PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ATAS PBB, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi kasus di Kelurahan Rungkut Menanggal – Surabaya Timur).
(Studi kasus di Kelurahan Rungkut Menanggal – Surabaya Timur)
SKRIPSI
Oleh :
Siti Nurhayati Triutami 0913010126/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
Disusun Oleh : Siti Nurhayati Triutami
0913010126/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi NIP. 19580325 198803 1001 NIP. 19580325 198803 1001
Sekretaris
Dra. Ec. Anik Yuliati, M.aks NIP. 19610831 199203 2001
Anggota
Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, M.Si NIP. 19600614 198803 1001 Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM. NIP. 196 309 241 989 031 001
(3)
memberikan rahmat, kesehatan serta karunia-Nya. Tidak lupa penulis hanturkan Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat-sahabatnya, dan insya Allah kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ATAS PBB, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (STUDI KASUS DI KELURAHAN RUNGKUT MENANGGAL-SURABAYA TIMUR).
Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanua bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati ijinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
(4)
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Drs. DHANI ICHSANUDDIN NUR , DR.SE,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, Msi, selaku Wakil Dekan 1 Fakutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, AK selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi , selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan serta memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu ANIK YULIATI, DRA.EC.,M.AKS selaku Dosen Wali penulis, terima kasih telah banyak membantu penulis selama penulis menjalani proses perkuliahan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama berlangsungnya perkuliahan.
(5)
yang tiada hentinya. Sehingga memberikan keyakinan serta kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan sehari – hari dalam perkuliahan serta peyusunan skripsi ini.
9. Seluruh staf DPPK kota Surabaya dan seluruh staf Kelurahan Rungkut Menanggal.
10.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam kuliah dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, Aamiin.
Surabaya, April 2013
(6)
DAFTAR ISI………..iv
DAFTAR TABEL……….ix
ABSTRAKSI………..xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...5
1.3 Tujuan Penelitian...6
1.4 Manfaat Penelitian...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu...8
2.2 Landasan Teori...14
2.2.1. Keuangan Daerah...14
2.2.2. Pajak………...15
2.2.2.1Fungsi Pajak...16
2.2.2.2Pengelompokan Pajak………...17
2.2.2.3Tata Cara Pemungutan Pajak………...18
2.2.2.4Tarif Pajak……...19
2.2.3. Pajak Bumi dan Bangunan...22
(7)
2.2.3.4Maksud dan tujuan...24
2.2.3.5Sifat Pajak Bumi dan Bangunan...25
2.2.3.6Subjek Pajak Bumi dan Bangunan...26
2.2.3.7Ketentuan Umum...27
2.2.3.8Tarif Pajak...28
2.2.3.9Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak……….29
2.2.3.10 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terutang...29
2.3 Kerangka Pikir……...30
2.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan...30
2.3.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan...31
2.3.3 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan...31
(8)
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel……35
3.1.1 Definisi Operasional…...35
3.1.1.1 Variabel Bebas………35
3.1.1.2 Variabel Terikat………..36
3.1.2 Pengukuran Variabel...36
3.2 Teknik Penentuan Sampel...39
3.2.1 Populasi...39
3.2.2 Sampel...40
3.3 Teknik Pengumpulan Data...40
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...41
3.4.1 Uji Kualitas Data...41
3.4.2 Uji Asumsi Klasik………..44
3.4.3 Analisis Regresi Berganda……….45
3.4.4 Uji Hipotesis………..46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………49
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian………..50
4.2.1 Karakteristik Responden………...50
(9)
4.2.2.3 Deskripsi Variabel Sosialisasi Perpajakan(X3)…….55
4.2.2.4 Deskripsi Variabel Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)………...56
4.3 Hasil Uji Kualitas Data………..57
4.3.1 Hasil Uji Validitas……….57
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas……….60
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik……….61
4.4.1 Hasil Uji Normalitas………..61
4.4.2 Hasil Uji Multikolinieritas………62
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas………63
4.5 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda………..65
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis………..68
4.6.1 Pengaruh Simultan………68
4.6.2 Pengaruh Parsial………69
4.7 Pembahasan………72 4.7.1 Pengaruh Simultan Variabel Pemahaman WP atas PBB (X1), Kesadaran WP (X2), dan Sosialisasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)…72
(10)
4.7.3 Pengaruh Parsial Variabel Kesadaran WP (X2) terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)..74 4.7.4 Pengaruh Parsial Variabel Sosialisasi Perpajakan (X3)
terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)………...75 4.8 Perbedaan Peneliti Sekarang dengan Terdahulu………76 4.9 Keterbatasan Penelitian………..79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……….80 5.2 Saran………...81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
Tabel 4-1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan…………..50 Tabel 4-2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia………51 Tabel 4-3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir……..51 Tabel 4-4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………...52 Tabel 4-5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP…….52 Tabel 4-6 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Pemahaman Wajib Pajak
atas PBB (X1)……….53
Tabel 4-7 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak
(X2)……….54
Tabel 4-8 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Sosialisasi Perpajakan
(X3)……….55
Tabel 4-9 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)………..56 Tabel 4-10 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Wajib Pajak atas PBB
(X1)……….57
Tabel 4-11 Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak atas PBB
(X2)……….58
Tabel 4-12 Hasil Uji ValiditasVariabel Sosialisasi Perpajakan (X3)………...59 Tabel 4-13 Hasil Uji ValiditasVariabel Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)……….59
(12)
Tabel 4-16 Hasil Uji Mulitikolinieritas………62
Tabel 4-17 Hasil Uji Heterokedastisitas………...64
Tabel 4-18 Besarnya Pengaruh variabel Pemahaman WP atas PBB (X1), Kesadaran WP (X2), dan Sosialisasi Perpajakan (X3) terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan(Y)………..65
Tabel 4-19 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda………..66
Tabel 4-20 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji F)………..68
Tabel 4-21 Hasil Pengujian Hipotesis (uji t)………70
(13)
ABSTRAK
Pajak bumi dan bangunan merupakan hal terpenting dalam membantu perkembangan pembangunan infrastruktur daerah. Pihak DPPK telah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Salah satunya dengan menggalakkan sosialisasi perpajakan di setiap wilayah. Dari sosialisasi tersebut maka diharapkan dapat membantu para wajib pajak dalam lebih memahami mengenai peraturan perpajakan serta meningkatkan rasa kesadaran akan pentingnya pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan terhadapa keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemahaman wajib pajak atas PBB (X1), Kesadaran wajib pajak (X2) dan Sosialisasi Perpajakan (X3) terhadap Keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y). Penelitian ini menggunakan pengukuran skala likert. Populasi penelitian ini adalah wajib pajak pada pajak bumi dan bangunan pada wilayah kelurahan rungkut menanggal Surabaya timur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara non probability sampling dengan teknik Quota Sampling sebanyak 100 orang wajib pajak. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP dan Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya Timur secara simultan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis (Uji F), yaitu dengan besarnya nilai F hitung adalah 1,314 dengan taraf signifikan 0,274 atau di atas 0,05. Pemahaman wajib pajak atas PBB memiliki nilai t hitung 0,23 dengan tingkat signifikansi 0,818 , Kesadaran wajib pajak memilik nilai t hitung 0,265 dengan tingkat signifikansi 0,792 , Sosialisasi perpajakan memiliki nilai t hitung sebesar -1,881 dengan tingkat signifikansi 0,063. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf signifikansi diatas 0,05, hal tersebut mengartikan bahwa tidak ada pengaruh secara parsial terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
Kata Kunci : Pemahaman wajib pajak atas PBB, Kesadaran wajib pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
(14)
1.1.Latar Belakang
Dalam pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 telah dijelaskan bahwa bumi yang termasuk pula perairan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara. Bagi masyarakat yang telah mempergunakan hasil bumi serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya wajib menyerahkan sebagian dari hasil yang telah diperoleh kepada Negara melalui pembayaran yaitu yang disebut pajak. Negara Indonesia menempatkan perpajakan sebagai salah satu dari perwujudan kewajiban kenegaraan dalam asas gotong royong secara nasional guna sebagai wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan.
