STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLA SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA NEGERI 2 WONOSOBO.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Budi Mulya Indra Kurniawan NIM 08208244041

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“Listen, smile, agree. Then do whatever do you want to do”

Robert Downey Jr.


(6)

vi

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Ayah saya Alm. Hari Purwanto dan Ibu saya Tarmiasih atas doa dan dukungannya.


(7)

(8)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Strategi Pembelajaran... 7

2. Jenis Strategi Pembelajaran... 14

3. Ekstrakurikuler ... 17

4. Biola ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Tempat Penelitian... 37

C. Data Penelitian ... 37

1. Bentuk Data ... 37

2. Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi ... 38

2. Wawancara ... 39

3. Dokumentasi ... 40

E. Instrumen Penelitian... 40

F. Validitas Data ... 41

1. Triangulasi Sumber ... 41

2. Triangulasi Teknik ... 41


(9)

ix

3. Data Verification ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Wonosobo ... 44

1. Diskripsi Sekolah ... 44

2. Kondisi Fisik ... 45

3. Kondisi Non Fisik Sekolah ... 46

4. Media pembelajaran ... 46

B. Observasi Awal ... 47

C. Hasil Penelitian ... 49

1. Kegiatan Pembelajaran Biola ... 50

2. Langkah Perencanaan Pembelajaran ... 53

3. Strategi Pembelajaran... 59

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

1. Strategi Pembelajaran Langsung ... 61

2. Langkah Perencanaan Pembelajaran ... 61

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

xi

Oleh Budi Mulya Indra Kurniawan NIM 08208244041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo. Penelitian ini difokuskan pada strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kegiatan ekstrakurikuler biola dan objek penelitian ini adalah strategi pembelajaran. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan teknik data reduction, data display dan data verification. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukan strategi pembelajaran biola yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah: (1) Strategi Pembelajaran Langsung


(11)

1 A. Latar Belakang

Musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Sykjes dalam Rachmawati (2005:xxvii) definisi musik adalah “…art combining sounds of voice(s) or instrument(s) to achieve beauty of form and a expression of emotion…”. Musik memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia. Pengaruh musik tersebut bisa berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif bagi tubuh manusia menurut Diserens yang dikutip oleh Rachmawati (2005:33), musik dapat meningkatkan metabolisme tubuh, mengubah kegiatan otot, mempengaruhi pernafasan, mempengaruhi tekanan darah dan denyut nadi, meningkatkan aspek fisiologis untuk menghasilkan emosi yang berbeda. Sedangkan pada otak manusia, penelitian yang dilakukan oleh Crithchley dan Hensen (Rachmawati, 2005:35) mendapatkan hasil sebagai berikut :

“Karena sifatnya yang nonverbal, musik bisa menjangkau system limbic (bagian preverbal otak yang primitif) yang secara langsung mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi fisik manusia seperti detak jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Dengan mengaktifkan aliran ingatan yang tersimpan di wilayah corpus callosum, musik meningkatkan integrasi seluruh wilayah otak.”

Disisi lain musik juga bisa memberikan dampak negatif apabila karya yang dihasilkan dari sang seniman tersebut mengandung kata-kata yang memprovokasi pendengar musik untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Menurut Rachmawati (2005:42) musik juga dapat


(12)

membentuk mental seseorang menjadi lembut ataupun kasar. Jika anak sering mendengarkan suara ataupun intonasi yang buruk dan kasar, maka akan buruk atau kasar pula kepribadiannya, seperti halnya suara yang biasa ia dengar.

Peran orang tua dan guru dalam mengantisipasi hal ini sangat diperlukan, agar seluruh karya yang diperdengarkan pada anak dapat tersaring dengan baik. Orang tua dan guru berperan dalam mengarahkan para siswa untuk mendengarkan karya yang dapat membangun dan memotivasi siswa agar menjadi lebih baik.

Dalam satu dekade terakhir, terjadi kenaikan jumlah kasus kenakalan remaja yang merebak di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2010 tercatat ada 102 kejadian tawuran dengan korban meninggal 17 orang. Tahun 2011 tercatat 96 kasus dengan korban meninggal 12 orang. Pada tahun 2012 terjadi 103 kasus dengan jumlah korban meninggal 17 orang. (

http://inspiringIndonesia.blogdetik.com/tag/kenakalan-remaja). Sedangkan data yang dirilis oleh BKKBN tentang Seks Bebas di

Kalangan Remaja menunjukkan bahwa 50% remaja putri di kota besar telah kehilangan keperawanan dan melakukan hubungan seks pranikah. Di Surabaya remaja putri yang sudah kehilangan keperawanan mencapai 54 persen, Bandung 47 persen, dan Medan 52 persen (http://news.okezone.com/read/2013

/02/01/373/755030/waspada-pergaulan-bebas-remaja-ancaman-serius).

Meningkatnya seks bebas, tawuran pelajar, menghilangnya budaya timur yang menjunjung tinggi kesopanan dan tingkat kepedulian antar sesama yang tinggi merupakan contoh dampak negatif dari musik yang tidak bertanggung jawab. Dari penjelasan dampak negatif tersebut, banyak pihak yang terkena


(13)

pengaruh negatif tersebut, diantaranya adalah para siswa, termasuk siswa-siswa di Kabupaten Wonosobo.

Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, Tim MGMP Seni Musik Wonosobo mengadakan berbagai ekstrakurikuler yang menunjang untuk siswa berkreasi dalam musik. Beberapa ekstrakurikuler musik yang diadakan di berbagai sekolah di kabupaten Wonosobo diantaranya di SMA 1 Wonosobo mengadakan ekstrakurikuler paduan suara, di SMA 2 Wonosobo mengadakan ekstrakurikuler biola, dan di SMA Muhammadiyah Wonosobo mengadakan ekstrakurikuler Marching Band. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada ekstrakurikuler biola di SMA 2 Wonosobo. Biola sendiri merupakan alat musik yang baru saja dipopulerkan di SMA 2 Wonosobo oleh guru seni musik di sekolah tersebut, yaitu bapak Churry Andika S.Pd. Ekstrakurikuler biola di SMA Negeri 2 Wonosobo diperuntukkan bagi siswa yang telah menempuh tahun kedua.Dalam praktiknya, ekstrakurikuler di sekolah membutuhkan pembelajaran yang tepat.

Dalam observasi yang dilakukan peneliti tanggal 9 Februari 2015 di SMA Negeri 2 Wonosobo, peneliti mendapati bahwa guru mampu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dalam melatih ekstrakurikuler biola. Guru mampu berinteraksi dengan baik dan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada pembelajaran biola dengan cara yang menarik. Dengan diadakannya ekstrakurikuler biola tersebut, siswa-siswi di SMA Negeri 2 Wonosobo banyak mendapatkan hal yang positif, diantaranya adalah siswa-siswi terfokus dalam kegiatan bermusik dan siswa mendapatkan kesempatan untuk pentas diluar sekolah.


(14)

Alasan peneliti memilih untuk menggali lebih dalam tentang ekstrakurikuler biola di SMA Negeri 2 Wonosobo adalah biola merupakan salah satu alat musik yang sulit untuk dipelajari karena dalam pembelajarannya memerlukan teknik khusus. Selain itu, biola khusus digunakan untuk melodi, tidak seperti gitar dan piano yang dapat dimainkan dalam ritmis dan melodi. Sehingga rata-rata orang lebih memilih mempelajari gitar, piano dan alat musik lainnya. Memainkan biola, selain belajar not balok, siswa juga harus bisa mendengar dan mengukur tinggi rendah nada dengan baik. Hal ini dikarenakan instrumen biola tidak memiliki fret, sehingga siswa perlu "mencari" nada dengan jari dan dengan kepekaan telinga, atau yang biasanya disebut sebagai ilmu solfegio. Sebagian besar siswa yang mengikuti ekstrakurikuler biola di SMA Negeri 2 Wonosobo membutuhkan waktu 6 bulan untuk dapat menentukan nada yang tepat. Setelah dapat mengkoordinasi tangan kanan dan tangan kiri dengan baik, siswa lebih mudah belajar memainkan lagu dengan not balok. Dengan alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kegiatan ekstrakurikuler biola di SMA Negeri 2 Wonosobo dan mengetahui strategi yang digunakan guru pembimbing untuk mengajarkan biola.

Waktu yang diberikan oleh instansi sekolah untuk ekstrakurikuler biola tidak lebih dari satu tahun, karena siswa juga harus berkonsentrasi untuk melanjutkan pelajarannya untuk menghadapi ujian kenaikan kelas, dan ekstrakurikuler tersebut berakhir saat siswa tersebut naik kelas. Banyak aspek yang harus diajarkan guru ekstrakurikuler biola terhadap siswanya, diantaranya


(15)

membaca notasi balok, melatih kepekaan solfegio siswa, dan cara memainkan biola dengan teknik yang benar.

