KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PERDAGANGAN PERLENGKAPAN MUSLIM DI SURAKARTA

(1)

commit to user

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta

DISUSUN OLEH :

CHURRIYATURRAHMAH ALFUTCHAH NIM. I 0206044

DOSEN PEMBIMBING :

IR. MUSYAWAROH, MT IR. ANNA HARDIANA, MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

PUSAT PERDAGANGAN PERLENGKAPAN MUSLIM

DI SURAKARTA


(2)

commit to user

BAB I - 1

PENDAHULUAN

1.1. JUDUL

Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta

1.2. PENGERTIAN JUDUL

Pusat : Pangkal pokok yang menjadi tumpuan berbagai macam urusan.

(tim penyusun Kamus Pusat Pembangunan dan Pengembangan Bahasa, 1998 : 177)

Perdagangan : Berasal dari kata dagang, yang berarti pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan ; jual beli ; niaga. (Raharjo Bayu, TA, 2001)

Perlengkapan : Berasal dari kata lengkap, yang berarti tidak ada kurangnya, genap. (pusatbahasa.diknas.go.id).

Muslim : Penganut Agama Islam. (KBBI, Depdikbud, RI, Jakarta. 1998)

Surakarta : Suatu kota di Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan berada pada Wilayah aliran Sungai Bengawan Solo. (BAPPEDA, Surakarta, 2003).

Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta merupakan sarana untuk menampung kegiatan produksi, konsultasi, promosi, penjualan perlengkapan muslim, dan aktifitas penunjang lainnya, sebagai pendukung aktivitas penganut agama Islam.

1.3. LATAR BELAKANG

1.3.1. Diberlakukannya AFTA

Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan bentuk kerjasama

perdagangan di wilayah negara-negara ASEAN yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan volume perdagangan di antara negara anggota melalui


(3)

commit to user

BAB I - 2 tahun 2008, namun dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003. Bagi Indonesia, kerjasama AFTA merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan ekspor komoditas yang selama ini dihasilkan dan sekaligus menjadi tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif di pasar regional AFTA. Diharapkan dengan diberlakukannya otonomi daerah perhatian pada sektor perdagangan dapat menjadi salah satu dorongan bagi peningkatan kualitas produk sehingga lebih kompetitif di pasar lokal, regional maupun pasar global, dan sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Sehingga pemenuhan sektor perdagangan di Indonesia akan sangat mendukung kerjasama AFTA tersebut.

1.3.2. Mata Pencaharian Penduduk Surakarta

Mata pencaharian penduduk di Surakarta antara lain kerajinan batik, kerajinan ukir, dan sebagainya. Dalam lingkungan keluarga keraton mempunyai warisan leluhur berupa resep obat-obatan maupun kosmetika yang sekarang berkembang menjadi industri jamu dan kosmetika. Home

industri sudah menjamur di kota Surakarta. Apalagi industri konveksi yang

telah menyebar sampai ke kampung – kampung. Hal ini dapat dikatakan perdagangan menjadi salah satu mata pencaharian tradisional, sehingga Surakarta mempunyai potensi sebagai kota perdagangan.

Berikut tersaji tabel data penduduk menurut mata pencaharian di Surakarta dalam angka 2008.


(4)

commit to user

BAB I - 3

Kecamatan

Petani

Buruh

Pengusaha

Buruh

Buruh

District

Sendiri

Tani

Entepreneur

Industri

Bangunan

Farmers

Farm

workers

Industry

workers

Workers of

constructor

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Laweyan

38

32

964

16.421

12.648

Serengan

-

-

1.124

5.264

4.372

Pasar Kliwon

-

-

2.237

8.894

7.589

Jebres

81

-

1.119

17.653

16.534

Banjarsari

337

397

2.810

21.802

21.616

K o t a

2007

450

438

8.752

74.655

63.114

2006

486

569

8.218

75.667

68.535

2005

486

569

8.042

70.254

64.406

2004

768

1.061

9.035

76.059

71.329

( sumber : Surakarta dalam angka 2008 )

Salah satu cara untuk melihat kondisi ekonomi suatu kota adalah dengan melihat mata pencaharian penduduk. Di Kota Solo yang terkenal sebagai kota jasa dan perdagangan, prosentase terbesar dari mata pencaharian penduduk, adalah dagang dan wiraswasta sebesar 38,28 persen, buruh industri sebesar 18,25 persen dan buruh bangunan sebesar 16,15 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian daerah.

1.3.3. Potensi Pariwisata Belanja

Destinasi pariwisata adalah area atau kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat


(5)

commit to user

BAB I - 4 melengkapi untuk terwujudnya kegiatan. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik pada sebuah atau berbagai destinasi pariwisata yang memiliki unsur alam, budaya, dan atau minat khusus yang bersifat unik, khas, dan / atau langka. Kota Surakarta dapat dikatakan kota yang memiliki daya tarik wisata. (sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia).

Tabel.1.2.Perkembangan laju inflasi menurut kelompok barang dan jasa di Surakarta

Tahun

Kelompok

Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & OR

Transport, Komunikasi

& Keuangan

(1) (2) (3) (4) (5)

2001 15,58 18,28 21,25 14,82

2002 8,64 6,42 8,41 12,95

2003 1,73 -4,13 3,01 5,55

2004 3,03 2,75 7,76 6,5

2005 2,69 1,92 8,24 44,33

2006 1,44 2,88 2,72 0,56

2007 3,82 2,58 2,23 2,09

2008 2,98 6,65 1,82 4,14

( Sumber : BPS kota Surakarta )

Dari tabel di atas tersaji perkembangan laju inflasi kelompok barang dan jasa yang berada di kota Surakarta. Ada beberapa jenis wisata belanja di Surakarta yang menarik wisatawan. Pasar Klewer adalah urutan pertama bagi yang perlu berbelanja oleh – oleh khas Solo, yaitu batik. Pasar Klewer terletak di alun-alun utara tepat berseberangan dengan masjid Agung


(6)

commit to user

BAB I - 5 menyediakan batik dalam beragam corak dan aplikasi. Bersebrangan dengan alun-alun ada pusat perbelanjaan Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Square. Juga ada pasar Gede yang lebih beragam, mirip pasar tradisional di daerah-daerah lain. Barang yang dijual pun lebih banyak kebutuhan rumah tangga. Di Kampung Batik Laweyan merupakan sentra pembuatan batik yang bisa jadi sama besarnya dengan Kota Gede di Yogyakarta. Kampung Batik Kauman juga menyediakan beragam batik yang tak kalah dalam menarik perhatian wisatawan. Satu tempat lagi sebagai wisata belanja yang mendukung wisata budaya keraton mangkunegaran, yaitu night market yang berada di depan gerbang mangkunegaran, lebih dikenal dengan sebutan “ngarsopuro”. Pasar ini dibuka tiap sabtu malam. Sepanjang jalan diponegoro akan ditutup pada sabtu sore. Dan berfungsi kembali pada minggu pagi dini hari.

1.3.4. Penduduk Muslim Indonesia

Pada kenyataannya, negara Indonesia menempati peringkat pertama dengan jumlah muslim terbesar di seluruh dunia (sumber: Pew Forum on Religionand Public Life). Setidaknya 1,57 miliar populasi muslim dari seluruh dunia diperkirakan 60 persennya dari benua Asia. Penduduk muslim Indonesia dengan total kurang lebih 202.867.000 jiwa. Kota Surakarta termasuk kota dengan prosentasi penduduk muslim tinggi. Hal ini belum didukung kualitas yang sesungguhnya oleh penganut agama Islam tersebut, termasuk dalam tata cara berbusana muslim yang sesuai syari’at. Secara khusus fasilitas ini ditujukan bagi masyarakat muslim, maka perlu pula diketahui demografi penduduk berdasar kepercayaannya. Berikut tabel demografi penduduk tahun 2008,


(7)

commit to user

BAB I - 6 tahun 2008

Kecamatan

Islam

Kristen

Kristen

District

Moslem

Katholik

Protestan

Catholic

Protestan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Laweyan

88.520

10.464

10.564

426

530

110.504

Serengan

38.545

5.532

6.532

100

91

50.800

Pasar Kliwon

67.686

10.238

9.139

750

167

87.980

Jebres

95.296

20.802

22.518

1.804

872

142.292

Banjarsari

116.292

23.256

20.700

1.382

463

162.093

K o t a

406.339

70.292

69.453

4.462

2.123

553.669

2007

412.283

74.355

69.971

4.605

2.141

563.355

2006

408.992

74.253

71.538

4.624

2.169

561.576

2005

403.412

73.251

75.171

4.211

1.993

558.038

2004

401.358

74.665

74.504

.4.687

2.517

557.731

Budha

Hindu

Jumlah

( Sumber : surakarta dalam angka 2008 )

1.3.5. Kurangnya Fasilitas Perlengkapan Muslim di Surakarta

Banyaknya Pusat Perdagangan perlengkapan muslim yang tidak mewadahi kegiatan penjualan, produksi, konsultasi, promosi, dan aktifitas penunjang kegiatan Islam lainnya secara lengkap sebagai pendukung aktivitas penganut agama Islam.

Beberapa contoh butik / rumah mode muslim di Surakarta yang kurang lengkap dalam menyediakan perlengkapan muslim untuk keperluan masyarakat muslim pada khususnya. (sumbe: analisa pribadi)

1. Kilat

Hanya menyediakan busana muslimah dan perangkat Sholat dalam variasi yang sangat terbatas dan sederhana telah melalui berbagai tahapan perkembangan dan kini telah tersedia aneka produk


(8)

commit to user

BAB I - 7 semua perlengkapan dapat dijangkau di toko ini.

2. Boutiq Savanah

Butik savanah ini merupakan show room dan work shop busana muslim yang terdapat di jalan wora – wari no 16 Mangkubumen wetan, Surakarta. Semua busana yang dipasarkan merupakan hasil desain dan produksi sendiri oleh pemilik. Selain busana, juga menyediakan aksesoris berupa tas dan beranekaragam kerudung. Di butik ini hanya melayani fasilitas busana dan aksesoriesnya. Untuk perlngkapan lain, seperti perlengkapan haji, perlengkapan walimahan, belum tersedia di tempat ini.