Untuk membantu peningkatan dalam penerimaan daerah, beberapa kebijakan yang akan ditempuh antara lain yaitu optimalisasi sumber pendapatan daerah serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Motivasi, penyuluhan serta pendidikan secara dini mengenai perpajakan telah diberikan kepada masyarakat untuk mendukung tumbuhnya tingkat kesadaran masyarakat serta didampingi pula oleh peningkatan pelayanan dan beberapa sanksi yang tegas.
Sumber pendapatan dari dalam negeri yang paling utama adalah berasal dari daerah sendiri, suatu sumber yang cukup potensial dalam membiayai aktivitas pembangunan adalah dari sektor pajak, utamanya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang semula dikenal sebagai iuran pembangunan daerah. Pajak Bumi dan
(15)
Bangunan pun termasuk sumber pendapatan daerah di Kelurahan Rungkut Menanggal, adanya peningkatan dalam hal pembangunan ekonomi maka diharapkan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pun akan meningkat pula dari tahun ke tahun berikutnya. Sehingga kontribusi terhadap Penerimaan Asli Daerah pun akan meningkat pula (Insukindro dkk, 1994:1).
Beberapa usaha telah dilakukan serta beberapa kebijakan telah dilalui agar hasil dari penerimaan pajak bumi dan bangunan dapat terealisasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan maka perlu diketahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi dalam keberhasilan penerimaan tersebut. Pencapaian target ini diperlukan untuk mendukung APBD yang tentunya akan mempengaruhi pendapatan asli daerah, karena penerimaan pajak bumi dan bangunan memiliki potensi dalam menunjang pembiayaan pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya (Kamaruddin dkk, 1989).
Berdasarkan data di DPPK Surabaya, tunggakan tagihan PBB dan BPHTB sebesar Rp.511 miliar. Dana tersebut merupakan tinggalan pemerintah pusat selama 10 tahun terakhir. Perinciannya tahun 2000-2004 ada tunggakan sekitar Rp.108 miliar. Sedangkan untuk tahun 2005-2009 terdapat tunggakan lain sebesar Rp.402 miliar. Sementara itu, realisasi PBB kota Surabaya tahun 2012 pun tidak mampu mencapai target. Dari target Rp.790 miliar baru tercapai sekitar 73% nya yaitu sekitar Rp.577,9 miliar. Hal tersebut mengartikan bahwa PBB akan menjadi tunggakan sebesar Rp.212,1 miliar.
(16)
Terdapat 2.767 wajib pajak di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan Gunung Anyar-Surabaya Timur). Menurut data yang diperoleh yaitu selama 6 tahun terakhir ini terhitung dari tahun 2006-2011, wilayah tersebut belum dapat mencapai realisasi target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang ditetapkan oleh pihak pemerintah. Dari 100% target yang ditetapkan rata-rata hanya dapat terpenuhi 84,73% sedangkan yang tak tertagih sebesar 15,27%.
Pada tabel dibawah ini yaitu Tabel 1-1 , dapat dilihat bahwa peneriman Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan Gunung Anyar-Surabaya Timur) masih belum dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Dalam beberapa periode, penerimaan pajak bumi dan bangunan hampir mencapai target namun hal tersebut masih dirasa sangat kurang mengingat pembangunan daerah yang membutuhkan dana relatif besar.
Tabel 1-1
Data Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (2006-2011) Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya
No Tahun Target Realisasi Persentase
Pencapaian
1 2006 1.170.665.252 957.980.710 81,83%
2 2007 1.197.324.897 1.013.999.500 84,68%
3 2008 1.357.886.300 1.117.679.146 82,31%
4 2009 1.388.112.980 1.239.008.986 89,25%
5 2010 1.467.349.000 1.348.609.732 91,90%
6 2011 1.578.990.771 1.238.320.899 78,42%
(17)
Pada data Tabel 1-1 diatas dapat terlihat jelas bahwa realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan selalu dibawah target yang telah ditetapkan. Dari fakta yang didapatkan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1) Rata-rata realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang tertagih baru mencapai 84,73%, dan sebesar 15,27% masih belum dapat tertagih.
2) Adanya ketidak konstanan dalam jumlah realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan dari tahun ke tahun.
3) Adanya peningkatan target dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan jumlah pemukiman yang berpengaruh pada banyaknya pendirian bangunan-bangunan baru.