Peneliti mendapati guru pengampu ekstrakurikuler di SMA 2 Wonosobo menggunakan strategi yang cukup unik dalam menyiasati kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran biola, sehingga dalam kurang dari 5 bulan, siswa dapat membaca notasi blok dan menguasai teknik bermain biola dengan benar. Bahkan dalam waktu yang singkat, siswa mampu untuk menampilkan beberapa karya di sebuah pagelaran besar dalam rangka memperingati Hari Jadi Wonosobo ke 189. Dari strategi yang beliau terapkan, peneliti tertarik untuk meneliti strategi yang digunakan pada pembelajaran biola sebagai ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

B. Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA 2 Wonosobo?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi yang digunakan dalam pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.


(16)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis

Manfaat teoritis:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan bagi peneliti.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS Universitas Negeri Yogyakarta, dapat memberikan kontribusi kepustakaan tentang strategi pembelajaran biola.

Manfaat praktis:

1. Bagi guru dalam mengajarkan pembelajaran ekstrakurikuler biola dapat meningkatkan kualitas dalam pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran.

2. Bagi SMA Negeri 2 Wonosobo dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan ekstrakurikuler biola.

3. Bagi siswa SMA Negeri 2 Wonosobo dapat meningkatkan kemampuan dalam praktik seni musik khususnya instrumen biola.

4. Bagi sekolah lain, dapat menjadi inspirasi untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler serupa.


(17)

7 A. Deskripsi Teori

1. Strategi Pembelajaran

Dalam bukunya, Majid (2013:3) mengatakan bahwa strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan dari kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage Dictionary (1976:1273) dikemukakan bahwa strategy is the sience or art of ‘military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operation. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa strategi adalah the art or skill of using strategems (a military manurve design to deceive or surprise an enemy) in politics, bussines, courtship, or th like.

Semakin luasnya penerapan strategi, Mintzberg dan Waters (Majid, 2013:3) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are realized as pattern in stream of decisions or action). Hardy, Langley dan Rose dalam Majid (2013:3) mengemukakan strategy is perceived as a plan or a set of explicit intention preceeding and controlling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang


(18)

terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Majid (2013:4) mengungkapkan bahwa secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran, diantaranya :

a. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan (Corey. 1986 dalam Majid, 2013:4).

b. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20 tahun 2003).

c. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Mohammad Surya. 2004 dalam Majid, 2013:4).


(19)

d. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan ,prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik. 2008 dalam Majid, 2013:4).

e. Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi proses belajar, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Briggs. 1979 dalam Majid, 2013:4).

Menurut Sadirman yang dikutip oleh Majid (2013:5) dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar menyebutkan istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka mengantarkan peserta didik kearah kedewasaanya.

Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri: a) Ada tujuan yang ingin dicapai; b) Ada pesan yang akan ditransfer; c) Ada pelajar; d) Ada guru; e) Ada metode ; f) Ada situasi ; g) Ada penilaian.

Association for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu system yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.


(20)

Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan / merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui tindakan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindak penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi ekstrenal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar (Majid, 2013:5).

Majid (2013:6) mengungkapkan, strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan atau komunitas) yang berinteraksi edukatif diantara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah bahan / materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu


(21)

pendidikan tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran (Majid, 2013:6-7).

Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu (Majid, 2013:7).

Berikut ini pendapat beberapa ahli yang berkaitan dengan pengertian strategi pembelajaran.

a. Kemp (1995 dalam Majid, 2013:7) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

b. Kozma dalam Sanjaya (2007 dalam Majid, 2013:7) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

c. Gerlach dan Ely (1971 dalam Majid, 2013:7) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan


(22)

pembelajaran tertentu. Selajutnya dijabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar pada peserta didik.

d. Dick dan Carey dalam Sanjaya (2007 dalam Majid, 2013:7) menjelaskan bahwa strategi pemblajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

e. Cropper dalam Wiryawan dan Noorhadi (1994 dalam Majid, 2013:7) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beliau menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.

f. Wina Sanjaya (2006:126) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.


(23)

g. J.R David (1976 dalam Wina, 2006:126) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal

(Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu).

h. Moedjiono (1994 dalam Majid, 2013:8) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.

Dari beberapa pengertian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Hal ini berarti di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses peyusunan kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Majid, 2013: 8).

2. Jenis Strategi Pembelajaran

Dalam buku Strategi Pembelajaran oleh Majid (2013:9) strategi pembelajaran meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajatan tertentu. Untuk melaksanakan


(24)

strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Newman dan Logan (Makmun. 2003 dalam Majid, 2013:9) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya;

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran;

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran; d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan

patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina Senjaya (2006:126) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, pada dasarnya strategi masih bersifat kontekstual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dalam artikel tentang jenis-jenis/klasifikasi strategi pembelajaran Saskatchewan Educational (1991 dalam Majid, 2013: 10) strategi pembelajaran dibagi menjadi:

a. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)

1) Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling


(25)

sering digunakan. Pada strategi ini termasuk didalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan diktatik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

2) Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.

b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)

1) Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.

2) Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person)

3) Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.

4) Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakan bahan-bahan cetak, non cetak, dan suber-sumber manusia


(26)

c. Strategi Pembelajaran Interaktif ( interactive instruction)

1) Strategi pembelajaran interaktif merujuk pada bentuk diskusi dan saling berbagi diantara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.

2) Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

d. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (experiential learning) 1) Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk

sekuens induktif, berpusat pada siswa, berorientasi pada aktivitas.

2) Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan pada hasil belajar. 3) Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas

maupun diluar kelas. Sebagai contoh, didalam kelas dapat menggunakan metode simulasi, sedangkan diluar kelas


(27)

dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

1) Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.

3. Pengertian Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada diluar program yang tertulis di kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:384). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A Tahun 2013 definisi ekstrakurikuler adalah sebagai berikut.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Fungsi dan tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A Tahun 2013 adalah sebagai berikut.


(28)

a. Fungsi

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.

1) Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.

2) Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.

3) Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.

4) Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.

b. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah:


(29)

1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Setelah mengetahui definisi, fungsi, dan tujuan ekstrakurikuler dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang berada diluar program yang tertulis di kurikulum, yang alokasi waktunya tidak ditetapkan di kurikulum, namun perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

4. Tinjauan tentang Biola dan Teknik Permainan Biola a. Tinjauan tentang Biola

Dalam penelitian ini, biola yang dimaksudkan peneliti adalah violin. Dalam Dictionary of Music and Musician (Sadie, 2002:702) Violin adalah salah satu dari instrument musik yang mempunyai akustik yang sempurna dan memiliki fleksibilitas suara yang mengagumkan. Violin mempunyai keindahan dan daya tarik emosional yang hampir sama dengan suara manusia, tetapi dapat pula dimainkan dengan lincah, memungkinkan untuk instrumen tersebut mengekspresikan mood dan efek bergantung pada kemauan dan skill player, dari rentang lembut dan halus sampai brilian dan dramatis. Violin mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk mensustain nada dan memproduksi berbagai macam nuansa, ekspresi dan


(30)

intensitas nada yang lebih baik dari instrumen lainnya. Violin dapat memainkan semua nada kromatis, semitone, bahkan microtone di rentang 4 oktaf, dan pada tingkatan tertentu dapat memainkan akor dengan baik.

Instrumen violin digolongkan sebagai instrumen berdawai (chordophone). Chordophone adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai (senar) (Banoe, 2003: 83). Violin modern mulai berkembang di Italia sekitar tahun 1600 (Sadie, 2002:713). Meskipun terlihat sederhana, faktanya violin terdiri dari 70 bagian yang membutuhkan keterampilan baik dari pengrajin untuk menyatukannya. Secara akustik, violin merupakan salah satu instrumen yang rumit. Berikut adalah bagian-bagian violin modern.


(31)

Gambar 1. Struktur violin modern (Sadie. 2002:703)


(32)

Gambar 2. Struktur violin modern (tampak depan) (Sadie. 2002:704)

Sebuah violin terdiri dari beberapa bagian, yaitu scroll, peg box, pegs, fingerboard, senar (strings), belly, bridge, F-Hole, fine-tuner, tail piece, chin rest, dan end button. Scroll merupakan kepala, bonggol ujung pada violin, lazimnya diukir dengan indah (Banoe, 2003:372). Pegbox menurut http://www.oxforddictionaries.com /definition/english/pegbox adalah ”A structure at the head of a stringed instrument where the strings are attached to the tuning pegs” yang berarti struktur di bagian kepala dari instrumen berdawai


(33)

dimana dawai dikaitkan di tuning pegs. Pegs merupakan potongan berbentuk bulat yang terbuat dari kayu. Pegs ditempatkan pada sebuah lubang dan dapat berputar, dan dilubangi sebagai tempat dari ujung senar. Pegs berfungsi untuk mencegah senar agar tidak tergelincir dari nada yang diinginkan dari pengaruh tegangan senar (Strainer, 2009:347).