1.3.6. Potensi pasar di Surakarta

Pasar Klewer merupakan pasar tradisional yang barang dagangannya sudah merambah ke negara – negara ASEAN. Tak jarang warga Asing yang berkunjung ke Indonesia menyempatkan berkunjung di Pasar Klewer. Banyak pula warga asing yang sengaja datang ke Indonesia khusus untuk mengunjungi pasar klewer.

Kota Surakarta memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan produk busana, terutama busana muslim. Dewasa ini busana muslim banyak diminati oleh masyarakat. Industri tekstil dan sandang yang ada di Surakarta sudah cukup banyak dan ditunjang dengan adanya industri batik yang terkenal baik di dalam maupun di luar negeri.

Tabel. 1.4. Perusahaan Yang Bergerak Di Bidang Garmen Dan Tekstil

No Industri Jumlah

1 Tekstil 28

2 Benang dan jarum 3

3 Pakaian jadi 27

4 Batik 5


(9)

commit to user

BAB I - 8 Dengan adanya industri-industri di atas maka akan sangat membantu dalam pemenuhan bahan di dunia fashion.

1.4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.4.1.Permasalahan

Bagaimana merencanakan suatu wadah fisik yang mampu menampung kegiatan produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop tentang perlengkapan muslim sehingga mampu melaksanakan fungsinya secara optimal dalam melayani customernya dengan penampilan fisik yang dapat mencerminkan pusat perdagangan perlengkapan muslim.

1.4.2.Persoalan Makro

1. Bagaimana merencanakan konsep lokasi dan site Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim pada tapak yang sesuai dengan fungsi kegiatan yang dapat menjadi pusat untuk mewadahi kegiatan produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop.

2. Menentukan kriteria dan persyaratan yang meliputi kapasitas pemakai, struktur organisasi pengelola, serta program ruang yang sesuai dengan fungsi kegiatan produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop yang berkarakter Islami.

Mikro

1. Memanfaatkan site yang dipilih untuk dapat menentukan pola tata massa bagi fungsi sebuah Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim yang direncanakan.

2. Menentukan tata ruang bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim yang disesuaikan jenis kegiatan islami yang dapat memperhatikan aspek kelancaran, kenyamanan serta aktivitas pemakainya.


(10)

commit to user

BAB I - 9 Perlengkapan Muslim yang mampu menampung jenis kegiatan produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop di dalamnya berkarakter Islami.

1.5. TUJUAN DAN SASARAN 1.5.1.Tujuan

Merancang bangunan sebagai wadah kegiatan promosi, produksi, konsultasi dan penjualan perlengkapan muslim serta kegiatan pendukung lainnya sehingga mampu melaksanakan fungsinya secara optimal sebagai pusat perdagangan yang efektif dan efisien bagi warga muslim.

1.5.2.Sasaran

Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai landasan perwujudan fisik bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim yang mewadahi kegiatan penjualan, promosi, produksi, konsultasi dan informasi tentang perlengkapan muslim serta kegiatan pendukung lainnya yang meliputi:

1. Konsep Perencanaan

a. Konsep penentuan tapak

b. Konsep pengolahan tapak, lokasi, site, dan zonifikasi 2. Konsep perancangan

a. Konsep bentuk kegiatan perdagangan yang Islami

b. Konsep kelompok kegiatan dan kebutuhan ruang yang Islami c. Konsep besaran ruang

d. Konsep pola hubungan ruang dan organisasi ruang e. Konsep tuntutan dan persyaratan ruang

f. Konsep penampilan eksterior dan interior bangunan g. Konsep sirkulasi


(11)

commit to user

BAB I - 10

1.6.1.Lingkup

Pembahasan didasarkan pada disiplin ilmu arsitektur, sedangkan pembahasan teoritik di luar disiplin ilmu arsitektur digunakan sebagai bahan pendukung untuk memperkuat keputusan konsep dalam perancangan dan memberi pengarahan dalam pembahasan.

1.6.2.Batasan

1. Lingkup wilayah yang digunakan adalah wilayah kota Surakarta.

2. Pembahasan mengacu pada tinjauan serta analisa konsep arsitektur islami akan diterapkan dalam bangunan.

1.7. METODE PEMBAHASAN 1.7.1.Tahap pengumpulan data

Konteks kebutuhan data dan informasi menentukan program perancangan bangunan, dimana berpengaruh pada pemecahan permasalahan.

1. Observasi lapangan

a. Wilayah, dimana dalam langkah ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan identifikasi kondisi tapak terpilih yang berada di sentra perdagangan. Kawasan PGS, BTC, Pasar Klewer.

b. Komparasi, pengamatan terhadap objek sejenis yang sudah ada. Pengamatan mengenai bangunan PGS dan BTC.

2. Studi literatur dengan berorientasi pada objek observasi untuk mendapatkan data sekunder yang tidak dapat diperoleh dari observasi. Dengan Tugas Akhir Jurusan Arsitektur yang berada di perpustakaan jurusan Arsitektur.

3. Wawancara

Sumber informasi utama adalah pelaku / pengguna yang akan menempati site, seperti pemilik usaha mikro konveksi di wilayah Surakarta, serta pemilik usaha perlengkapan haji di wilayah Surakarta dan Sukoharjo.


(12)

commit to user

BAB I - 11

1.7.2.Analisis

Data–data yang didapat dari hasil studi observasi yang terdiri dari observasi wilayah dan komparasi dan wawancara dengan pihak–pihak yang terkait. Akan didapatkan data–data mengenai penyewa retail pada pusat perdagangan, pembeli, maupun pihak pengelola tersebut. Diperhitungkan keterkaitan dengan standart yang ada didapat dari studi literatur yang ada untuk pendekatan menuju konsep perencanaan dan perancangan bangunan pusat perdagangan perlengkapan muslim.

1.7.3.Sintesis

Sintesis ini merupakan jawaban dari permasalahan yang telah diungkapkan diatas. Hasil dari sintesis ini selanjutnya dijadikan dasar dalam pembuatan konsep perancangan yang nantinya akan berpengaruh pada bentuk serta peruangan pada bangunan pusat perdagangan perlengkapan muslim.

1.8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika yang digunakan dalam pembahasan konsep perencanaan dan perancangan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta sebagai wadah yang merupakan sarana untuk menampung kegiatan produksi, konsultasi, promosi, penjualan, dan aktifitas penunjang lainnya bagi penganut agama Islam, sebagai berikut:

Tahap I

Mengemukakan pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metoda penulisan serta sistematika pembahasan.

Tahap II

Mengemukakan tinjauan umum Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim, dan tinjauan Arsitektur Islami yang akan diterapakan dalam proses perancangan.


(13)

commit to user

BAB I - 12 Mengemukakan tinjauan khusus kota Surakarta yang akan menjadi tempat didirikannya bangunan yang akan dirancang.

Tahap IV

Melakukan analisis pendekatan perencanaan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta yang direncanakan untuk menentukan perencanaan luar dan dalam bangunan yang direncanakan.

Tahap V

Kesimpulan dari analisis berupa konsep perencanaan dan perancangan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta.


(14)

commit to user

BAB II - 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. TINJAUAN UMUM PUSAT PERDAGANGAN

Perdagangan diartikan sebagai pedagang yang menjual barang dalam jumlah yang besar maupun kecil. Perdagangan berhubungan dengan kegiatan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan (jual beli; niaga). Untuk kegiatan ini dibutuhkan suatu tempat (bursa / pasar) sebagai tempat untuk memperjualbelikan sesuatu. (sumber: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

Secara umum pusat perdagangan diartikan sebagai suatu tempat berkumpulnya kegiatan yang dilakukan di suatu tempat ( bursa / pasar ) dengan sistem penjualan yang dapat dinikmati oleh khalayak.

Skala pelayanan dalam pusat perdagangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan akan kegiatan perdagangan dalam lingkungan sekitar. Dapat berkisar dari tingkat lokal (setempat) maupun tingkat regional (propinsi), bahkan dapat dikembangkan sampai ke tingkat Nasional. Skala pelayanan ini sangat berpengaruh terhadap besar – kecilnya luasan bangunan pusat perdagangan. Untuk skala pelayanan yang semakin luas maka diperlukan juga luasan bangunan, dan keberagaman barang dagangan yang diperjualbelikan di pusat perdagangan tersebut.

2.1.1. Karakteristik

Dalam sebuah pusat perdagangan disamping skala pelayanan yang nantinya akan berpengaruh dalam luasan bangunan, hal yang harus diperhatikan yaitu sistem sirkulasi baik di luar maupun di dalam bangunan. Dalam hal ini tingkat efisiensi dan nilai ekonomis sangat diperhatikan, sehingga selain bangunan dapat diukur maksimal dalam nilai ekonomis (bisnis) harus juga dipertimbangkan sistem sirkulasi yang baik, sehingga kegiatan yang ada dalam pusat perdagangan dapat berjalan dengan lancar. Dalam pengaturan sistem sirkulasi ada beberapa hal yang perlu


(15)

commit to user

BAB II - 14 dipertimbangkan (Nadine Beddington, Design for Shopping Centre, London :

Butterworth Scientific, 1982):

a. Aliran pengunjung harus melewati bagian depan toko – toko pengecer b. Pintu masuk dan keluar sebaiknya terpisah agar tidak monoton dan

pengunjung dapat menikmati semua yang ada dalam pusat grosir tersebut.

c. System sirkulasi tunggal dimana semua toko retail mempunyai nilai komersil yang sama.

2.1.2.AKTIVITAS DALAM PUSAT PERDAGANGAN

Aktivitas yang ada dalam pusat perdagangan dipengaruhi oleh personel / individu. Individu yang terlibat langsung dalam kegiatan pusat perdagangan antara lain (sumber : Analisa Pribadi):

1. Pengunjung

a. Jenis pengunjung

Terdiri atas masyarakat kawasan karesidenan Surakarta (Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar), serta masyarakat dari luar kota yang berminat untuk berdagang (kulakan) di pusat perdagangan ini.

b. Karakteristik Pengunjung

Mengingat gedung yang direncanakan adalah pusat kegiatan perdagangan maka pengunjung tidak dibatasi untuk golongan tertentu, tapi untuk masyarakat umum, untuk semua golongan, yang mencari kebutuhan mereka masing–masing sebagai penunjang bagi umat muslim.

