Perubahan konsep siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair melalui eksperimen terbimbing (temu fakta pada tiga siswa kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat).

(1)

vii ABSTRAK

Dedy Sutrisno. 2017 “Perubahan Konsep Siswa Tentang Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair Melalui Eksperimen Terbimbing (Temu Fakta Pada Tiga Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair melalui metode eksperimen terbimbing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara.

Data dianalisis secara kualitatif. Dari hasil analisis data ditentukan gambaran perubahan konsep siswa untuk masing-masing percobaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa eksperimen terbimbing membantu perubahan konsep siswa dalam memahami konsep tekanan pada zat padat dan zat cair. Perubahan konsep berupa: (a) perbaikan konsep dari konsep yang masih salah menjadi konsep yang benar, (b) perluasan konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi konsep yang lengkap.


(2)

viii ABSTRACT

Dedy Sutrisno. 2017 "Change Concept of Student About Pressure On Solids And Fluid Through Guided Experiment (Fact Finding On Three Eight Grade Students of SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)". Essay. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma.Yogyakarta.

This research is a qualitative research. This research aims to determine students understanding of the concept changes of pressure on solids and liquids through guided the experimental method. The data used in this research is the result of the interview.

Data were analyzed qualitatively. From the result of data analysis determined the outline of changes in the concept of students for each experiment. The results showed that the guided experiment help change students concept in understanding the concept of pressure on solids and liquids. Changes in the concept of either: (a) improvement of a concept that is still wrong into right concepts, (b) extension of an incomplete concepts into a complete concept.


(3)

PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN PADA ZAT PADAT DAN ZAT CAIR MELALUI EKSPERIMEN TERBIMBING

(Temu Fakta Pada Tiga Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh: DEDY SUTRISNO

NIM: 101424044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN PADA ZAT PADAT DAN ZAT CAIR MELALUI EKSPERIMEN TERBIMBING

(Temu Fakta Pada Tiga Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh: DEDY SUTRISNO

NIM: 101424044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku ini kupersembahkan untuk:

Bapaku dan Yesus Kristus

Ayah dan Ibuku

Kakak dan Adikku

Seluruh Keluargaku

Teman-teman seperjuangan

Motto:


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Dedy Sutrisno. 2017 “Perubahan Konsep Siswa Tentang Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair Melalui Eksperimen Terbimbing (Temu Fakta Pada Tiga Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair melalui metode eksperimen terbimbing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara.

Data dianalisis secara kualitatif. Dari hasil analisis data ditentukan gambaran perubahan konsep siswa untuk masing-masing percobaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa eksperimen terbimbing membantu perubahan konsep siswa dalam memahami konsep tekanan pada zat padat dan zat cair. Perubahan konsep berupa: (a) perbaikan konsep dari konsep yang masih salah menjadi konsep yang benar, (b) perluasan konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi konsep yang lengkap.


(11)

viii ABSTRACT

Dedy Sutrisno. 2017 "Change Concept of Student About Pressure On Solids And Fluid Through Guided Experiment (Fact Finding On Three Eight Grade Students of SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)". Essay. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma.Yogyakarta.

This research is a qualitative research. This research aims to determine students understanding of the concept changes of pressure on solids and liquids through guided the experimental method. The data used in this research is the result of the interview.

Data were analyzed qualitatively. From the result of data analysis determined the outline of changes in the concept of students for each experiment. The results showed that the guided experiment help change students concept in understanding the concept of pressure on solids and liquids. Changes in the concept of either: (a) improvement of a concept that is still wrong into right concepts, (b) extension of an incomplete concepts into a complete concept.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan berkatNYA yang begitu melimpah dan cinta kasih yang begitu luar biasa. Berkat cinta kasihNYA yang begitu luar biasa sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena anugrahNYA pula skripsi yang berjudul “PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN PADA ZAT PADAT DAN ZAT CAIR MELALUI EKSPERIMEN TERBIMBING (Temu Fakta Pada Tiga Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sendawar Kutai Barat)” dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan dengan baik. Penelitian skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulisan dan penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik bukan hanya karena penulisa saja, melainkan banyak pihak yang senantiasa membantu serta memberi dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih yang begitu dalam diucapkan kepada:

1. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.si. selaku Dosen Pembimbing skripsi atas waktunya untuk membimbing dengan penuh perhatian, serta telah meluangkan waktu dan masukan selama penulisan skripsi ini.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, dan bimbingannya selama ini.

3. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru serta Siswa-siswi SMP Negeri 3 Sendawar Kutai Barat yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

4. Keluargaku yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan selama proses pendidikan.

5. Teman-teman Asrama Tanaai Purai Ngeriman yang selalu memberikan semangat, nasihat-nasihat, serta doa dan dukungan selama proses pendidikan.


(13)

x

6. Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat membantu dalam penyelsaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum atau jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini bermamfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Februari 2017


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR DIAGRAM ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II. DASAR TEORI A. Konsep ...5

1. Pengertian Konsep ...5

2. Memahami Konsep ...8

3. Perubahan Konsep Siswa ...9

B. Miskonsepsi ...13


(15)

xii

1. Pengertian Eksperimen ...15

2. Eksperimen Terbimbing ...17

3. Tujuan Eksperimen ...20

4. Keunggulan dan Kelemahan Eksperimen ...21

D. Konsep Tentang Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair ...22

1. Tekanan Pada Zat Padat ...22

2. Tekanan Pada Zat Cair ...22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ...26

B. Sampel Penelitian ...26

C. Jenis Penelitian ...26

D. Treatment ...27

E. Metode Pengumpulan Data ...29

F. Analisa Data ...31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data dan Analisa ...35

B. Pembahasan Perubahan Konsep Siswa Untuk Masing-masing Percobaan ...35

1. Percobaan 1a ...35

2. Percobaan 1b ...42

3. Percobaan 2 ...53

4. Percobaan 3 ...59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...69

B. Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Percobaan 1a ...35

Gambar 4.2 Percobaan 1b ...43

Gambar 4.3 Percobaan 2 ...54


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar ...32

Tabel 4.1 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1a ...105

Tabel 4.2 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1a ...106

Tabel 4.3 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1a ...107

Tabel 4.4 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1b ...109

Tabel 4.5 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1b ...111

Tabel 4.6 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 1b ...112

Tabel 4.7 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 2 ...113

Tabel 4.8 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 2 ...115

Tabel 4.9 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 3 ...116

Tabel 4.10 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 3 ...118

Tabel 4.11 Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar pada percobaan 3 ...120

Tabel 4.12 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1a ...122

Tabel 4.13 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1b ...123

Tabel 4.14 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 2 ...124

Tabel 4.15 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 3 ...124


(18)

xv

Tabel 4.17 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1a ...126

Tabel 4.18 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1b ...126

Tabel 4.19 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 2 ...127

Tabel 4.20 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 3 ...127

Tabel 4.21 Konsep awal siswa B seluruh percobaan ...128

Tabel 4.22 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1a ...129

Tabel 4.23 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 1b ...129

Tabel 4.24 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 2 ...130

Tabel 4.25 Prosentasi konsep awal siswa percobaan 3 ...130

Tabel 4.26 Konsep awal siswa C seluruh percobaan ...131

Tabel 4.27 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1a ...132

Tabel 4.28 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1b ...133

Tabel 4.29 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 2 ...133

Tabel 4.30 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 3 ...134

Tabel 4.31 Konsep akhir siswa A seluruh percobaan ...135

Tabel 4.32 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1a ...135

Tabel 4.33 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1b ...136

Tabel 4.34 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 2 ...136

Tabel 4.35 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 3 ...137

Tabel 4.36 Konsep akhir siswa B seluruh percobaan ...138

Tabel 4.37 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1a ...138

Tabel 4.38 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 1b ...139

Tabel 4.39 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 2 ...139

Tabel 4.40 Prosentasi konsep akhir siswa percobaan 3 ...140

Tabel 4.41 Konsep akhir siswa C seluruh percobaan ...141


(19)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Prosentasi konsep awal siswa...142 Diagram 4.2 Prosentasi konsep akhir siswa ...142 Diagram 4.3 Perbandingan prosentasi konsep awal dengan konsep akhir ...143


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data ...74

Lampiran 2. Analisa Data ...105

Lampiran 3. LKS ...144

Lampiran 4. Foto Kegiatan Siswa ...152

Lampiran 5. Surat Ijin Observasi dan Penelitian ...155


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran fisika di sekolah seringkali menjadi suatu hal yang menakutkan bagi siswa yang sedang mempelajarinya. Rumus-rumus dalam materi pelajaran fisika hanya dijadikan sebagai hafalan sehingga fisika menjadi suatu mata pelajaran yang dianggap sukar, membosankan dan membuat siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya.

Selain sukarnya pelajaran fisika dimengerti oleh siswa, terkadang materi fisika yang disampaikan tidak didukung oleh media pembelajaran yang bisa mendukung siswa memahami konsep fisika yang sebenarnya. Kurangnya media pendukung ini bisa disebabkan sekolah yang belum mampu untuk menyediakan media untuk melakukan praktikum. Hal seperti ini sering terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah yang tertinggal, sehingga materi yang seharusnya disertai dengan praktikum untuk memperjelas materi, hanya disampaikan secara lisan oleh pendidik. Karena keterbatasan ini, maka pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil transfer dari pendidik dan bukan merupakan hasil dari pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri, sehingga konsep yang mereka dapatkan kurang berkembang.

Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000:15). Perubahan tersebut secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk. Bentuk


(22)

perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang kurang lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Bentuk perubahan yang kedua adalah membenarkan konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika. Dalam proses membantu siswa belajar fisika perubahan konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, maka hal tersebut perlu mendapat penekanan dari pihak guru. Dengan adanya dua perubahan tersebut diharapkan siswa akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar. Meskipun proses perubahan konsep tersebut tidak mudah, terlebih perubahan konsep yang salah ke konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah yang benar, guru yang ingin memajukan siswanya tetap perlu mengusahakan metode-metode yang secara efisien dapat membantu perubahan konsep tersebut (Kartini, 2006:2). Satu hal penting yang harus juga dilakukan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan semua gagasan dan konsep-konsep mereka.

Dengan demikian guru dapat mengetahui benar atau salah konsep yang diungkapkan oleh siswa, sehingga konsep yang masih salah siswa dapat membenarkan menjadi suatu konsep yang benar.

Ada beberapa metode pembelajaran fisika yang dapat membantu proses perubahan konsep, salah satunya adalah dengan metode eksperimen. Proses perubahan konsep dapat dikembangkan melalui pembelajaran fisika dengan alat bantu yaitu media pembelajaran, karena dengan media kepada siswa dapat ditunjukkan langsung dan siswa dapat dirangsang agar lebih berminat dalam


(23)

mencari dan melibatkan diri secara aktif untuk mengobservasi, mengukur, mengklasifikasi data, melakukan eksperimen, mengaplikasi data, serta mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dari lengkungan sekitar (Kartini, 2006:2).

Berdasarkan uraian di atas peneliti berminat untuk mengkaji apakah metode eksperimen terbimbing dapat membantu perubahan konsep siswa dalam mempelajari fisika. Untuk itu, peneliti mencoba untuk mencari jawaban permasalahan tersebut dalam penulisan skripsi dengan judul “Perubahan Konsep Siswa Tentang Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair Melalui Eksperimen Terbimbing”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep awal siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair sebelum mengikuti pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing?

2. Bagaimana perubahan konsep siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan tekanan pada zat padat dan zat cair sebelum mengikuti pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing.

2. Mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa tentang tekanan pada zat padat dan zat cair setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Peneliti

Peneliti mempunyai pengalaman langsung dalam merancang suatu model pembelajaran dalam membantu atau memfasilitasi siswa dalam memahami materi pelajaran.

2. Guru dan calon guru

Penelitian ini dapat digunakan sebaai salah satu masukan, informasi atau perbandingan yang dapat digunakan oleh guru dan calon guru untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa

Dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun diharapkan dapat membantu siswa mempermudah memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajarnya serta memberikan pengalaman belajar.


(25)

5 BAB II DASAR TEORI

A. Konsep

1. Pengertian Konsep

Dalam proses pembelajaran fisika guru dan siswa selalu menghadapi dan berhubungan dengan sejumlah konsep sesuai pokok bahasan yang sedang dipelajarinya. Konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu (Kartika Budi, 1987:234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh, data-data, dan peristiwa-peristiwa khusus. Dalam pembelajaran fisika konsep berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan atribut dari suatu obyek (Euwe Van Den Berg, 1991:8). Konsep sebagai gambaran mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik, konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain, konsep itu harus mengungkapkan hakekat atau ciri yang mengungkapkan anggota-anggotanya.

Menurut Kartika Budi (1987:237) dalam pembelajaran fisika kita berhadapan dengan konsep fisis, baik itu konsep konkrit maupun konsep proses. Robert B. Sund dalam Kartika Budi (1987:235) menjelaskan bahwa konsep konkrit adalah konsep yang mengacu pada obyek seperti benda-benda, besaran-besaran atau atribut dari besaran misalnya batu baterai, gaya, tegangan, tekanan dan sebagainya. Sedangkan konsep proses adalah konsep yang mengacu pada proses dari benda-benda atau besaran-besaran fisis seperti


(26)

pemuaian, perambatan panas dan sebagainya. Selain itu dalam pembelajaran fisika kita juga menjumpai konsep seperti konsep medan magnet, momen putar dan sebagainya. Untuk membedakan konsep-konsep tersebut dapat ditinjau dari beberapa dimensi atau sudut pandang kita terhadap obyek tersebut. Flavell sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1989:79) menyebutkan bahwa konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi:

a. Atribut

Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda-beda baik ditinjau secara fisik maupun fungsinya. Misalnya konsep meja harus memiliki permukaan yang datar dan sambungan-sambungan yang mengarah ke bawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai.

b. Struktur

Struktur berkaitan dengan cara bagaimana atribut tersebut saling terkait. Ada tiga macam struktur yaitu (1) struktur konjunktif yaitu konsep di mana terdapat dua atau lebih sifat sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep, seperti percepatan adalah perubahan kecepatan tiap selang waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) struktur disjunktif yaitu konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat harus ada, (3) struktur relasional menyatakan hubungan tertentu antar atribut-atribut konsep seperti superposisi.

c. Keabstrakan


(27)

d. Keinklusifan

Keinklusifan mengacu pada jumlah contoh yang dapat terlibat dalam konsep.

e. Generalitas

Bila diklasifikasikan konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat, misalnya energi merupakan superordinat dari energi kinetik. f. Ketetapan

Ketetapan menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh.

g. Kekuatan

Kekuatan ditentukan sejauhmana orang setuju bahwa konsep itu penting. Penjelasan yang kita berikan kepada orang lain mengenai suatu konsep dengan menunjuk salah satu atau lebih dari dimensi-dimensi yang dicakup oleh konsep yang dimaksud akan memberikan gambaran pada orang lain tersebut mengenai konsep yang dimaksud.

Konsep yang sudah dikuasai dengan benar, akan membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah. Sementara itu, tidak tertutup kemungkinan konsep yang telah dikuasai siswa tidak tepat/salah. Hal ini terjadi karena siswa percaya bahwa pengertian awal mereka telah berjasa dalam memahami dunia ini. Dengan demikian dalam proses kegiatan pembelajaran seorang guru harus membantu siswa dalam mengembangkan perubahan konsep sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang lebih lengkap dan benar.


(28)

2. Memahami Konsep

Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah usaha agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Guru sebagai mediator dan fasilitator harus membimbing siswa pada pemahaman tersebut. Menurut Kartika Budi (1987:233) pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran karena menjadi aspek yang paling menonjol atau aspek yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan pembelajaran, maka pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita pelajari.

Untuk memutuskan seorang siswa memahami suatu konsep diperlukan beberapa kriteria atau indikator. Menurut Kartika Budi (1992:114) beberapa kriteria atau indikator yang menunjukkan pemahaman seorang siswa tentang suatu konsep antara lain (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep tersebut kepada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsep yang benar


(29)

dengan konsep yang salah. Berdasarkan kriteria-kriteria atau indikator-indikator tersebut, seorang guru dapat mengetahui siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika apakah mengalami perubahan konsep baik yang memperluas konsep atau yang membetulkan konsep yang salah menjadi konsep yang benar. Semakin bertambahnya konsep yang dipahami dan diketahui serta semakin tepat konsep fisika yang dimengerti oleh siswa, maka mereka benar-benar menguasai bidang fisika.

3. Perubahan Konsep Siswa

Inti belajar fisika adalah terjadinya perubahan konsep pada diri seseorang yang sedang belajar. Proses belajar yang baik harus bisa membantu perubahan konsep pada diri siswa. Perubahan konsep itu secara umum dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu (1) pembentukan konsep seseorang dari belum tahu menjadi tahu, (2) pengembangan konsep seseorang dari belum sempurna atau belum lengkap menjadi lebih sempurna atau lengkap, (3) pembetulan konsep dari yang tidak tepat atau masih salah menjadi konsep yang benar atau sesuai dengan konsep yang disepakati para ahli fisika. Dengan tiga perubahan itu seseorang yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar (Suparno, 2000: 15).

Menurut Potsner dkk 1982 (Suparno, 1997:50-51) dalam proses belajar terdapat dua proses perubahan konsep. Pertama yang disebut dengan asimilasi. Dalam asimilasi siswa menggunakan konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil berupa penyesuaian. Kedua yang disebut dengan akomodasi. Dalam akomodasi siswa harus


(30)

mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak sesuai lagi dengan persoalan yang baru. Proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi.

a. Adanya ketidakpuasan terhadap konsep yang ada

Siswa mengubah konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka miliki tidak dapat lagi digunakan dalam menghadapi situasi, pengalaman atau gejala yang baru. Sumber ketidakpuasan terhadap konsep lama adalah adanya peristiwa anomali, yaitu suatu peristiwa yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa bahkan siswa tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk memahami fenomena baru. b. Konsep yang baru harus Intelligible (dapat dimengerti)

Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman baru dapat didekati dengan konsep-konsep yang baru.

c. Konsep yang baru harus masuk akal

Konsep yang baru harus mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dimunculkan dan konsisten dengan teori dari pengetahuan yang lain.

d. Konsep yang baru harus berguna

Konsep yang baru harus berguna untuk program riset dan punya kemampuan untuk membuka penemuan baru.

Proses pembelajaran fisika yang baik dan benar harus mengembangkan perubahan konsep dan perubahan tersebut terjadi secara cepat dan efisien. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas


(31)

konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi sempurna. Perubahan yang kedua adalah mengubah konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika.

