Analisis pengaruh brand community terhadap loyalitas merek (studi kasus pada anggota Komunitas Volkswagen Club Yogyakarta).

(1)

ANALISIS PENGARUHBRAND COMMNNITY TERHADAP LOYALITAS MEREK

Studi Kasus pada Anggota Komunitas Volkswagen Club Yogyakarta Alfonsus Kurniawan Ardhitya

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) terhadap loyalitas merek baik secara parsial maupun simultan pada anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di Sekretariat Volkswagen Club Yogyakarta, Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang memiliki kendaraan Volkswagen sendiri dan telah aktif dalam komunitas minimal satu tahun dengan jumlah 50 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 responden. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji F, uji t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) terhadap loyalitas merek secara simultan. Secara parsial, brand community (rasa tanggung jawab moral) berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek. Sedangkanbrand community (kesadaran bersama), dan brand community (ritual dan tradisi) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek.


(2)

INFLUENCE OF BRAND COMMUNITY OF BRAND LOYALTY Case Study on Community Members Volkswagen Club of Yogyakarta

Alfonsus Kurniawan Ardhitya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

This study aims to analyze the influence of brand community (consciousness of kind, shared ritual and tradition, and a sense of moral responsibility) on brand loyalty either partially or simultaneously on community members Volkswagen Club of Yogyakarta. This study was conducted in April - May 2015 in the Secretariat of the Volkswagen Club of Yogyakarta, Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta. The sampling technique is determined by purposive sampling. The population in this study is a community member of the Volkswagen Club of Yogyakarta, which has its own Volkswagen vehicle and has been active in the community for at least one year with the number of 50 people. The number of samples in this study were 44 respondents. Data were analyzed using multiple regression analysis, the classical assumption test, F test, t test. Based on the analysis of data shows that there is significant influence between brand community (consciousness of kind, shared ritual and tradition, and a sense of moral responsibility) on brand loyalty simultaneously. Partially, brand community (sense of moral responsibility) significantly influence brand loyalty. While the brand community (consciousness of kind) and brand community (shared rituals and traditions) do not significantly influence brand loyalty.


(3)

ANALISIS PENGARUH BRAND COMMUNITY TERHADAP LOYALITAS MEREK

Studi Kasus pada Anggota Komunitas Volkswagen Club Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Alfonsus Kurniawan Ardhitya NIM : 112214020

PROGAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ANALISIS PENGARUH BRAND COMMUNITY TERHADAP LOYALITAS MEREK

Studi Kasus pada Anggota Komunitas Volkswagen Club Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Alfonsus Kurniawan Ardhitya NIM : 112214020

PROGAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

MOTTO

“URIP IKU URUP”

“I CAN IF I THINK I CAN”

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Semesta jagad raya dan Penciptanya

Ibuk dan sekeluarga tercinta


(8)

(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

ANALISIS PENGARUH BRAND COMMUNITY TERHADAP

LOYALITAS MEREK”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, selaku Ketua Program Studi Manajemen,

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembimbing I,

yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.

4. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto M.Si., selaku Dosen

Pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.

5. Bapak Patrick Vivid Adinata, S.E., M.Si., selaku anggota tim penguji yang telah memberi masukan yang berguna bagi skripsi saya.


(11)

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

7. Lelaki tertampan dan terkeren di dunia yang telah mendahului kami, Almarhum Bapak serta wanita terbaik dan tercantik di dunia, Ibuk. Yang selalu memberikan doa, semangat, dorongan dan dengan ikhlas rela memberikan segalanya untuk hidupku sehingga selalu menyenangkan dan mengesankan. Terimakasih juga telah membimbingku menjadi manusia yang hebat seperti dirimu, walau tetap kau yang terhebat.

8. Terimakasih kepada kedua kakak saya, mas Ardhi dan mas Anton serta mbak Sinta dan putrinya Kaitlyn, atas energi positif dan dinamika dalam satu atap rumah yang membentukku menjadi manusia dewasa yang tak pernah lelah dalam berkarya dan terus belajar menjadi yang lebih baik dari kemarin.

9. Terimakasih juga untuk semua keluarga saya, atas dukungan dan doa kalian dalam menyelesaikan studi.

10.Kepada teman-teman yang menjadi idola saya, Edwin, Galih, Bagong, Ipoy, Jojo, Onde, Dipta, Gendok, Doni, Valent, Dian, Vendri, yang telah menjadikan cerita indah dalam hidupku dan telah mengajari tentang banyak hal keren yang pasti akan selalu ku rindukan.

11.Kepada keluarga besar Manajamen 2011, Tasya, Wati, Yosi, Yopek,Vio, Aven, Sonia, Leni, Enggrit, Wulan, Samuel, Welem, Daniel, Binar,Adhi, Bagio, Yoga, Handoko, Yoga Dipa, dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Terimakasih banyak telah diberi kesempatan


(12)

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pemasaran ... 9


(14)

C. Merek ... 17

D. Loyalitas Merek ... 19

E. Brand Community ... 21

F. Pengaruh BrandCommunity Terhadap Loyalitas Merek ... ` 29

G. Penelitian Sebelumnya ... 29

H. Kerangka Konseptual Penelitian ... 30

I. Rumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Operasional... 37

F. Populasi dan Sampel ... 39

G. Teknik Pengambilan Sampel... 40

H. Sumber Data ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 41

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 41

K. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 50

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 50

B. Profil Komunitas ... 51

C. Struktur Organisasi ... 53

D. Visi Misi Komunitas ... 53

E. Lokasi Komunitas ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Analisis Data ... 55


(15)

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

C. Keterbatasan ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Tabel Operasional Variabel, Dimensi, dan Indikator ... 34

V.1 Hasil Uji Validitas Instrument ... 57

V.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 58

V.3 Klarifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 59

V.4 Klarifikasi Responden Menurut Usia... 60

V.5 Klarifikasi Responden Menurut Pekerjaan ... 61

V.6 Klarifikasi Responden Menurut Jenis Kendaraan... 62

V.7 Deskriptif Variabel Kesadaran Bersama ... 63

V.8 Deskriptif Variabel Ritual dan Tradisi ... 64

V.9 Deskriptif Variabel Rasa Tanggung Jawab Moral ... 65

V.10 Deskriptif Variabel LoyalitasMerek ... 67

V.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

V.14 Hasil Uji Linear Regresi Berganda ... 72

V.15 Hasil Uji F ... 74

V.16 Hasil Uji t ... 77


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Model Perilaku Konsumen ... 16 V.1 Uji Normalitas - P-Plot ... 69 V.2 Uji Asumsi Klasik Uji Heteroskedostisitas –Scatter Plot ... 71


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 92 Lampiran 2 Print out hasil olah data kuesioner ... 99


(19)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH BRAND COMMUNITY TERHADAP LOYALITAS

MEREK

Studi Kasus pada Anggota Komunitas Volkswagen Club Yogyakarta

Alfonsus Kurniawan Ardhitya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh brand community

(kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) terhadap loyalitas merek baik secara parsial maupun simultan pada anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di Sekretariat Volkswagen Club Yogyakarta, Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive

sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Volkswagen

Club Yogyakarta yang memiliki kendaraan Volkswagen sendiri dan telah aktif dalam komunitas minimal satu tahun dengan jumlah 50 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 responden. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji F, uji t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara brand community

(kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) terhadap loyalitas merek secara simultan. Secara parsial, brand community (rasa tanggung jawab moral) berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek. Sedangkan

brand community (kesadaran bersama), dan brand community (ritual dan tradisi)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek. Kata kunci : brand community


(20)

ABSTRACT

INFLUENCE OF BRAND COMMUNITY OF BRAND LOYALTY Case Study on Community Members Volkswagen Club of Yogyakarta