2. Penyewa (pemilik, karyawan)

Meliputi pengusaha atau pemilik usaha, beserta karyawannya baik kantor dan toko, maupun usaha lainnya yang ada di gedung yang akan direncanakan.


(16)

commit to user

BAB II - 15 3. Pengelola

Meliputi pimpina, karyawan yang bekerja mengelola Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini, dan termasuk petugas servis yang menjaga perawatan gedung sehari–hari.

2.1.3.FASILITAS

Seiring dengan pandangan konsumen saat ini, bahwa berbelanja selain untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, juga merupakan kegiatan rekreasi untuk melupakan ketegangan dan bersantai. Maka kehadiran fasilitas penunjang dalam pusat perdagangan dapat memberikan dampak positif yang cukup menguntungkan.

Rencana fasilitas yang akan disediakan antara lain ; 1. Kios / Gerai

2. Food court

3. Fasilitas pelayanan (servis) 4. Tempat produksi

5. Tempat pameran 6. Atrium serbaguna 7. Anchor

2.1.4.Tinjauan Pusat Perdagangan di Surakarta

Dikota Surakarta hingga saat ini baru terdapat 4 bangunan perdagangan yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan pusat perdagangan sebagai pembanding Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim: 1. Pasar Klewer

Pasar klewer saat ini berpotensi sebagai pusat pemasaran tekstil terbesar di kota Surakarta khususnya, bahkan Indonesia pasca kebakaran di pasar Tanah Abang, Jakarta. Fasilitas pemasaran pasar Klewer berupa kios-kios yang memiliki ukuran 2,5 x 2,5 m setiap kaplingnya. Buka setiap hari pukul 09.00-16.00 WIB, dengan pengunjung ± 500 orang per hari.


(17)

commit to user

BAB II - 16 Produk yang mendominasi adalah berbagai macam produk batik. Kondisi yang dirasakan pada pasar Klewer ini kurang nyaman karena jalur sirkulasi yang sempit, suasana gerah karena kurangnya sirkulasi udara, serta tidak tersedianya mushola (karena dekat dengan masjid Agung Surakarta), walaupun pada kenyataannya justru warga pasar yang muslim melakukan ritual ibadahnya di dalam kios mereka, diatas dagangan yang dijual, dan kurangnya sarana promosi dan informasi mengenai batik dan produk yang dijual didalamnya.

Display produk dengan menggunakan rak gantung dan rak pajangan. Karena luasan kios pada tiap-tiap kaplingnya yang relatif sempit, maka lay out produk yang ada menjadi bergeser dan memenuhi gang-gang yang ada sehingga para pengunjung di paasar Klewer harus berdesak-desakan apabila berbelanja di sana. (sumber: DPPKS-Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta)

2. Plaza Singosaren

Plaza singosaren tadinya adalah sebuah pasar yang mengalami modernisasi yang kemudian secara perlahan berubah dari sebuah pasar tradisonal menjadi sebuah plaza. Pada lantai satu dari plaza singosaren banyak konter selular yang menjual handphone baik baru maupun bekas, toko mas, makanan-makanan cepat saji (KFC dan Mc Donald), accesories dan konter pakaian-pakaian, dan beberapa toko yang menjual peralatan elektronik, serta masih juga tersisa beberapa bagian dari plaza singosaren ini berupa pasar tradisional yang menjual jajanan tradisional seperti intip, brem dan manisan buah-buahan. selain itu juga terdapat Supermarket Matahari. bagian depan dari plaza singosaren lantai satu ini juga sering ada pameran kendaraan bermotor. Di lantai dua menjual pakaian anak dan dewasa, sandal, sepatu, tas, alat-alat kecantikan dan berbagai accesories. Sedangkan di lantai tiga juga banyak kita jumpai selluler, alat-alat rumah tangga, gerai makanan, timezone dan menjual mainan anak-anak, serta juga terdapat


(18)

commit to user

BAB II - 17 bioskop. Lantai empat dipakai untuk parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Jalanan di sekitar Plaza Singosaren ini biasanya selalu macet terlebih lagi di hari sabtu, baik siang maupun malam selalu macet. Disepajang jalan Singosaren terdapat banyak toko-toko seperti toko sepatu dan tas, Mc Donald,Monsa,Ginza dan lain lain Sebagai sebuah sental bisnis dikota solo plaza singosaren miliki nilai yang sangat berarti. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com)

3. Beteng Tread Center ( BTC )

Potensi fasilitas pemasaran bursa Perdagangan BTC terletak di basement bangunan, berupa kios - kios dengan mayoritas luasan 2 m x 3 m. Buka setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB dengan pengunjung rata-rata 200-300 orang per hari.

Sirkualasi di tempat perbelanjaan ini cukup lancar sehingga pembeli mempunyai kesempatan memilih-milih jenis produk yang mereka inginkan dengan leluasa. Sistem pelayanan sepenuhnya dilayani oleh penjual.

Jenis produk yang dijual bervariasai mulai dari tas, sandal, kain dan pakaian. Terutama yang mendominasi adalah produk-produk tekstil. Untuk produk-produk tekstil yang dijual berupa kain dan pakaian. Display produk dengan menggunakan rak gantung dan rak pajangan. Bangunan BTC ini mempunyai luas bangunan yang cukup besar dan menyajikan berbagai jenis tekstil di Surakarta. Namun kendalanya yaitu tempatnya di basement, terlihat suram, pengunjung kesulitan mencari toilet, mushola dan sampai saat ini belum ada tindak lanjut Pemerintah Daerah untuk masalah pembangunan kembali bursa benteng ini. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com )

4. Pusat Grosir Solo (PGS)

Pusat Grosir Solo melayani pembelian dalam jumlah besar / grosir untuk para pedagang kecil yang ingin menjual barang itu ke


(19)

commit to user

BAB II - 18 konsumen langsung. Bangunan ini terdiri dari empat lantai dan lantai basement. Sedang parkiran berada di lantai 4, bersama dengan mushola.

Barang yang dijual beragam, busana muslim termasuk dijual di beberapa kios di PGS ini. Fasilitas pemasaran PGS berupa kios – kios sebesar 2m x 3m setiap kaplingnya. Tanpa kamar pas yang tersedia, membuat konsumen langsung (membeli untuk pribadi) yang datang tidak dapat mencoba busana pilihannya. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com)

2.1.5.Prospek Fasilitas Pusat Perdagangan Muslim di Surakarta

Keberadaan berbagai fungsi yang tersedia di wilayah Surakarta terutama fasilitas pusat kegiatan perdagangan memang merupakan suatu tindak lanjut dari kebijakan pelaksanaan pembangunan perekonomian yang salah satunya mengutamakan perkembangan pada sektor perdagangan. Dengan kecenderungan peningkatan kualitas masyarakat penghuni kota Surakarta sekarang ini menuntut suatu fasilitas yang dapat menyediakan barang kebutuhan secara lengkap yang juga memberikan suatu efisiensi. Jika dilihat dari berbagai fasilitas yang telah tersedia, ternyata belum terdapat fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan perdagangan grosir busana muslim.

Dalam kaitan sebagai aternatif pengembangan sektor perdagangan, disamping pasar klewer yang disebutkan diatas sudah hampir tidak mungkin lagi untuk dikembangkan. Maka kawasan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini memiliki prospek yang cukup bagus dalam mengakomodasikan kegiatan perekonomian khususnya perdagangan.

2.1.6.Status dan Kedudukan

Status kepemilikan dari Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini, direncanakan menjadi milik suatu badan swasta yang berdiri dengan otoritas sendiri, tetapi masih dalam koordinasi dengan pemerintah daerah dan


(20)

commit to user

BAB II - 19 instansi terkait. Namun demikian koordinasi manajemen dan pengembangan menjadi hak sepenuhnya dari badan pengelola bangunan pusat perdagangan grosir perlengkapan busana muslim ini.

2.1.7.Skala Pelayanan

Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini direncanakan sebagai jenis pusat kegiatan perdagangan yang mempunyai lingkup pelayanan kota di seluruh Indonesia. Skala pelayanan mewadahi kebutuhan penduduk untuk semua golongan masyarakat, terkhusus untuk masyarakat muslim di Indonesia.

2.2. TINJAUAN UMUM ARSITEKTUR ISLAMI

Arsitektur merupakan seni rancang bangun. Namun pemaknaannya sebenarnya lebih mendalam yang tidak hanya terfokus pada bangunan saja, namun tergantung dari segi mana memandangnya. Arsitektur adalah bidang dimana konsep seni dan estetika yang ditanamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam diri manusia dapat terlihat sehingga menjadi bagian dari kebudayaan manusia yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang dan tata ruang, geografi, dan sejarah.

Islam merupakan tata cara kehidupan yang didasarkan oleh aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW untuk diajarkan kepada seluruh umat manusia dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah (Hadits). Islam adalah suatu bentuk aturan atau metode kehidupan dunia yang akan membawa ke bentuk tatanan kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang kekal di akhirat.

Arsitektur Islami sendiri mengandung penerapan konsep-konsep Islam dalam arsitektur dalam melahirkan suatu produk budaya fisik dan moral yang merupakan ekspresi dan aktualisasi nilai-nilai Islam yang telah terinternalisasi dalam diri seorang Muslim. Konsep-konsep yang dimaksud adalah suatu pesan yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits karena sesungguhnya di dalamnya tidak ada yang secara mengatur tentang bangunan atau arsitektur. Namun lebih kepada


(21)

commit to user

BAB II - 20 aturan dan pola hidup yang diantaranya memiliki keterkaitan dengan suatu wadah yang dapat dihubungkan dengan arsitektur.

2.2.1.Arsitektur dalam Islam

Islam merupakan jalan kebenaran milik Allah yang menuntun manusia menuju kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat. Dengan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi sumber dan pokok-pokok hukum yang menjadi petunjuk dan aturannya meliputi segala aspek kehidupan manusia di dunia hingga hari kiamat.