1) Membantu proses perluasan konsep

Ada beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain:

a) Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa. Pemberian informasi baru dapat dilakukan antara lain guru menjelaskan konsep yang baru sesuai dengan urutan kurikulum yang telah direncanakan.

b) Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya berubah. Di sini diperlukan bantuan pengarahan dari guru.

c) Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan baik dari buku maupun sumber yang lain.

Pembelajaran untuk mengubah konsep di atas juga dapat mengakibatkan bertambahnya salah konsep, maka guru perlu kejelian dalam mengamati apakah siswa dengan bertambahnya konsep baru juga bertambah salah pengertian mereka. Bila hal tersebut terjadi maka guru perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat menghilangkan salah konsep sebagai salah satu alternatif pembelajaran.


(32)

2) Pembetulan konsep yang salah

Proses yang kedua, yaitu membetulkan konsep yang salah. Untuk proses ini tidak cukup guru menambah bahan fisika dalam pembelajaran, tetapi harus memikirkan strategi yang tepat untuk membetulkan miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat dengan situasi yang ada. Cara penyadaran dapat dilakukan dengan menyediakan data anomali. Siswa dapat juga diajak untuk menjelaskan masalah baru dengan konsep lamanya yang memang ternyata tidak mencukupi. Maka, siswa tertantang untuk mengubah konsepnya.

Menurut Joan Davis (2001) yang dikutip oleh Suparno (2005:97) seorang guru dalam mengajarkan konsep harus memperhatikan dua hal pokok yaitu:

a) Membuka konsep awal siswa

Perubahan konsep hanya mungkin terjadi bila siswa sadar akan konsep awal mereka, benar atau tidak. Dari konsep awal itulah dapat dilihat di mana miskonsepsi mereka dengan segala alasannya. Maka dalam hal ini diperlukan kepiawaian seorang guru untuk membantu siswa berani mengungkapkan gagasan mereka.

b) Membantu siswa merubah kerangka berfikir awal

Dalam langkah ini guru mencari beberapa teknik yang sesuai untuk menantang agar siswa mengubah gagasan mereka yang tidak benar. Untuk dapat membantu mengubah kerangka berfikir awal siswa,


(33)

seorang guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki siswa. Hal tersebut meliputi antara lain:

(1)Pengetahuan awal atau konsep yang telah ada dalam diri siswa. (2)Relasi antara konsep-konsep tersebut dalam pikiran siswa.

(3)Pengetahuan baru tentang konsep-konsep alternatif yang dimiliki siswa.

(4)Keyakinan epistemologis siswa, yaitu keyakinan siswa yang membuat siswa percaya bahwa pengetahuannya benar.

B. Miskonsepsi

Siswa sewaktu memasuki kelas untuk belajar fisika tidak dengan kepala kosong tetapi kepala siswa sudah mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan fisika (Euwe Van Den Berg, 1991:1). Misalnya, sebelum siswa mengikuti pelajaran mekanika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwa mekanika (gaya, gerak, benda yang jatuh bebas dan sebagainya). Dengan pengalaman tersebut mereka mengembangkan banyak konsepsi mengenai konsep-konsep fisika. Menurut Van Den Berg (1991:10) konsepsi adalah penafsiran seseorang tentang konsep.

Dalam mempelajari suatu konsep tertentu konsepsi awal siswa tersebut bisa jadi berbeda dengan konsepsi para fisikawan. Misalnya, inti konsep massa jenis adalah bahwa untuk jenis bahan tertentu hasil bagi antara massa dan volume selalu tetap dan bahwa tetapan itu berbeda untuk setiap


(34)

unsur/senyawa/campuran, maka unsur/senyawa dapat dikenal dengan massa jenisnya. Tetapi banyak siswa mempunyai konsepsi berbeda, mereka cenderung berpikir bahwa jika jumlah zat (massanya) ditambah, maka massa jenis juga bertambah. Konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi para fisikawan disebut miskonsepsi atau salah konsepsi.

Menurut Suparno (2005:4) miskonsepsi atau salah konsep adalah sesuatu yang menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif, atau pandangan yang naif. Kartika Budi (1998:254) mendefinisikan miskonsepsi sebagai konsep yang tidak sama bahkan bertentangan dengan konsepsi yang dibangun oleh para ilmuwan yang diterima sebagai konsepsi yang benar.

Namun ada pula konsepsi yang tidak sepenuhnya salah, tetapi mengakibatkan salah pada konsepsi yang lain. Misalnya, gaya dipandang sebagai tarikan atau dorongan mempunyai makna berbeda dengan “gaya adalah yang menyebabkan kecepatan atau momentum berubah”, tetapi keduanya tidak salah. Konsepsi gaya sebagai “penyebab gerak”, tidak sepenuhnya salah, akan tetapi dapat menghasilkan salah konsepsi pada konsep yang lain, misalnya gaya selalu digambarkan searah dengan gerak; pada benda yang bertumbukan, setelah peristiwa tumbukan berakhir, pada benda tetap dianggap masih mengalami gaya untuk mempertahankan geraknya, yang


(35)

bertentangan dengan konsep: “sebagai hasil interaksi, gaya ada saat ada interaksi, dan gaya tak lagi ada setelah interaksi berakhir”.

Untuk menyadarkan siswa akan miskonsepsi mereka, ada baiknya bila seorang guru memberikan pengalaman belajar yang menantang konsep awal siswa yang kurang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan percobaan, karena percobaan dapat menantang intuisi siswa apakah benar atau tidak konsep mereka. Dengan mengalami dan mengamati percobaan yang hasilnya terus menerus berbeda, maka siswa tertantang untuk mengubah gagasan atau konsep mereka. Dengan demikian miskonsepsi dapat diluruskan yang membantu siswa mengembangkan konsep yang lebih benar.

C. Metode Eksperimen 1. Pengertian Eksperimen

Fisika adalah ilmu yang eksperimental, artinya bahwa pelajaran fisika harus dibarengi dengan percobaan atau eksperimen (Euwe Van Den Berg, 1991 dalam Saptaningrum, 2007:26). Tujuan-tujuan pokok penggunaan eksperimen dalam proses belajar mengajar untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu merupakan alat bantu memperjelas apa-apa yang diuraikan, jadi lebih berfungsi sebagai strategi mengajar.

Eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang ingin diketahui. Menurut Sukarno dkk (1973:50) eksperimen adalah suatu


(36)

kegiatan menggunakan alat-alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru atau untuk mengetahui apa yang terjadi kalau diadakan suatu proses tertentu.

Eksperimen adalah kaidah lazim yang digunakan dalam mata pelajaran sains (Peter Salim, 1991:382). Dengan metode eksperimen siswa dapat mengamati suatu proses atau kejadian sehingga benar-benar yakin akan suatu proses dengan demikian apa yang dipelajari tidak mudah terlupakan karena siswa sendiri merasa ikut menemukan konsep sebagai hasil dari proses yang dilakukan.

Dengan mendengarkan saja belum tentu siswa dapat belajar tanpa adanya pengalaman-pengalaman yang membuat siswa melatih keterampilannya dan melatih penalarannya dalam berpikir secara eksperimental (Euwe Van Den Berg, 1991 dalam Saptaningrum, 2007:27).

Eksperimen adalah salah satu bentuk pengajaran yang sangat sesuai untuk memenuhi fungsi pendidikan sebagai latihan dan motivasi siswa (Tjipto Utomo, 1985 dalam Saptaningrum, 2007:27). Eksperimen adalah untuk mencapai beberapa keterampilan.

a. Keterampilan kognitif yang tinggi

Keterampilan kognitif antara lain melatih siswa untuk memahami suatu teori dan dapat menerapkan teori pada keadaan yang berlainan. b. Keterampilan afektif

Keterampilan afektif antara lain belajar bekerja sama, belajar mengomunikasikan informasi, belajar merencanakan kegiatan belajar.


(37)

c. Keterampilan psikomotorik

Keterampilan psikomotorik antara lain belajar memasang peralatan dan belajar menggunakan peralatan.

Eksperimen dalam pengajaran fisika dapat diadakan sebagai usaha pengenalan yang dapat menjadi motivasi, usaha untuk lebih dipahami sebagai model maupun usaha pengulangan (Druxes dkk, 1986 dalam Winarni,1995:29). Eksperimen merupakan bagian dari IPA, oleh karena itu kedudukan eksperimen sangat penting. Namun ada dua istilah yang sering digunakan walaupun pada kenyataannya agak berbeda (Sukarno dkk, 1973:50):

1) Praktikum

Praktikum adalah kegiatan-kegiatan yang mempergunakan alat-alat sains yang merupakan latihan-latihan untuk mempergunakan alat-alat untuk keperluan tertentu misalnya latihan menggunakan ampermeter, voltmeter.

2) Eksperimen

Eksperimen adalah suatu kegiatan mempergunakan alat-alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru atau mengetahui apa yang akan terjadi kalau diadakan suatu proses tertentu.

2. Eksperimen Terbimbing

Eksperimen terbimbing adalah suatu metode pembelajaran di mana siswa melakukan percobaan menggunakan peralatan sains dengan bimbingan


(38)

seorang guru (Wenning, 2005 dalam Kartini, 2006:22). Dalam hal ini guru bertugas membimbing siswa dalam melakukan setiap langkah dalam suatu percobaan. Guru juga bertugas mengembangkan dan mengajukan pertanyaan penyelidikan, menimbulkan tanggapan serta membantu siswa mencapai kesimpulan.