Demi tercapainya target dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan maka perlu pula dilihat seberapa besar tingkat pemahaman masyarakat terhadap pajak tersebut. Menurut Siti Kurnia (2010:141), pemahaman perpajakan mempengaruhi sikap terhadap sistem perpajakan yang adil. Apabila seorang wajib pajak semakin paham terhadap undang-undang perpajakan serta ketetapan, ketentuan dan peraturan yang berlaku maka hal tersebut akan menimbulkan rasa sadar atas pentingnya dalam membayar pajak.
Rasa sadar dalam kewajiban bernegara dapat pula menggugah rasa sadar wajib pajak dalam hal perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan sikap sadar terhadap fungsi Negara. Sikap tersebut merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan serta berperilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang
(18)
merasa menjadi warga Negara, yaitu kerelaan dalam memberikan kontribusi dana untuk melakasanakan fungsi pemerintahan cara membayar kewajibannya yang berupa pajak (Suparmoko, 2003:218).
Dengan tumbuhnya rasa sadar tersebut mengartikan bahwa setiap wajib pajak rela untuk memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (M.Hariz Setyawan, 2011). Selain dari tingkat pemahaman serta kesadaran yang melekat pada wajib pajak, sumber informasi mengenai pajak bumi dan bangunan yang diberikan pihak instansi pemerintahan juga sangat penting dalam meningkatkan penerimaan tersebut.
Sumber informasi dapat diterapkan melalui sosialisasi perpajakan yang dilakukan pihak pemerintah. Apabila pihak instansi kurang maksimal dalam memberikan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak, maka hal tersebut juga akan menghambat para wajib pajak untuk memahami serta mengenal bagaimana pajak bumi dan banguna tersebut. Dengan adanya sosialisasi perpajakan, maka segala peraturan undang-undang perpajakan yang telah diubah dapat diketahui oleh wajib pajak serta hal tersebut dapat hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak (Esther Yohannah, 2012). Menurut Samudera (2004:6), dalam melakukan sosialisai perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan dengan baik yaitu Publikasi, Kegiatan, Pemberitaan, Keterlibatan Komunitas, Pencantuman Identitas, Pendekatan Pribadi.
(19)
Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas, maka perlu diperhatikan bahwa pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak serta sosialisasi perpajakan dapat berpengaruh pada penerimaan pajak bumi dan bangunan. Dalam penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh dari pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak serta sosialisasi perpajakan dapat berpengaruh pada Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada uraian diatas mengenai fenomena-fenomena yang ada, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi kasus di Kelurahan Rungkut Menanggal – Surabaya Timur)”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah pemahaman wajib pajak atas PBB ,kesadaran wajib pajak dan sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pemahaman wajib pajak atas PBB , kesadaran wajib pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(20)
1.4.Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penulis dapat menerapkan, mengembangkan, mempertimbangkan ilmu yang di dapat dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang terdapat di masyarakat.
b. Bagi Pemerintahan Kota Surabaya
Penelitian ini merupakan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB serta dampaknya terhadap penerimaan daerah di kota Surabaya, sehingga diharapkan dapat menjadi suatu masukan pemerintahan kota Surabaya dalam hal pengelolaan keuangan daerah dan mencari solusi untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak khususnya PBB.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ratih Ayu Wulandari (2006) a. Judul
“Pengaruh Tekanan Sosial, Persepsi Sanksi dan Pemahaman Wajib Pajak akan Undang-undang Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. b. Rumusan Masalah
1) Apakah tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak ?
2) Apakah tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kepatuhan Wajib Pajak ?
c. Hipotesis
Diduga tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan WP.
(22)
d. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis bahwa diduga tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan WP, teruji kebenarannya.
2. Solikhin (2007) a. Judul
“Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pratama Kebayoran Baru Satu”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu. c. Hipotesis
Diduga bahwa Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu.
d. Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu
(23)
3. Dian Pranesti (2009) a. Judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur. c. Hipotesis
Terdapat pengaruh antara Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur.
d. Kesimpulan
Tidak adanya pengaruh antara Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur, baik secara simultan maupun parsial.
(24)
4. Retti Nor Alfi Syahra (2008) a. Judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”.
b. Rumusan Masalah
Apakah tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep.
c. Hipotesis
Diduga tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep.
d. Kesimpulan
1) Hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep dapat terbukti kebenarannya.
2) Variabel tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakn wajib pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya secara nyata, sedangkan untuk kepatuhan wajib tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(25)
5. M. Haris Setyawan (2011) a. Judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi di Kelurahan Pulorejo Mojokerto)”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
c. Hipotesis
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
d. Kesimpulan
1) Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan mempunyai pengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
2) Kesadaran Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto dibandingkan dengan variabel Pemahaman Wajib Pajak.
(26)
6. Esther Yohannah (2012) a. Judul
“Tinjauan atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan dan Kinerja Account Representative Dalam upaya peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi kasus KPP Pratama Jakarta Pademangan)”.
b. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah cara-cara pelaksanaan sosialisasi peraturan perpajakan di KPP Pratama Jakarta Pademangan?
2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sosialisasi perpajakan peraturan perpajakan di KPP Pratama Jakarta Pademangan? 3) Apa peran Account Representative dalam meningkatkan kepatuhan
perpajakan Wajib Pajak, baik WP perorangan maupun WP badan? c. Kesimpulan
1) KPP Pratama Jakarta Pademangan telah menggunakan media untuk menyosialisasikan pajak melalui flyers, leaflet dan booklet, billboard, serta standing banner.
2) Cara-cara sosialisasi sudah baik dilihat dari pemberdayaan AR baik di seksi waskon maupun di help desk. Disamping itu ketersediaan call center serta kegiatan penyuluhan dan website pajak bisa dijadikan sumber informasi.
3) Kinerja AR di KPP Pratama Jakarta Pademangan sudah baik. Dilihat dari pelaksanaan pekerjaan serta pelayanan terhadap WP. Wajib Pajak
(27)
menjadi lebih nyaman dalam berkonsultasi atau menyampaikan keluhan.
4) Secara keseluruhan kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Pademangan dalam hal pelaporan SPT masih dikatakan sangat rendah dilihat dari jumlah SPT yang masuk. Kendala lain adalah sulitnya masuk kedalam jaringan telepon call center.