Alfonsus Kurniawan Ardhitya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

This study aims to analyze the influence of brand community (consciousness of kind, shared ritual and tradition, and a sense of moral responsibility) on brand loyalty either partially or simultaneously on community members Volkswagen Club of Yogyakarta. This study was conducted in April - May 2015 in the Secretariat of the Volkswagen Club of Yogyakarta, Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta. The sampling technique is determined by purposive sampling. The population in this study is a community member of the Volkswagen Club of Yogyakarta, which has its own Volkswagen vehicle and has been active in the community for at least one year with the number of 50 people. The number of samples in this study were 44 respondents. Data were analyzed using multiple regression analysis, the classical assumption test, F test, t test. Based on the analysis of data shows that there is significant influence between brand community (consciousness of kind, shared ritual and tradition, and a sense of moral responsibility) on brand loyalty simultaneously. Partially, brand community (sense of moral responsibility) significantly influence brand loyalty. While the brand community (consciousness of kind) and brand community (shared rituals and traditions) do not significantly influence brand loyalty.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, beragam produk baru bermunculan dengan inovasi-inovasi terbaiknya. Hal ini menimbulkan persaingan pasar yang semakin ketat yang secara tidak langsung akan mempengaruhi suatu perusahaan demi mempertahankan pangsa pasar. Menurut Kotler (2005:13), syarat adanya pasar adalah harus terdapat orang-orang dengan kebutuhan dan keinginan tertentu dan satu atau lebih produk yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan, maka perusahaan dituntut agar lebih memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan hal ini, perusahaan akan lebih mudah mempertahankan pangsa pasar demi meningkatkan loyalitas konsumen. Jika loyalitas konsumen sudah diperoleh, maka konsumen akan memilih suatu produk atas merek yang sama dan mampu meningkatkan penjualan perusahaan.

Hal seperti ini dapat terlihat pada persaingan produk pada alat transportasi khususnya mobil. Industri mobil merupakan industri yang akan terus tumbuh dan berkembang di Indonesia, hal ini dikarenakan mobil adalah alat transportasi yang mudah dan nyaman. Di sisi lain pula, hal tersebut juga didukung oleh belum adanya angkutan massal yang murah dan terintegrasi. Dalam persaingan yang semakin ketat ini maka


(22)

produsen dituntut harus mempertahankan konsumennya dengan salah satu caranya yaitu dengan meningkatkan keterikatan konsumen dengan suatu produk atau merek tertentu dengan membuat suatu wadah komunitas.

Brand community, yang merupakan komunitas yang terbentuk dari

keterikatan konsumen dengan produk atau merek tertentu dapat menjadi wadah konsumen yang berguna bagi pemasar.Brand community tidaklah sekedar komunitas biasa, melainkan dimana anggotanya akan mendapatkan atau merasakan manfaat atau nilai lebih yaitu dapat lebih memahami merek yang mereka gunakan, dapat saling bertukar pengalaman antara satu pengguna dengan pengguna lain, dapat tergabung dengan sesama komunitas di seluruh Indonesia dan dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas maupun produsen.

Menurut McAlexander, Kim, dan Robert (2003:2) keterikatan tersebut dapat berkembang secara sinergis sehingga memperkuat ikatan personal dan meningkatkan apresiasi pada produk, merek dan konsumen dan menghasilkan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen akan merek

sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk mempertahankan market

share-nya. Walaupun di samping itu, mempertahankan konsumen lebih

sulit dilakukan daripada mencari konsumen baru. Terlebih lagi mempertahankan konsumen yang menggunakan produk klasik yang sudah tidak diproduksi lagi, walaupun merek pada produk tersebut masih aktif hingga sekarang. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan


(23)

demi mendapatkan loyalitas konsumen, serta menjaga eksistensi merek pada perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti terkait hal tersebut. Pada penelitian ini menggunakan objek pada salah satu komunitas mobil klasik di Yogyakarta, yaitu komunitas Volkswagen. Dimana di Yogyakarta sendiri pengguna mobil klasik dengan merek Volkswagen ini cukup banyak dan telah terkoordinir menjadi suatu wadah komunitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini, yaitu :

1. Apakah Brand Community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap loyalitas merek?

2. Apakah Brand Community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) secara parsial atau individu berpengaruh terhadap loyalitas merek?


(24)

C. Pembatasan Masalah

Teori tentang variabel yang akan diteliti sangatlah banyak, oleh karena itu agar penelitian ini tidak terlalu luas dari tujuan awal penelitian sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan masalah yang akan diteliti, yaitu :

1. Brand Community :

Dalam penelitian ini, brand communitymenggunakan teori yang

dikemukaan oleh Muniz & O‟Guinn (1995) yang dikutip dalam

Ferrinadewi, (2008:178), yakni brand community adalah bentuk komunitas yang terspesialisasi, memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan secara geografis namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan sosial di antara penggemar merek tertentu. Dalam

brand community terdapat 3 variabel yang akan diteliti, antara lain :

a. Consciousness of kind (kesadaran bersama)

b. Shared rituals and tradition (ritual dan tradisi)

c. Sense of moral responsibillity (rasa tanggung jawab moral)

2. Variabel Loyalitas Merek :

Dalam variabel ini menurut teori yang dikemukaan oleh Schiffman dan Kanuk (2004:227), yakni pengertian loyalitas merek adalah bentuk preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau


(25)

kategori pelayanan tertentu. Dalam loyalitas merek terdapat 4 aspek yang akan diteliti, antara lain :

a. Aspek kognitif b. Aspek afektif c. Aspek konatif

d. Aspek tindakan

D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui bagaimana pengaruh brand community (kesadaran

bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) secara simultan atau bersama-sama terhadap loyalitas merek.

b. Mengetahui bagaimana pengaruh brand community (kesadaran

bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) secara parsial atau individu terhadap loyalitas merek.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

pengembangan ilmu manajemen pemasaran, khususnya dalam strategi perusahaan dalam membentuk loyalitas merek melalui

brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa


(26)

b. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti mengenai brand

community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa

tanggung jawab moral) sebagai referensi teoritis dan empiris. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) terhadap loyalitas merek sehingga dapat menjadi masukan yang berguna bagi para pelaku pasar, khususnya produsen mobil dan pengelola brand community terutama dalam hal strategi pemasaran.


(27)

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai landasan teori, hasil penelitian sebelumnya, kerangka konseptual penelitian, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian, variabel, definisi operasional, populasi, dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrument, teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi dua hal pokok.Pertama paparan/deskripsi mengenai temuan yang diperoleh dan analisisnya, baik secara kuantitatif (data dalam tabel atau grafik) maupun secara kualitatif.Kedua memuat hasil uji statistik.


(28)

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap masalah yang diteliti.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Selama ini, istilah pemasaran sering dirancukan dengan

„penjualan‟ dan „periklanan‟. Padahal, pengertian pemasaran sesungguhnya jauh lebih luas dibandingkan penjualan maupun periklanan. Dibawah ini adalah beberapa definisi pemasaran menurut para ahli.

Menurut Milled & Layton (2000) yang dikutip dalam Tjiptono (2007:3), pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional.

Menurut Kotler (2000:4), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai satu sama lain.

Sampai saat ini definisi yang paling banyak diacu adalah versi

American Marketing Association (AMA) tahun 2004 yang dikutip


(30)

serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberian manfaat bagi organisasi dan stakeholder.

2. Unsur Pokok Pemasaran

Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (1997) yang dikutip Sunyoto (2012:219) dalam konsep pemasaran terdapat empat unsur pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Orientasi pada konsumen

Perusahaan yang ingin mempertahankan konsumennya harus menentukan terlebih dahulu kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dipenuhi kebutuhan dan keingginannya, menentukan produk dan program pemasaran, menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan pasar sasaran penjualan, menentukan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan sikap dan tingkah laku dari konsumen.

b. Integrasi pemasaran

Agar perusahaan tanggap dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, maka perlu diadakan analisis terhadap situasi.Analisis ini mempunyai tiga komponen, yaitu analisis terhadap pasar secara total, terhadap integral perusahaan dan terhadap lingkungan. Dari ketiga komponen analisi tersebut akan diperoleh gambaran tentang kekuatan (strength), kelemahan


(31)

(weaknesses), kesempatan (opportunity), dan ancaman (treath) atau dikenal dengan istilah analisis SWOT yang ada pada perusahaan.

c. Kepuasan konsumen

Eksistensi dan kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang, secara tidak langsung dipengaruhi oleh perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan konsumen, hal yang sering diistilahkan dengan konsep pemasaran.

d. Pemasaran Jasa Perbankan

Perbankan merupakan suatu perusahaan yang menghasilkan suatu produk jasa.Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan produk fisik.