Metode eksperimen selain menunjukkan suatu proses percobaan pada siswa dapat pula untuk membuat siswa lebih aktif dalam proses “prediksi- observasi-penjelasan”. Eksperimen yang melibatkan siswa pada proses “prediksi-obeservasi-penjelasan” dapat membantu untuk mengembangkan perubahan konsep pada siswa yang sedang belajar. Karena dengan proses “prediksi-observasi-penjelasan” siswa memiliki kesempatan yang seluas -luasnya untuk menyesuaikan konsep serta ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Eksperimen yang dipilih hendaknya yang memungkinkan terjadinya konflik kognitif pada diri siswa, sehingga siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep awalnya dan siswa terbantu untuk mengubah konsep awal mereka yang kurang tepat. Berikut penjelasan mengenai tahap-tahap “prediksi-observasi-penjelasan” (Domi, 1998:106-107) yaitu:

Prediksi

Pada tahap ini siswa diminta untuk memberikan prediksi mengenai suatu masalah yang diajukan oleh guru. Kegiatan prediksi bukan kegiatan menebak yang bersifat untung-untungan, melainkan kegiatan mengajukan pendapat yang didasari pada pengalaman, konsep-konsep awal yang telah


(39)

dimiliki atau mungkin dengan intuisinya. Pada tahap ini, guru lebih berperan sebagai mediator dan fasilitator, membantu mengarahkan siswa sehingga dapat membuat prediksi dengan baik.

Hal-hal yang dapat diungkap dalam tahap ini adalah konsep-konsep awal atau informasi yang telah dimiliki siswa, pengalaman-pengalaman dengan obyek atau situasi yang mungkin untuk memprediksi.

Observasi

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada kejadian konkret untuk membuktikan prediksi yang dibuat. Siswa melakukan pengamatan serta mencatat data-data untuk membuktikan kebenaran prediksi. Dalam observasi, guru juga perlu menekankan bahwa observasi tidak hanya terbatas pada kegiatan yang dapat kita amati, tetapi kita harus lebih menekankan seluruh pancaindra kita untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Pengertian atau pemahaman yang cukup mengenai obyek yang diamati akan semakin memberikan banyak informasi yang dapat digali. Melalui observasi ini siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman yang berkenaan dengan hakikat kuantitatif dari obyek-obyek yang dihadapi, seperti massa, ukuran, angka-angka dan sebagainya.

Karena kegiatan observasi merupakan kelanjutan dari tahap memprediksi maka kegiatan observasi lebih diarahkan untuk membuktikan kebenaran prediksi yang dibuat atau mencari jawaban berbagai persoalan yang muncul pada saat kita membuat prediksi.


(40)

Penjelasan

Pada tahap ini siswa diminta menjelaskan mengenai hasil observasi yang dilakukan dan kemudian membandingkan dengan prediksi yang dibuat. Jika siswa menemukan ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi, siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi kemungkinan letak kesalahan. Dapat terjadi siswa menemukan kesalahan pada prediksinya atau mungkin ia tetap berpegang teguh pada prediksi dan meragukan hasil observasinya. Di sinilah peran guru sebagai mediator dalam menunjukkan apakah jalan pikiran siswa sudah sesuai atau belum. Siswa yang mendapat hasil observasinya sesuai dengan prediksi yang dibuat harus meneliti kembali apakah kecocokan tersebut dapat dijelaskan sesuai alasan atau hanya kebetulan dan tidak berkaitan dengan alasan, untuk itu semua penjelasan yang telah dibuat perlu diuji kembali agar penjelasan-penjelasan menjadi lebih kuat dan lebih spesifik sehingga tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru.

3. Tujuan Eksperimen

Pelaksanaan metode eksperimen terbimbing mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan pengertian tentang konsep, hukum, teori, dan fakta.

b. Menanamkan kesadaran bahwa fisika merupakan pelajaran yang harus dihayati dan bukan untuk dihafalkan.


(41)

d. Mengembangkan keterampilan dalam hal pengamatan, pendataan, pengoperasian alat dan pembuatan alat sederhana.

e. Merangsang daya berpikir kritis melalui penafsiran data hasil observasi. 4. Keunggulan dan Kelemahan Eksperimen

Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:78) metode eksperimen mempunyai keunggulan dan kelemahan.

a. Keunggulan metode eksperimen

1) Siswa secara aktif terlibat menemukan fakta, informasi atau data yang diperlukan.

2) Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara empiris melalui eksperimen sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.

3) Siswa berkesempatan untuk melaksanakan proses dan metode ilmiah dalam rangka menguji kebenaran hipotesis.

b. Kelemahan metode eksperimen

1) Memerlukan peralatan bahan atau sarana eksperimen bagi setiap siswa atau kelompok siswa. Hal ini perlu dipenuhi karena akan mengurangi kesempatan siswa dalam bereksperimen jika tidak tersedia.

2) Jika eksperimen memerlukan waktu lama, akan mengakibatkan berkurangnya laju pembelajaran.

3) Kekurangan pengalaman para siswa maupun guru dalam melaksanakan eksperimen akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam melakukan eksperimen.


(42)

4) Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan penyimpangan hasil belajar (info atau fakta yang salah).

D. Konsep Tentang Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair 1. Tekanan Pada Zat Padat

Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada benda tiap satuan luas bidang (Wariyono dan Muharomah, 2009:207). Tekanan suatu benda berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan luas bidang tekan. Secara matematis, tekanan dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

P : Tekanan (N/m2) F : Gaya atau Berat (N) A : Luas Bidang Tekan (m2)

2. Tekanan Pada Zat Cair

a. Tekanan zat cair dalam ruang tertutup

Sifat dan wujud zat cair yaitu bentuknya berubah sesuai dengan tempatnya sehingga jika ada tekanan padanya akan diteruskan ke segala arah sama besar. Blaise Pascal mengemukakan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair di dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dan sama besar (Nurachmandani dan Samsulhadi, 2010:272).


(43)

Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Pascal. Secara matematis Hukum Pascal dirumuskan sebagai berikut:

P1 = P2 atau =

Keterangan:

P1,P2 : Tekanan pada penampang 1 dan 2 (N/m2)

F1,F2 : Gaya pada penampang 1 dan 2 (N)

A1,A2 : Luas pada penampang 1 dan 2 (m2)

b. Tekanan zat cair dalam ruang terbuka 1) Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis adalah tekanan dalam zat cair yang disebabkan oleh berat zat cair itu sendiri. Besarnya tekanan zat cair dipengaruhi oleh jenis zat cair dan tidak bergantung pada bentuk bejana. Tekanan zat cair dirumuskan sebagai berikut:

P = ρ g h Keterangan:

P : Tekanan Hidrostatis (N/m2) ρ : Massa jenis zat cair (Kg/m3) g : Percepatan gravitasi bumi (m/s2) h : kedalaman zat cair (m)

2) Bejana berhubungan

Hukum bejana berhubungan berbunyi: Bila bejana berhubungan diisi zat cair yang sama, dalam keadaan setimbang zat cair dalam


(44)

bejana-bejana itu terletak pada suatu bidang datar (Tim Abdi Guru, 2012:264). Hukum bejana berhubungan tidak berlaku apabila:

(a) Tekanan di atas bejana tidak sama (misalnya, salah satu bejana tertutup).

(b)Diisi dua macam atau lebih zat cair. (c) Digoyang-goyangkan.

(d)Salah satu bejana merupakan pipa kapiler.

Kapilaritas adalah gejala turun atau naiknya zat cair dalam pembuluh yang sempit, jika pembuluh yang kedua ujungnya terbuka dimasukkan tegak lurus ke dalam bak yang berisi zat cair. Pembuluh yang sempit disebut pipa rambut atau pipa kapiler, misalnya pembuluh kayu dan batang pohon. Dalam pipa kapiler, air akan naik karena adhesi antara air dan pipa kapiler lebih besar dari kohesi air. Sedangkan raksa sebaliknya, yaitu dalam pipa kapiler raksa akan turun.

3) Hukum Archimedes

Hukum Archimedes menyatakan bahwa: suatu benda yang dicelupkan ke dalam zat cair, baik sebagian atau seluruhnya, akan mendapat gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan (didesak) oleh benda tersebut (Tim Abdi Guru, 2012:266). Secara matematis hukum Archimedes dituliskan sebagai berikut:

FA = V S atau FA = ρ g V


(45)

Keterangan:

FA : Gaya ke atas (N)

V : Volume zat cair yang didesak/volume benda yang tercelup (m3) S : Berat jenis zat cair (N/m3)

ρ : Massa jenis zat cair (Kg/m3) g : Konstanta gravitasi (m/s2) (a) Tenggelam

Benda dikatakan tenggelam jika berada di dasar zat cair. Pada saat itu berlaku ρzat cair < ρbenda. suatu benda akan tenggelam apabila

massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair. (b)Terapung

Benda dikatakan terapung bila sebagian besar volumenya berada di atas permukaan zat cair. Pada saat itu berlaku ρzat cair > ρbenda. Suatu benda akan terapung apabila massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis zat cair.

(c) Melayang

Benda dikatakan melayang jika benda berada di antara permukaan dan dasar zat cair. Pada saat itu berlaku ρzat cair = ρbenda. Suatu benda akan melayang apabila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.


(46)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sendawar Kutai Barat dan dilaksanakan pada tanggal 24 September – 19 Oktober 2016.

B. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sendawar Kutai Barat yang belum mendapatkan materi mata pelajaran tentang tekanan. Sampel berjumlah 3 orang yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu siswa dengan prestasi belajar fisika baik, siswa dengan prestasi belajar fisika sedang, dan siswa dengan prestasi belajar fisika kurang. Mengingat sampel yang sangat terbatas, maka penelitian ini dibatasi hanya berlaku pada sampel yang bersangkutan dan bersifat studi kasus.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah riset kualitatif. Pada penelitian ini peneliti lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir. Hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa yang diteliti saja. Kesimpulan yang diperoleh peneliti tidak dapat digeneralisasikan pada keadaan-keadaan di luar kasus yang diteliti.


(47)

D. Treatment

Dalam penelitian ini treatmen dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra eksperimen, tahap eksperimen, dan tahap setelah eksperimen. Ketiga tahapan tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

1. Pra Eksperimen

Pada tahapan ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan treatmen yaitu:

a. Peneliti mempersiapkan alat rekaman/recorder untuk merekam pada saat proses wawancara berlangsung.

b. Peneliti menjelaskan kepada siswa/partisipan tujuan dari wawancara. c. Peneliti menjelaskan aturan/prosedur dalam proses wawancara.

d. Peneliti mengelompokkan siswa/partisipan secara individu-individu (tiga siswa diwawancarai secara terpisah).

e. Peneliti memastikan bahwa siswa/partisipan sudah dalam keadaan siap (siswa merasa nyaman) untuk diwawancarai, kemudian peneliti menjelaskan tentang topik wawancara kepada siswa/partisipan.

f. Peneliti mengajukan masing-masing pertanyaan untuk masing-masing permasalahan pada setiap percobaan yang akan dilakukan oleh siswa/partisipan.

g. Peneliti meminta siswa/partisipan untuk memprediksikan tentang fenomena yang akan terjadi melalui permasalahan yang diajukan untuk masing-masing percobaan. Prediksi yang dibuat harus disertai dengan penjelasan yang melatarbelakangi pembuatan prediksi.


(48)

2. Eksperimen

Pada tahapan ini beberapa treatmen yang dilakukan yaitu:

a. Peneliti meminta siswa/partisipan untuk melakukan percobaan (percobaan I, II, dan III dilakukan terpisah) sesuai dengan prosedur percobaan yang sudah peneliti tentukan, selama melakukan percobaan siswa/partisipan dibimbing oleh peneliti.

b. Selama berlangsungnya percobaan siswa diminta untuk mengobservasi dengan teliti supaya fenomena-fenomena yang terjadi dari permasalahan-permasalahan yang sudah diajukan sebelum percobaan sehingga dapat terlihat dengan jelas.

3. Setelah Eksperimen

Pada tahapan ini beberapa treatmen yang dilakukan yaitu:

a. Peneliti meminta siswa untuk memberikan penjelasan atas hasil observasi selengkap-lengkapnya.

b. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan panduan pada siswa yang hasil prediksinya sesuai dengan observasi maupun hasil prediksi yang tidak sesuai dengan observasi, pertanyaan yang diberikan peneliti bermaksud untuk mengecek pemahaman siswa terhadap konsep yang berhubungan dengan fenomena percobaan dan lebih memantapkan penjelasan yang diberikan. Sedangkan untuk siswa yang hasil prediksinya tidak sesuai dengan observasi, pertanyaan yang diberikan peneliti bermaksud untuk mengarahkan siswa mencari sejumlah data untuk melengkapi penjelasan yang sudah disampaikan, mengecek pemahaman


(49)

siswa terhadap konsep yang berhubungan dengan fenomena percobaan dan lebih memantapkan penjelasan yang telah disampaikan.

Pada tahap eksperimen dan setelah eksperimen akan disesuaikan dengan waktu jam mata pelajaran, jika waktu tidak cukup untuk menyelesaikan tahap tersebut, maka tahap eksperimen dan tahap setelah eksperimen akan dilanjutkan kembali pada waktu jam mata pelajaran berikutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara. Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah kompromi antara terstruktur dan tidak terstruktur di mana peneliti sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan (Sarosa, 2012:47).

Dalam melakukan wawancara ada beberapa proses yang dilakukan mulai dari persiapan wawancara atau prawawancara, pelaksanaan wawancara, dan pendeskrifsian hasil wawancara (transkrip hasil wawancara). Proses-proses tersebut akan dijelaskan dibawah ini:


(50)

1. Persiapan Wawancara

Pada saat persiapan wawancara beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan yaitu alat untuk merekam (recorder), topik wawancara, dan pertanyaan panduan wawancara. Alat rekam/recorder digunakan untuk merekam aktivitas wawancara (tanya jawab) berlangsung supaya dapat diperoleh data yang akurat. Topik wawancara bertujuan untuk menentukan permasalahan-permasalahan apa saja yang akan diajukan dalam wawancara. Sedangkan pertanyaan panduan wawancara memuat apa yang setidaknya harus digali dari partisipan dalam proses wawancara. Pertanyaan panduan wawancara juga menuntun proses wawancara sehingga tidak melenceng terlalu jauh dari topik (Sarosa, 2012:48).

2. Pelaksanaan Wawancara

Proses pelaksanaan wawancara dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pra eksperimen, eksperimen, dan setelah eksperimen. Pada tahap pra eksperimen peneliti mengajukan pertanyaan yang menyangkut masing-masing permasalahan dari setiap eksperimen/percobaan yang akan dilakukan. Siswa/partisipan diminta untuk memberikan jawaban/ prediksi mereka terkait fenomena-fenomena yang akan terjadi dari setiap permasalahan yang diajukan oleh peneliti.

Tahap eksperimen dilakukan dengan cara peneliti membimbing siswa/partisipan untuk melakukan eksperimen supaya sesuai dengan prosedur eksperimen (terlampir). Saat eksperimen berlangsung siswa/partisipan diminta untuk mengamati/mengobservasi secara cermat dan teliti fenomena-fenomena


(51)

apa saja yang terjadi pada eksperimen tersebut. Pengamatan secara cermat dan teliti bertujuan supaya siswa/partisipan dapat mengetahui apakah fenomena yang terjadi sesuai atau tidak sesuai dengan jawaban/prediksinya mereka.

Tahap setelah eksperimen peneliti mengajukan kembali pertanyaan dan permasalahan yang berkaitan dengan eksperimen tersebut, peneliti meminta siswa/partisipan untuk memberikan tanggapan berupa jawaban/prediksi mereka sesuai dengan apa yang telah mereka amati/observasi untuk mengetahui apakah jawaban/prediksi siswa/partisipan sesuai atau tidak sesuai dengan jawaban/prediksi mereka sebelum melakukan eksperimen.

3. Transkrip Hasil Wawancara

Data yang diperoleh dari hasil wawancara masih dalam bentuk rekaman/recording sehingga data tersebut perlu ditranskrip ke dalam bentuk tulisan agar data tersebut dapat dianalisis. Proses penganalisian data berupa transkrip dalam bentuk tulisan akan dijelaskan pada bagian analisa data.

F. Analisa Data

Pada proses atau tahapan analisa data, hasil wawancara yang merupakan sumber data yang akan dianalisis masih dalam bentuk data mentah (rekaman). Oleh sebab itu data mentah tersebut kemudian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan, lalu data diberikan pengkategorian dengan tujuan untuk membedakan antara pertanyaan dari peneliti dan jawaban dari siswa/partisipan. Contoh pengkategorian tersebut yaitu:


(52)

P : Pertanyaan dari peneliti Ps : Jawaban dari siswa/partisipan

Data yang sudah dilakukan pengkategorian akan dianalisis untuk mengetahui perubahan konsep siswa dengan membandingkan jawaban siswa dengan konsep yang benar. Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Perbandingan jawaban siswa dengan konsep yang benar. Siswa Konsep Pengertian

Konsep Yang Benar

Pertanyaan Jawaban Siswa Pra Eksperimen dan Analisis Jawaban Siswa Setelah Eksperim en dan Analisis Kesimpulan A B C

Hasil penilaian ditentukan dengan skala ukur perubahan konsep. Skala ukur tersebut yaitu:

 Jawaban/prediksi yang sesuai dengan konsep para ahli (konsep benar).  Jawaban/prediksi yang belum lengkap/sempurna sesuai dengan konsep

para ahli (konsep belum sempurna).

 Jawaban/prediksi yang tidak sesuai dengan konsep para ahli (konsep salah).

 Jawaban/prediksi yang tidak berkaitan dengan konsep para ahli (tidak tahu konsep).

Analisis data selajutnya akan dibagi kembali ke dalam tiga tahapan. Tahapan tersebut yaitu penganalisian data hasil wawancara pada saat pra


(53)

eksperimen, setelah eksperimen, kesimpulan. Ketiga tahapan itu akan dijelaskan dibawah ini:

1. Tahap Pra Eksperimen

Data hasil wawancara pada saat pra eksperimen yang sudah ditranskrip ke dalam bentuk tulisan serta telah dilakukan pengkategorian kemudian jawaban/prediksi dari siswa dianalisis seperti pada tabel 3.1. Berdasarkan hasil analisis itu peneliti dapat mengetahui konsep-konsep (jawaban/prediksi) dari siswa. Kemudian peneliti mengkategorikan konsep-konsep itu ke dalam masing-masing tingkat skala ukur supaya peneliti tahu konsep (jawaban/prediksi) dari siswa berada pada skala yang mana.