Adakah arsitektur dalam Islam? Dalam Al-Qur’an maupun Hadits memang tidak ada yang menunjukkan penekanan khusus terhadap arsitektur. Namun makna-makna dan isyarat-isyarat di dalam keduanya bisa menjadi sebuah pedoman yang tegas untuk diterapkan dalam arsitektur. Dengan demikian diperlukan adanya ijtihad yang arif dan bijaksana dalam melakukan pendekatan terhadap nash-nash yang ada untuk menemukan keterkaitannya dengan arsitektur.

Arsitektur sesungguhnya merupakan hasil manifestasi dari kreatifitas manusia sebagai kecerdasan yang Allah karuniakan kepada manusia. Oleh karena itu arsitektur sebenarnya merupakan sebuah budaya. Kesalahpahaman bisa timbul dengan penyebutan “kebudayaan Islam”, karena kebudayaan merupakan produk manusia baik berupa perilaku, kebiasaan, adat istiadat, arsitektur, dan lain-lain. Islam merupakan wahyu yang Allah berikan kepada Nabi-Nya untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Kebudayaan yang lahir dan tumbuh tidak seiring atau tidak menjadikan Islam sebagai tuntunan, seringkali menggiring masyarakatnya kepada kesesatan. Mereka lebih memilih ajaran dan kebiasaan nenek moyang mereka yang masih jahil dan jauh dari nilai-nilai Islam daripada mengikuti petunjuk Allah.


(22)

commit to user

BAB II - 21

2.2.2.Bangunan Publik Aktivitas Islami

Arsitektur merupakan ungkapan fisik dari budaya masyarakat pada tempat dan waktu tertentu. Keberadaan arsitektur bisa dibilang seumur dengan adanya manusia di muka bumi ini. Apabila arsitektur dikaitkan dengan bangunan, maka pertanyaannya adalah:

Apakah bangunan yang pertama kali didirikan di muka bumi ini? Apabila kita mencoba dan benar-benar memahami Al-Qur’an akan dengan mudah mencari jawabannya.

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang

diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[214]. . ( QS. Ali Imran [3] : 96 )

[214]. Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.

Baitullah di Makkah yang menjadi orientasi dan qiblat shalat umat Islam dunia merupakan bangunan atau arsitektur pertama di dunia. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Adam AS adalah manusia pertama (atau arsitek pertama?) yang membangun ka’bah atas perintah Allah Ta’ala di atas tanah suci sebagai tempat ibadah dan melalui perantaraan malaikat Allah mengajarkan cara bermanasik. Ka’bah yang ada di bumi merupakan simbol dari ‘Arsy Allah yang malaikat selalu mengelilinginya.(Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Quran dan Sunnah, oleh: Nangkula Utaberta)

Dalam rentang waktu yang lama Ka’bah mengalami kerusakan yang kian lama kian parah sehingga hancur. Sehingga Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membangun kembali Baitullah bersama anaknya Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim AS meninggikan posisi Ka’bah dan dibantu anaknya memasang batu. Setelah membangun makin meninggi, Nabi Ismail AS membawakan batu sebagai pijakan Nabi Ibrahim AS. Batu pijakan itulah yang disebut Maqam Ibrahim.


(23)

commit to user

BAB II - 22 Pada zaman Rasulullah yang rentang waktunya cukup panjang dan jauh dari zaman Nabi Ibrahim, waktu dan alam membuat kerusakan yang berarti pada bangunan Ka’bah. Bersama suku Quraisy, Rasulullah membantu melaksanakan pemugaran Ka’bah untuk memperbaiki banyaknya batu-batu dinding yang lepas. Setelah Fat’khu Makkah (penguasaan Makkah), Muslim menguasai Ka’bah, merawat dan memuliakannya sebagai tempat ibadah yang paling utama dan menjadi qiblat yang menyatukan seluruh Muslim dunia.

Dari Abu Dzar RA berkata:

“Ya Rasulullah! Masjid apa yang pertama kali dibangun di muka bumi?”

Rasulullah menjawab: “Masjidil Haram.” (HR. bukhari – Muslim)3

2.2.3.Konsep – konsep Islam dalam Arsitektur

Arsitektur merupakan bentuk komunikasi yang dimanifestasikan melalui suatu perancangan bangunan yang memiliki makna atau nilai tertentu dalam dimensi budaya, spiritual dan harkat serta martabat penggunaannya. Arsitektur juga bisa berperan sebagai pengungkapan fungsi suatu bangunan sehingga bisa dijadikan ciri atau karakter sebuah bangunan.

Demikian pula dengan arsitektur berdasarklan nilai-nilai Islam yang merupakan ungkapan atau ekspresi bangunan yang didasarkan pada konsep ajaran Islam. Namun arsitektur dalam Islam bukanlah arsitektur yang bergaya arabesque, tetapi lebih bersifat universal yang keberadaan dan perkembanganannya selalu mengikuti perkembangan kebudayaan manusia dimana Islam itu berada. Oleh karena itu tidak ada kebudayaan Islam, tetapi yang ada adalah kebudayaan umat Islam, karena arsitektur Islami antara suatu daerah satu dengan yang lainnya terlihat berbeda. Arsitektur


(24)

commit to user

BAB II - 23 mendapat pengaruh pada tempat dan zaman yang berbeda.

Dengan demikian boleh dikatakan tidak ada ciri khas dalam arsitektur Islami. Gaya Arabesque sering dikaitkan dengan arsitektur Islami semata-mata hanya mencoba untuk menciptakan suasana dimana Islam itu pertama kali bercahaya yakni di semenanjung Arab dengan arsitektur Timur Tengahnya yang khas.

Menurut Nangkula Utaberta, dalam prinsip dasar pemikiran Arsitektur Islam, maka sumber dan dasar pemikiran Islam adalah sumber dan dasar pemikiran yang juga di aplikasikan dalam Arsitektur Islam yaitu, Al- Qur’an dan Hadits. Beliau menjabarkan prinsip prinsip tersebut sebagai berikut:

a. Prinsip Pengingatan kepada Tuhan

Melalui berbagai firmannya Allah banyak mengingatkan kita untuk lebih banyak berkontemplasi merenungi ciptaan-Nya di alam ini. Melalui berbagai ayat Al-Qur’an, Ia banyak mengajak kita untuk merenungi penciptaan alam dan mengambil pelajaran dari makhluk ciptaan-Nya tersebut.

Karenanya sangat penting bagi kita untuk memperlihatkan kebesaran alam sebagai ciptaan langsung dari Allah jika dibandingkan dengan bangunan atau produk ciptaan manusia. Perancangan bangunan dan perkotaan haruslah berusaha mendekatkan penghuninya dengan suasana yang lebih alami dan dekat dengan alam. Makhluk ciptaan Allah seperti pepohonan, rumput dan bunga-bungaan haruslah mendominasi sebuah perancangan bangunan, perumahan atau perkotaan yang Islami.

Pada perancangan bangunan dan perancangan perkotaan dewasa ini, prinsip yang lebih mengutamakan penjagaan terhadap alam seringkali ditinggalkan. Para pengembang dan arsitek lebih memilih untuk meratakan lahan, menghancurkan alamnya, baru kemudian mendirikan bangunan sesuai keinginannya. Bagian yang alami kemudian dibuat terpisah dalam bentuk taman buatan di sekitar


(25)

commit to user

BAB II - 24 bangunan.Kita akan melihat bagaimana manusia menjajah alam melalui usaha pengasingan elemen-elemen alam tersebut dari produk ciptaan manusia.

Selain perancangan dan pembentukan masa bangunan, elemen alam seperti cahaya matahari, aliran udara, suara-suara alam dan gemericik air perlu diintegrasikan ke dalam bangunan. Bangunan sedapat mungkin harus menggunakan sumber energi yang ramah dengan lingkungannya. Penggunaan pencahayaan dan pengudaraan buatan yang dapat merusak lingkungan perlu dihindari dan efek negatifnya perlu diminimalisir sehingga tercipta hubungan yang serasi antara manusia dengan alam sekitarnya sebagai sarana pembentukan kecintaan kita kepada Tuhan.

b. Prinsip Pengingatan pada Ibadah dan Perjuangan

Islam merupakan agama yang sangat berbeda dengan agama lain karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur bagaimana hubungan sesama manusia dalam konteks hubungan dengan Tuhannya. Secara teoritis dan praktis prinsip ini cukup kompleks karena ia tidak hanya berbicara tentang aspek ibadah saja namun juga berbicara mengenai muamalat dan perjuangan perbaikan kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena konsep ibadah dalam Islam menyatu dengan keseharian kehidupan Muslim itu sendiri.

Rasulullah sendiri melalui berbagai hadith beliau secara tegas menjelaskan bahwa seorang Muslim bukanlah seorang individu yang berdiri sendiri dan mencari keimanan dan ketakwaan untuk dirinya sendiri. Seorang Muslim adalah bagian dari masyarakatnya karenanya ia perlu berjuang demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam dunia arsitektur, hal ini merupakan suatu prinsip yang membawa implikasi sangat besar. Dalam perancangan masjid misalnya, ide tentang prinsip ibadah dan perjuangan menjadikan


(26)

commit to user

BAB II - 25 masjid bukan hanya sekedar tempat sholat dan ibadah ritual saja. Namun juga berperan sebagai pusat kegiatan sehari-hari dan pusat interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di kawasan tersebut. Hal ini berarti perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aktivitas di luar aktivitas ritual seperti sholat atau i’tikaf memungkinkan untuk dijalankan. Aktivitas seperti olah-raga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan pusat pendidikan, perpustakaan, aktivitas perniagaan dan kegiatan yang dapat memperkuat ukhuwah dan silaturahmi seharusnya mendapat porsi perhatian yang cukup sebagaimana aktivitas ritual tadi.