3. Pemilihan Strategi Pemasaran

Menurut Tjiptono (2007:283), strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Strategi pemasaran dikelompokan menjadi dua, yaitu :

a. Strategi pemasaran primer :

Strategi pemasaran primer dirancang untuk menaikkan tingkat permintaan terhadap produk (product form) atau kelas produk perusahaan-perusahaan pioner yang memasarkan bentuk produk baru.


(32)

Dalam strategi pemasaran primer dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan sasaran tipe konsumennya :

1. Strategi menarik pengguna baru (bukan pengguna) :

Dalam strategi ini, perusahaan harus mampu meningkatkan kesediaan (willingness) atau kemampuan (ability) konsumen untuk membeli produk.

2. Strategi menaikkan tingkat pembelian dari pengguna saat ini : Dalam rangka menaikkan tingkat pembelian, perusahaan harus mengarahkan strategi pemasarannya pada kesediaan konsumen untuk membeli lebih sering (more often) atau dalam volume pembelian yang lebih banyak (more volume).

b. Strategi permintaan selektif :

Strategi permintaan selektif dapat berupa tiga alternatif utama, yaitu memperluas pasar yang dilayani, merebut pelanggan dari pesaing, dan mempertahankan atau meningkatkan permintaan dari basis pelanggan saat ini.

1. Strategi memperluas pasar yang dilayani :

Perusahaan merumuskan pasar relevan (relevan market) berdasarkan bentuk atau kelas produk dimana mereka berkompetisi.Pasar yang dilayani merupakan bagian dari pasar yang relevan yang dipilih perusahaan untuk dilayani, sebagaimana dicerminkan oleh lingkup produk yang ditawarkan dan distribusinya.


(33)

2. Strategi merebut pelanggan dari pesaing :

Pesaing langsung perusahaan adalah perusahaan-perusahaan lain yang bersaing dalam served market yang sama. Pada saat konsumen menentukan pilihan dalam served market tertentu

mereka yang menganggap proses pemilihan merek

berdasarkan aktivitas non-rutin akan membandingkan berbagai alternatif merek berdasarkan sejumlah atribut.

3. Strategi mempertahankan atau meningkatkan permintaan dari basis pelanggan saat ini :

Berbagai riset menunjukkan bahwa mempertahankan

pelanggan jauh lebih murah dibandingkan biaya merebut pelanggan baru. Karena itu, mulai banyak perusahaan yang

berusaha menekankan upaya memaksimalkan potensi

penjualan masa dengan dari basis pelanggan saat ini.

B. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran pada umumnya adalah untuk mempengaruhi perilaku konsumen agar bersedia menggunakan produk yang dipasarkan tersebut guna memenuhi kebutuhan konsumen. Seperti yang dikemukaan oleh Schiffman dan Kanuk (2004: 71), kebutuhan konsumen merupakan dasar dari semua pemasar modern. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,


(34)

kemampuan untuk memperoleh laba, dan bertumbuh dalam lingkungan pasar yang kompetitif adalah kemampuan untuk mengenali dan memuaskan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi secara baik dan lebih awal dari pada pesaingnya.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:g13), yang dimaksud perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa, maupun gagasan.

Menurut Sunyoto (2012:251), perilaku konsumen adalah

kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Dari perilaku konsumen tersebut, terdapat dua elemen penting: proses pengambilan keputusan, dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang atau jasa secara ekonomis.


(35)

2. Model Perilaku Konsumen

Menurut Henry Assael (1992) dalam Sunyoto (2012:252), terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi pilihan konsumen, antara lain :

a. Kebutuhan individual :

Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal pada diri konsumen. Kebutuhan persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu terhadap berbagai alternatif merek yang tersedia.

b. Lingkungan yang mempengaruhi konsumen :

Pilihan-pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika seorang konsumen melakukan pembelian suatu merek produk didasari oleh banyak pertimbangan. Mungkin seorang membeli sesuatu merek produk karena meniru orang lain.

c. Stimuli pemasaran atau strategi pemasaran :

Dalam hal ini pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa yang akan ditawarkan, penentuan


(36)

harga jual produknya, strategi promosinya dan bagaimana melakukan distribusi produk kepada konsumen.

Model perilaku konsumen tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar II.1

Model Perilaku Konsumen (Sunyoto,2012:252)

Dari gambar diatas menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah pembuatan keputusan konsumen yang terdiri dari atas proses

merasakan dan mengevaluasi informasi merek produk,

mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan pada akhirnya memutuskan merek apa yang akan dibeli.

Umpan balik bagi konsumen (Evaluasi pasca pembelian)

Konsumen individu

Pengaruh lingkungan

Strategi pemasaran

Pembuatan keputusan

konsumen Tanggapan konsumen


(37)

C. Merek

1. Pengertian Merek

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek

adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa”.

Menurut Kotler (2002:446), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing.

Dari beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa menciptakan merek dapat dimulai dengan memilih nama, logo, simbol, desain, serta atribut lainnya, atau dapat saja merupakan kombinasi dari aspek-aspek tersebut yang bertujuan untuk membedakan sebuah produk dengan produk pesaing melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat menambah nilai dari pelanggan. (Sadat, 2009;19)

Merek dapat memiliki enam level pengertian (Kotler, 2002:460): a. Atribut, berarti bahwa merek mengingatkan pada atibut-atribut


(38)

b. Manfaat, berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional,

c. Nilai, berarti bahwa merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen,

d. Budaya, berarti bahwa merek juga mewakili budaya tertentu,

e. Kepribadian, berarti bahwa merek juga mencerminkan kepribadian

tertentu,

f. Pemakai, berarti bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang

membeli atau menggunakan merek tersebut.

2. Manfaat Merek

Merek dapat bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen, maupun publik (Simamora, 2001:62), sebagai berikut:

1. Bagi pembeli, manfaat merek adalah : a. Sesuatu kepada pembeli tentang mutu

b. Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru

yang bermanfaat bagi mereka 2. Bagi penjual, manfaat merek adalah :

a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri

masalah-masalah yang timbul.

b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.

c. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia


(39)

d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 3. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal :

a. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

b. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat

menyediakan informasi tentang produk dan dimana

membelinya.

c. Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan oleh pesaing.

D. Loyalitas Merek

1. Pengertian Loyatitas Merek

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:227) loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.Ada banyak definisi loyalitas merek ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Definisi yang umum dipakai adalah loyalitas merek merupakan suatu preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk dengan spesifikasi atau pelayanan tertentu.

Adapun pengertian loyalitas merek menurut Mowen dan Minor (2001:108) adalah kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen


(40)

terhadap merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, pengertian loyalitas merek dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Schiffman dan Kanuk (2004:227) dimana loyalitas merek merupakan bentuk preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu.

2. Aspek-aspek Loyalitas Merek

Schiffman dan Kanuk (2004) menerangkan bahwa aspek-aspek loyalitas merek terdiri atas empat macam, yaitu:

a. Kognitif (cognitive) :

Representasi dari apa yang dipercayai oleh konsumen. Komponen kognitif ini berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype seorang konsumen mengenai suatu merek. Loyalitas berarti bahwa konsumen akan setia terhadap semua informasi yang menyangkut harga, segi keistimewaan merek dan atribut-atribut penting lainnya..

b. Afektif (affective) :

Komponen yang didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki kedekatan emosi terhadap merek tersebut.Loyalitas afektif ini merupakan fungsi dari perasaan (affect) dan sikap konsumen terhadap sebuah


(41)

merek seperti rasa suka, senang, gemar, dan kepuasan pada merek tersebut.

c. Konatif (conative) :

Batas antara dimensi loyalitas sikap dan loyalitas perilaku yang direpresentasikan melalui kecenderungan perilaku konsumen untuk menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang. Komponen ini juga berkenaan dengan kecenderungan konsumen untuk membeli merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri mereka untuk tetap mengkonsumsi merek yang sama. d. Tindakan (action) :

Merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Loyal secara tindakan mengarah kepada tingkah laku mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

E. Brand Community

1. Pengertian Brand Commuity

Konsep komunitas merek atau brand community pertama kali

dikemukakan oleh Albert M. Muniz Jr dan Thomas C O‟Guinn

(1995) dalam Association for Consumer Research Annual Conference

in Minneapolis. Kemudian pada tahun 2001 konsep tersebut

dituliskan kembali dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul

Brand Community”. Mereka menjelaskan bahwa brand community


(42)

tidak berbasis pada ikatan secara geografis namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan sosial di antara penggemar merek tertentu.