5) Sebenarnya KPP Pratama Pademangan telah mengadakan media untuk menyosialisasikan peraturan pajak, namun kesadaran serta rasa ingin tahu wajib pajak mengenai peraturan baru masih terbilang sangat rendah. Hal tersebut dilihat dari rasa acuh tak acuh wajib pajak pada media yang telah disediakan.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Keuangan Daerah
Penyelenggara tugas pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyeleanggaraan tugas Pemerintah di daerah di biayai dari atas dan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Undang-undang Otonomi Daerah, 1999:32). Adapun beberapa Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah : 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
(28)
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman Daerah
d. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah 2.2.2 Pajak
Disetiap Negara memiliki istilah pajak yang berbeda tetapi dengan pengertian yang sama. Pajak dalam istilah asing disebut tax (inggris), import contribution, droit (perancis), Gebuhr (jerman), tasa (Spanyol) dan Belasting (Belanda). Dalam literature Amerika selain tax dikenal pula istilah tarif (Siti Kurnia, 2010:21). Menurut Siti Resmi (2008:1), pengertian pajak dapat dipelajari pula melalaui beberapa pendapat yaitu :
a. Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan apa yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
b. Definisi Pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat :
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
(29)
c. Definisi Pajak menurut Dr. N. J. Feldman :
Pajak adalah persepsi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib dari masyarakat yang menjadi wajib pajak kepada pihak pemerintah walaupun tidak mendapatkan jasa timbale balik secara langsung.
2.2.2.1 Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2008:3), terdapat dua fugsi pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan Negara) dan fungsi regularend (pengatur).
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun instensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh), PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, PBB dan lain sebagainya.
(30)
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, hal tersebut mengartikan bahwa pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai beberapa tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
2.2.2.2 Pengelompokan Pajak
Pajak dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat dan menurut lembaga pemungutannya (Siti Resmi, 2008:7).
a. Menurut Golongan, pajak dikelompokkan menjadi dua :
1. Pajak Langsung : pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh WP dan tidak dapat dilimpahkan atau di bebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh dari pajak langsung adalah PPH.
2. Pajak Tidak Langsung : Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orag lain atau pihak ketiga. Contoh dari pajak tidak langsung yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifat, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Pajak Subjektif : pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contohnya ialah pada Pajak Penghasilan (PPH).
2. Pajak Objektif : pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan
(31)
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal.
c. Menurut Lembaga Pemungut, dikelompokkan menjadi dua :
1. Pajak Negara (Pajak Pusat) : merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contohnya adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
2. Pajak Daerah : merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I (pajak provinsi) maupun tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak Provinsi meliputi pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, serta pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan untuk pajak kabupaten meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan c dan pajak parkir.
2.2.2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak
Dalam hukum pajak dikenal tiga macam yang memungut pajak atas suatu penghasilan atau kekayaan, yaitu yang dinamakan sistem nyata, sistem fiktif dan sistem campuran. Sistem tersebut harus dengan nyata-nyata disebutkan dalam undang-undang masing-masing pajak. Fiskus dan Wajib Pajak harus mentaatinya dan tidak dibenarkan memilih cara yang menyimpang (Siti Kurnia, 2009:43).
(32)
Dalam memungut pajak, Siti Resmi (2008:11) mengemukakan terdapat tiga sistem dalam pemungutan pajak, yaitu :
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang member kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukkan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenagan pada Wajib Pajak dalam menentukkan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenagan pada Pihak Ketiga yang ditunjuk dalam menentukkan jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. 2.2.2.4 Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase tertentu. Jenis pajak dibedakan menjadi beberapa yaitu tarif tetap, tarif
(33)
proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat) serta tarif degresif (Siti Resmi, 2008:14).
a. Tarif Tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun besarnya dasar pengenaan pajak. Contohnya untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di daerah Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10%. b. Tarif Proporsional (sebanding) merupakan tarif berupa persentase tertentu
yang sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka semakin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara proporsional.
c. Tarif Progresif (Meningkat) adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. d. Tarif Degresif (Menurun) merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. 2.2.2.5 Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Menurut Diaz Priantara (2012:4) terdapat beberapa teori yang mendukung Negara melakukan pemungutan pajak dari masyarakat :
a. Teori Asuransi
Menurut teori ini, salah satu Negara adalah memberikan perlindungan kepada rakyatnya atas keselamatan jiwa dan hartanya dengan cara menjaga ketertiban dan keamanan. Seperti halnya asuransi, rakyat sebagai tertanggung yang membutuhkan perlindungan dan Negara sebagai penanggung yang memberikan perlindungan, tertanggung harus membayar
(34)
sejumlah premi atas resiko kerugian harta atau jiwanya kepada penanggung.
b. Teori Kepentingan
Teori ini mengatakan bahwa Negara dan rakyatnya saling memiliki kepentingan. Rakyat membutuhkan Negara sebagai pengayom, pelindung, dan pengatur. Tetapi agar Negara (dalam hal ini dilaksanakan oleh pemerintah) dapat menjalankan perannya maka diperlukan dana. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah dibebankan kepada rakyat. Pembagian beban didasarkan atas kepentingan masing-masing orang di dalam Negara.
c. Teori Gaya Pikul
Seperti halnya teori-teori di atas dimana pemerintah membutuhkan dana agar fungsi Negara dan peran pemerintah dapat berjalan, maka rakyat memberikan sebagian kekayaannya dalam bentuk pajak. Namun, pada teori ini pajak yang dibebankan kepada masing-masing orang berdasarkan pada gaya pikul seseorang atau kemampuan seseorang. Ukuran objektif gaya pikul adalah berdasarkan penghasilan.
d. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti
Berlawanan dengan teori-teori sebelumnya yang melihat ada hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya dan tidak megutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan warganya makanya teori ini mendasarkan pada paham bahwa karena sifat suatu Negara maka dengan sendirinya timbullah
(35)
hak mutlak untuk memungut pajak dan kewajiban rakyat untuk membayar pajak yang pada akhirnya menjadi suatu tanda bakti rakyat kepada Negara. e. Teori Asas Gaya Beli
Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak diibaratkan dengan pompa yang mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat kepada rumah tangga Negara dan selanjutnya memompa keluar atau menyalurkannya kembali dari Negara kepada masyarakat.