Karenanya masjid seharusnya dirancang agar mampu menarik perhatian dan mengundang jama’ah untuk bergabung dan beraktivitas di dalamnya. Masjid bukanlah monument atau bangunan suci yang justru diletakkan terpisah dan terasing dari masyarakatnya. Ia haruslah menjadi pusat aktivitas yang menyatukan dan menjadi sarana dari berbagai kegiatan masyarakat karenanya elemen-elemen seperti pagar dan dinding bangunan seharusnya lebih terbuka dan memberi kesan mengundang daripada melarang orang untuk masuk ke dalamnya.

c. Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian

Prinsip ini adalah prinsip yang sangat penting namun sering dilupakan oleh banyak orang. Kematian dan kehidupan setelah mati menjadi salah satu pilar penting dari prinsip hidup, filosofi, dan keimanan dalam Islam. Seringkali sebagai seorang manusia kita dilenakan dengan kesibukan di dunia ini, lalu melupakan bahwa kita akan mati. Dalam prinsip keimanan Islam dinyatakan bahwa setelah kematian setiap orang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya di dunia. Dalam berbagai ayatNya Allah SWT banyak mengingatkan manusia untuk mempersiapkan bekal bagi menghadapi kehidupan setelah mati dengan memperbanyakkan amalan di dunia ini.


(27)

commit to user

BAB II - 26 Rasulullah sendiri juga banyak mengingatkan kita akan pentingnya bagi kita untuk berhati - hati dalam kehidupan kita bagi mempersiapkan kehidupan yang akan kita lalui setelah mati.

Pemakaman merupakan salah satu bentuk arsitektur dari prinsip ini. Agak sulit menemukan literatur berkenaan dengan teori dan konsep pemakaman dalam konteks Arsitektur Islam karena biasanya dianggap tabu atau tidak penting. Namun kalau kita lihat berbagai hadith Rasulullah berikut ini, kita akan mendapati bahwa pemakaman merupakan elemen yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius.

Pemakaman merupakan suatu bangunan yang penting, karena ia dibangun bukan untuk orang yang sudah mati namun sebagai pengingatan bagi orang yang masih hidup. Karenanya perletakkan pemakaman haruslah diletakkan di tempat yang mudah terlihat dari kehidupan sehari-hari. Manusia perlu untuk senantiasa diingatkan bahwa mereka akan mati sehingga lebih berhati-hati dan lebih tenggang rasa dengan masyarakat sekitarnya.

d. Prinsip Pengingatan akan Kerendahan Hati

Islam mengajarkan seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan Tuhannya. Seorang pemimpin haruslah merendahkan dirinya di hadapan orang yang dia pimpin. Seorang panglima harus merendahkan diri dari tentara yang dipimpinnya.

Dari hadith ini terlihat bahwa orang yang ingin bertemu dengan Rasulullah tersebut tidak dapat mengenali Rasulullah diantara para sahabatnya. Dari sini dapat kita asumsikan bahwa Rasulullah pasti tidak berbeda dengan sahabat yang lain. Ia tidak mengenakan mahkota, tidak mengenakan baju kebesaran, tidak duduk di tempat yang khusus melainkan bercampur dan berpenampilan sebagaimana sahabat yang lain. Dari sini terlihat akhlak kerendahan hati Rasulullah dan bagaimana ia menghormati para sahabatnya sebagai saudara se-iman.


(28)

commit to user

BAB II - 27 Pada beberapa kisah dibawah ini diceritakan beberapa kisah tentang kerendahan hati Rasulullah yang walaupun menjadi seorang pemimpin tetap memperhatikan dan mengasihi orang - orang yang dipimpinnya.

Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Ia berbicara tentang bagaimana seharusnya kita meletakkan dan menyusun massa bangunan dalam konteks lingkungannya. Ukuran bangunan sebagaimana kita belajar dari penampilan Rasulullah tadi tidak seharusnya berdiri terlalu besar secara kontras dibandingkan bangunan sekitarnya. Pemilihan bahan dan material bangunan pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terkesan terlalu mewah yang akhirnya akan banyak menghabiskan uang untuk perawatannya.

Kesan monumental pada bangunan (biasanya terjadi pada Masjid atau bangunan pemerintahan) yang seringkali justru menyebabkan pemborosan lahan dan menghabiskan banyak biaya harus dihindari karena ia akan memberikan imej yang negatif terhadap Islam ( sebagai agama yang feudal, penuh dengan pemborosan, haus kekuasaan dan terbelakang ), namun kita harus berusaha memberikan imej Islam sebagai agama yang demokratis, progresif dan siap menerima berbagai perubahan. Bangunan pun tidak seharusnya mengacaukan komposisi alami dari lingkungan alaminya dengan memaksakan komposisi simetri yang seringkali justru dipaksakan demi alasan simbolik atau formalitas saja.

e. Prinsip Pengingatan akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik

Sebagaimana semangat dan prinsip yang telah disebutkan sebelumnya, Islam mengajarkan agar umatnya berinteraksi dan saling menolong dalam masyarakat. Islam tidak pernah memerintahkan umatnya untuk menyendiri dan mencari keshalehan untuk dirinya sendiri. Dalam Islam terdapat beberapa amalan pribadi seperti I’tikaf


(29)

commit to user

BAB II - 28 dan sholat sunnah namun kesemuanya dibingkai oleh kerangka kehidupan bermasyarakat. Karenanya aktivitas dan fasilitas sosial merupakan suatu elemen penting dalam kehidupan masyarakat Muslim.

Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Yang pertama, bahwa fasilitas umum dan fasilitas sosial perlu mendapatkan prioritas yang utama. Berbeda dengan perancangan bangunan dewasa ini yang seringkali mengutamakan aspek komersial dari suatu bangunan dengan mengetepikan fasilitas dan kebutuhan umum untuk masyarakat. Dalam sebuah mall seringkali fasilitas umum seperti tempat bermain anak, tempat duduk, taman atau masjid menjadi bagian dari bangunan yang terpinggirkan karena dianggap tidak memiliki nilai komersial. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip dan hadith diatas, sehingga kita perlu merekonstruksi pola pikir dan pemahaman kita dari sebuah pola perancangan yang berorientasi kepada materialistik ke pemikiran yang lebih sosial dan mengutamakan kepentingan publik.

Bangunan-bangunan yang merupakan institusi sosial seperti rumah jompo, rumah orang cacat dan orang-orang yang miskin perlu ditingkatkan fasilitasnya. Masyarakat digalakkan untuk saling membantu tanpa kecuali termasuk terhadap orang-orang di luar Islam. Islam menggalakkan tanggung jawab komunitas bukan hanya perseorangan.

f. Prinsip Pengingatan terhadap Toleransi Kultural

Sejarah telah mencatat Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki toleransi yang luar biasa. Di negara - negara dimana Islam menjadi umat mayoritas, toleransi dan kerjasama antara satu agama dengan agama yang lain berjalan dengan baik dan berkembang. Hal ini membuktikan bagaimana Islam sebagai sebuah sistem hidup menjadi rahmat bagi seluruh alam.


(30)

commit to user

BAB II - 29 Dalam Arsitektur, hal ini menegaskan akan kewajiban kita untuk menghormati budaya dan kehidupan sosial masyarakat dimana bangunan tersebut berdiri. Selama tidak bertentangan dengan Islam kita diperbolehkan mempergunakan bahasa arsitektur masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi dan material yang ada di tempat tersebut. Hal ini tentu menjadi prinsip yang menjamin fleksibilitas perancangan bangunan dalam Islam.

g. Prinsip Pengingatan akan Kehidupan yang Berkelanjutan

Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah di muka bumi ini. Khalifah berarti pemimpin sekaligus pemelihara dan penjaga. Karenanya manusia memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan alam ini bagi kepentingan generasi yang akan datang. Dewasa ini kita melihat banyak sekali kerusakan yang terjadi di muka bumi ini yang disebabkan oleh tingkah laku manusia.

Dalam dunia Arsitektur kedua prinsip ini memiliki implikasi yang sangat besar. Kelestarian secara alami mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan betul-betul kondisi lahan dan lingkungan sekitar kita sebelum merancang sebuah bangunan. Pemilihan bahan dan penggunaan teknologi perlu betul-betul diperhatikan sebelum kita melakukan suatu perubahan terhadap tapak dan mengolahnya. Sementara Kelestarian secara sosial memberikan pengajaran kepada kita agar lebih memperhatikan bahasa arsitektur yang kita gunakan dalam merancang sebuah bangunan. Bahasa arsitektur feodal dalam perancangan bangunan pemerintahan atau bangunan umum seperti simetri dan skala raksasa dengan set back yang berlebihan perlu dihindari demi menciptakan sebuah bangunan pemerintahan atau bangunan umum yang lebih demokratis dan akrab dengan masyarakat.


(31)

commit to user

BAB II - 30

h. Prinsip Pengingatan tentang Keterbukaan

Prinsip akuntabilitas publik berbicara tentang proses tranparansi atau keterbukaan dari suatu pemerintahan kepada rakyat yang dipimpinnya. Prinsip ini juga berbicara tentang kewajiban pemerintah untuk menghilangkan dan menghindari apa-apa yang dapat mengganggu serta mengancam keselamatan umum demi kesejahteraan bersama.

Dalam upaya memenuhi ide akuntabilitas yang pertama diperlukan kritik terhadap penguasa dalam upaya meluruskan jalannya pemerintahan oleh rakyat. Sejarah telah mencatat bahwa Islam telah membuktikan suatu sistem demokrasi yang begitu baik dimana seorang rakyat dapat dengan mudah mengkritik pemimpinnya.

Prinsip-prinsip tersebut di atas dapat dijabarkan secara spesifik kedalam prinsip prinsip desain Arsitektur. Adapun yang menjadi konsepsi bangunan Islami adalah:

a. Penekanan Nilai-nilai Estetika, Seni dan Kreatifitas

(Dr. Yusuf Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, Gema Insani, Jakarta. 2000. Hlm. 44.)

“Semua ciptaan Allah itu indah, dan Allah mencintai keindahan.” (HR. Muslim)

Fitrah dari jiwa manusia adalah cenderung untuk mendapatkan kesenangan dari segala sesuatu yang memiliki keindahan dan kecantikan, dan Allah ‘Azza wa Jalla adalah pencipta segala keindahan. Manusia beriman akan merasa sangat bahagia mendapatkan kecantikan ini dan berupaya sebaik mungkin untuk mensyukuri ke-Maha Kuasaan dan keelokan ciptaan-Nya.