Berbeda dengan instrumen gitar dan piano, violin tidak memiliki grip atau pembatas nada pada papan penjariannya (fingerboard), sehingga untuk memproduksi nada yang diinginkan dibutuhkan penjiwaan serta perasaan yang lebih (ekstra) kuat (Wilfihani, 2008:96). Fingerboard biasanya terbuat dari kayu ebony dan terletak sepanjang neck dan memanjang melintasi perut kearah brigde (Sadie, 2002:702).

Bridge adalah lempeng kayu penopang dawai pada alat musik berdawai (Banoe, 2003:62). Di violin, material dan pengaturan dari bridge mempunyai pengaruh yang sangat besar. Sebagian bridge terbuat dari kayu berbahan kasar,sebagian lagi dapat berupa kayu yang halus. Bridge berdiri dengan dua kaki penopang yang terletak di bagian belly / perut sedikit dibelakang sound post. Kaki penopang tersebut harus terpasang dengan rata di permukaan belly agar getaran dari senar dapat ditransfer dengan baik kedalam kotak resonansi. Tone dari instrumen banyak dipengaruhi dari posisi brigde dan dengan pengalaman yang baik dan pengerjaan yang baik dari sang pembuat


(34)

violin dapat diketahui dengan baik dimana posisi terbaik bridge dapat ditempatkan (Strainer, 2009:64)

Belly adalah plat kayu yang terletak di bagian atas dari kotak resonansi (Strainer, 2009:57). Bagian ini terbuat dari kayu yang empuk, biasanya terbuat dari kayu cemara Eropa dan dibelakang belly terbuat dari kayu yang keras, biasanya terbuat dari kayu maple (Sadie, 2002:702). Di bagian belly terdapat f-hole yang ditempatkan pada sisi kiri dan kanan belly. F-hole merupakan bagian berlubang yang berada di bagian belly di violin atau instrumen lain yang mempunyai kotak resonansi. F holes disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai huruf f (Strainer. 2009:165). Di bagian bawah dari brigde terdapat tail piece. Tail piece merupakan bagian dari instrumen violin dimana senar bagian bawah terikat. Tail piece biasanya terbuat dari kayu eboni (Strainer, 2009:420).

Chin rest menjadi asesoris standar yang terdapat pada violin untuk memastikan kestabilan dari instrumen dan meningkatkan mobilitas tangan kiri. Chin rest pertama kali diperkenalkan oleh Spohr di tahun 1820 dan terbuat dari kayu eboni. Pertama kali diperkenalkan, chin rest awalnya terletak diatas tail piece, bukan di sebelah kiri seperti pengembangannya pada jaman sekarang. Chin rest biasanya terbuat dari kayu (biasanya dari eboni atau rosewood) ataupun vulcanite dan tersedia dalam berbagai macam bentuk dan ukuran (Sadie, 2002:724).


(35)

Jumlah senar violin ada empat yang masing-masing berbeda besar dan ukurannya. Senar violin awalnya terbuat dari usus binatang (Strainer, 2009:410). Namun ada beberapa kelemahan yang dimiliki senar berbahan usus binatang, yaitu kelembabannya yang harus selalu dijaga, kecenderungan bahan untuk terurai, sensitivitas senar pada variasi perubahan suhu, dan seringnya kecelakaan yang terjadi pada lilitan senar (Sadie, 2002:724).

Pada jaman modern, violin biasanya menggunakan senar berbahan benang yang dililit dengan perak untuk nada g, d’, dan a’. Dan untuk senar e’ biasanya menggunakan senar berbahan logam baja untuk meningkatkan ketahanan senar. Selain itu pada abad 20 ini telah dikembangkan senar yang bahan intinya adalah baja atau bahan sintetik lain seperti nilon, yang dilapisi dengan perak. Bahan ini digunakan untuk menggantikan senar berbahan usus binatang dan sekarang dipakai oleh para pemain violin professional (Sadie, 2002:704-705).

Untuk menyetem masing-masing senar dapat menggunakan garpu tala dan piano, sehingga keempat senarnya masing-masing mempunyai nada : senar 1 (e’), senar 2 (a’), senar 3 (d’), dan senar 4(g) (Wilfihani, 2008:96)

Gambar 3. Nada senar violin


(36)

Sebuah violin dilengkapi dengan penggesek violin (bow) yang berfungsi untuk menghasilkan suara atau nada. Bow merupakan sebuah instrumen yang terbuat dari kayu dan rambut kuda yang digunakan untuk menggesek senar violin dan menghasilkan getaran. Bow bentuk aslinya adalah melengkung seperti namanya, yaitu busur. Bow yang sekarang digunakan pada violin mempunyai panjang 29 inci dan berbentuk hampir lurus dengan lengkungan kedalam bukan keluar (Strainer, 2009:60)

Gambar 4. Bow violin

http://www.long-mcquade.com/files/1121/lg_clipped_201526_2044.jpg

Cara merubah nada adalah dengan menekan senar dengan jari tangan kiri kearah finger board. Hal itu juga memperpendek porsi vibrasi dari senar. Nada harmonik di violin mempunyai suara yang sangat baik. Harmonik diproduksi dengan cara menekan dengan ringan senar di finger-board. Sordino atau mute bertempat diatas brigde, menghasilkan tone suara yang unik. Dan efek suara yang baik dapat tercipta saat memetik senar seperti bermain gitar yang disebut teknik


(37)

pizzicato. Rentang nada yang dapat dihasilkan dari violin adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Rentang nada violin (Vivien. 2012)

Nada yang sangat tinggi biasanya jarang dipakai, karena nada yang dihasilkan sangat tajam dan melengking. Suara yang dihasilkan dari violin sangat luas, dapat memainkan dinamik keras maupun lembut maupun staccato dan legato. Variasi tone yang sangat luas menjadi nilai tambah dalam hal kemampuan instrumen untuk bermain dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan daripada instrumen orkestra lainnya (Strainer, 2009:447-448)

b. Teknik Permainan Biola

Kemampuan seorang pemain biola untuk dapat memainkan sebuah karya musik harus didukung oleh ketrampilan dalam menguasai sebuah alat musik. Hal ini bertujuan supaya pemain dapat memainkan sebuah karya musik sesuai apa yang diharapkan oleh komponis, baik secara intonasi maupun ekspresi pembawaannya. Pada permainan biola diperlukan kepekaan solfegio yang baik agar bunyi dapat dihasilkan tepat sesuai tinggi-rendahnya nada (pitch). Menurut Prier (2009: 203) solfeggio merupakan istilah untuk latihan


(38)

pendengaran dan latihan vocal dengan berpangkal pada solmisasi. Solfegio menjadi hal yang sangat penting karena alat musik biola tidak memiliki fret (garis-garis papan nada) seperti pada alat musik gitar sebagai penanda untuk menentukan tinggi-rendahnya nada (pitch).

Untuk mengetahui letak suatu nada dengan intonasi yang benar diperlukan latihan terus menerus sehingga jari-jari tangan kiri dapat secara otomatis menekan nada-nada yang diinginkan dengan intonasi tepat. Selain itu, seorang pemain biola juga harus berlatih berulangulang mendengarkan nada untuk mempertajam daya pendengaran sehingga dapat membedakan nada-nada dengan intonasi yang kurang tepat walaupun hanya sedikit saja. Teknik permainan biola meliputi kelincahan jari tangan kiri dalam memainkan nada-nada yang berpengaruh pada intonasi dan kekuatan tangan kanan untuk menggesek biola yang sangat berpengaruh pada suara terutama tone colour, panjang pendek nada dan volume yang dimainkan. Berikut ini adalah beberapa penjelasan teknik tangan kanan dalam permainan biola:

1) Legato adalah terikat, dekat, dan tersambung. Sebuah bagian dari musik yang ketika ditandai dimaksudkan dalam permainannya dimainkan dengan rata, halus dan dengan cara meluncur (Strainer, 2009: 271). Menurut Prier (2009: 101) legato adalah istilah musik untuk teknik pembawaan yang menuntut agar nada-nada dibawakan dalam satu arus. Dari pendapat tersebut dapat


(39)

disimpulkan bahwa legato adalah teknik memainkan nada untuk menghasilkan suara yang menyambung dan tidak terputus-putus dalam satu gesekan. Berikut adalah contoh penulisannya:

Gambar 5. Legato (Vivien. 2012)

2) Staccato adalah terlepas, terpisah. Sebuah metode yang diterapkan mendadak di notasi dalam menyanyi dan bermain musik dengan memperpendek durasi nada dari yang seharusnya tertulis (Strainer, 2009: 407). Sedangkan menurut Prier (2009: 207) staccato adalah terputus, istilah pembawaan sejak abad ke-17 yang biasanya ditunjukkan dengan titik di atas / bawah nada yang bersangkutan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa staccato adalah teknik memainkan nada untuk menghasilkan suara yang pendek-pendek dan putus-putus. Berikut adalah contoh penulisannya:

Gambar 6. Staccato (Vivien. 2012)

3) Detache adalah terpisah; terputus-putus. Detache adalah cara memainkan alat musik gesek dengan terputus-putus namun


(40)

penggeseknya ditekan dan tidak diangkat dari dawai (Banoe, 2003:117). Berikut adalah contoh penulisannya:

Gambar 7. Detache (Vivien. 2012)

4) Spiccato adalah jelas, terpisah, dan tajam. Petunjuk untuk memainkan teknik ini adalah dengan titik diatas notasi (Strainer, 2009:407). Menurut Banoe (2003: 390) spiccato merupakan teknik gesekan biola dengan sentuhan penggesek yang dilompat-lompatkan caranya sama cepat namun jatuh gesekan dengan teknik detache. Dalam teknik ini tiap nada dimainkan dengan cara melompat-lompatkan penggesek untuk menghasilkan suara yang sangat pendek. Berikut adalah contoh penulisannya:

Gambar 8. Spiccato (Vivien. 2012)

5) Pizzicato adalah mencubit; pizzicato merupakan petunjuk untuk pemain violin untuk memproduksi nada dengan cara memetik senar dengan jari tanpa menggunakan bow (Strainer, 2009:355). Teknik ini tidak hanya dimainkan pada tangan kanan, namun dapat juga dimainkan pada tangan kiri. Dalam sebuah karya musik,


(41)

setelah ada tanda pizzicato biasanya terdapat tanda arco. Menurut Strainer (2009: 33) arco adalah kembali menggunakan bow; digesek. Arco dalam permainan biola artinya sesudah permainan pizzicato senar kembali digesek menggunakan penggesek (bow). Berikut adalah contoh penulisan pizzicato tangan kanan dan kiri:

Gambar 11. Pizzicato tangan kanan (Vivien. 2012)

Gambar 12. Pizzicato tangan kiri (Vivien. 2012)

6) Accent adalah aksen; tekanan (Banoe, 2003: 17). Accent terletak di atas atau di bawah nada. Accent adalah memainkan nada dengan cara memberikan penekanan pada nada tertentu. Berikut adalah contoh penulisannya:

Gambar 13. Accent (Vivien. 2012)

Selain teknik permainan tangan kanan, teknik permainan tangan kiri mempunyai peranan yang sangat penting karena


(42)

berhubungan dengan intonasi dan kecepatan tangan kiri dalam menekan nada-nada. Berikut ini adalah beberapa penjelasan teknik tangan kiri dalam permainan violin:

1) Penjarian adalah seni dalam meletakkan dan menggunakan jari dengan tepat dalam memainkan instrumen musik (Strainer, 2009: 166). Kode penjarian biola untuk tangan kiri menggunakan kode angka, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. Kode angka 0 digunakan untuk memainkan nada dalam posisi senar terbuka (jari tidak menekan senar). Kode angka 1 untuk jari telunjuk, kode angka 2 untuk jari tengah, kode angka 3 untuk jari manis, dan kode angka 4 untuk jari kelingking. Berikut ini adalah gambar kode penjarian tangan kiri:

Gambar 16. Kode penjarian tangan kiri Vivien. 2012

2) Vibrato adalah nada yang bergetar, yang bertentangan dengan produksi asli nadanya (Strainer, 2009: 446). Vibrato merupakan teknik tangan kiri, yaitu


(43)

menggerakan jari tangan kiri yang menekan pada senar dengan cepat secara maju mundur sehingga menimbulkan suara bergetar.

3) Ornamen adalah notasi yang indah dan notasi hiasan (Strainer, 2009:340). Menurut Banoe (2003:313) ornamen adalah hiasan; nada hias. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang ornamen:

a. Acciaccatura adalah ragam ornament (nada hiasan), dilambangkan dengan not kecil bercoret miring dimuka notasi nada pokok, dibunyikan hampir bersamaan dengan bunyi nada pokok tersebut (Banoe, 2003: 17). Berikut adalah contoh penulisan dan cara memainkannya:

Gambar 16. Acciaccatura (Vivien. 2012)

b. Trill adalah istilah untuk sebuah hiasan musik terdiri dari pergaintian cepat antara nada pokok dan nada tetangga atas (sesuai dengan kedudukan dalam tangga nada yang bersangkutan) (Prier, 2009:220).


(44)

Menurut Banoe (2003: 420), trill adalah nada yang dimainkan secara bergantian dengan nada terdekat diatasnya dan dimainkan secara cepat. Trill ditandai dengan tanda ( ) di atas not tertentu. Berikut adalah contoh penulisan dan cara memainkannya:

Gambar 20. Trill Vivien. 2012 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mita Ambriani (2014) yang berjudul “Strategi Pembelajaran Seni Musik untuk Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Wates”. Penelitian tersebut mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal strategi pembelajaran. Metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode deskripsi kualitatif. Meskipun secara garis besar terdapat persamaan, namun ada perbedaan yang signifikan dari penelitian terdahulu tersebut yaitu dalam hal seni musik secara umum. Penelitian ini hanya difokuskan pada kegiatan ekstrakurikuler biola.

Penelitian terdahulu yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Vivien Kurniasari (2012) dengan judul ”Analisis Teknik Permainan Biola Keroncong di Orkes Keroncong Flamboyant


(45)

Yogyakarta”. Relevansinya dengan penelitian ini adalah obyek yang diteliti yaitu biola. Namun perbedaan yang signifikan adalah penelitian terdahulu lebih memfokuskan kepada analisis teknik permainan biola. Sedangkan penelitian yang dilakukan lebih berfokus pada strategi pembelajaran. Dalam hal ini posisi penelitian ini lebih pada upaya pengembangan dan melengkapi.


(46)

36 A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian mengenai keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2006:11).

Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data (Creswell, 2010:4). Selanjutnya Sugiyono (2007:3) menyatakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan”

Analisis dan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan fakta yang terjadi di SMA Negeri 2 Wonosobo, penelitian dilakukan secara naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah dan realistik. Sugiyono (2007:9) juga menyatakan bahwa “penelitian kualitatif bersifat diskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga


(47)

tidak menekankan pada angka”. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat diskriptif, artinya peneliti berusaha untuk mendiskripsikan fenomena yang alamiah dimana di dalamanya ada banyak perilaku dan peristiwa yang terjadi tentang strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. Peneliti melakukan studi awal guna mengumpulkan data-data sebagai gambaran umum jauh-jauh hari sebelum penelitian. Studi awal dilakukan pada bulan Februari 2015 saat peneliti melakukan kunjungan sebagai persiapan pagelaran SMADA Explosion yang melibatkan ekstrakurikuler biola sebagai salah satu pengisi acara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Juni 2015. Lalu penelitian diperpanjang hingga bulan Agustus 2015.

C. Data Penelitian 1. Bentuk Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari narasumber berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti terhadap kegiatan ekstrakurikuler biola di SMA Negeri 2 Wonosobo. Sedangkan data sekunder berupa dokumen-dokumen seperti foto, video, beberapa catatan kecil, dan rekaman suara yang direkam menggunakan voice recorder.


(48)

2. Sumber Data

Data penelitian strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo berupa data kualitatif. Data yang dihasilkan berupa dokumen tulisan, gambar, audio, maupun video yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara peneliti di lapangan dengan narasumber yang kompeten dengan penelitian. Selain itu, peneliti juga mengambil data dari buku-buku yang relevan serta dari internet dan media masa guna menambah wawasan dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono 2007:62). Teknik pengumpulan bertujuan untuk memperoleh data-data yang penting dan akurat dalam penelitian tentang strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut diuraikan mengenai metode pengumpulan data tersebut:

1. Observasi

Observasi kualitatif merupakan yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian (Creswell 2010:267). Dalam penelitian ini


(49)

peneliti mengamati langsung peristiwa-peristiwa dan fakta yang terjadi di lapangan. Peneliti juga melakukan observasi awal pada bulan Februari 2015 guna mengumpulkan data-data sebagai gambaran umum jauh-jauh hari sebelum penelitian.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data langsung secara lisan dari narasumber atau informan yang telah ditentukan. Wawancara dalam penelitian ini juga dilandasi hubungan kerjasama yang baik antara peneliti dan subjek penelitian, agar proses penelitian dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh data yang kompeten.

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan menggunakan telepon, atau terlibat focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan (Creswell, 2010:267)

Proses wawancara dilakukan peneliti secara langsung di lapangan, Selain itu peneliti juga membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data menggunakan alat bantu seperti


(50)

catatan, recorder dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Adapun pokok-pokok pertanyaan terdapat dalam lampiran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa setelah penelitian. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, lebih kompeten dan dapat dipercaya apabila didukung oleh data dokumentasi. Dalam penelitian strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo, dokumentasi digunakan untuk menguatkan data yang telah diperoleh. Dokumentasi tersebut berupa foto dan rekaman baik audio, visual maupun audio visual.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Cresswel (2010:267) menyatakan bahwa

“Peneliti dalam kualitatif mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi di lokasi penelitian”.