2. Tahap Setelah Eksperimen

Data hasil wawancara pada saat setelah eksperimen yang sudah ditranskrip ke dalam bentuk tulisan serta telah dilakukan pengkategorian kemudian jawaban/prediksi dari siswa dianalisis seperti pada tabel 3.1. Berdasarkan hasil analisis itu peneliti dapat mengetahui konsep-konsep (jawaban/prediksi) dari siswa. Kemudian peneliti mengkategorikan konsep-konsep itu ke dalam masing-masing tingkat skala ukur supaya peneliti tahu konsep (jawaban/prediksi) dari siswa berada pada skala yang mana.


(54)

3. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dianalisis pada tahap pra eksperimen dan setelah eksperimen, hasil keduanya dibandingkan untuk dapat disimpulkan perubahan konsep yang terjadi.


(55)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Analisa

Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (terlampir pada lampiran). Analisa data terlampir dalam lampiran.

B. Pembahasan Perubahan Konsep Siswa Untuk Masing-masing Percobaan Berikut akan dibahas perubahan konsep yang terjadi pada siswa untuk masing-masing percobaan.

1. Percobaan 1a

Dalam percobaan ini siswa diberikan seperangkat bahan percobaan berupa 2 buah botol kosong berukuran sedang (botol A dan botol B), air secukupnya, tepung, penggaris, dan wadah tepung. Botol A diisi dengan air sampai penuh sedangkan botol B diisi air setengah dari botol A dan tepung dimasukkan ke dalam wadah kemudian diratakan permukaannya. Kemudian kedua botol diletakkan di atas permukaan tepung dengan posisi yang sama seperti pada gambar 4.1. Permasalahan pertama yang diajukan pada percobaan tersebut “botol manakah yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung? Jelaskan!


(56)

Maksud dari percobaan ini adalah berkenaan dengan bagaimana siswa memprediksikan permasalahan yang diajukan beserta penjelasan untuk menentukan prediksi yang dibuat tanpa terdapat percobaan secara langsung. Prediksi yang diajukan siswa dapat memperlihatkan konsep awal yang

dimiliki siswa sehubungan dengan permasalahan tersebut. Untuk

membuktikan prediksi yang dibuat kemudian dilakukan suatu percobaan. Setelah melakukan percobaan siswa memberikan penjelasan akhir dari hasil observasi yang dilakukan sehingga dapat diketahui perubahan konsep siswa sebelum dan setelah percobaan bahkan setelah diberikan fasilitas berupa pertanyaan-pertanyaan panduan. Perubahan konsep siswa dianalisis dengan menggunakan skala ukur perubahan konsep siswa untuk mengetahui perubahan konsep yang terjadi pada siswa. Untuk percobaan 1a dapat dilihat

pada (lampiran). Sebelum percobaan dilakukan tiga siswa yaitu siswa A, B,

dan C memprediksikan bahwa botol A tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung. Menurut siswa A hal tersebut disebabkan karena botol A diisi dengan air sampai penuh. Menurut siswa B sedikit berbeda pada awalnya, dia mengatakan bahwa botol B tenggelam lebih dalam tetapi setelah ditanyakan kembali dengan pertanyaan pembantu siswa B mengatakan bahwa botol A yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung hal tersebut disebabkan karena airnya lebih banyak dan lebih berat. Sedangkan menurut siswa C mengatakan karena airnya lebih banyak. Dari ketiga siswa tersebut memiliki alasan yang hampir sama. Berikut salah satu contoh transkrip hasil wawancara


(57)

dengan siswa yang memprediksikan bahwa botol A tenggelam lebih dalam. Terlihat pada transkrip 1 berikut:

Transkrip 1

P: dari kedua botol (botol A dan B) tersebut, menurut anda botol yang mana tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung?

Ps: botol A.

P: alasan anda mengatakan botol A tenggelam lebih dalam? Ps: karena botol A diisi dengan air sampai penuh.

Walaupun dari ketiga siswa memiliki jawaban yang hampir sama, pada awalnya siswa B memiliki jawaban sedikit berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada transkrip 2 berikut ini:

Transkrip 2

P: dari kedua botol (antara botol A dan B), menurut anda botol yang mana tenggelam lebih dalam?

Ps: botol B

P: apa betul botol B? tadi kan isi botol A terisi penuh sedangkan botol B terisi setengah dari botol A, jadi menurut anda botol yang mana tenggelam lebih dalam?

Ps: botol A P: botol A? Ps: iya botol A.

P: alasan anda mengatakan botol A tenggelam lebih dalam dari botol B, kenapa?


(58)

Ps: karena airnya lebih banyak dan lebih berat.

Untuk membuktikan prediksi yang mereka buat kemudian dilakukan percobaan. Setelah percobaan dilakukan, prediksi dari ketiga siswa sama dengan hasil observasi mereka sehingga dapat membantu dalam penjelasan siswa. Pada saat sebelum percobaan dan setelah percobaan penjelasan dari ketiga siswa sedikit berbeda seperti pada salah satu contoh transkrip berikut: Transkrip 3

P: manakah di antara kedua botol tersebut yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung?

Ps: botol A. P: alasannya?

Ps: karena botol memiliki massa yang lebih berat daripada massa botol B. Pada saat sebelum percobaan ketiga siswa menjelaskan botol A tenggelam lebih dalam karena memiliki air yang lebih banyak. Sedangkan setelah dilakukan percobaan ketiga siswa menjelaskan bahwa botol A memiliki massa yang lebih berat dari massa botol B. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memahami bahwa botol A yang memiliki air yang banyak juga mempunyai massa yang lebih berat/besar dan siswa C melengkapi penjelasan yang belum lengkap menjadi lengkap.

Permasalahan kedua yang diajukan pada percobaan tersebut yaitu “Apakah ada faktor-faktor lain (selain dari massa/gaya berat) yang mempengaruhi hal tersebut (permasalahan pertama)? Jelaskan!”. Sebelum percobaan dilakukan ketiga siswa yaitu siswa A, B, dan C semuanya


(59)

memprediksikan bahwa tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh transkrip hasil wawancara sebagai berikut:

Transkrip 4

P : selain dari lebih berat dan banyak, menurut anda apa ada faktor lain mempengaruhi? Kok botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B? bagaimana menurut anda? Atau hanya itu saja jawabannya.

Ps: iya karena hanya itu saja.

Setelah dilakukan percobaan siswa A dan siswa B memiliki penjelasan yang tetap konsisten seperti sebelum dilakukan percobaan prihal permasalahan kedua yang diajukan. Penjelasannya bahwa tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Penjelasan keduanya dapat dilihat pada salah satu transkrip berikut:

Transkrip 5

P: apakah ada faktor lain, selain dari massa? Ps: tidak ada.

Meskipun penjelasan siswa A dan siswa B tetap konsisten dengan jawaban sebelum percobaan dan sesudah percobaan dilakukan. Hal tersebut berbeda dengan siswa C, siswa C menjelaskan pada saat setelah percobaan dilakukan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi peristiwa tersebut dan faktornya ialah gaya tekan. Siswa C menjelaskan gaya tekan mempengaruhi tekanan seperti pada contoh transkrip berikut:


(60)

P: apa ada alasan lain?

Ps: ada, masih ada gaya tekan juga yang mempengaruhi. P: bagaimana gaya tekan mempengaruhi?

Ps: gaya tekan lebih besar tekanannya juga lebih besar. P: jadi kalau gaya tekannya kecil?

Ps: tekanannya juga kecil.

Siswa C menunjukkan ada perubahan konsep yang terjadi. Sebelum percobaan dilakukan siswa C menjelaskan konsep dengan benar tetapi setelah percobaan dilakukan siswa C menjelaskan dengan konsep yang salah/kurang tepat. Pada saat sebelum percobaan dilakukan siswa C mengatakan bahwa tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Sedangkan pada saat setelah percobaan dilakukan siswa C mengatakan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti pada contoh transkrip 6.

Permasalahan ketiga yang diajukan dalam percobaan yaitu “bagaimana hubungan antara gaya tekan dengan tekanan? Jelaskan!”. Sebelum percobaan

dilakukan siswa A dan siswa C mengatakan bahwa gaya tekan besar tekanannya besar, gaya tekan kecil tekanannya kecil. Penjelasan siswa A dan siswa C dapat dilihat pada salah satu contoh transkrip berikut:

Transkrip 7

P: bagaimana hubungan antara gaya tekan dengan tekanan?

Ps: gaya tekan besar tekanannya juga besar, gaya tekan kecil tekanannya kecil juga.


(61)

Sedangkan siswa B hanya mengatakan tidak tahu hubungannya. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 8

P: bagaimana hubungan antara gaya tekan dengan tekanan? Ps: tidak tahu hubungannya.

Prediksi-prediksi dari siswa A, B, dan C kemudian dibuktikan pada percobaan yang sudah dilakukan apakah prediksi mereka sesuai dengan observasi saat dilakukan percobaan. Setelah dilakukan percobaan siswa A dan siswa C mengatakan bahwa besarnya gaya tekan mempengaruhi besarnya tekanan seperti semakin besar gaya tekan, maka tekanannya semakin besar. Penjelasan dari siswa A dan siswa C semakin memperkuat penjelasannya pada sebelum percobaan dan setelah percobaan. siswa A dan siswa C mengalami perubahan konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi konsep yang lengkap. Penjelasannya dapat dilihat pada salah satu contoh transkrip berikut: Transkrip 9

P: hubungan gaya tekan dengan tekanan itu sendiri bagaimana? P: ada tidak pengaruh gaya tekan dengan tekanan?