Menurut Schouten dan McAlexander (Ferrinadewi, 2008:176)

mendefinisikan brand community sebagai kelompok sosial yang

berbeda yang dipilih secara pribadi berdasarkan pada persamaan komitmen terhadap kelas produk tertentu, merek dan aktivitas konsumsi.

2. Komponen Brand Community

Dalam jurnal yang ditulis Muniz dan O„Guinn (2001) berjudul “Brand Community” yang dikutip dalam Ferrinadewi, (2008:178) terdapat tiga komponen penting dalam brand community, yaitu :

a. Consciousness of kind (kesadaran bersama) :

Anggota komunitas merasakan bahwa mereka memiliki hubugan interistik dan perasaan kolektif antara satu dengan lainnya dan sekaligus merasakan perbedaan dengan mereka yang tidak termasuk anggota komunitas. Hubungan ini didasarkan pada persaman cara berpikir yang lebih dari sekedar sikap dan kesamaan lainnya.

Setiap anggota merasa bahwa hubungannya dengan merek itu penting, namun lebih penting lagi, mereka merasa hubungannya lebih kuat satu sama lain sesama anggota.Setiap


(43)

anggota juga memiliki catatan penting yang menjadi batasan antara pengguna merek lain. Ada beberapa kualitas penting, tidak mudah diungkapkan secara verbal, yang membedakan mereka dari yang lain dan membuat mereka serupa satu sama lain.Seperti mereka memiliki cara untuk menyapa khusus antar anggota atau sebutan khusus antar anggota.

Dalam consciousness of kind (kesadaran bersama) terdapat dua dimensi, yaitu ;

1. Legitimacy (Legitimasi) :

Legitimasi adalah proses dimana anggota komunitas membedakan antara anggota komunitas dengan yang bukan anggota komunitas, atau memiliki hak yang berbeda. Dalam

konteks ini merek dibuktikan atau ditunjukkan oleh “yang

benar-benar mengetahui merek” dibandingkan dengan “alasan

yang salah” memakai merek. Alasan yang salah biasanya dinyatakan oleh kegagalan dalam menghargai budaya, sejarah, ritual, tradisi, dan simbol-simbol komunitas. Komunitas merek secara umum membuka organisasi sosial yang tidak menolak adanya anggota apapun, namun seperti komunitas pada umumnya bahwa mereka memiliki status hirarki. Siapapun yang setia kepada suatu merek bisa menjadi anggota komunitas, tanpa kepemilikan.Namun, kesetiaan kepada merek harus tulus dan memiliki alasan yang tepat. Yang


(44)

membedakan antara anggota komunitas yang benar-benar memiliki kepercayaan pada merek dan mereka yang hanya

kebetulan memiliki produk merek tersebut adalah

kepeduliannya terhadap merek tersebut.

2. Opposotional Brand Loyalty (Loyalitas Merek Oposisi) :

Komunitas merek oposisi adalah proses sosial yang terlibat selain kesadaran masyarakat atas suatu jenis produk. Melalui oposisi dalam kompetisi merek, anggota komunitas merek

mendapat aspek pengalaman yang penting dalam

komunitasnya, serta komponen penting pada arti merek tersebut. Ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang bukan merek dan siapakah yang bukan anggota komunitas merek.

b. Shared rituals and tradition (ritual dan tradisi) :

Ritual dan tradisi yang sama menggambarkan bahwa anggota komunitas tersebut memiliki sejarah, budaya, dan kesadaran sama. Ritual menjadi wadah akan makna yang ingin anggota komunitas sampaikan pada publik sekaligus menjadi solidaritas sosial. Sementara tradisi merupakan seperangkat praktik-praktik sosial untuk menghormati dan melaksanakan norma-norma dan nilai-nilai perilaku.

Ritual dan tradisi secara dominan berhubungan dengan merek atau penggunaan sebuah merek, tujuan dari penggunaan


(45)

merek, asosiasi dengan merek, pengetahuan merek, keinginan berpartisipasi dalam aktivitas yang berhubungan dengan merek.

Dalam shared rituals and tradition (ritual dan tradisi) terdapat dua dimensi, yaitu;

1. Celebrating The History Of The Brand (Merayakan Sejarah

Merek) :

Menanamkan sejarah dalam komunitas dan melestarikan budaya adalah penting. Misalnya adanya perayaan tanggal berdirinya suatu komunitas merek. Apresiasi dalam sejarah merek seringkali berbeda pada anggota yang benar-benar menyukai merek dengan yang hanya kebetulan memiliki merek tersebut.Hal ini ditunjukkan dengan suatu keahlian, status keanggotaan, dan komitmen pada komunitas secara keseluruhan. Mitologi merek ini menguatkan komunitas dan menanamkan nilai perspektif.

2. Sharing Brand Stories (Berbagi Cerita Merek) :

Berbagi cerita pengalaman menggunakan produk merek adalah hal yang penting untuk menciptakan dan menjaga komunitas. Cerita berdasarkan pengalaman memberi arti khusus antar anggota komunitas, hal ini akan menimbulkan hubungan kedekatan dan rasa solidaritas antar anggota. Secara mendasar, komunitas menciptakan dan menceritakan kembali tentang pengalaman apa yang dialaminya pada komunitas.


(46)

Berbagi cerita merek adalah hal yang penting karena proses ini mengukuhkan kesadaran yang baik antara anggota dan merek yang memberikan kontribusi pada komunitas. Hal ini juga membantu dalam pembelajaran nilai-nilai umum. Lebih lanjut, dengan berbagai komentar dengan anggota komunitas lainnya, maka salah satu anggota akan merasa lebih aman didalamnya, pemahaman bahwa ada banyak anggota yang juga merasakan pengalaman yang sama. Ini adalah keuntungan utama dalam komunitas.Hal ini juga membantu melestarikan warisan sehingga merek tetap hidup dari budaya dan komunitas mereka.

c. Sense of moral responbillity (rasa tanggung jawab moral) :

Komponen ini mengacu pada sejumlah kesadaran akan tanggung jawab moral sebagai suatu perasaan akan kewajiban terhadap komunitas secara keseluruhan dan kepada setiap anggota komunitas. Komponen ini diharapkan akan menjadi suatu aksi kolektifyang dilakukan dan memberikan kontribusi pada rasa kebersamaan dalam kelompok ketika komunitas mereka berada dalam ancaman.


(47)

Dalam sense of moral responbillity (rasa tanggung jawab moral) terdapat dua dimensi, yaitu;

1. Integrating and retaining members (Integrasi dan

Mempertahankan Anggota) :

Perilaku yang konsisten dianggap sebagai dasar

tanggungjawab keanggotaan komunitas. Untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang yang diperlukan untuk mempertahankan anggota lama dan mengintegrasikan baru.

2. Assisting in the use of the brand (Membantu Dalam

Penggunaan Merek) :

Tanggungjawab moral meliputi pencarian dan membantu anggota lain dalam penggunaan merek. Meskipun terbatas dalam cakupan, bantuan ini merupakan komponen penting dari komunitas. Ini adalah sesuatu yang mereka lakukan

“tanpa berpikir,” hanya bertindak dari rasa tanggung jawab yang mereka rasakan terhadap anggota komunitas. Salah satu cara ini merupakan perwujudan dari diri sendiri, bantuan itu sendiri melalui tindakan untuk membantu sesama anggota komunitas memperbaiki produk atau memecahkan masalah, khususnya yang melibatkan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman menggunakan merek.