(32)

commit to user

BAB II - 31 Beberapa unsur dekorasi yang tertera dalam Al-Qur`an adalah sebagai berikut:

1. Langit-langit yang tinggi

“Dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan.” (QS. Ath Thūr [52]: 4-5)

Langit-langit atau plafond yang tinggi dapat memberikan suasana lapang dan luas yang akan memberikan rasa nyaman dalam qalbu manusia. Dalam arsitektur Islami, unsur ini lebih banyak diwujudkan pada bangunan masjid dengan meninggikan atap dan plafond sehingga menciptakan ruang yang sangat minim antara atap dan plafond dan menciptakan ruang yang luas dalam ruang shalat.

2. Loteng dan Tangga-tangga Perak

“Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.” (QS. Az Zukhruf [43]: 33)

Ayat di atas menjelaskan tentang balasan yang diberikan kepada mereka apabila mereka beriman dan tidak hendak memecah belah umat yang satu (Islam). Gambaran loteng-loteng dan tangga-tangga perak menjadi salah satu bagian unsur dekorasi yang digambarkan dalam Al-Qur`an.

3. Pintu-pintu

“Dan pintu-pintu (perak) bagi rumah mereka dan dipan-dipan yang mereka bertelekan di atasnya.” (QS. Az Zukhruf [43]: 34)

Gambaran lain tentang unsur dekorasi dalam Al-Qur`an adalah pintu. Di samping fungsinya sebagai transisi antar ruang, pintu-pintu juga dapat bernilai estetis. Desain yang unik, ukiran yang menyertainya, pemilihan material dan warna memberi nilai lebih pintu sebagai dekorasi.


(33)

commit to user

BAB II - 32 4. Tiang-tiang Tinggi

“(Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamūd yang memotong batu-batu besar di lembah.” (QS. Al Fajr [89]: 7-9)

Penduduk Iram adalah kaum ‘Ād, kaumnya Nabi Hud ‘alihis-salām, memiliki kemegahan arsitektur yang luar biasa dengan tatanan tiang-tiang besar yang menjulang tinggi. Demikian juga kaum Tsamūd, kaumnya Nabi Shalih ‘alihis-salām., mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung dan ada pula yang melubangi gunung sehingga menyerupai sebuah istana dalam gunung.

b. Memelihara Kebersihan

“Kecuali hama-hamba Allah yang dibersihkan.” (QS. Ash Shāffāt [37]: 40)

“Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At Taubah [9]: 108)

Dari ‘A`isyah radhiyallāhu ‘anha,

“Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam memerintahkan supaya dibangun masjid-masjid di tiap-tiap kampung, sebagaimana Rasul memerintahkan kita menjaga kebersihan masjid dan mewangikannya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud & ibn Majah)

“Menjadi bersihlah kamu sesungguhnya Islam itu bersih.” (HR. ibn Hibban)1

“Sesungguhnya Allah itu Mahabaik lagi menyukai hamba yang baik; Mahabersih lagi menyukai hamba yang bersih; Mahamulia lagi menukai hamba yang mulia; Maha Pemurah lagi menyukai hamba yang suka memberi; karena itu bersihkanlah halaman-halaman


(34)

commit to user

BAB II - 33

rumah kalian dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi.” (HR. Turmudzi)

“Kebersihan itu dapat mengajak orang pada iman, sedangkan iman akan bersama pemiliknya ke surga.” (HR. Thabrani)

Kebersihan merupaka aspek yang paling ditekankan dalam Islam. Bersih dan suci merupakan persyaratan yang selalu ditanamkan kepada seorang Muslim baik suci lahir maupun batin. Kegiatan ibadah seperti shalat, membaca mushhaf Al-Qur`an dan ibadah-ibadah sunnah lain diawali dengan bersuci. Allah Subhānahu wa Ta’ālā menyeru orang-orang yang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri mereka. Kebersihan selalu menyejukkan siapa pun yang memandang dan menikmatinya. Kebersihan meliputi kesucian jiwa, kesucian ragawi, pakaian yang bersih, memelihara kebersihan lingkungan, dan memakan makanan yang bersih.

Dengan demikian sebuah bangunan berarsitektur Islami tidak akan meninggalkan pertimbangan yang sangat utama ini. Karena fisik yang bersih di dalam naungan iman, akan melahirkan hati dan perasaan yang bersih.

c. Pencahayaan yang Memadai

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah misykat, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nūr [24]: 35)


(35)

commit to user

BAB II - 34 Seseorang yang berjalan dalam keadaan terang yang disinari oleh cahaya akan merasakan kemudahan dan ketenangan. Namun apabila cahaya itu menghilang, ia akan berjalan dengan penuh kebingungan sambil meraba-raba. Ia bisa tersesat atau terperosok ke dalam lubang. Demikian pula halnya cahaya Allah tidak hanya menerangi secara lahir melalui ciptaan-Nya, tetapi jauh menembus ke dalam qalbu yang menerangi manusia menuju jalan keselamatan. Sebaliknya apabila cahaya itu diambil, maka sudah pasti manusia akan tersesat dan akan terperosok ke dalam jurang kekafiran.

Inilah cahaya Islam yang menerangi jiwa-jiwa manusia dari segala kesesatan. Pada bangunan Pondok Pesantren fungsi pencahayaan tidak hanya bersifat fisik pada pencahayaan ruangan. Fungsinya yang mendidik individu Muslim agar menjadi sosok Muslim yang shalih dan berjuang menegakkan Dinullah menjadi bagian dari cahaya-Nya yang menerangi arah hidup kaum Muslimin kepada jalan yang lurus.

d. Struktur yang Kokoh

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff [61]: 4)

“Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.” (HR. Bukhari – Muslim)

Kesatuan yang kokoh akan memberi nilai yang lebih akan kelebihan dan kekuatannya. Pendekatan sistem struktur menyangkut aspek keamanan pengguna yang memberi perhatian besar terhadap perencanaan dalam mempertimbangkan kekuatan dan ketahanan bangunan dalam menanggung bebannya sendiri, ataupun beban dikarenakan aktifitas yang berlangsung di dalamnya maupun beban atau pengaruh eksternal.


(36)

commit to user

BAB II - 35

e. Tidak Bermewah-mewahan

“Hingga apabila Kami timpakan adzab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong.” (QS. Al Mu`minūn [23]: 64)

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main.” (QS. Asy-Syu’arā` [26]: 128)

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At Takātsur [102]: 1)

Dari Anas ibn Malik radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu

alaihi wa sallam bersabda,

“Tiada terjadi kiamat, sehingga manusia bermegah-megahan dan berlebih-lebihan dalam urusan membangun masjid.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, Abu Dawud & ibn Majah)

f. Efektifitas Biaya dan Ruang

“Dan berikan kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al Isrā` [17]: 26-27)

Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi

wa sallam bersabda,

“Dan Allah membenci atas kalian; katanya dan katanya (banyak bicara), dan banyak pertanyaan, serta menghambur-hamburkan uang.” (HR. Bukhari)

Dari Usamah radhiyallāhu ‘anhu,

“Suatu ketika Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam memandang benteng -benteng/bangunan-bangunan yang tinggi di Madinah dari arah atas kemudian beliau bertanya, ‘Apakah kalian melihat yang aku lihat?’ Beliau melanjutkan sabdanya, ‘Aku melihat tempat-tempat terjadinya


(37)

commit to user

BAB II - 36

fitnah di sela-sela rumah kalian bagaikan tempat-tempat jatuhnya air hujan.” (HR. Bukhari)

Dalam perencanaan ruang dan tata ruang pada umumnya menghendaki agar ruang-ruang yang terbentuk lebih efektif dan fungsional sehingga dengan demikian dapat menekan biaya. Namun harus dapat optimal dari segi penampilan, kenyamanan dan keamanan.

g. Tidak Meninggikan Bangunan

Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi

wa sallam bersabda,

“Hari kiamat tidak akan bangkit sehingga orang-orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan.” (HR. Bukhari)

Dari ibn ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam bersabda,

“Aku tiada diperintah mendirikan masjid tinggi-tinggi.” (HR. Abu Dawud)

Nyata sudah bahwasanya kita sudah berada di zaman akhir dengan sebuah fenomena yang tidak disukai oleh Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam di mana banyak orang ramai-ramai membangun bangunan pencakar langit dan berusaha untuk menjadi yang tertinggi. Bangunan tinggi sesungguhnya tidaklah mengapa apabila benar-benar merupakan tuntutan fungsi dan kebutuhan ruang, dan dikarenakan keterbatasan lahan.

h. Pemisahan Entrance Putera dan Puteri

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan


(38)

commit to user

BAB II - 37 perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya.’” (QS. An Nūr [24]: 30-31)

Dari Jarir ibn ‘Abdullah radhiyallāhu ‘anhu,

“Saya bertanya Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam tentang pandangan kebetulan. Maka beliau bersabda: ‘Palingkanlah pandanganmu.’” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan Turmudzi)

Pemisahan entrance adalah untuk menghindari adanya percampuran, berdesak-desakannya putera dan puteri, dan juga untuk menghindari kontak fisik dan pandangan antara putera dan puteri. Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam memerintahkan untuk menundukkan pandangan adalah agar kehormatan dan kesucian seorang tetap terpelihara.

i. Pemisahan Ruang

Dari Amir ibn Rabi’ah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu

alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah sekali-kali berduaan dengan perempuan yang tidak disertai mahram darinya, karena sesungguhnya pihak ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad)

Islam melarang seorang laki-laki berduaan dengan wanita yang bukan mahram baik untuk sebuah urusan tertentu yang penting karena dikhawatirkan akan timbul fitnah. Maka itu, pembagian ruang antara putera dan puteri ada tiga macam tergantung tingkat kebutuhannya, yakni:

 Membuat dua jenis ruangan yang terpisah. Hal ini dilihat dari jumlah pengguna dari masing-masing putera dan masing-masing puteri yang mungkin cukup banyak sehingga membutuhkan kesendirian ruang khusus bagi masing-masing gender.

 Membuat sebuah ruangan yang dipisahkan oleh sebuah tabir atau partisi. Dikarenakan tingkat kebutuhan terhadap ruang tersebut tidak


(39)

commit to user

BAB II - 38 memungkinkan membangun ruang lebih dari satu. Namun tetap bisa berkomunikasi tanpa harus kontak pandangan.