2.2.3 Pajak Bumi dan Bangunan
2.2.3.1 Definisi Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Soemitro Rochmat (1983), Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya maka status keadaan orang atau badan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan sebenarnya merupakan pajak pemerintah daerah jika ditinjau dari penerima akhir pungutan pajak tersebut, namun dikarenakan mekanisme administrasi serta pengelolaanya berada pada DJP maka PBB dikategorikan sebagai pajak pemerintah pusat. Tapi dengan telah berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 mengenai Pajak Daerah Retribusi Daerah per 1 januari 2010 maka pemungutan, penagihan, adminstrasi PBB sektor pedesaan dan perkotaan berada di Pemerintah Daerah. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi tersebut meliputi tanah dan perairan perdalaman serta laut
(36)
wilayah Indonesia. Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan tersebut seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya serta hal lain yang masih merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut yang memberikan manfaat (Diaz Priantara, 2012:597).
2.2.3.2 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Diaz Priantara (2012:599), yang menjadi subjek pajak dalam hal pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas atas bumi serta memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian, tanda pembayaran pajak bukan berarti merupakan bukti pemilikan hak. Bukti kepemilikan hak atas tanah berupa sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak atas objek pajak ini menjadi WP menurut UU PBB.
2.2.3.3 Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
Nilai jual objek pajak merupakan dasar pengenaan pajak atau dengan kata lain NJOP dijadikan dasar untuk pembayaran PBB. Sehingga besar kecilnya NJOP sangat mempengaruhi penerimaan pajak bagi Negara. Menurut Soemitro (2001) bahwa nilai jual objek pajak merupakan unsur atau faktor yang dominan dari penerimaan pajak bumi dan bangunan. Hal ini disebabkan oleh NJOP yang menjadi penentu besar kecilnya wajib pajak harus membayar.
(37)
Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 79 ayat (1) telah dijelaskan bahwa penetapan NJOP dapat dilakukan dengan :
a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu pendekatan metode penentuan nilai suatu objek pajak dengan cara membandigkannya dengan objek lain yang sejenis letaknya berdekatan dengan telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai Perolehan Baru merupakan suatu pendekatan/metode penentuan NJOP dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai Jual Pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek tersebut.
2.2.3.4 Maksud dan Tujuan
Ada beberapa alasan mengapa dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu (Vitriana, 2006:21) :
a. Dasar Falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang berasal dari jaman colonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga membingungkan masyarakat.
(38)
d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa “gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.
e. Undang-undang jaman colonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
a. menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah dimengerti.
b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan menghilang.
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu sejauh man hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.
d. Memberikan penghasilan kepada daerah ynag sangat diperlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah. 2.2.3.5 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh
(39)
karena itu keadaan atas status orang atau badan yang dijadikan subjek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak, maka sebab itu pajak bumi dan bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap tahun dikeluarkan (Vitriana, 2006:30).
2.2.3.6 Subyek Pajak
Menurut Vitriana (2006:32), dalam undang-undang pajak bumi dan bangunan Bab III Pasal 4 menjabarkan mengenai subjek pajak yaitu :
(1) Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
(2) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini. (3) Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral
pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal (1) sebagai wajib pajak.
(4) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat memberikan keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.
(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.
(40)
(6) Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disetujui, maka direktur jendral pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. 2.2.3.7 Ketentuan Umum
BAB I, Pasal 1 : UMUM (Vitriana, 2006:30)
(1) Bumi adlah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
(2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan.
(3) Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai jual obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti.
(4) Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang.
(5) Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib pajak.
BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK (Vitriana, 2006:30) (1) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan bangunan
(2) Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh menteri keuangan.
Pasal 3 (Vitriana, 2006:31)
(1) Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek pajak yang :
(41)
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesahatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutang lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah Negara belum dibebani suatu hak.
d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatik.
e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.
(2) Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
(3) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp.8.000.000 untuk setiap bangunan.
(4) Batasan nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksdukan dalam ayat (3) akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
2.2.3.8 Tarif Pajak
Dalam undang-undang pajak bumi dan bangunan Bab IV Pasal 5, telah dijelaskan bahwa tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,05% (lima persepuluh persen), yang berlaku secara menyeluruh terhadap obyek
(42)
pajak macam apapun di seluruh wilayah Indonesia, karenanya dikenal sebagai tarif tunggal.
2.2.3.9 Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Pada Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 6 telah dijabarkan mengenai dasar pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud ialah ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya. Dalam menentukan nilai jual, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan dari Gubernur serta memerhatikan asas self assessment. NJOP diatur oleh Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tanggal 27 agustus 2010 tentang penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB. Pada Pasal tersebut juga telah dijelaskan bahwa Nilai Jual Objek Pajak yang ditetapkan yaitu serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak. Besarnya persentase tersebut ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi sosial.
2.2.3.10 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang Menurut Diaz Priantara (2012:603) tahun pajak merupakan jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 januari sampai dengan 31 desember. Sedangkan saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada 1 januari. Karena tahun pajak dimulai 1 januari, maka keadaan objek pajak pada tanggal tersebut merupakan saat yang menentukan pajak terutang. Mengenai tempat Pajak Terutang adalah :
(43)
a. Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
b. Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II yang meliputi letak objek pajak.
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Landasan Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut mengacu pada Teori Kepentingan. Teori ini dalam ajarannya yang semula hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu atas harta bendanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Negara dibebankan kepada mereka (Siti Resmi, 2003:5).
Menurut Siti Kurnia (2010:141), pemahaman perpajakan mempengaruhi sikap terhadap sistem perpajakan yang adil. Dengan kualitas pemahaman perpajakan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan maka akan berdampak positif terhadap pemahaman Wajib Pajak dalam membayar pajak. Tingkat pemahaman perpajakan yang tinggi terhadap pajak khususnya pajak bumi dan bangunan, akan secara otomatis membangkitkan suatu kesadaran kepada wajib pajak akan pentingnya pemenuhan kewajiban dalam membayar
(44)
pajak. Hal tersebut menjadi suatu andil yang sangat besar dalam peningkatan keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
2.3.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran dalam hal perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan sikap sadar terhadap fungsi Negara. Sikap tersebut merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan serta berperilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang merasa menjadi warga Negara, yaitu kerelaan dalam memberikan kontribusi dana untuk melakasanakan fungsi pemerintahan cara membayar kewajibannya yang berupa pajak (Suparmoko, 2003:218).