(48)

3. Karakteristik yang Mendorong Terbentuknya Brand Community

Sebuah penelitian tentang komunitas merek dalam industri majalah di New Zeeland (Davidson et.al,2007) menemukan terdapat 5 karakteristik yang mendorong terbentuknya komunitas merek, yaitu :

a. Brand Image

Citra merek yang terdefinisi dengan baik akan membentuk komunitas merek.

b. Aspek Hedonis

Komunitas merek umumnya lebih pada produk yang kaya akan kualitas daya ekspresi, pengalaman dan hedonis.

c. Sejarah

Merek yang memiliki sejarah hidup yang panjang akan lebih memungkinkan terciptanya komunitas merek secara alamiah.

d. Konsumsi publik

Produk-produk yang dikonsumsi secara publik mampu

menciptakan komunitas mereknya. Produk yang dikonsumsi publik akan melahirkan konsumen yang saling berbagi apresiasi dengan sesamanya, hal ini menjadikan kesempatan untuk menciptakan komunitas merek lebih tinggi.

e. Persaingan yang tinggi

Tingginya persaingan produk mendorong konsumen setianya untuk bersatu dan membentuk komunitas terhadap merek yang disukai.


(49)

F. Pengaruh Brand Community terhadap Loyalitas Merek

Dalam perilaku konsumen, loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitar konsumen yang dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu merek. Lingkungan sosial tersebut diantaranya kelompok sosial maupun rekomendasi teman sebaya.

Kelompok sosial seperti brand community berpengaruh langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2004:292), suatu kelompok akan sangat kuat dalam mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi

seseorang. Jadi brand community mempunyai pengaruh dalam

membangun loyalitas merek.

G. Penelitian Sebelumnya

Terdapat penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan brand

community dan loyalitas merek, yaitu :

1. Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Community terhadap

Loyalitas Merek pada Pengguna Megapro di Surakarta” yang disusun

oleh Fajar Martha Kusuma dari Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2010. Sampel dari penelitian tersebut sejumlah 40 responden yang merupakan anggota aktif dari komunitas Honda Megapro. Alat yang digunakan yaitu regresi linier berganda, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji t parsial, uji f, dan uji determinasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut


(50)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh brand community terhadap loyalitas merek, yaitu sebesar 78,7%. Sisanya sebesar 21,3% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hubungan antara penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan saat ini yaitu penelitian sebelumnya yang menjadi subjek penelitian adalah industri sepeda motor dengan produk terbaru yang dirilis oleh merek Honda. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melanjutkan penelitian dengan subjek industri mobil dengan produk lama atau klasik yang sudah tidak diproduksi lagi oleh merek Volkswagen.

H. Kerangka Konseptual

Loyalitas Merek (Y) Brand Community ;

Kesadaran Bersama (X1)

Brand Community ; Ritual dan Tradisi

(X2)

Brand Community ; Rasa Tanggung Jawab

Moral (X3)


(51)

I. Hipotesis

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:73) hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam proposisi yang dapat diuji secara empiris. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diajukan, sebagai berikut :

H1 : Brand Community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan

rasa tanggung jawabmoral) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap loyalitas merek.

H2 : Brand Community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan

rasa tanggung jawab moral) secara parsial atau individu berpengaruh terhadap loyalitas merek.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus yaitu penelitian dengan cara peneliti meneliti pada subjek tertentu dan kesimpulannya hanya berlaku pada subjek tersebut. Penelitian ini melakukan penelitian studi kasus pada komunitas Volkswagen Club Yogyakarta.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang akan menjadi responden yang akan diberi pertanyaan dan akan menjadi informasi bagi penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penetilian adalah anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diamati.Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa


(53)

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian :

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April - Mei 2015. 2. Lokasi Penelitian :

Penelitian ini akan dilakukan di Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiono, 2009). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (Independent Variable) :

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel terikat (Umar. 2005:48).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah komponen dari brand

community, yaitu kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa

tanggung jawab moral.

b. Variabel terikat (Dependent Variable) :

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2005:48). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah loyalitas merek.


(54)

2. Definisi Variabel

Tabel III.1

Variabel, Aspek, dan Indikator

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Brand Community;

Kesadaran bersama (X1)

Legitimasi Mengetahui identitas

komunitas yang diikuti Terdapat ikatan emosial terhadap merek yang digunakan

Peduli terhadap merek yang dipakai

Loyalitas Merek Oposisi

Senang bergabung dalam komunitas yang diikuti

Percaya pada

komunitas yang diikuti

Brand Community;

Ritual dan Tradisi (X2)

Merayakan Sejarah Merek

Memegang erat tradisi tegur sapa terhadap sesama anggota

komunitas yang diikuti Mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan atas nama merek yang digunakan

Menggunakan identitas komunitas yang diikuti Berbagi Cerita Merek Saling berbagi cerita

tentang merek yang digunakan

Mengetahui seluk beluk pada merek yang digunakan


(55)

Brand Community;

Rasa Tanggung Jawab Moral (X3)

Integrasi dan Mempertahankan Anggota

Mentaati setiap peraturan pada

komunitas yang diikuti Memiliki rasa saling memiliki terhadap sesama anggota

komunitas yang diikuti Merasa bangga baik pada komunitas yang diikuti maupun dengan merek yang digunakan Membantu Dalam

Penggunaan Merek

Saling membantu anggota komunitas yang diikuti baik dalam penggunaan merek maupun dalam pemecahan masalah pada komunitas yang diikuti

Loyalitas Merek (Y) Kognitif Memiliki pikiran yang

positif terhadap merek yang digunakan

Afektif Memiliki ikatan

emosinal dengan merek yang digunakan

Konatif Berkomitmen akan

menggunakan merek yang digunakan tersebut dalam jangka waktu yang panjang

Tindakan Mempromosikan merek

yang digunakan tersebut kepada orang lain


(56)

3. Pengukuran Variabel

Dalam melakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert, dimana pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah:

a. Sangat Setuju : 5

b. Setuju : 4

c. Netral : 3

d. Tidak Setuju : 2

e. Sangat Tidak Setuju : 1

Dapat diketahui bobot nilai tertinggi adalah 5 dan bobot nilai terendah 1. Jumlah kelas 5 sehingga interval dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan rentang skala 0,8 maka dikelompokkan sebagai berikut: 1. Sangat Rendah (SR) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang

menunjukkan tingkat persepsi brand community (kesaradan

bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan tingkat loyalitas merek sangat rendah.


(57)

2. Rendah (R) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang menunjukkan tingkat persepsi brand community (kesaradan bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan tingkat loyalitas merek rendah.

3. Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang menunjukkan

tingkat persepsi brand community (kesaradan bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan tingkat loyalitas merek cukup.

4. Tinggi (T) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang menunjukkan tingkat persepsi brand community (kesaradan bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan tingkat loyalitas merek tinggi.

5. Sangat Tinggi (ST) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang

menunjukkan tingkat persepsi brand community (kesaradan

bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan tingkat loyalitas merek sangat tinggi.

E. Definisi Operasional

1. Brand Community

Definisi brand community yang digunakan dalam penelitian ini adalah

definisi yang dikemukakan oleh Muniz & O‟Guinn (1995) yang dikutip dalam Ferrinadewi, (2008:178), yaitu komunitas yang terspesialisasi, memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan secara


(58)

geografis namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan sosial di antara penggemar merek tertentu. Namun dalam penelitian ini, brand community yang dimaksud adalah persepsi seorang anggota komunitas terhadap keberadaan komunitas tersebut yang pasti akan berbeda antara satu anggota dengan anggota lainnya, yang di dalamnya terdapat 3 variabel yang diteliti, yaitu kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral.

2. Loyalitas Merek

Definisi loyalitas merek yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2004:227), yaitu bentuk preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu. Mengacu pada definisi diatas, dalam penelitian ini peneliti mencoba menyederhanakan definisi tersebut, yaitu loyalitas merek adalah sikap konsumen yang memiliki pikiran positif terhadap suatu merek, memiliki ikatan emosional terhadap suatu merek, memiliki komitmen mengunakan merek tersebut dalam jangka waktu yang lama dan akan memcoba mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.