Peneliti berfungsi dalam mengambil inisiatif, meliputi pencarian data, pembuatan pertanyaan wawancara, memanfaatkan waktu dan sebagai pengolah data. Hasil penelitian ini telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pengampu mayor biola yaitu Ibu Yunike Juniarti Fitria, S.Pd.,M. A dan Bapak Fu`adi, S.Sn.,M.A. untuk menjamin validitas instrumen penelitian.


(51)

F. Validitas Data

Teknik penentuan validitas dan keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dari sumber data yang telah ada (Sugiyono 2007:83).

Dalam penelitian ini, guna memperoleh keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber, teknik dan teknik penafsiran data. Berikut diuraikan mengenai triangulasi tersebut yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu pengecekan data yang telah diperoleh dengan membandingkan hasil wawancara dari informan pertama, kedua, dan ketiga.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu pengecekan data yang telah diperoleh dengan membandingkan data hasil wawancara dengan observasi dan dokumentasi. Apabila dengan pengecekan data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandang berbeda-beda.


(52)

G. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah pengolahan data secara kualitatif. Menurut Creswell (2010:274) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan semua sumber data dari observasi, wawancara dan dokumentasi tentang strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo. Sugiyono (2007:91) menyatakan bahwa “terdapat tiga aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data verification”. Berikut diuraikan mengenai 3 komponen tersebut yaitu:

1. Data Reduction

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, atau data-data yang dianggap perlu untuk mendukung penelitian ini (Sugiyono. 2007:92). Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan peneliti memahami data yang di peroleh, kemudian mengklarifikasikan data-data tentang strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo yang telah terkumpul dan teruji kebenaranya.


(53)

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dengan pola hubungan, sehingga memudahkan peneliti untuk memahami keseluruhan data dan melakukan proses selanjutnya yaitu verifikasi data (kesimpulan) (Sugiyono. 2007:95). Untuk mengambil kesimpulan data. Hasil dari penyajian data berupa data-data diskripsi pada penelitian strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo.

3. Data Verification

Verifikasi data digunakan untuk mengecek kembali data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data tersaji dengan baik, peneliti selanjutnya menarik proses kesimpulan dan verifikasi terhadap data-data yang telah diperoleh dengan menganalisis secara kualitatif.


(54)

44

A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Wonosobo

SMA Negeri 2 Wonosobo terletak di kabupaten Wonosobo, tepatnya di kecamatan Selomerto. Jarak SMA tersebut kurang lebih 5 km dari pusat kota Wonosobo. Penelitian tentang strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus.

Penelitian yang dilakukan berhubungan dengan kegiatan pembelajaran seni musik, aktivitas bermusik peserta didik di sekolah dan aktivitas bermusik peserta didik di rumah. Dalam pengumpulan data, peneliti memantau aktivitas keseluruhan peserta didik melalui observasi, dokumentasi dan wawancara.

Sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 2 Wonosobo cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Deskripsi Sekolah

Nama sekolah : SMA Negeri 2 Wonosobo No. Statistik Sekolah : 20306806

Alamat sekolah : Jl. Banyumas km.5, Kalierang , Selomerto, Wonosobo 56361 Telp.0286-322614

Nama Kepala Sekolah : Drs. Fatchurrozak, M.Si


(55)

Pagi pukul 07.00 s.d 11.30 (Jum’at) Pagi pukul 07.00 s.d 13.30 (Sabtu) Waktu Tiap jam pelajaran : 45 (empat puluh lima) menit 2. Kondisi Fisik

a. Ruang Kantor

b. Ruang Belajar Mengajar

Ruang Belajar Mengajar terdiri dari:

1) Kelas X IA 1, IA 2, IA 3, IA 4, IA 5, IS 1, IS 2, IS 3, dan IB 1 2) Kelas XI IA 1, IA 2, IA 3, IA 4, IA 5, IS 1, IS 2, IS 3, dan IB 1 3) Kelas XII IA 1, IA 2, IA 3, IA 4, IA 5, IS 1, IS 2, IS 3, dan IB 1 c. Perpustakaan

d. Ruang Penunjang

Ruang Penunjang SMA Negeri 2 Wonosobo terdiri dari: 1) Ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS)

2) Mushola 3) Kantin 4) Gudang 5) Ruang musik

6) Kamar mandi guru dan peserta didik e. Laboratorium

Laboratorium SMA Negeri 2 Wonosobo terdiri dari : 1) Laboratorium Fisika


(56)

3) Laboratorium Komputer 4) Laboratorium Bahasa 3. Kondisi Non Fisik Sekolah

a) Potensi Guru

Jumlah guru yang ada SMA Negeri 2 Wonosobo adalah 34 orang. Rata-rata pendidikan guru di SMA Negeri 2 Wonosobo Tengah merupakan lulusan S-1.

b) Potensi peserta didik

Potensi dan minat belajar peserta didik SMA Negeri 2 Wonosobo sudah cukup baik. peserta didik SMA Negeri 2 Wonosobo memiliki kedisiplinan dan kerapihan yang cukup baik, walaupun sebagian kecil masih ada yang terlambat dan berpakaian kurang rapi.

c) Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo antara lain yaitu pramuka, basket, bola voli, bulu tangkis, futsal, biola dan qiraah dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi, minat, bakat dan kreativitas peserta didik. 4. Media pembelajaran

Media pembelajaran berupa papan tulis, proyektor, sound sistem, peralatan musik, komputer, dll. Berdasarkan deskripsi di atas, menunjukan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat dalam SMA Negeri 2 Wonosobo mampu menunjang kegiatan belajar peserta didik di SMA tersebut. Dari segi kualitas, SMA Negeri 2 Wonosobo memiliki visi


(57)

mewujudkan generasi cerdas spiritual, intelektual, berkarakter dan berdaya saing tinggi

B. Observasi Awal

Sebelum dilaksanakan penelitian ini, peneliti sebagai praktikan diminta untuk membantu pagelaran sebagai player dalam rangka HUT SMA 2 Negeri Wonosobo yang diselenggarakan pada tanggal 15 Februari 2015. Dalam HUT SMA Negeri 2 Wonosobo, ekstrakurikuler biola menjadi salah satu pengisi acara pembuka dan untuk pertunjukan puncaknya adalah menampilkan grup band GIGI. Peneliti melakukan kurang lebih 4 kali latihan bersama sebelum pementasan. Format pertunjukan yang melibatkan ekstrakurikuler biola dalam latihan ini berupa mini orkestra, dimana terdapat string section, brass section, paduan suara dan combo. String section terdiri dari 20 biola. Guru pendamping pada latihan ini total berjumlah 4 orang dan menangani divisi masing-masing. Peneliti memfokuskan pada guru pendamping biola, yaitu bapak Churry Andhika. Pada latihan ini, bapak Churry bertugas sebagai arranger, instruktur biola, dan sebagai konduktor. Dalam latihan awal, peneliti memohon izin pada bapak Churry untuk melakukan observasi awal tentang ekstrakurikuler biola.

Observasi dilakukan pada waktu peneliti membantu latihan untuk pertunjukan di HUT SMA Negeri 2 Wonosobo. Latihan tersebut dilakukan di ruang auditorium. Ruangan tersebut bukanlah ruangan ideal untuk pembelajaran biola, karena seluruh ruang tidak dilengkapi dengan peredam


(58)

suara, sehingga ekstrakurikuler ini hanya bisa dilakukan setelah jam pelajaran sekolah berakhir yaitu pukul 15.00. Selain mengganggu pelajaran lain, ruangan ini pun mempunyai kualitas akustik yang kurang memadai, sehingga saat dilakukan latihan bersama suara yang dihasilkan akan memantul dengan dinding ruangan yang mengakibatkan suara per instrumen tidak terdengar dengan jelas. Penerangan di ruangan ini memadai. Ruang ini dilengkapi dengan audio yang cukup memadai. Meskipun demikian, audio tersebut ( speaker dan mixer ) hanya digunakan saat diadakan latihan bersama, sehingga dibutuhkan waktu untuk instalasi speaker yang berakibat merepotkan para guru dan siswa dalam mengadakan latihan.

Gambar 21. Suasana saat latihan bersama. (Dokumentasi Budi,2015)

Ruang musik berada di dalam auditorium. Seluruh alat musik diletakkan di dalam ruang musik. Alat musik yang tersedia berupa : satu buah drum set, satu buah keyboard, tiga buah gitar elektrik, satu buah bass elektrik dan 20 buah biola. Untuk instrumen biola, bisa dibawa pulang


(59)

bagi para siswa yang tidak mempunyai instrumen, dengan izin khusus dari guru pengampu ekstrakurikuler.