Apabila setiap wajib pajak sadar akan pentingnya suatu pembangunan daerah serta segala partisipasinya dalam hal tersebut, maka dapat memacu pula kesadaran dalam hal membayar pajak bumi dan bangunan yang berfungsi sebagai penerimaan daerah. Dengan adanya tingkat kesadaran yang tinggi tersebut dapat memberikan peningkatkan pula pada penerimaan pajak bumi dan bangunan. 2.3.3 Pengaruh Sosilasisasi Perpajakan atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kegiatan dalam sosialisasi perpajakan mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat serta akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Menurut Mustofa (2005:10), sosialisasi merupakan suatu konsep umum yang dimaknakan sebagai
(45)
proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.
Menurut Samudera (2004:6), dalam melakukan sosialisai perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan dengan baik yaitu : a. Publikasi
Adalah suatu aktivitas publikasi yang dilakukan melalui media komunikasi, baik media cetak seperti surat kabar, majalah maupun audiovisual seperti radio ataupun televisi.
b. Kegiatan
Institusi pajak dapat melibatkan diri pada penyelenggaraan aktivitas – aktivitas tertentu yang dihubungkan dengan program peningkatan kesadaran masyarakat akan perpajakan pada momen – momen tertentu. Misalnya : kegiatan olahraga, hari – hari nasional dan lain sebagainya.
c. Pemberitaan
Pemberitaan dalam hal ini mempunyai pengertian yang khusus yaitu menjadi bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi yang efektif. Pajak dapat disosialisasikan dalam bentuk berita kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih cepat menerima informasi tentang pajak.
d. Keterlibatan Komunitas
Melibatkan komunitas pada dasarnya adalah cara untuk mendekatkan institusi pajak dengan masyarakat, dimana iklim budaya Indonesia masih menghendaki
(46)
adat ketimuran untuk bersilaturahmi dengan tokoh – tokoh setempat sebelum institusi pajak dibuka.
e. Pencantuman Identitas
Berkaitan dengan pencantuman logo otoritas pajak pada berbagai media yang ditujukan sebagai sarana promosi.
f. Pendekatan Pribadi
Pendekatan secara pribadi yang dilakukan secara informal tersebut ialah untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan adanya berbagai upaya dalam pengaplikasian sosialisasi perpajakan, maka diharapkan para wajib pajak dapat dengan mudah memperoleh segala informasi serta peraturan baru yang berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan. Hal tersebut dapat pula dijadikan suatu upaya dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak yang tentunya akan berpengaruh pula pada penerimaan pajak bumi dan bangunan.
2.3.4 Diagram Kerangka Pikir
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memberikan suatu kontribusi besar terhadap Penerimaan Daerah serta dapat diandalkan untuk membiayai pembangunan, karena kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan dalam APBD relatif besar. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya untuk menemukan cara agar pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dapat berjalan seefektif mungkin serta setiap penerimaan yang diperoleh dapat mencapai target atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan.
(47)
Berdasarkan teori – teori serta penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat suatu Diagram Kerangka Pemikiran sebagai berikut :
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan
Regresi Linier Berganda
2.5 Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi Perpajakan berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan(Y)
Pemahaman Wajib Pajak (X1)
Sosialisasi Perpajakan (X3) Kesadaran Wajib Pajak (X2)
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Defini Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau spesifikasi atas kegiatan, ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1998 : 152).
Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan pada bab I dan hipotesis yang telah diajukan pada bab II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari 3, yaitu pemahaman wajib pajak atas PBB (X1), kesadaran wajib pajak (X2), dan sosialisasi perpajakan (X3). Sedangkan variabel terikatnya yaitu keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang disimbolkan dengan Y.
3.1.1.1 Variabel Bebas (X)
1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)
Pemahaman Wajib Pajak merupakan tingkat pemahaman atau persepsi terhadap Undang-Undang dan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Kesadaran wajib pajak adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
(49)
3. Sosialisasi Perpajakan (X3)
Sosialisasi perpajakan merupakan suatu cara untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai segala hal yang berhubungan pajak bumi dan bangunan baik menggunakan media cetak atau media audiovisual.
3.1.1.2 Variabel Terikat (Y)
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Keberhasilan dari penerimaan PBB merupakan suatu peningkatan sikap proaktif wajib pajak serta termasuk salah satu elemen konatif dari sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.
3.1.2 Pengukuran Variabel
A. Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Merupakan suatu peningkatan sikap proaktif wajib pajak serta termasuk salah satu elemen konatif dari sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Pada variabel ini menggunakan pengukuran skala interval dengan teknik pengukuran likert (Sugiyono, 2001:71). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Effi Sulistyorini (2003) yang diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Kebenaran petugas dalam menghitung pajak 2. Penjelasan perhitungan petugas pajak
(50)
3. Keberatan ketidaksamaan perhitungan pajak 4. Berdiskusi tentang masalah pajak
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah : 1 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang rendah 2 = Meninjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup rendah 3 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup 4 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup tinggi 5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi B. Pemahaman Wajib Pajak (X1)
Merupakan tingkat pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang serta segala peraturan yang terkait dengan pajak bumi dan bangunan. Dalam mengukur variabel ini yaitu menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah berasal dari peneliti Effi Sulistyorini (2003) yang diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006) ,yaitu :
1. PBB merupakan sarana atau sumber pendapatan daerah
2. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan objeknya
3. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh manfaat dari objek pajak
(51)
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah : 1 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang rendah 2 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup rendah 3 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup
4 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup tinggi 5 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang tinggi C. Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Kesadaran wajib pajak merupkan suatu rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert. Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini adalah Effi Sulistyorini (2003) dan telah diadaptasi oleh Vitriana (2006) :
1. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan Negara
2. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan 3. PBB harus dibayar karena kewajiban warga Negara
4. PBB sumber pendapatan daerah
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
(52)
1 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang rendah 2 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup rendah 3 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup
4 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup tinggi 5 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang tinggi D. Sosialisasi Perpajakan (X3)
Sosialisasi Perpajakan merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan pada khususnya kepada wajib pajak mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak serta perundang-undangan pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert. Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini adalah Esther Yohannah (2012:50) :
1. Arti serta manfaat PBB
2. PBB disosialisasikan melalui media cetak serta elektronik 3. PBB disosialisasikan melalui seminar serta penyuluhan 4. Peran para petugas dalam memberikan penyuluhan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah : 1 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang rendah 2 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang cukup rendah 3 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang cukup
(53)
4 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang cukup tinggi 5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi 3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2006:72). Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak rumahan di wilayah kecamatan rungkut menanggal Surabaya yaitu yang berjumlah 2.767 wajib pajak pada tahun 2011.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara non probability sampling dengan teknik Quota Sampling. Quota Sampling yaitu sampel dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang ditargetkan berdasar jumlah quota yang telah ditentukan sebelumnya (Sularso, 2003:69). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang wajib pajak (PBB) untuk perumahan di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan Gunung Anyar – Surabaya Timur). Pengambilan jumlah sampel paling sesuai dihampir semua penelitian adalah 30<n<500 (Sularso, 2003:70). Teknik yang akan digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan Accidental Sampling yaitu membagikan kuesioner secara acak kepada penduduk yang secara kebetulan berada dirumah masing-masing, yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan Gunung Anyar – Surabaya Timur).