Ps: ada.

P: bagaimana pengaruhnya?

Ps: iya seperti kalau gaya tekannya besar, tekanannya besar. P: berarti?


(62)

Sedangkan untuk penjelasan siswa B berbeda pada saat setelah dilakukan percobaan dan observasi. Prediksi awal siswa B sebelum percobaan hanya mengatakan tidak tahu, sedangkan ketika setelah percobaan dilakukan siswa B menjelaskan bahwa gaya tekan yang besar membuat tekanannya juga besar. Hal tersebut menunjukkan ada perubahan konsep siswa B yang awalnya tidak tahu konsep menjadi tahu konsep seperti pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 10

P: bagaimana besarnya tekanan bila gaya tekan semakin besar? Kalau gaya tekannya besar apakah tekanannya semakin besar atau semakin kecil? Ps: tekanannya semakin besar

Hasil percobaan 1a ini menunjukkan bahwa eksperimen terbimbing dapat membantu siswa dalam memberikan penjelasan dari tidak tahu konsep menjadi tahu konsep seperti yang terjadi pada siswa B pada permasalahan ketiga. Pada permasalahan yang ketiga eksperimen terbimbing juga dapat membantu siswa dalam memberikan penjelasan dari yang belum lengkap menjadi lengkap seperti yang terjadi pada siswa A dan siswa C pada permasalahan pertama dan ketiga.

2. Percobaan 1b

Dalam percobaan ini siswa diberikan seperangkat alat dan bahan percobaan berupa 2 buah botol yang berukuran sedang (botol A dan botol B), tepung, air secukupnya, wadah tepung, dan penggaris. Botol A diisi dengan air sampai penuh dan botol B juga diisi dengan air sampai penuh (sama dengan isi botol A) serta tepung dimasukkan ke dalam wadahnya lalu tepung diratakan.


(63)

Kemudian kedua botol diletakkan di atas permukaan tepung dengan posisi yang berbeda seperti pada gambar 4.2. Permasalahan pertama yang diajukan kepada siswa pada percobaan ini yaitu “botol manakah yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung? Jelaskan!

Maksud dari percobaan ini adalah berkenaan dengan bagaimana siswa memprediksikan permasalahan yang diajukan beserta penjelasan untuk menentukan prediksi yang dibuat tanpa terdapat percobaan secara langsung. Prediksi yang diajukan siswa dapat memperlihatkan konsep awal yang

dimiliki siswa sehubungan dengan permasalahan tersebut. Untuk

membuktikan prediksi yang dibuat kemudian dilakukan suatu percobaan. Setelah melakukan percobaan siswa memberikan penjelasan akhir dari hasil observasi yang dilakukan sehingga dapat diketahui perubahan konsep siswa sebelum dan setelah percobaan bahkan setelah diberikan fasilitas berupa pertanyaan-pertanyaan panduan. Perubahan konsep siswa dianalisis dengan menggunakan skala ukur perubahan konsep siswa untuk mengetahui perubahan konsep yang terjadi pada siswa. Untuk percobaan 1b dapat dilihat pada (lampiran).


(64)

Sebelum percobaan dilakukan siswa A memprediksi bahwa botol B yang tenggelam lebih dalam daripada botol A. siswa A menjelaskan bahwa botol B memiliki permukaan yang lebih besar sehingga botol B tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung.

Prediksi dan penjelasan siswa A dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 11

P: di antara botol A dengan botol B yang tenggelamnya lebih dalam botol yang mana?

Ps: botol B.

P: kenapa anda mengatakan botol B? Ps: karena permukaannya lebih besar.

P: kalau permukaannya kecil tenggelamnya tidak terlalu dalam? Ps: iya.

Sedangkan siswa B dan siswa C memiliki prediksi yang sama bahwa botol A tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung. Siswa B dan siswa C memiliki penjelasan yang berbeda terhadap prediksinya, siswa B menjelaskan bahwa botol A tenggelam lebih dalam dikarenakan bekas tutupan botol A yang masuk lebih dalam daripada botol B. Prediksi dan penjelasan dari siswa B dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 12

P: dari kedua botol tersebut (botol A dan B) yang tenggelam lebih dari permukaan tepung, botol A atau botol B menurut anda?


(65)

Ps: botol A. P: botol A? Ps: iya botol A.

P: alasan anda kok mengatakan kalau botol A tenggelam lebih dalam dari botol B?

Ps: karena bekas tutupan botol A yang masuk lebih dalam daripada botol B. Sedangkan siswa C menjelaskan bahwa botol A tenggelam lebih dalam dikarenakan tekanan botol A airnya menekan ke bawah. Prediksi dan penjelasan dari siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 13

P: dari kedua botol tersebut, botol mana yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung? Antara botol A atau B?

Ps: botol yang A P:yang botol A iya? Ps: iya

P: anda kan sudah memilih botol A yang tenggelam lebih dalam, kan botolnya sama-sama isi penuh alasannya anda mengatakan kalau botol A itu tenggelam lebih dalam dari botol B sedangkan isinya sama-sama penuh hanya saja berbeda posisi, botol A bagian tutup botol di bawah dan botol B bagian tutupnya di atas, alasannya memilih botol A?


(66)

Berbeda dengan siswa A, dia memprediksi bahwa botol B yang tenggelam lebih dalam. Hal tersebut dikarenakan permukaan botol B lebih besar. Prediksi dan penjelasan dari siswa A dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 14

P: di antara botol A dengan botol B yang tenggelamnya lebih dalam botol yang mana?

Ps: botol B.

P: kenapa anda mengatakan botol B? Ps: karena permukaannya lebih besar.

P: kalau permukaannya kecil tenggelamnya tidak terlalu dalam? Ps: iya.

Untuk membuktikan prediksi dari masing-masing siswa maka dilakukan percobaan. Setelah percobaan dilakukan lalu diobservasi masing-masing siswa memberikan prediksi yang sama dengan observasi bahwa botol A tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung, tetapi masing-masing siswa memberikan penjelasan yang berbeda-beda. Siswa A menjelaskan botol A tenggelam lebih dalam dikarenakan luas permukaan bidang tekan pada botol A lebih kecil dari luas permukaan bidang tekan botol B. Penjelasan dari siswa A dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 15

P: dari kedua botol tersebut manakah yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung?


(67)

P: kenapa botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B?

Ps: karena luas permukaan bidang tekan pada botol A lebih kecil dari luas permukaan bidang tekan botol B.

Siswa B menjelaskan botol A tenggelam lebih dalam dikarenakan botol A menggunakan tutup botol pada bagian bawah, sedangkan botol B menggunakan bawahannya, jadi lebih dalam pada botol A. Penjelasan dari siswa B dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 16

P: dari kedua botol tersebut, manakah yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung? botol A atau botol B?

Ps: botol A.

P: alasannya anda mengatakan kok botol A yang tenggelam lebih dalam dari botol B?

Ps: karena botol A menggunakan tutup botol pada bagian bawah, sedangkan botol B menggunakan bawahannya, jadi lebih dalam pada botol A.

Siswa C menjelaskan botol A tenggelam lebih dalam dikarenakan melihat dan mengukur kalau botol A tenggelam lebih dalam. Penjelasan dari siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 17

P: dari kedua botol tersebut yang tenggelam lebih dalam dari permukaan tepung botol A apa botol B?


(68)

P: alasannya kenapa kok botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B? padahal airnya sama-sama penuh, hanya saja posisinya terbalik dengan botol bagian tutupan botol berada di bawah yang botol B bagian bawah botolnya di bawah.

Ps: karena saya melihat dan mengukur kalau botol A tenggelam lebih dalam. Dari percobaan yang sudah dilakukan siswa A mengalami perubahan konsep yang pada awalnya memprediksi dan menjelaskan dengan konsep yang salah, lalu setelah percobaan dan observasi siswa A menjelaskan dengan konsep yang benar. Siswa B juga masih tetap konsisten dengan penjelasannya baik sebelum percobaan maupun setelah dilakukan percobaan dan observasi. Sedangkan siswa C juga tidak mengalami perubahan konsep, pada saat sebelum percobaan dilakukan siswa C memberikan penjelasan konsep yang salah tetapi setelah dilakukan percobaan dan observasi siswa C memberikan penjelasan yang masih salah.

Permasalahan kedua yang diajukan kepada siswa yaitu “apakah ada faktor-faktor lain (selain dari luas bidang tekan) yang mempengaruhi hal tersebut (permasalahan pertama)? Jelaskan!”. Sebelum dilakukan percobaan siswa A dan siswa B memberikan prediksi bahwa tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Prediksi dari siswa A dan siswa B dapat dilihat pada salah satu contoh transkrip berikut:

Transkrip 18

P: apakah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya? Ps: tidak ada.


(69)

Sedangkan siswa C memprediksi bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya yaitu luas permukaan bidang tekan. Siswa C mengatakan bahwa ada pengaruh dari luas bidang tekan. Penjelasan dari siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 19

P: apakah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi? Kalau ada jelaskan alasannya!

Ps: karena lebar/luas permukaan bidang tekan botol A lebih kecil maka tekanannya besar, kalau botol B luas permukaan bidang tekan lebih besar maka tekanannya lebih kecil.