(59)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan atau individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Sunyoto, 2012:47). Dalam penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah semua anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta sejumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Sunyoto, 2012:47). Dalam menentukan ukuran sampel, digunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalan

pengambilan sampel yang masih ditolerir

atau ;

Jadi dalam penelitian ini, dari populasi sebanyak 50 orang diambil sejumlah sampel yang diperoleh yaitu sebesar 44 responden.


(60)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara non probability sampling dengan teknik

purposive sampling, yang berarti pengambilan sampel berdasarkan

keperluan penelitian, artinya setiap unit atau individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007:47).

Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil mempunyai persyaratan, antara lain :

1. Memiliki kendaraan Volkswagen sendiri,

2. Merupakan anggota aktif dalam komunitas dengan minimal satu tahun

keanggotaan.

H. Sumber Data

1. Data primer, adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya, sehingga peneliti merupakan tangan pertama yang memperoleh data tersebut (Sanusi, 2011:104). Data primer dalam penelitian ini berupa peneliti mengolah data dari kuesioner yang diberikan kepada responden mengenai brand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, dan rasa tanggung jawab moral) dan loyalitas merek.

2. Data sekunder, adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain, bukan oleh peneliti sendiri, untuk tujuan yang lain, hal ini mengandung arti


(61)

bahwa peneliti hanya memanfaatkan data yang sudah ada untuk penelitiannya (Sunyoto, 2012:41). Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang berkaitan tentang brand community dan loyalitas merek.

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menurut Umar (2005:49), kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

2. Kajian Dokumen

Menyatakan kajian dokumen merupakan saran pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, dan bahan-bahan tulisan lainnya.

J. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Menurut Jogiyanto (2004:120) validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan kenyataan (actually). Validitas juga berhubungan dengan tujuan dari


(62)

pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya. Penyimpangan pengukuran ini disebut dengan kesalahan (error) atau varian. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

r = koefisiensi korelasi n = jumlah sampel

X = nilai skor butir pertanyaan Y = nilai skor total

Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai rhitung ≥ rtabel dengan toleransi ketidaktelitian (α) sebesar

5%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika nilai rhitung<rtabel dengan toleransi ketidaktelitian (α) sebesar

5%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

Menurut Jogiyanto (2004:120), reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurannya. Reliabilitas


(63)

berhubungan dengan konsistensi dari pengukur. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya.

Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha-Cronbach sebagai berikut :

Dimana :

r11 : Reliabilitas yang dicari

n : Banyaknya pertanyaan

∑σ t2

:Jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2

: Varians total

K. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

a. Analisis deskriptif responden, digunakan untuk menggambarkan responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan jenis kendaraan.

b. Analisis deskriptif variabel, digunakan untuk menggambarkan setiap variabel, dimensi, item dengan cara menghitung rata-rata setiap variabel.

1) Brand Community; Kesadaran Bersama


(64)

2) Brand Community; Ritual dan Tradisi

Terdiri dari dimensi merayakan sejarah merek, dan berbagi cerita merek.

3) Brand Community; Rasa Tanggung Jawab Moral

Terdiri dari dimensi integrasi dan mempertahankan anggota, dan membantu dalam penggunaan merek.

4) Loyalitas Merek

Terdiri dari dimensi kognitif, afektif, konatif, dan tindakan. 2. Analisis Regresi

Langkah – langkah pada analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

a. Uji Asumsi Klasik

1) Normalitas

Menurut Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:198) uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.

Peneliti menggunakan Normality Probability Plot.

Persyaratan dari uji normalitas adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(65)

2) Multikolinieritas

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:198),

penggunaan uji multikolinieritas bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya satu atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya. Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance

dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Bila nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai toleransinya di atas 0,1 atau 10 % maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi multikolinieritas.

3) Heteroskedastisitas

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:199), suatu model regresi mengandung masalah heterokedastisitas artinya varian variabel dalam model tersebut tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas sering muncul dalam data cross section (data silang tempat). Dalam data tersebut sering memunculkan masalah heteroskedastisitas karena variasi unit individunya. Akibat adanya masalah heteroskedastisitas ini adalah varian penaksirnya tidak minimum sehingga penaksir/ estimator dalam model regresi menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat digunakan metode grafik Scatterplot yang dihasilkan dari output program


(66)

SPSS versi 16, apabila pada gambar menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini, menggunakan model analisis regresi linear berganda, dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Dimana :

Y = Loyalitas merek X1 = Kesadaran bersama

X2 = Ritual dan tradisi

X3 = Rasa tanggung jawab moral

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi kesadaran bersama

b2 = Koefisien regresi ritual dan tradisi

b3 = Koefisien regresi rasa tanggung jawab moral

e = Varians pengganggu c. Uji F :

Nilai statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam persamaan atau model regresi secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel


(67)

dependen. (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007:194). Uji F dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif :

Pada langkah ini, H0; b1 = b2 = b3 = 0 dengan proporsi

variasi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah loyalitas merek, yang dijelaskan secara bersama – sama oleh variabel bebas yang tidak signifikan. Sementara Ha ; minimal satu koefisien dari b1 ≠ 0 dengan proporsi variasi bebas signifikan dalam variabel terikat (Y) dalam hal ini adalah loyalitas merek yang dijelaskan secara bersama - sama oleh variabel yang bebas disignifikan.

2) Menghitung nilai F :

Adapun rumus untuk menghitung Fhitung adalah sebagai

berikut :

3) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel yang tersedia pada α tertentu, misalnya 5% ; df = k; n – (k+1).

4) Pengambilan keputusan :

Pada langkah ini mengambil keputusan apakah model regresi linier berganda dapat digunakan atau tidak sebagai model analisis dengan kriteria berikut ini :

Jika : Fhitung≤ Ftabel ; maka H0 diterima


(68)

d. Uji t :

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:193) dengan menggunakan nilai statistik T menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependennya. Uji t juga disebut uji parsial yang berupa koefisiensi regresi.

Nilai yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah dengan langkah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis :

Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel

bebasnya akan berpengaruh nyata apabila nilai

koefisiennya tidak sama dengan nol. Hipotesis

selengkapnya adalah sebagai berikut : H0 = b1 ; b2 ; b3 ≤ 0

Ha = b1 ; b2 ; b3> 0

2) Menentukan daerah kritis :

Daerah kritis ditentukan oleh nilai ttabel dengan derajat

bebas yaitu n - k dan taraf nyata α 5%. 3) Menentukan nilai thitung :

Nilai thitung untuk koefisien b1, b2, dan b3 dapat dirumuskan


(69)

4) Menentukan daerah keputusan :

Daerah keputusan untuk menerima H0 atau menolak H0

dengan derajat bebas yaitu n - k dengan taraf α 5%.

5) Memutuskan hipotesis :

Pada tahap ini, pengambilan keputusan dilakukan dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

Jika : -ttabel≤ thitung≤ ttabel ; maka H0 diterima

thitung< -ttabel atau thitung> ttabel ; maka H0 ditolak

e. Koefisien Determinasi (R2) :

Koefisien determinasi (R2) sering pula disebut dengan koefisien majemuk (multiple coefficient of determination).R2 menjelaskan proporsi variasi variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (lebih dari satu) secara bersama-sama.Untuk mengukur koefisien determinasi rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


(70)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. GambaranUmum Perusahaan

Volkswagen adalah perusahaan manufaktur kendaraan Jerman terkemuka dengan Volkswagen Group sebagai organisasi induk resminya. Didirikan pada 28 Mei 1937 dan kantor pusat berlokasi di Wolfsburg, Lower Saxony di Jerman. Merk ini adalah salah satu merk mobil terlaris di dunia dengan 3 model di antara 10 yang tercantum dalam daftar kompilasi website "24/7 Wall Street" dalam kategori mobil terlaris sepanjang masa. Model-model tersebut adalah Volkswagen Beetle, Golf, dan Passat. Slogan Volkswagen saat ini adalah "Das Auto", yang artinya "Mobil Ini", yang menyimbolkan "Mobil Rakyat".