 Penggiliran penggunaan sebuah ruang dengan menyepakati kesepakatan jadwal penggunaan di antara kedua belah pihak.

j. Menghindari Ornamen Syirik, Gambar dan Patung Makhluk Bernyawa

Dari Ibn ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam bersabda,

“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini (makhluk bernyawa) akan disiksa nanti di hari kiamat, dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkan apa yang kalian ciptakan.’” (HR. Bukhari – Muslim)

Dari Ibn ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam bersabda,

“Jika memang kamu harus menggambar, maka gambarlah pepohonan, dan apa yang tidak mempunyai ruh (nyawa).” (HR. Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi

wa sallam bersabda,

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Tidak ada orang yang lebih zhalim daripada orang yang membuat gambar/patung yang menyerupai ciptaan-Ku. Buatlah gambar jagung, biji-bijian, atau gandum (yang tidak bernyawa).” (HR. Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Malaikat tidak mau masuk rumah yang di dalamnya ada patung makhluk hidup atau gambar makhluk hidup.” (HR. Muslim)

Dari ‘A`isyah radhiyallāhu ‘anha,

“Sesungguhnya Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam belum pernah membiarkan di dalam rumahnya sesuatu yang padanya terdapat


(40)

commit to user

BAB II - 39

gambar-gambar salib kecuali beliau merobek-robeknya.” (HR. Bukhari & Abu Daud)

Hadits-hadits di atas demikian tegasnya melarang menggambar atau membuat patung makhluk yang bernyawa, manusia atau hewan, atau simbol-simbol syirik karena itu adalah budaya kaum musyrik dan penyembah berhala. Islam secara tegas mengharamkannya dalam memberantas segala bentuk kemusyrikan Rasulullah Shallallāhu

alaihi wa sallam menganjurkan menggambar tetumbuhan atau sesuatu

yang tak bernyawa. Seperti yang banyak kita lihat dalam kemegahan bangunan-bangunan Islam, biasanya berornamen dan berhiaskan garis-garis dan bentuk-bentuk geometri, tetumbuhan atau bunga-bunga yang meliuk-liuk, serta untaian Al-Qur`an yang mulia dalam keindahan kaligrafi Islam.

k. Menghindari Bahan Sutra dan Kulit Binatang

Dari Mu’awiyah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam bersabda,

“Janganlah kalian menaiki kain sutra dan jangan pula kulit harimau.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

Sutra merupakan bahan mahal yang biasanya menunjukan status penggunanya yang kaya dan memiliki kehormatan, sehingga ia merasa sangat bangga akan kemewahan tersebut. Ini jelas-jelas perbuatan yang dibenci Allah. Disamping itu laki-laki diharamkan untuk memakai sesuatu yang terbuat dari sutra. Demikian pula halnya dengan kulit harimau. Hal itu merupakan perlakuan yang dinilai kejam karena melakukan penyiksaan terhadap hewan tersebut karena daging harimau adalah daging yang haram dikonsumsi.


(41)

commit to user

BAB II - 40

l. Sarana Aksesibilitas

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2]: 195)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiyā` [21]: 35)

Allah menciptakan manusia dalam berbagai keadaan dan kondisi. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ada yang diciptakan dalam rupa yang tampan, ada pula yang buruk rupa. Ada yang diberikan kelapangan, ada pula yang diberikan kesempitan. Ada yang diberikan kekayaan, ada pula yang hidup miskin. Namun kesemuanya itu hanyalah sebagai ujian siapa di antara mereka yang paling baik amalnya. Apakah ia yang diberikan kebaikan bersyukur atau malah menyombongkan diri, seolah-olah ia sendiri yang dapat mendatangkan kebaikan itu. Dan apakah ia yang diberikan keburukan bersabar atau malah berputus asa. Sesungguhnya Allah tidak akan membebani hamba di luar kesanggupannya.

Di antara saudara kita ada yang tidak dikaruniai kesempurnaan fisik sehingga dalam menjalani kehidupannya menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Sebagai seorang Muslim merupakan kewajiban menolong dan memberi kemudahan terhadap mereka. Dan dalam arsitektur hal tersebut diwujudkan dalam sarana aksesibilitas dengan menciptakan bangunan dan lingkungan yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat.

m.Tidak Ada Thiyarah

Dari Jabir radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada penyakit yang menular (tanpa idzin Allah), tidak ada thiyarah, dan tidak ada hantu.” (HR. Muslim)


(42)

commit to user

BAB II - 41

Thiyarah adalah mempercayai sesuatu hal atau benda atau

makhluk dapat membawa bencana, kemudharatan atau kesialan. Contohnya ada orang yang beranggapan bahwa apabila ada burung gagak melintas berarti akan datang bencana. Ini benar-benar sebuah kesyirikan luar biasa dan dosanya sangat besar dan tak terampuni apabila ia tidak segera bertaubat.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisā` [4]: 48)

Sesungguhnya segala anugerah dan bencana adalah kehendak Allah Subhānahu wa Ta’ālā. Allah-lah yang mendatangkan musibah, bencana, penyakit, ketakutan, kelaparan dan lain-lain bertujuan bisa untuk menguji umat-Nya atau sebagai peringatan. Apabila ia bersabar maka kebaikan dan balasan baiklah yang akan ia terima dan ia mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhānahu wa Ta’ālā.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn’” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156)

Kaitannya dengan arsitektur adalah banyak bangunan atau peruangan yang arsitekturnya masih menerapkan kaidah-kaidah yang bertentangan dengan Islam. Pemikiran yang penuh dengan syirik, takhayul dan pemikiran tidak logis yang masih ada pada masyarakat tradisional bahkan pada masyarakat ibukota yang modern sekali pun masih banyak ditemukan. Pelaksanaan pembangunan yang masih menghitung pasaran, peletakan tangkai beras atau segala macam benda untuk keberkahan, posisi atau lay out perabot atau ruang yang dapat mendatangkan rizki, dan lain-lain adalah bentuk-bentuk


(43)

commit to user

BAB II - 42 kesyirikan yang banyak ditemui di sekitar kita. Feng Shui adalah salah satu contoh metode yang diterapkan dalam arsitektur yang penuh sekali dengan kesyirikan.

Dari Amran ibn Husein radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu

alaihi wa sallam bersabda,

“Bukan dari golongan kami orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain.” (HR. Al-Bazār)

Segalanya harus kita serahkan kepada Allah Subhānahu wa Ta’ālā. Namun penting bagi seorang arsitek untuk mempertimbangkan dengan matang perencanaan sebuah bangunan dengan memakai kaidah-kaidah yang dibenarkan dan logis.

n. Tidak Membangun di Atas Kuburan

Dari “Aisyah radhiyallāhu ‘anha, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam bersabda,

“Sesungguhnya pada mereka (orang Nashara) jika ada orang-orang shaleh yang mati, mereka membangunkan di atas kuburannya berupa tempat ibadah dan mereka gambar di dalamnya berupa gambar-gambar, maka mereka seburuk-buruknya makhluk Allah pada hari kiamat.” (HR. Bukhari – Muslim)

Dari Jabir radhiyallāhu ‘anhu,

“Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam melarang menyemen kuburan, dan duduk di atasnya, serta mendirikan bangunan di atasnya.” (HR. Muslim)

Hadits-hadits di atas melarang membangun sesuatu baik bangunan, rumah, atau sesuatu di atas kuburan baik dengan alasan kuburan itu sendiri maupun kepentingan lain.


(44)

commit to user

BAB II - 43

o. Etika Buang Air  Tidak menghadap qiblat

Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kamu mendatangi kakus maka janganlah menghadap qiblat dan juga tidak membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau barat.” (HR. Bukhari)

Pembangunan kakus harus diposisikan sehingga apabila seseorang buang air di situ, posisi badannya tidak menghadap atau membelakanginya.

 Menjauh atau menutup diri dari pandangan orang lain Dari Hudzaifah radhiyallāhu ‘anhu,

“Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam (kencing) sambil berdiri di balik sebuah dinding. Saya menjauh, namun beliau memanggil saya, lalu saya mendekat. Saya menunggu di sebelah beliau sampai beliau selesai kencing.” (HR. Bukhari)

Hadist di atas mengisyaratkan pentingnya ketika sedang buang air jangan sampai ada orang lain yang melihat kita. Posisi urinoir yang berjejer yang umum ada pada bangunan-bangunan sehingga orang bisa melihat satu sama lain dalam keadaan buang air, sungguh telah menyalahi sunnah Rasul.

 Tidak buang air sambil berdiri

Hadits ini tidak menganjurkan adanya urinoir yang merupakan produk barat yang menyalahi sunnah Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam. Kencing harus dilakukan dengan jongkok di sebuah kakus

yang tertutup sehingga tidak terlihat dengan orang lain. Dari Abdullah ibn ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu,

“Sesungguhnya pada suatu hari saya naik ke atas rumah saya, ketika itu saya melihat Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam duduk


(45)

commit to user

BAB II - 44

berjongkok di atas dua batu untuk buang air dengan menghadap Bait al-Maqdis.” (HR. Bukhari – Muslim)

Hadits ini juga tidak menganjurkan adanya kloset duduk yang merupakan produk barat yang juga menyalahi sunnah Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam. Buang air baik besar maupun kecil harus dilakukan dengan jongkok.

 Pemisahan antara tempat wudhu` dan WC

Dari Abdullah ibn Mughaffal radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kamu buang air kecil dalam tempat mandi (kamar mandi), kemudian kamu berwudhu` pula di situ, karena kebanyakan was-was datang dari yang demikian.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Dawud & ibn Majah)

Ini mementingkan adanya pemisahan dan jarak antara ruang wudhu dengan toilet karena kekhawatiran najis yang terbawa atau yang tertinggal serta mengahindari was-was.

Selain prinsip – prinsip dalam teori Nangkula Utaberta diatas, ada juga prinsip Islami yang dapat diterapkan pada bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta, yaitu:

 Tidak menampilkan manusia sebagai peraga pakaian.

Rosulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabdah, “dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku melihat keduanya, a. Sekelompok orang yang memegang cemeti seperti ekor sapi

dengannya mereka memukuli manusia.

b. Kaum wanita yang berpakaian tapi telanjang berjalan berlenggak-lenggok,kepala mereka laksana punuk unta.