(54)
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu merupakan data yang bersumber dari pendapat serta tanggapan para responden atas beberapa daftar pertanyaan yang akan tertera dalam angket. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya serta dari Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya. 3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis akan diperoleh dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan dan diberikan secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data yang diberikan (Sugiyono, 2006:130).
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan objek secara langsung dan mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti (Sugiyono, 2006:138).
3. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2006:135).
(55)
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Uji Kualitas Data
Terdapat dua konsep dalam mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Hal tersebut mengartikan bahwa suatu penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang biasa jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. 3.4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas tersebut dilakukan oleh seorang peneliti untuk dipergunakan mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner telah mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono, 2004:31).
Rumus korelasi yang digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment, dimana skor butir dipandang sebagai nilai X dan totalnya dipandang sebagai nilai Y.
Rumus Korelasi Product Moment :
=
∑(∑ )∑ )
Pelaksanaan uji analisis butir dilakukan dengan menggunakan kalibrasi dengan alat bantu komputer program SPSS. Adapun kriteria pengambilan
(56)
besar dari r tabel pada taraf signifikan 5% (lima persen). Dan begitu pula sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikan 5%, maka instrument yang dimaksud dikatakan tidak valid.
3.4.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya serta diandalkan. Suatu alat pengukur dapat disebut reliable sepanjang pengukur tersebut mencapai suatu hasil yang konsisten (Umar, 2003:86). Jika suatu alat ukur yang berupa kuesioner digunakan sebanyak dua kali dalam mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabel menunjukkan konsisten alat pengukur di dalam mengukur mengukur suatu gejala yang sama.
Suatu kuesioner dapat dikatakan variabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap suatu pertanyaan adalah konsisten serta stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan beberapa pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban dan pertanyaan. Pengukuran ini menggunakan program SPSS dengan uji statistic cronsbach alpha, yaitu suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai cronsbach alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally : 1969, dalam Ghozali 2006:41).
3.4.1.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat serta variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40). Untuk dapat mengetahui apakah data tersebut telah
(57)
mengikuti sebaran normal, dalam penelitian ini digunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Sumarsono (2004:43) mengemukakan bahwa pedoman dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusinya adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusinya adalah normal.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Regresi linier berganda yang menggunakan persamaan Y = β0+β1X1+β2X2+ β3X3 + e . Persamaan dari regresi diatas haruslah bersifat BLUE (best linear unbiased estimator), yang artinya bahwa pengambilan keputusan melalui suatu uji F dan uji T tidak boleh bias. Hal tersebut akan terpenuhi bila plot antara nilai residual dan nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu atau acak. Kondisi tersebut akan terjadi bila dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik sebagai berikut :
a. Autokorelasi
Uji autikorelasi tersebut bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier tersebut ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan
(58)
menghitung nilai Durbin Watson (DW-test). Uji penelitian ini tidak dilakukan karena data penelitian ini bukan data time-series (Ghozali 2006:92).
b. Multikolinearitas
Mengartikan bahwa antara variabel independent yang satu dengan yang lain dalam regresi berhubungan secara sempurna atau mendekati kesempurnaan. Dugaan secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas didalam model regresi.
Dari dugaan adanya multikolinearitas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas yang dilakukan dengan cara menghitung Varance Inflations Factor (VIF).
VIF menyatakan tingkat pembengkakan variance, apabila VIF > dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan linear (Ghozali 2006:95).
c. Heteroskedastisitas
Tujuan dari penelitian adalah menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jadi variance dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut dengan Homokedastisitas, sedangkan jika berbeda maka disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak mempunyai heterokedastisitas (Santoso, 2000:208).
Menurut Santoso (2000:210), untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah :
(59)
- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas - Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas 3.4.3 Analisis Regresi Berganda
Teknik analisisi yang dipergunakan dalam penilitian ini ialah regresi linier berganda dengan persamaannya sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e Keterangan :
Y = Keberhasilan penerimaan PBB β0 = Konstanta persamaan regresi
β1 = Koefisien dari regresi dari variabel X1 X1 = Pemahaman WP atas PBB
β2 = Koefisien dari regresi dari variabel X2 X2 = Kesadaran WP
β3 = Koefisien dari regresi dari variabel X3 X3 = Sosialisasi Perpajakan
e = Residual atau kesalahan prediksi 3.4.4 Uji Hipotesis
3.4.4.1 Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuaian model atau yang biasa disebut uji F ini digunakan untuk mengetahui keseusaian atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna dapat melihat pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(60)
Hipotesis Statistik
1. H0 : β1 = 0 , menunjukkan model regresi yang telah dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
H1: β1≠ 0 , menunjukkan model regresi yang telah dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 3. Kriteria Keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidaklah cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. ii. Jika nilai probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
3.4.4.2 Uji Parsial
Uji parsial atau uji t ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(61)
Hipotesis Statistik
1. H0 : β1 = 0 , menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
H1: β1≠ 0 , menunjukkan adanya suatu pengaruh yang signifikan dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 3. Kriteria Keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak maka hal tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima maka menunjukkan adanya pengaruh dari Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP serta Sosialiasasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(62)
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Kelurahan Rungkut Menanggal merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Gunung Anyar dalam jajaran wilayah Pembantu dari Wali Kota Surabaya bagian Timur. Dalam wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal terdiri dari 4 RW (Rukun Warga) dan terdiri dari 68 RT (Rukun Tetangga). Data dari kependudukkan menunjukkan bahwa tercatat sebanyak 5.109 KK dengan perimbangan populasinya terdiri dari 7.895 orang laki-laki dan 8.113 orang wanita yang tersebar dalam berbagai kelompok usia.
Wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal termasuk dalam wilayah yang tergolong padat penduduk serta terdiri dari berbagai kriteria lapisan masyarakat yaitu pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta, buruh dan lain sebagainya. Selain itu terdapat pasa usahawan menengah kebawah maupun menengah keatas. Kegiatan usaha mereka terdiri dari pertokoan, perdagangan, biro-jasa, usaha home industri dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari DPPK kota Surabaya yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan, sampai dengan tahun 2011 terdapat 2.767 wajib pajak PBB di Kelurahan Rungkut Menanggal. Dalam data tahun terakhir yaitu tahun 2011 telah ditetapkan bahwa target penerimaan PBB kota Surabaya adalah sebesar Rp.1.578.990.771. Target tersebut meningkat jika dibandingkan dengan target penerimaan pada tahun 2006 yang sebesar Rp.1.170.665.252.
(63)
Dari target penerimaan PBB yang telah ditetapkan pada tahun 2011 tersebut, hasil atau realisasi yang dicapai hanya sebesar Rp.1.238.320.899 atau 78,42%.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden
Dari 100 kuesioner yang telah disebarkan serta dapat diolah, terdapat karakteristik responden dari hasil perolehan data dapat didistribusikan berdasarkan jenis pekerjaan, usia dan pendidikan terakhir para responden. Adapun hasil selengkapnya adalah sebagai berikut :
4.2.1.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Karakteristik dari pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4-1
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Pekerjaan Jum lah Prosent ase (%)
1 Pegaw ai Negeri 5 5%
2 Pegaw ai Sw ast a 56 56%
3 Wirasw ast a 16 16%
4 Pensiunan 23 23%
Tot al 100 100%
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar yaitu sebanyak 56% bekerja sebagai Pegawai Swasta, untuk pensiunan sebesar 23%, wiraswasta sebesar 16%, dan sisanya sebagai Pegawai Negeri sebanyak 5%.
(1)
4.8 Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian tidak dapat diterima karena variabel Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP dan Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya Timur.
Tabel 4-22
Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu
NO NAMA PENELITI VARIABEL HASIL PENELITIAN
1 Ratih Ayu Wulandari (2006)
Tekanan Sosial, Persepsi Sanksi, Pemahaman Wajib Pajak
Tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan WP, teruji kebenarannya.
2 Solikhin (2007) Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran, kepatuhan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu
3 Retti Nor Alfi Syahra (2008)
Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak
Tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep dapat terbukti kebenarannya.
4 M. Haris Setyawan (2011)
Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Sistem Pemungutan
Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan mempunyai pengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto baik secara parsial maupun simultan
(2)
79
4.9 Keterbatasan Penelitian
Peneliti mengakui sejumlah keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Berikut ini keterbatasan – keterbatasan yang kemungkinan dapat menimbulkan gangguan – gangguan pada hasil penelitian :
1. Adanya perbedaan persepsi antara masing – masing responden (wajib pajak) didalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.
2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan kedaan yang sebenarnya.
3. Kendala yang bersifat situsional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuesioner tersebut yang dapat mempengaruhi cara menjawab, yang memungkinkan jawaban responden tidak jujur karena jawaban responden tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
(3)
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian statistik maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman wajib atas PBB, Kesadaran wajib pajak dan Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya Timur baik secara simultan maupun secara parsial. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yaitu dari Solikhin (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu serta hasil penelitian Haris Setyawan (2011) yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak, pemahaman wajib pajak dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan baik secara simultan maupun parsial.
2. Berdasarkan hasil pengujian Regresi Linier Berganda yaitu dalam kolom R Square, maka dapat diketahui bahwa variabel Pemahaman wajib
(4)
81
5.2 Saran
Dari hasil kesimpulan yang diperoleh maka dapat disampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi instansi
Diharapkan untuk lebih meningkatkan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat dan lebih mempertimbangkan serta memikirkan lebih mendalam tentang bagaimana cara yang baik dan mudah dimengerti agar dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran.
2. Bagi peneliti yang akan datang
Variabel yang digunakan saat ini dapat di gunakan kembali oleh peneliti selanjutnya dengan membedakan lokasi penelitian agar hasilnya dapat dijadikan perbandingan bagi yang lain. Diharapkan peneliti selanjutnya juga dapat mencari faktor yang lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
(5)
Bandung.
Azwar, Saifudin, 2000, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, Edisi ke Dua, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ghozali, imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Proses SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Husein, Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Insukindro, dkk, 1994, Peranan dan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam
Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Laporan Penelitian
Khusus.
Kamaruddin, Karta Saputra dan Rience G. Kartasapoetra, 1989, Pajak Bumi dan
Bangunan : Prosedur dan Pelaksanaannya, Penerbit Bina Aksara,
Jakarta.
Kurnia, Siti, 2010, Perpajakan Indonesia : Konsep dan Aspek Formal, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kurniawati, Vitriani Budi, 2006, Pengaruh Pemahaman WP,Kesadaran
Perpajakan WP dan Sistem Pemungutan yang Melekat pada WP terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo), Skripsi
Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. Mustofa, 2005, “Sosialisasi”, www.google.com, 21 Januari.
Nazir, Mohammad, 1988, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Priantara, Diaz, 2012, Perpajakan Indonesia, Penerbit Mitra Wacana Media,
(6)
Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, Penerbit PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
Setyawan, M. Haris, 2011, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi di Kelurahan Pulorejo Mojokerto), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur,
Surabaya.
Soemitro, Rochmat, 1983, Pajak Bumi dan Bangunan, Penerbit PT.Refka Aditama, Bandung.
_______________, dan Muttaqin, Zainal, 2001, Pajak Bumi dan Bangunan, Edisi Revisi, Penerbit PT.Refka Aditama, Bandung.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit CV.Alfabeta, Bandung.
Sularso, Tri, 2003, Metode Penelitian Akuntansi : Sebuah Pendekatan
Replikasi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Sulistyono, Effi, 2003, Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Surabaya Timur:Rungkut, Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa
Timur, Surabaya.
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Hasil
Interprestasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi, Penerbit UPN
“Veteran” Jatim.
Suparmoko, M. , 2003, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi ke Lima, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Yohanah, Esther, 2012, Tinjauan atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan dan
Kinerja Account Representatitve dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi kasus di KPP Pratama Jakarta Pademangan),