C. Hasil Penelitian

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan strategi yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Strategi yang dinilai tepat tidak mengacu pada satu jenis metode, melainkan dapat dilaksanakan kombinasi dari dua atau tiga metode pembelajaran. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat menjadi penentu tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Faktor-faktor penentu itu antara lain: keaktifan siswa, kompetensi siswa, ketersediaan sarana pendukung dan kemampuan guru. Dari faktor-faktor tersebut, kemampuan guru merupakan faktor paling mendasar karena guru memiliki peran sentral untuk mengelola faktor-faktor lainnya dengan menggunakan strategi yang dinilai tepat. Dengan demikian guru tidak cukup hanya memiliki otoritas keilmuan saja, melainkan juga harus mampu mengelola kelas sebagai bagian dari strategi pembelajaran yang digunakannya. Pelaksanaan suatu strategi dalam pembelajaran bergantung pada peran guru dan peran siswa selama berlangsungnya pembelajaran.

Penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari – Agustus 2015. Namun dalam bulan Februari sampai dengan Juni, peneliti hanya bisa melakukan penelitian observasi awal, karena surat izin oleh Kesbanglinmas Wonosobo baru bisa turun pada bulan Juni akhir. Dalam observasi awal tersebut, peneliti menemukan hasil seperti berikut:


(60)

Ekstrakurikuler tersebut sudah berjalan kurang lebih 2 tahun. Ekstrakurikuler tersebut diadakan untuk menambah keseriusan siswa-siswa dalam belajar musik. Sebelumnya pelajaran seni musik dianggap sebagai pelajaran yang tidak begitu diperhitungkan, sehingga dalam praktiknya siswa-siswa tidak begitu serius dalam pelajaran ini. Sehingga diharapkan dengan adanya ekstrakurikuler biola ini dapat menambah minat siswa dalam pelajaran seni musik. Prestasi yang didapatkan dari ekstrakurikuler biola adalah seringnya ekstrakurikuler biola diundang ke acara-acara besar di Wonosobo, seperti misalnya HUT kota Wonosobo dan acara ulang tahun SMA 2 Negeri Wonosobo sebagai pembuka dengan bintang tamu GIGI.

1. Kegiatan Pembelajaran Biola

Kegiatan ekstrakurikuler ini diselenggarakan pada hari Selasa dan Kamis jam 14.00-16.00. kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan di ruang auditorium yang terletak pada bagian depan sekolahan. Dalam segi kualitas akustik, gedung ini memang tidak diperuntukkan untuk kegiatan musik, sehingga pada saat latihan bersama intonasi dari masing-masing instrumen biola tidak begitu terdengar dengan jernih. Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan kelengkapan latihan. Siswa menata kursi yang telah disiapkan membentuk letter U dan memiliki 2 baris. Kemudian siswa mempersiapkan stand part dan mengambil instrument biola yang diletakkan di dalam ruang musik yang terletak dalam ruang auditorium. Sementara itu, guru melakukan tuning pada


(61)

instrumen beliau sendiri. Setelah siap, guru melakukan tuning nada A bersama dengan siswa. Setelah instrumen telah siap, guru melakukan pemanasan dengan memainkan open string secara bersama-sama. Pemanasan ini juga menggunakan materi dari buku Suzuki, yaitu lagu twinkle-twinkle little star variasi 1-4. Setelah melakukan pemanasan, guru memberikan perintah siswa untuk membuka materi dari buku Suzuki yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Gambar 22 : Suasana ekstrakurikuler biola (Dokumentasi Budi,2015) Guru kemudian memberikan perintah untuk memainkan materi yang telah dipelajari secara bersama-sama. Pada proses ini, jika terjadi kesulitan maka guru akan mengulang pada bagian yang dirasa sulit secara berulang-ulang sampai dirasa cukup lancar. Setelah materi minggu lalu terlaksana dengan baik, guru lalu memberikan perintah untuk membuka materi selanjutnya. Pada proses ini, siswa dipersilahkan untuk membaca notasi materi selanjutnya. Untuk siswa


(62)

yang telah lancar membaca maka dipersilahkan untuk memainkan lagu tersebut secara utuh. Untuk siswa yang belum lancar membaca, siswa diperkenankan untuk mentranslate notasi balok yang dipelajari dalam bentuk notasi angka. Waktu yang dibutuhkan dalam proses membaca ini sekitar 20 menit.

Gambar 23 : Contoh notasi yang telah ditranslate (Dokumentasi Budi,2015)

Setelah siswa sudah bisa membaca secara keseluruhan materi, siswa diperkenankan untuk memainkan lagu yang dipelajari secara bersama. Guru akan mengulangi lagu yang dipelajari ini sebanyak 4 kali, sebelum masuk ke materi lagu selanjutnya. Setelah dirasa lancar, guru akan mempersilahkan para siswa untuk bertanya bagian mana yang masih dirasa kesulitan. Jika ada bagian yang dirasa sulit, guru akan memberikan contoh cara memainkannya dan ditirukan bersama-sama oleh siswa. Bagian yang sulit tersebut akan diulangi


(63)

sampai dirasa lancar. Setelah lancar, maka guru akan melanjutkan ke materi lagu selanjutnya. Proses yang dilaksanakan sama dengan materi sebelumnya. Setelah dirasa cukup maka kegiatan diakhiri dengan mempersilahkan siswa untuk bertanya bagian yang dirasa sulit. Setelah tidak ada pertanyaan siswa diperkenankan untuk berdoa dan merapikan kursi maupun instrumen biola ke tempatnya semula. Bagi siswa yang tidak memiliki instrumen biola diperkenankan untuk meminjam biola untuk bisa belajar dirumah. Guru juga mengingatkan para siswa untuk melakukan latihan mandiri dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Setelah itu siswa diperkenankan untuk pulang.

2. Langkah Perencanaan Pembelajaran

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa langkah pembelajaran yang diterapkan guru guna memudahkan siswa untuk menguasai instrumen biola, diantaranya adalah :

a. Perencanaan Tujuan Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru membuat rancangan pembelajaran berupa RPP. Tujuan pembelajaran biola ini didapat dari Suzuki Violin 1 yaitu menguasai teknik dasar biola tangan kanan dan kiri dan menguasai tangga nada dalam memainkan biola. Dalam buku ini ada beberapa teknik dan tangga nada yang harus dikuasai siswa. Diantaranya adalah teknik tangan kanan berupa staccato, legato,


(64)

dan pizzicato. Tangga nada yang harus dikuasai siswa adalah tangga nada A major, D major dan G major. . Selain tujuan pembelajaran dari buku Suzuki Violin 1, guru juga menambahkan satu tujuan lagi yaitu memainkan sebuah repertoar musik dengan format anasambel dengan baik. Diharapkan dari ekstrakurikuler biola ini, siswa dapat memainkan sebuah komposisi musik yang dibuat guru dalam format anasambel.

Untuk format anasambel, guru memilih beberapa siswa yang aktif dalam kegiatan bermusik di Wonosobo. Siswa yang dipilih berdasarkan prestasi dalam bermusik dan memiliki musikalitas yang tinggi.

b. Perencanaan Materi Pembelajaran

Materi untuk pembelajaran biola ini disusun berdasarkan tingkat kesulitan, baik berupa teknik maupun tangga nada. Dari yang termudah berupa lagu Twinkle-Twinkle Little Star sampai yang tersulit berupa lagu The Happy Farmer dengan tangga nada G major. Jumlah materi untuk pembelajaran biola berjumlah 16 lagu. Lagu yang menggunakan tangga nada A major berjumlah 9 lagu, yaitu: Twinkle-Twinkle Little Star; Lightly Row; Song of the Wind; Go Tell Aunt Rhody; O Come, Little Children; May Song; Long,Long Ago; Allegro; dan lagu Perpetual Motion in A Major. Sedangkan untuk tangga nada D major bejumlah 3 buah yaitu: Perpetual Motion in D Major, Allegretto, dan Andantino. Untuk


(65)

lagu bernada dasar G major berjumlah 3 buah yaitu: Etude, Minuet 1, dan The Happy Farmer. Guru mengatur pada setiap pertemuan dimainkan 2 buah lagu. Pada lagu Perpetual in D Major, guru secara bertahap mengajarkan pula tangga nada D. Begitu pula untuk lagu Etude, guru juga mengajarkan tangga nada G major secara bertahap. Dalam mengajarkan tangga nada, guru menggunakan metode ceramah berupa menjelaskan di papan tulis tentang tangga nada. Teknik pizzicato diajarkan pada materi lagu May Song. Sebelum lagu May Song, ada beberapa latihan untuk teknik pizzicato. Untuk lagu aransemen guru yaitu lagu Mengejar Matahari, tangga nada yang digunakan adalah A major. Pada lagu ini tingkat kesulitan bukan pada teknik maupun tangga nada, melainkan pada panjangnya lagu dan harmonisasi antara biola dengan combo.

c. Perencanaan Metode Pembelajaran

Dalam pembelajaran biola di SMA 2 Negeri Wonosobo, guru menggunakan beberapa metode, yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode imitasi, dan metode drill. Metode ceramah digunakan pada saat guru menjelaskan tentang cara merawat biola, dan menjelaskan tangga nada yang digunakan dalam lagu. Metode demonstrasi digunakan dalam mencontohkan siswa dalam berbagai teknik biola diantaranya adalah cara memegang biola, cara menggesek bow, penjarian di biola, teknik staccato,


(66)

legato dan pizzicato, serta mendemonstrasikan lagu yang dibawakan. Metode imitasi digunakan kepada siswa dalam meniru segala teknik yang ada dalam biola. Sedangkan metode drill digunakan untuk melancarkan lagu yang telah dipelajari. Metode drill ini dilaksanakan setidaknya 4 kali setiap lagu.