2.2.4.Ornamen Islam

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, aspek keindahan merupakan salah satu konsep dalam arsitektur Islami. Di antara banyak kaidah-kaidah Islam pada penerapannya dalam arsitektur, rupanya aspek inilah yang


(46)

commit to user

BAB II - 45 banyak mengambil bagian pada perencanaan dan perancangan arsitektur Islami. Sudah menjadi fitrah manusia menyenangi keindahan. Setiap manusia sesunggguhnya menginginkan sesuatu yang dapat menyenangkan dan menenagnkan hati.

Dalam hampir semua karya arsitektur, aspek estetika selalu mendapat perhatian utama. Dekorasi pada arsitektur sangat terkait pada zaman dan budaya suatu masyarakat. Sejalan dengan waktu perkembangan seni hiasan atau ornamental dalam arsitektur kian menunjukan kreatifitasnya. Banyak gaya baru diciptakan tapi tak sedikit yang masih bertahan pada corak hias masa lampau yang sangat bernilai dan beberapa mencoba memadukan di antara keduanya. Motif hias yang sering digunakan pada karya-karya arsitektur Islami terdahulu dan masih digunakan sekarang adalah motif floral, geometris dan kaligrafi.

Berikut beberapa yang termasuk dalam ornamen Islam :

1. Ornamen Floral ( Arabesque )

Berdasakan hadits dari ibn ‘Abbas Ra yang diriwayatkan oleh dua imam hadits,

“Jika memang kamu harus menggambar, maka gambarlah pepohonan, dan apa yang tidak mempunyai ruh (nyawa)”, menjadikan

ornamen Floral sebagai bagian dari seni dekoratif Islami yang cukup digemari. Motif tersebut berupa bentuk tumbuhan yang memiliki sulur-sulur dan cabang yang banyak dengan pola yang melengkung-lengkung yang menghiasi dinding, kolom, interior, kubah, dan lain-lain.

2. Geometris

Kerap kali kita jumpai, bangunan yang Islami, menggunakan unsur-unsur desain geometris baik dari bentuk bangunan, fasad, denah, maupun pola peruangan yang ada di dalamnya. Bentuk geometris


(47)

commit to user

BAB II - 46 sendiri mempunyai pemaknaan kesederhanaan dalam desain. Walaupun tampil dengan kesederhaan, tetapi mempunyai nilai estetis tersendiri jika diterapkan dengan desain yang indah.

3. Kaligrafi

Dari sekian banyak elemen dekoratif yang mendukung sestetika pada sebuah bangunan ataupun karya arsitektur Islami lainnya, kaligrafi menjadi elemen yang oleh banyak orang dianggap menyatu pada sebuah desain arsitektur Islami. Jadi keberadaannya seperti menjadi sebuah keharusan. Kaligrafi adalah seni menulis huruf indah. Dan dalam konteks ini adalh seni menulis huruf Arab yang umunya berupa ayat Al-Qur’an, lafadz Allah, asmaul khusna, dan nama Muhammad Saw. Jadi keindahannya tidak hanya terletak pada bentuk tulisannya, namun lebih kepada makna dan kemuliannya.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kaligrafi pun selama berabad-abad lamanya mengalami perkembangan dengan berbagai aliran atau gaya penulisan baru pada setiap zamannya. Pada masa Islam awal, dikenal gaya Mashq. Huruf Arab kuno ini bentuknya jauh berbeda dengan huruf Arab yang kita kenal sekarang ini. Berkembang pada abad pertama Islam di Makkah dan Madinah. Kemudian dikenal pula model Kafic yang berkembang di Kufa, Irak. Model ini banyak ditemukan pada manuskrip Al-Qur’an yang dibuat pada abad ketiga Hijriyah. Model Eastern Kufic memiliki gaya penulisan yang lebih rumit dengan garis-garis yang tegas, berkembang sejak akhir abad X.

Naskhi adalah diri dari kaligrafi yang paling popular karena relative

paling mudah ditulis dan dibaca sehingga sering dipakai untuk menulis Al-Qur’an. Tidak jauh beebeda dengan Naskhi yaitu model


(48)

commit to user

BAB III - 47

TINJAUAN KOTA SURAKARTA

3.1. Data Fisik Surakarta

3.1.1.Kedudukan Geografis

Letak geografis kota Surakarta berada di antara 11045’15’ -110 45’35’ Bujur Timur ; 7036’-7056’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah kota Surakarta :

 Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali

 Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

 Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

 Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo Gambar.3.1.Peta Surakarta


(49)

commit to user

BAB III - 48 dan Gunung Merapi, dua buah sungai; kali Pepe dan kali Jenes membelah tengah kota, Sungai Bengawan Solo mengalir disebelah Timur kota. Luas wilayah kota Surakarta adalah 44.040 km2 .

3.1.2.Keadaan Topografi

Kota Surakarta merupakan daerah rendah dengan ketinggian rata–rata 92 m di atas laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0 – 3 %.

3.1.3.Kondisi Geologi

Kondisi geologis menyangkut keadaan tanah pada umumnya, meliputi kontur dan komposisi tanahnya. Kontur tanah Kota Surakarta cukup bervariasi, dengan kemiringan antara 5%-45% (3°-25°). Komposisi tanahnya sebagian besar terdiri dari tanah liat denga pasir (regosol kelabu) dan di beberapa tempat terdapat tanah pedas serta endapan lumpur karena dahulu merupakan daerah rawa.

3.1.4.Kondisi Klimatologi

Kondisi klimatologis berkaitan erat dengan letak geografis suatu daerah. Faktor klimatologis ini juga berpengaruh langsung terhadap perwujudan fisik suatu bangunan. Kondisi klimatologis meliputi:

1. Sinar Matahari

Karena terletak di daerah tropis, maka Surakarta beriklim panas dan mendapat matahari penuh sepanjang siang hari dengan tingkat radiasi relatif tinggi. Suhu udara rata-rata relatif tinggi yaitu pada siang hari berkisar antara 21°-23°C. Untuk suhu udara maksimum yaitu 34oC dan suhu udara minimum 19oC. Sedangkan kelembaban udara rata-rata yaitu 74,83% dan tekanan udara rata-ratanya yaitu 1008,74 mbs.

2. Curah Hujan

Karena terletak di daerah tropis, maka pola siklus iklim berimbang antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan


(1)

commit to user

Lahan pada site terpilih merupakan lahan bukan yang dikelola oleh pemerintah.


(2)

commit to user

BAB V - 126 5.2.2.Penentuan Lokasi

Pendekatan terhadap konsep lokasi dilakukan untuk merencanakan lokasi yang tepat untuk Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta yakni lokasi yang dinilai strategis untuk kegiatan perdagangan. Dalam menentukan lokasi yang tepat untuk Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Kesesuaian RUTRK

Tata guna lahan sebagai fasilitas perdagangan P e m a n f a a t a n r

uang dengan dominasi kegiatan perdagangan

Tabel. 5.1. RUTRK berdasar pembagian Sub Wilayah Pengembangan ( SWP )


(3)

commit to user (

sumber : RUTRK Kotamadya Dati II Surakart, 1993 – 2013 ) 2. Pencapaian ke lokasi mudah.

3. Luasan tapak ± 16.000 sehingga mencukupi untuk dibangun Pusat

Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta.

4. Utilitas dan jaringan Infrastruktur yang lengkap

5. Tapak bukan merupakan bangunan konservasi dan fasilitas umum. SWP I Daerah Perdagangan dan Jalur Hijau SWP II Daerah Komersial dan Pusat

Pemerintahan

SWP III Daerah Perdagangan

SWP IV Fasilitas Sosial dan Pendidikan SWP V Fasilitas Sosial dan Pendidikan SWP VI Fasilitas Sosial dan Umum SWP VII Fasilitas Sosial dan Perumahan SWP VIII Fasilitas Sosial Penyangga


(4)

commit to user

BAB V - 128 Site Terpilih untuk bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta, adalah di jalan Kapt. Mulyadi.

Data site:

 Luas Site : ±16.000 m²

 Kondisi : Arus Lalu lintas tinggi pada jalan utama, jalan Kapt.Mulyadi

Permukiman penduduk

Luwes Lojiwetan Gereja


(5)

commit to user Pencapaian

Main Entrance akan diletakkan pada jalan Kapt. Mulyadi, dimana ini jalan ini merupakan jalan utama dari site terpilih. Dengan kepadatan lalulintas yang tinggi. Sedangkan untuk Side Entrance diletakkan pada jalan kecil samping. Peletakan side entrance pada bagian utara site , sehingga sesuai dengan fungsinya sebagai service entrance.

5.2.3.Orientasi Bangunan

Karena jalan Kapt.Mulyadi merupakan satu-satunya jalan arteri yang mengelilingi site maka jalan tersebutlah yang menjadi acuan arah orientasi bangunan. Karena dengan demikian akan sesuai dengan arah pergerakan lalu lintas disekitar site dan sesuai dengan sudut pandang pengendara / pejalan.

5.2.4.Sirkulasi

Sirkulasi dalam site dibedakan menjadi :

 Sirkulasi pengunjung berkendaraan

 Sirkulasi pejalan kaki, tidak terjadi crossing antar pengguna.  Sirkulasi servis, tersembunyi dari arah datangnya pengunjung.

Sirkulasi kendaraan umum -kemudahan akses pencapaian

5.2.5.Zonifikasi Kelompok Kegiatan

Tiap kelompok kegiatan memiliki karakter dan fungsi yang tersendiri, sehingga penentuan zona tiap kelompok kegiatan harus memperhatikan


(6)

commit to user

BAB V - 130 pertimbangan yang telah disebutkan sebelumnya. Pertimbangan zonifikasi terkait kedekatan hungungan ruang didasarkan pada analisa keruangan yang

sudah dilakukan sebelumnya. Dimana kelompok kegiatan yang

pelaksanaannya saling beriringan otomatis memiliki hubungan ruang yang dekat sehingga letaknya didekatkan.

Dalam hal sifat kelompok kegiatan terbagi menjadi tiga yakni yang bersifat publik, semi publik, dan servis. Untuk kelompok kegiatan publik akan diletakkan dekat dengan lingkungan luar karena merupakan fungsi yang dapat digunakan masyarakat umum.