Volkswagen semula diimpor ke Indonesia melalui PT. Piola pada sekitar tahun 1960. PT. Piola adalah perusahaan milik Maratua Panggabean. Berkat tangan dingin anak Maratua, Albert Panggabean, model VW Kombi dan VW Beetle meroket di pasar Indonesia. Di awal tahun 1970, nama VW menjadi terkenal, namun PT. Piola justru limbung. Pemerintah, tepatnya Presiden Soeharto, yang melihat potensi produk VW yang besar kemudian menyelamatkannya dengan membentuk sebuah perusahaan baru yang akan mengelola impor merk VW ke Indonesia, bernama PT. Garuda Mataram Motor. Presiden direktur kala itu adalah Kolonel Sofyar dari BKS Kostrad, dengan presiden komisaris Panglima


(71)

Kostrad. Di tangan PT. Garuda Mataram Motor, VW kembali diproduksi di German Motor Manufacturing. Saat ini ada 9 dealer resmi VW di Indonesia yang tersebar di Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya.

B. Profil Komunitas

Pada mulanya Volkswagen Club Yogyakarta (VCY) terbentuk karena lima mahasiswa yang sering

berkumpul dengan kendaraan

Volkswagen (VW) kesayangan

mereka, dan pada akhirnya di bulan

April 1984 mereka sepakat untuk membentuk satu komunitas yang bertujuan mengumpulkan para penggemar VW di Yogyakarta. Lokasi awal mereka berkumpul yaitu di daerah Demangan, yang sekarang sudah berpindah tempat di Mc Donald, Jl. Soedirman Yogyakarta sebagai tempat kopdar mingguan komunitas ini.

Lambat laun VCY pun menjadi wadah silaturahmi untuk menambah saudara serta menambah informasi tentang VW dan seluk beluk kendaraannya. Mulai dari sejarah merek mobil tersebut hingga masalah perawatan dan info perbengkelan VW di Yogyakarta.

Komunitas ini juga telah tergabung dengan Ikatan Motor Indonesia

(IMI), yaitu organisasi induk dari olahraga bermotor


(72)

dalam IMI maka tercacatlah VCY sebagai komunitas yang resmi yang mendapat perlindungan hukum dari IMI. Walaupun VCY merupakan komunitas yang independent dan komunitas mandiri, namun VCY tetap selalu menjaga hubungan dengan PT. Garuda Mataram Motor. Antara PT. Garuda Mataram Motor dengan VCY pun telah melakukan berbagai kerjasama diantara kedua belah pihak dalam menggelar berbagai acara.

VCY sendiri merupakan komunitas yang aktif menyelenggarakan berbagai acara, dari acara local hingga acara bertaraf internasional. Acara yang diselenggarakan VCY yang rutin diselenggarakan antara lain, jambore dengan sesama komunitas VW seluruh Indonesia yang diadakan setahun sekali dan Jogja Volkswagen Festival yang diadakan dua tahun sekali. Acara Jogja Volkswagen Festival sendiri adalah acara yang bersifat Internasional dengan lingkup ASEAN dengan rencana mendatangkan bintang tamu legenda di dunia otomotif VW dari Amerika, Eropa dan, Jepang.

Karena aktifnya menggelar beberapa acara, maka VCY sudah mulai dilirik dan diketahui oleh PT. Volkswagen Group yang ada di Wolfsburg, Lower Saxony di Jerman. Walaupun belum ada ikatan hitam di atas putih, namun PT. Volkswagen Group memiliki divisi sendiri untuk melindungi komunitas-komunitas VW klasik di seluruh dunia dan VCY sendiri sedang menuju ke tahap tersebut.


(73)

C. Struktur Organisasi

D. Visi Misi Komunitas

1. Visi :

Dalam Volkswagen Club Yogyakarta dimana yang anggota komunitasnya mempunyai kesamaan hobi ini mempunyai visi komunitas, yakni menjalin ikatan persaudaraan antar sesama anggota maupun dengan komunitas sejenis lainnya.

2. Misi :

Agar tetap bisa mejalin ikatan persaudaraan maka dalam komunitas ini menerapkan bahwa komunitas ini bersifat kekeluargaan antar sesama anggota komunitas, dengan hal lain dalam komunitas ini tidak

Penaggung Jawab

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris I / II Bendahara I / II

Divisi Usaha Dana Hubungan

Masyarakat Divisi

Touring Divisi

Keanggotaan

Divisi Sosial

Tim Kreatif Divisi


(74)

ada senior-junior atau semua anggota diposisikan setara. Komunitas ini juga selalu meminimalisir arogansi, agar tetap menjaga nama baik dan menjaga hubungan dengan masyarakat luas. Selain dua hal tersebut, komunitas ini juga selalu menerapkan safety riding kepada setiap anggota komunitas.

E. Lokasi Komunitas

Komunitas ini mempunyai beberapa sekretariat. Sekretariat yang pertama yaitu sekretariat umum yang berlokasikan di Taman Kuliner B.53, Yogyakarta. Namun pada secretariat umum ini hanya buka pada akhir minggu saja, yaitu hari Jumat dan Sabtu dikarenakan kesibukan masing-masing anggota VCY.

Sekretariat yang kedua yaitu sekretariat festival yang berlokasikan di Jl. Langenastran Lor No.8, Yogyakarta. Sekretariat festival ini kaitannya lebih untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan acara-acara yang akan diselenggarakan oleh komunitas Volkswagen Club Yogyakarta.


(75)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Gambaran Ringkas Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini akan memberikan gambaran ringkas tentang pelaksanaan penelitian. Pada penelitian ini pengambilan data menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disusun terdiri dari empat bagian, yaitu kesadaran bersama, ritual dan tradisi, rasa tanggung jawab moral, dan loyalitas merek. Penyebaran kuesioner dilakukan setelah sebelumnya mendapat ijin dari Bpk. Sumartoyo, selaku ketua komunitas Volkswagen Club Yogyakarta pada bulan April – Mei 2014, terletak di Sekretariat Volkswagen Club Yogyakarta, atau bertempat di Jl. Langenastran Lor No. 8, Yogyakarta. Dimana di lokasi tersebut adalah salah satu lokasi tempat anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta berkumpul. Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan keperluan penelitian, artinya setiap unit atau individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan. Terdapat dua pertimbangan dalam penyebaran kuesioner, yaitu anggota komunitas harus memiliki kendaraan Volkswagen sendiri dan merupakan anggota aktif dalam komunitas dengan minimal satu tahun keanggotaan.


(76)

Dalam penyebaran kuesioner diambil sampel 25 kuesioner terlebih dahulu untuk kemudian dilakukan pengujian instrument untuk mengetahui valid atau tidaknya pertanyaan dalam kuesioner tersebut. Berdasarkan uji validitas diketahui bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid. Selanjutnya, peneliti kembali menyebarkan 19 kuesioner lagi dengan cara yang sama pada saat menyebarkan 25 kuesioner yang pertama.

Setelah 44 kuesioner terkumpul, peneliti memperoleh data mengenai identitas responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan jenis kendaraan; kesadaran bersama; ritual dan tradisi; rasa tanggung jawab moral; dan loyalitas merek. Selanjutnya, peneliti melakukan rekapitulasi dan pengujian instrument yang hasilnya dinyatakan valid dan reliabel. Lalu peneliti melakukan analisis data menggunakan uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji f, dan uji t untuk menguji hipotesis yang telah dikemukan pada bab II. 2. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan kenyataan (actually).


(77)

Untuk responden yang berjumlah 44, dapat diperoleh derajat bebas (df) sebesar N-2 (44-2=42). Untuk df = 42 dan nilai alpha 5% diperoleh nilai rtabel sebesar 0,2973. Nilai rtabel selanjutnya

digunakan untuk kriteria validitas item-item kuisioner. Untuk dapat dinyatakan valid, maka r hitung harus lebih besar dari 0,2973.