Untuk membuktikan prediksi dan penjelasan dari masing-masing siswa maka dilakukan percobaan. Setelah dilakukan percobaan siswa A dan siswa B masih tetap konsisten penjelasannya sebelum dilakukan percobaan dan setelah dilakukan percobaan. Keduanya mengatakan bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi peristiwa tersebut (permasalahan pertama). Penjelasan dari siswa A dan siswa B dapat dilihat pada salah satu contoh transkrip berikut: Transkrip 20

P: kenapa botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B?

Ps: karena luas permukaan bidang tekan pada botol A lebih kecil dari luas permukaan bidang tekan botol B.

P: selain dari ukuran luas permukaan bidang tekan, apa ada faktor lain yang membuat botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B sedangkan isinya sama-sama penuh?


(70)

Ps: tidak ada faktor lain.

Sedangkan siswa C juga tetap konsisten dengan penjelasannya pada saat sebelum percobaan dilakukan dan setelah percobaan dilakukan. Siswa C mengatakan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi peristiwa tersebut (permasalahan pertama). Penjelasan siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 21

P: alasannya kenapa kok botol A tenggelamnya lebih dalam dari botol B? padahal airnya sama-sama penuh, hanya saja posisinya terbalik dengan botol bagian tutupan botol berada di bawah yang botol B bagian bawah botolnya di bawah.

Ps: karena saya melihat dan mengukur kalau botol A tenggelam lebih dalam P: selain dari itu ada tidak faktor lain yang mempengaruhi?

Ps: luas permukaan bidang tekan botol A lebih kecil dari botol B. P: selain dari itu apa masih ada?

Ps: tidak ada hanya itu saja.

Dari percobaan yang sudah dilakukan siswa A, B, dan C tidak mengalami perubahan konsep karena masing-masing dari siswa masih tetap konsisten dengan prediksi, penjelasan pada saat sebelum dilakukan percobaan dan setelah dilakukan percobaan.

Permasalahan ketiga yang diajukan yaitu “bagaimanakah hubungan

antara luas bidang tekan dengan tekanan? Jelaskan”. Sebelum dilakukan percobaan siswa A menjelaskan hubungan kedua yaitu luas bidang tekan kecil


(71)

tekanannya juga kecil, luas bidang besar tekanannya juga besar. Penjelasan dari siswa A dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 22

P: bagaimana hubungan antara luas bidang tekan dengan tekanan? Ps: luas bidang tekan mempengaruhi tekanan, luas bidang tekan kecil. tekanannya juga kecil sedangkan luas bidang tekan besar tekanannya juga besar.

Siswa B hanya mengatakan tidak tahu seperti pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 23

P: bagaimana hubungan antara luas bidang tekan dengan tekanan? Ps: tidak tahu.

Sedangkan siswa C menjelaskan hubungan keduanya yaitu semakin kecil luas bidang tekan tekanannya semakin besar, semakin luas bidang tekan maka tekanannya semakin kecil. Penjelasan dari siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 24

P: bagaimanakah hubungan antara luas bidang tekan dengan tekanan? Ps: semakin kecil luas bidang tekan, tekanannya semakin besar dan semakin besar luas bidang tekan, tekanannya semakin kecil.

Untuk membuktikan prediksi, penjelasan dari masing-masing siswa, maka dilakukan percobaan. Setelah dilakukan percobaan siswa A, B, dan C memberikan prediksi, penjelasan yang sama. Ketiganya menjelaskan bahwa


(72)

hubungan antara luas bidang tekan dengan tekanan yaitu luas bidang tekan yang besar maka tekanannya kecil dan luas bidang tekan kecil maka tekanannya besar sehingga luas bidang tekan mempengaruhinya besarnya dari tekanan. Penjelasan dari ketiga siswa dapat dilihat pada salah satu transkrip berikut:

Transkrip 25

P: bagaimana hubungan antara luas bidang tekan dengan tekanan?

Ps: semakin luas permukaan bidang tekan maka semakin kecil tekanannya. P: oohh, kalau semakin kecil bidang tekannya?

Ps: tekanannya semakin besar.

P: luas bidang ada pengaruh tidak dengan tekanan? Ps: ada, luas bidang tekan mempengaruhi tekanan.

Setelah dilakukan percobaan siswa A dan siswa B mengalami perubahan konsep. Siswa A, pada saat sebelum dilakukan percobaan memberikan penjelasan dengan konsep yang masih salah sedangkan setelah dilakukan percobaan dan observasi siswa A memberikan penjelasan yang benar dari permasalahan yang sudah diajukan. Siswa A mengalami perubahan konsep dari konsep yang masih salah menjadi konsep yang benar.

Berbeda dengan siswa A, siswa B pada saat sebelum dilakukan percobaan tidak mengerti konsep sedangkan setelah dilakukan percobaan siswa B juga memberikan penjelasan yang benar. Siswa B mengalami perubahan konsep dari tidak tahu konsep menjadi tahu konsep yang benar.


(73)

Siswa C tidak mengalami perubahan konsep, sebab siswa C tetap konsisten dengan penjelasannya pada saat sebelum dilakukan percobaan dan setelah dilakukan percobaan.

Hasil percobaan 1b menunjukkan bahwa eksperimen terbimbing dapat membantu siswa dalam memberikan penjelasan dari konsep yang masih salah menjadi konsep yang benar seperti yang terjadi pada siswa A (permasalahan pertama dan ketiga). Eksperimen terbimbing dapat juga membantu siswa dalam memberikan penjelasan dari tidak tahu atau tidak mengerti konsep menjadi tahu konsep yang benar seperti yang terjadi pada siswa B (permasalahan ketiga).

3. Percobaan 2

Dalam percobaan ini siswa diberikan seperangkat bahan percobaan berupa botol air mineral berukuran besar, paku, plaster, meteran, dan air secukupnya. Botol yang memiliki tiga lubang yang sudah dilubangi dengan paku kemudian ditutup dengan plaster/lakban hitam diisi dengan air sampai penuh. Setelah botol sudah terisi dengan air lalu plaster dibuka secara bergantian mulai dari lubang paling tinggi (lubang A) sampai lubang paling rendah (C).

Pertama siswa membuka lubang paling tinggi (lubang A), lalu mengamati jarak pancaran air jatuh yang keluar dari lubang dan menandai titik jatuhnya air. Kemudian lubang ditutup kembali dan jarak jatuh dari pancaran air yang sudah diberi tanda diukur dengan meteran seberapa jauhnya jatuh pancaran air dari lubang sampai ke titik jatuhnya air. Untuk lubang paling tinggi kedua


(74)

(lubang B) dan lubang paling rendah (lubang C) sama seperti petunjuk untuk lubang A. Percobaan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.

Permasalahan pertama yang diajukan pada percobaan tersebut “dari ketiga

lubang, air yang paling jauh memancar adalah lubang yang mana? Jelaskan!”. Maksud dari percobaan ini adalah berkenaan dengan bagaimana siswa memprediksikan permasalahan yang diajukan beserta penjelasan untuk menentukan prediksi yang dibuat tanpa terdapat percobaan secara langsung. Prediksi yang diajukan siswa dapat memperlihatkan konsep awal yang

dimiliki siswa sehubungan dengan permasalahan tersebut. Untuk

membuktikan prediksi yang dibuat kemudian dilakukan suatu percobaan. Setelah melakukan percobaan siswa memberikan penjelasan akhir dari hasil observasi yang dilakukan sehingga dapat diketahui perubahan konsep siswa sebelum dan setelah percobaan bahkan setelah diberikan fasilitas berupa pertanyaan-pertanyaan panduan. Perubahan konsep siswa dianalisis dengan menggunakan skala ukur perubahan konsep siswa untuk mengetahui


(75)

perubahan konsep yang terjadi pada siswa. Untuk percobaan 2 dapat dilihat pada (lampiran).

Sebelum percobaan dilakukan siswa B dan siswa C memprediksi bahwa lubang paling rendah (lubang C) yang memancarkan air paling jauh meski dengan penjelasan yang sedikit berbeda. Siswa B menjelaskan lubang C memancarkan air paling jauh dikarenakan paling dekat dengan bawah. Penjelasan dari siswa B dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 26

P: dari ketiga lubang tadi, menurut anda air yang paling jauh memancar adalah lubang yang mana?

Ps: lubang C.

P: lubang yang paling bawah (C) iya? Ps: iya paling bawah.

P: alasan anda mengatakan lubang C, mengapa? Ps: karena paling dekat dengan bawah.

Siswa C menjelaskan lubang C memancarkan air paling jauh dikarenakan tekanan pada lubang C lebih kuat sehingga jaraknya lebih jauh. Penjelasan dari siswa C dapat dilihat pada contoh transkrip berikut:

Transkrip 27

P: dari ketiga lubang tadi, air yang paling jauh memancar adalah lubang yang mana? Lubang A, B, atau C?

Ps: lubang C. P: lubang C iya?


(1)

Tabel. Hasil pengamatan

Kondisi air Keadaan telur

Air dalam gelas tanpa diberi garam.

Air dalam gelas ditambahakan garam 1-2 sendok makan.

Air dalam gelas ditambahakan garam 1-2 sendok makan dan diisi air sampai penuh.

6. Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan! Apa yang terjadi dengan telur tersebut?


(2)

152

FOTO KEGIATAN SISWA SAAT EKSPERIMEN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

154 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

156 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI