buku

· Berada pada lingkungan yang dekat dengan sarana penunjang yang mendukung

+

+

+

+

Total Nilai (+ ) = 4 (-) = 0

Skor = 4/ 4 1

Tabel 4.22 Analisa pemilihan site sumber: analisa penulis


(6)

commit to user

I V - 45

Berdasar analisa pembobotan site di atas maka, site yang memiliki bobot paling tinggi atau sesuai dengan pertimbangan pemilihan site adalah alternatif site 3, yaitu lahan di Jl. Ahmad Yani, tepatnya di kelurahan Kerten. Alternatif site 3 merupakan site yang paling tepat untuk dibangun sebuah Pusat Buku yang direncanakan.

4.2.2 Eksisting Site Kondisi site:

1. Site terletak pada sisi salah satu jalan arteri utama kota Surakarta yaitu Jalan Ahmad Yani, tepatnya di kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan.

2. Site memiliki luasan total sebesar ± 25.043 m2.

3. Batas-batas site:

Utara : Jl. Mliwis, SD Negeri Dhukuhan Kerten, pemukiman Selatan: Jl. Merpati, pemukiman penduduk, pertokoan dan ruko Timur : Jl. Mliwis 2, pemukiman