Tabel V.1

Hasil Uji Validitas Instumen

Variabel Butir r

(hitung) r

(tabel) Status

Kesadaran Bersama (X1)

1 0,640 0,2973 VALID

2 0,561 0,2973 VALID

3 0,711 0,2973 VALID

4 0,693 0,2973 VALID

5 0,691 0,2973 VALID

Ritual dan Tradisi (X2)

1 0,712 0,2973 VALID

2 0,665 0,2973 VALID

3 0,652 0,2973 VALID

4 0,521 0,2973 VALID

5 0,755 0,2973 VALID

Rasa Tanggung Jawab Moral (X3)

1 0,525 0,2973 VALID

2 0,602 0,2973 VALID

3 0,773 0,2973 VALID

4 0,573 0,2973 VALID

5 0,672 0,2973 VALID

Loyalitas Merek (Y)

1 0,784 0,2973 VALID

2 0,561 0,2973 VALID

3 0,577 0,2973 VALID

4 0,700 0,2973 VALID

5 0,720 0,2973 VALID

Sumber : Data primer, olah data SPSS 2015

Berdasarkan tabel V.1 dapat diketahui bahwa seluruh item pernyataan memiliki koefisien validitas > 0,2973. Dengan


(78)

demikian seluruh item pernyataan yang ada pada kuisioner adalah valid dan layak digunakan sebagai alat pengumpul data.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurannya. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dari pengukur.

Untuk mengetahui tingkat reliabiltas, dalam penelitian ini

menggunakan Cronbach’s Alpha.Suatu kuesioner dapat dikatakan

reliabel apabila mempunyai alpha ≥ 0,6. Tabel V.6 merupakan

hasil dari perhitungan Cronbach’s Alpha ; Tabel V.2

Hasil Uji Realibilitas Instrumen

Variabel Alpha Status

Kesadaran Bersama (X1) 0,674 RELIABEL

Ritual dan Tradisi (X2) 0,682 RELIABEL

Rasa Tanggung Jawab Moral (X3) 0,618 RELIABEL

Loyalitas Merek (Y) 0.696 RELIABEL

Sumber : Data primer, olah data SPSS 2015

Berdasarkan tabel V.2 dapat diketahui bahwa butir pernyataan padabrand community (kesadaran bersama, ritual dan tradisi, rasa tanggung jawab moral), dan loyalitas merek

mempunyai nilai alpha ≥ 0,6 maka, dapat disimpulkan bahwa alat


(79)

3. Analisis Deskriptif

a. Deskripsi Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta, maka dapat diketahui karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu ;

1) Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut ;

Tabel V.3

Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin

NO. JENIS JUMLAH PERSENTASE

KELAMIN

1 Laki-laki 37 84%

2 Perempuan 7 16%

TOTAL 44 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel V.3 dapat diketahui bahwa dari 44 responden yang dijadikan sampel, mayoritas anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sejumlah 37 orang atau sebesar 84%. Anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 7 orang atau sebesar 16%.


(80)

2) Usia

Berdasarkan usia, maka responden dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut ;

Tabel V.4

Deskripsi Responden Menurut Usia

NO. USIA JUMLAH PERSENTASE

(TAHUN)

1 21 – 30 9 20%

2 31 – 40 14 32%

3 41 – 50 17 39%

4 > 50 4 9%

TOTAL 44 100%

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel V.4 dapat diketahui bahwa dari 44 responden yang dijadikan sampel, mayoritas anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta berusia antara 41 – 50 tahun sejumlah 17 orang atau sebesar 39%. Selanjutnya anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang berusia antara 31 – 40 tahun sejumlah 14 orang atau sebesar 32%. Sedangkan anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang berusia antara 21 – 30 tahun sejumlah 9 orang atau sebesar 20%. Sisanya yang berusia lebih dari 50 tahun sejumlah 4 orang atau sebesar 9%


(81)

3) Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, maka responden dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut ;

Tabel V.5

Deskripsi Responden Menurut Pekerjaan

NO. PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE

1 Mahasiswa 6 14%

2 Wiraswasta 18 41%

3 Pegawai Negeri 5 11%

4 Pegawai Swasta 11 25%

5 Lain-lain 4 9%

TOTAL 44 100%

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel V.5 dapat diketahui bahwa dari 44 responden yang dijadikan sampel, mayoritas anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta didominasi dengan profesi sebagai wiraswasta sejumlah 18 orang atau sebesar 41%. Selanjutnya anggota komunitas Volkswagen yang berprofesi sebagai pegawai swasta sejumlah 11 orang atau sebesar 25%. Sedangkan anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang berprofesi sebagai mahasiswa sejumlah 6 orang atau sebesar 14%. Sisanya berprofesi sebagai pegawai negeri sejumlah 5 orang atau sebesar 11% dan berprofesi diluar yang disebutkan diatas sejumlah 4 orang atau sebesar 9%.


(82)

4) Jenis kendaraan :

Berdasarkan jenis kendaraan, maka responden dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut ;

Tabel V.6

Deskripsi Responden Menurut Jenis Kendaraan

NO.

JENIS

KENDARAAN JUMLAH PERSENTASE

1 Kombi 21 48%

2 Safari 11 25%

3 Kodok 12 27%

TOTAL 44 100%

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel V.6 dapat diketahui bahwa dari 44 responden yang dijadikan sampel, anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta menggunakan jenis kendaraan VW kombi sejumlah jumlah 21 orang atau sebesar 48%. Sedangkan anggota komunitas Volkswagen Club Yogyakarta yang menggunakan jenis kendaraan VW kodok sejumlah 12 orang atau sebesar 27%. Sisanya menggunakan jenis kendaraan VW safari sejumlah 11 orang atau sebesar 25%.


(83)

b. Deskripsi Variabel

1. Brand Community ;Kesadaran bersama (X1) :

Tabel V.7

Deskripsi Variabel Kesadaran Bersama

No Pernyataan Jawaban Rata-

rata

STS TS N S SS

1 Saya senang bergabung

dalam komunitas ini 0 0 15 20 9 3,86

2 Saya percaya pada

komunitas ini 0 0 8 28 8 4,00

3

Saya mengetahui gambar atau logo pada komunitas ini

0 0 9 25 10 4,02

4

Saya memiliki ikatan

emosional terhadap

merek Volkswagen

0 2 10 21 11 3,93

5 Saya peduli dengan

merek Volkswagen 0 2 10 24 8 3,86

Rata-rata 3,93

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel V.7 nilai rata-rata variabel kesadaran bersama adalah 3,93. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata berada di interval 3,40 - 4,19 dengan kategori tinggi.

Pada variabel kesadaran bersama yang terdiri dari dimensi legitimasi yang terdapat pada point pertanyaan 3 – 5 dengan rata-rata 3,93 dan dimensi loyalitas merek oposisi yang terdapat pada point pertanyaan 1 dan 2 dengan rata-rata 3,94. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kedua dimensi


(84)

masuk dalam interval 3,40 - 4,19 dengan kategori tinggi. Sehingga diketahui bahwa pada variabel kesadaran bersama dimensi yang terendah adalah legitimasi dan dimensi yang tertinggi adalah loyalitas merek oposisi.

2. Brand Community ;Ritual dan tradisi (X2) :

Tabel V.8

Deskripsi Variabel Ritual dan Tradisi

No Pernyataan Jawaban Rata-

rata

STS TS N S SS

1

Saya memiliki tradisi

tegur sapa dengan

sesama anggota

komunitas

0 3 14 20 7 3,70

2

Saya selalu mengikuti

setiap kegiatan yang

diadakan atas nama

merek Volkswagen

0 3 7 26 8 3,89

3

Saya selalu berbagi cerita

tentang pengalaman

menggunakan merek

Volkswagen kepada

sesama anggota

komunitas

0 0 12 22 10 3,95

4

Saya menggunakan

seragam komunitas

ketika hadir pada

pertemuan rutin

komunitas

0 0 13 21 10 3,93

5

Saya mengetahui seluk

beluk pada merek

Volkswagen

0 3 8 22 10 3,93

Rata-rata 3,88


(1)

(2)

(3)

(4)

Uji Normalitas


(5)

Uji Heteroskedastisitas


(6)

Tabel Uji F

Tabel Uji t