Dalam perencanaan metode, guru juga merencanakan metode khusus bagi siswa. Siswa diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu:

1) Siswa yang telah bisa membaca notasi balok

Dalam menghadapi siswa yang telah lancar membaca notasi balok, guru memberikan materi dari Suzuki dan apabila ada kesulitan guru baru membantu siswa dengan mencontohkan langsung di depan siswa. Siswa biasanya merespon dengan baik dan langsung bisa menirukan apa yang telah guru contohkan. 2) Siswa yang belum lancar membaca notasi balok

Apabila siswa belum lancar membaca notasi balok, guru memberikan tugas bagi siswa tersebut untuk mentranslate (mengubah) notasi tersebut dalam bentuk notasi angka. Tugas diberikan seminggu sebelum materi dievaluasi, sehingga siswa dapat berlatih mandiri dirumah. Apabila siswa mengalami kesulitan, siswa dapat meminta bantuan guru pembimbing ekstrakurikuler.


(67)

Gambar 24. Bentuk notasi translate

(Dokumentasi Budi: 2015)

3) Siswa yang belum bisa membaca notasi balok

Dalam menghadapi siswa yang sama sekali belum bisa membaca notasi balok, guru akan memberikan treatment khusus, yaitu mengajarkan notasi angka terlebih dahulu sambil mengajarkan teknik dasar memainkan biola. Dalam prosesnya, guru lebih menekankan untuk menghapal nada-nada yang dimainkan di lagu Suzuki. Setelah hapal dengan lagu itu, guru memberikan notasi angkanya. Dengan cara menghapal dan membaca notasi angka, siswa akan mudah mengenali notasi angka. Setelah paham dengan notasi angka, langkah yang dilakukan sama dengan siswa yang belum lancar membaca notasi balok. Selain dengan menghapal dan belajar notasi angka, siswa juga terbantu dengan metode diskusi, yaitu dengan cara belajar bersama kelompok yang dibuat. Siswa yang belum paham dengan notasi angka dan balok akan


(68)

diajarkan oleh siswa yang telah mampu membaca notasi balok dalam prosesnya.

d. Perencanaan Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran biola, media yang digunakan guru berupa kertas partitur, papan tulis beserta kelengkapannya, dan instrumen biola. Kertas partitur berisi tentang materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. Papan tulis digunakan untuk menjelaskan tentang tangga nada yang digunakan pada lagu-lagu tertentu dan tanda baca musik yang digunakan, seperti tentang teknik bowing, staccato, legato, dan pizzicato. Instrumen biola digunakan guru dalam mendemonstrasikan teknik yang terdapat pada lagu dan memainkan bagian yang sulit dalam lagu tertentu.

e. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran.

Dalam mengevaluasi pembelajaran biola, para siswa merefleksikan apa yang sudah mereka pelajari melalui repertoar yang dimainkan secara bersama-sama. Pada lembar evaluasi guru, aspek penilaian keterampilan bermain biola berupa 4 poin, yaitu teknik tangan kanan dan kiri, intonasi, dinamika dan harmonisasi. Untuk setiap aspek yang dinilai, pilihan berkisar dari “kurang” dengan skor 1 sampai “sangat baik” dengan skor 4, maka untuk ketiga butir jumlah skor yang diperoleh berkisar antara 4 sampai 16. Skor yang diperoleh peserta didik kemudian dikonversi menjadi skala skala 0 – 100 dengan rumus sebagai berikut:


(69)

Skor Akhir = ( Skor yang diperoleh x 100) 16

Skor hasil konversi tersebut kemudian dikonversi ke dalam nilai dengan rentang 1 – 4 dengan rumus sebagai berikut:

Skor Akhir = ( Nilai hasil konversi x 4) 100

Dari hasil evaluasi tersebut, guru menentukan siswa yang akan ikut dalam formasi orkestra. Format orkestra tersebut akan dipentaskan dalam setiap acara yang telah ditentukan.

3. Strategi Pembelajaran

Dari hasil pengamatan peneliti di langkah pembelajaran biola yang diterapkan guru di SMA Negeri 2 Wonosobo, peneliti menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran langsung. Ciri-ciri strategi pembelajaran langsung terlihat dari terpusatnya pengajaran pada guru. Guru memberikan isi materi akademik dalam mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa. Berikut adalah tabel tahapan pembelajaran langsung berdasarkan pengamatan peneliti.


(70)

Tabel 1. Tahapan pembelajaran langsung

No Fase Peran Guru

1.

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

1. Menjelaskan tujuan pada awal pertemuan ekstrakurikuler. Tujuan khusus dari guru adalah untuk menguasai materi berdasarkan buku Suzuki. Tujuan umum dari guru adalah untuk mengusai teknik bermain biola tangan kiri maupun tangan kanan dan menguasai beberapa tangga nada dalam memainkan biola. 2. Menyiapkan materi yaitu dari

buku Suzuki dan mempersilahkan siswa untuk mempersiapkan alat masing masing.

2.

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

1. Mengajarkan beberapa tangga nada yang digunakan pada lagu yang tercantum dalam buku Suzuki yaitu tangga nada A major, D major, dan G major

2. Mendemonstrasikan teknik memegang biola, teknik memegang bow, teknik open string, teknik legato, teknik staccato, dan teknik pizzicato. 3.

Membimbing pelatihan 1. Guru memberikan bimbingan pada murid saat ekstrakurikuler, yaitu menjalankan latihan berdasarkan RPP yang telah dipersiapkan.

4.

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

1. Memberikan pertanyaan tentang teknik yang dipelajari siswa dan menanyakan kesulitan siswa.

2. Mempersilahkan para siswa untuk memainkan kembali teknik yang dipelajari dan meneliti keakuratan teknik yang telah dikuasai siswa

5.

Memberikan latihan dan penerapan konsep

1. Memberikan tugas siswa untuk lagu berikutnya yang dipelajari. 2. Mengingatkan siswa untuk

berlatih kembali bersama kelompok yang telah dibuat


(71)

(72)

61 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti mengenai strategi pembelajaran biola sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Wonosobo, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi Pembelajaran Langsung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan yang dilakukan guru memenuhi persyaratan sebagai strategi pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari tahapan pembelajaran guru yaitu, 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa ; 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan ; 3. Membimbing pelatihan ; 4. Mengecek pemahaman dan umpan balik ; 5. Memberikan latihan dan penerapan konsep. 2. Langkah Perencanaan Pembelajaran

Langkah langkah perencanaan dalam pembelajaran biola adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran didapatkan melalui analisis mendalam dari buku Suzuki. Dari hasil analisis guru menemukan beberapa tujuan pembelajaran yaitu : menguasai teknik tangan kanan dan kiri dan menguasai beberapa tangga nada dalam memainkan biola. Teknik yang harus dikuasai siswa adalah teknik staccato,


(73)

legato, dan pizzicato. Tangga nada yang harus dikuasai siswa adalah tangga nada A major, D major, dan G major. Selain tujuan yang terdapat pada buku Suzuki, guru juga menambahkan tujuan pembelajaran baru, yaitu memainkan sebuah repertoar musik dengan format anasambel dengan baik. b. Perencanaan Materi Pembelajaran

Materi yang digunakan guru dalam pembelajaran biola merupakan materi dari buku Suzuki dan lagu aransemen guru. Materi dari Suzuki berjumlah 15 buah. Tingkat kesulitan lagu dan penggunaan tangga nada bertahap sesuai dengan materi yang tersusun dalam buku. Sedangkan lagu aransemen guru dimainkan terakhir dalam format anasambel.

c. Perencanaan Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran biola ada empat yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode imitasi dan metode drill. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan teori seperti misalnya tangga nada. Metode demonstrasi digunakan dalam menjelaskan teknik biola. Metode imitasi digunakan siswa dalam meniru teknik yang diajarkan guru. Metode drill digunakan dalam melancarkan teknik maupun materi lagu yang diajarkan guru. Selain metode tersebut, guru juga menerapkan metode khusus yaitu:


(74)

1) Siswa yang telah bisa membaca notasi balok

Dalam menghadapi siswa yang telah lancar membaca notasi balok, guru memberikan materi dari Suzuki dan apabila ada kesulitan guru baru membantu siswa dengan mencontohkan langsung di depan siswa. Siswa biasanya merespon dengan baik dan langsung bisa menirukan apa yang telah guru contohkan.

2) Siswa yang belum lancar membaca notasi balok

Apabila siswa belum lancar membaca notasi balok, guru memberikan tugas bagi siswa tersebut untuk mentranslate notasi tersebut dalam bentuk notasi angka. Tugas diberikan seminggu sebelum materi dievaluasi, sehingga siswa dapat berlatih mandiri dirumah. Apabila siswa mengalami kesulitan, siswa dapat meminta bantuan guru pembimbing ekstrakurikuler.

3) Siswa yang belum bisa membaca notasi balok

Dalam menghadapi siswa yang sama sekali belum bisa membaca notasi balok, guru akan memberikan treatment khusus, yaitu mengajarkan notasi angka terlebih dahulu sambil mengajarkan teknik dasar memainkan biola. Guru lebih menekankan untuk menghapal nada-nada yang dimainkan di lagu Suzuki.


(75)

Setelah hapal dengan lagu itu, guru memberikan notasi angkanya. Dengan cara menghapal dan membaca notasi angka, siswa akan mudah mengenali notasi angka. d. Perencanaan Media Pembelajaran

Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, media yang digunakan berupa kertas partitur, papan tulis dan instrumen biola. Kertas partitur dan papan tulis berfungsi sebagai media pembelajaran visual. Sedangkan instrumen biola berfungsi sebagai media pembelajaran audio visual.

e. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran biola dilakukan menggunakan lembar evaluasi guru yang meliputi 4 aspek. Aspek penilaian berupa teknik tangan kanan dan kiri, intonasi, dinamika dan harmonisasi. Tiap aspek bernilai 4 dengan total nilai sempurna berjumlah 16. Skor dikonversi menjadi 100, kemudian skor kembali dikonversi ke dalam rentang nilai 1-4.

B. Saran

1. Penggunaan media audio visual modern seperti laptop dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran biola, sehingga memudahkan para siswa untuk menguasai instrumen biola.

2. SMA Negeri 2 Wonosobo diharapkan untuk meningkatkan fasilitas dalam kegiatan musik, sehingga akan meningkatkan minat siswa terhadap ekstrakurikuler biola.


(76)

3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan waktu dan biaya, untuk itu perlu adanya penelitian lagi yang lebih detail.


(77)

Alwi, Hasan. 2007. KBBI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Banoe, P. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Charlesworth, E., Nathan, R. 1996. Manajemen Stres dengan Teknik Relaksasi. Jakarta. Penerbit Abdi Tandur.

Corey. 1986. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alpabeta.

Cresswell, J. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

David, J.R. 1976. Teaching Strategies for College Class Room. P3G.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK.

Gagne, Robert M. dan Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design, Second Edition, New York. Holt, Rinegart and Winston.

Gerlach, V.G dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media, A Sytematic Approach. Prentice-Hall: Englewood Cliffs.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjanti. R. 2013. Waspada, pergaulan bebas remaja ancaman serius!. Di akses dari http://news.okezone.com/ pada tanggal 2 Maret 2015.

Inspiringindonesia.blogdetik.com/tag/kenakalanremaja. Di akses pada tanggal 2 Maret 2015.

Kemp, Jerold E., 1995. The Instructional Design Process. New York: Harper & Row Publishers.

Kennedy, Michael. 2007. The Concise Oxford Dictionary of Music. New York : Oxford University Press.

Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abid Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(1)

Lampiran 8

HASIL WAWANCARA

Murid 5

Nama : Ferdiani Mukaromah Kelas : XII

P : Peneliti N : Narasumber

P : Berapa lama anda mengikuti ekstrakurikuler biola di SMA 2 Wonosobo? N : Kalo saya baru, berapa, 5 bulanan kayaknya belum lama soalnya

P : Repertoar apa yang bapak guru ajarkan di ekstrakurikuler?

N : Kalo saya sih masih dasar ya, Cuma kalo dirumah ya nyoba nyoba lagu-lagu barat lah, kaya A thousand years, ya nyoba nyoba itu, kalo disini kan saya kan baru kan, belum begitu lama, soalnya temen-temen dikelas kan jarang kan yang musik, saya diajak sama adek kelas, kalo main nya yang sederhana aja sih baru yang perpetual, apa gitu lah lupa judulnya

P : Apakah kalian sebelumnya pernah belajar biola?

N : Sebelumnya belum, dulu waktu SMP pernah belajar musik juga sih, Cuma gitar sama keyboard

P : Pemilihan anggota ekstrakurikuler dilakukan dengan pendaftaran atau audisi? N : Audisi, jadi kalo masuk orkesnya itu harus bisa lagu apa dulu gitu, kalo ekstranya sendiri ya daftar dulu, jadi sebelum masuk itu harus ada bekal musik dulu, baru itu…

P : Pernah memainkan repertoar apa saja?

N : Saya, ya A Thousand Years terus yang Ozy nyanyi itu lho, terus kalo yang sama ekstra ini baru yang tadi itu..

P : Berapa jam anda berlatih biola,baik saat ekstrakurikuler berlangsung maupun berlatih mandiri?


(2)

N : Sekitar satu jam an, kalo dirumah kan diulang lagi biar,, kan pemanasan itu, terus nyoba nyoba lagu itu, sama lagu kemaren yang dipelajari, terus kalo udah ngulang itu, cari, browsing lah lagu lagu yang baru terus dicoba lah,kalo dirumah itu kadang bisa sampe 3 jam an, soalnya kan ga kerasa kan main gini gini, terus browsing terus gini gini lagi, jadi ga kerasa

P : Sejauh ini,apa kendala yang dialami saat latihan ?

N : Kalo saya sih masih awal awal, jadi masih susah megangnya, terus sininya pegel, terus nggeseknya juga.

P : Bagaimana suasana ketika berlatih:apakah menyenangkan?penuh tekanan dan target?

N : Menyenangkan sih, menyenangkan kok, ga tegang, kadang kita sambil becandaan, cerita cerita sama pak Churry

P : Pembelajarannya lebih sering bersama-sama ataukah individu?

N : Iya, bersama-sama, soalnya biar bisa saling gitu juga, kalo engga bisa terus Tanya, ini gimanaa..terus nanti diajarin, oh kaya gitu oh ho oh terus gitu.

P : Apakah anda mendapatkan reward dari guru anda saat mencapai target latihan? Jika iya,apakah reward yang diberikan?

N : Engga, paling kamu cepet lho lumayan, mainnya cepet gitu, disemangati.. P : Apakah kegiatan ini mengganggu belajar mengajar regular?

N : Engga sih, malah buat hiburan kalo saya, belajar dulu, yang utama belajar dulu terus belajar itu kan ada titik jenuhnya, terus ngapain yoo..terus ah udah main biola lagi, gitu, engga ganggu sih, kesenangannya, hobi soalnya sih.


(3)

Lampiran 9

HASIL WAWANCARA

Murid 6 Nama : Azizah Kelas : XI IPS P : Peneliti N : Narasumber

P : Berapa lama anda mengikuti ekstrakurikuler biola di SMA 2 Wonosobo? N : Baru 3 bulan

P : Repertoar apa yang bapak guru ajarkan di ekstrakurikuler?

N : Baru dasar sih, baru Twingkle-twingkle, terus apa, pokoknya baru lagu dasar gitu

P : Apakah kalian sebelumnya pernah belajar biola? N : Engga, belum, Baru di SMA ini

P : Pemilihan anggota ekstrakurikuler dilakukan dengan pendaftaran atau audisi? N : Pendaftaran

P : Pernah memainkan repertoar apa saja? N : Baru Twinkle-twinkle, soalnya baru..

P : Berapa jam anda berlatih biola,baik saat ekstrakurikuler berlangsung maupun berlatih mandiri?

N : 2 jam, kalo saya ambil yang privat, kalo dirumah biasanya kalo libur itu, pagi itu 10 menit terus siang 10 menit, terus dibagi-bagi gitu,10menit.

P : Sejauh ini,apa kendala yang dialami saat latihan ? N : Belum bisa menempatkan jari pada snare nya


(4)

P : Bagaimana suasana ketika berlatih:apakah menyenangkan?penuh tekanan dan target?

N : Menyenangkan sih, menurut saya

P : Pembelajarannya lebih sering bersama-sama ataukah individu?

N : Kalo awal itu diajarin dulu, terus presentasi terus nanti kalo ga bisa baru diajarin lagi, seringnya bareng-bareng.

P : Apakah anda mendapatkan reward dari guru anda saat mencapai target latihan? Jika iya,apakah reward yang diberikan?

N : Engga

P : Apakah kegiatan ini mengganggu belajar mengajar regular? N : Engga


(5)

Lampiran 10

Suasana pada saat ekstrakurikuler biola berlangsung (Dokumentasi Budi, 2015)


(6)

Suasana pada saat check sound pagelaran Explode (Dokumentasi Budi, 2015)