ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PRODUK MINUMAN SARI BUAH FRUTANG DI SURABAYA TIMUR (Studi Pada Masyarakat Karang Menjangan dan Sekitarnya).
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
TOMMY ERDIYANTO
0512010117 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan oleh :
TOMMY ERDIYANTO
0512010117 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “
Pengaruh Sikap
Dan Perilaku Konsumen
Terhadap Minat Beli Pada produk minuman sari
buah Frutang di surabaya timur (Studi Pada Masyarakat Karang
Menjangan dan Sekitarnya)
”
.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
4.
Ibu Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan
tugas skripsinya
(4)
6.
Kepada kedua orangtuaku yang tercinta yang telah memberikan dukungan
baik moril ataupun material.
7.
Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Juni 2010
(5)
DAFTAR ISI ...
ii
DAFTAR TABEL ...
iii
DAFTAR GAMBAR ...
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...
v
ABSTRAKSI ...
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...
1
1.2
Perumusan Masalah ...
7
1.3
Tujuan Penelitian ...
8
1.4
Manfaat Penelitian ...
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ...
9
2.2. Landasan
Teori...
10
2.2.1. Pengertian Pemasaran ...
10
2.2.1.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran ...
11
2.3. Perilaku
Konsumen ...
14
2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 23
2.3.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 15
2.4. Merek ... 23
2.4.1. Strategi Merek ...
23
2.4.2. Brand Extension (Perluasan Merek) ...
24
2.4.2.1. Keuntungan dan Kerugian Perluasan Merek .
25
2.5. Loyalitas
Konsumen ...
27
2.6. Pengaruh Brand Extension Terhadap Loyalitas Konsumen. `
29
2.7 Kerangka Konseptual ...
31
(6)
3.2
Teknik Pengambilan Sampel ...
35
3.3
Teknik Pengumpulan Data ...
36
3.3.1
Jenis-Jenis Data ...
36
3.3.2
Sumber data ...
36
3.3.3
Pengumpulan Data...
36
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
37
3.4.1. Teknik Analisis ...
37
3.4.2. Uji Outliers Univariat dan Multivariat...
38
3.4.3. Evaluasi atas Outlier ...
39
3.4.4. Uji Validitas ...
39
3.4.5. Uji Realiabilitas...
40
3.4.6. Uji Normalitas...
41
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity ...
42
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ...
42
3.4.9. Pengujian model dengan Two-Step Approach ...
43
3.4.10. Evaluasi Model ...
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...
48
4.1.1.Gambaran
Umum
Perusahaan...
48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ...
49
4.2.1. Penyebaran Kusioner ...
49
4.2.2. Keadaan Responden...
49
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis...
50
4.3.1. Uji Outlier ...
50
4.3.2. Uji Reliabilitas ...
52
(7)
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas...
58
4.5. Pembahasan Hasil Uji Hiotesis ...
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...
60
5.2.
Saran ...
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(8)
Tabel 1.2
Data Penjualan Frutang Gelas Desember
2009 – Pebruari 2010 ...
4
Tabel 1.3.
Data Penjualan Frutang 2008 – 2009 ………
4
Tabel 3.1
Tabel Goodness of Fit Indices ...
41
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...
49
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...
50
Tabel 4.3
Hasil Uji Outlier...
51
Tabel 4.4
Hasil Uji Realibilitas...
52
Tabel 4.5
Uji Validitas ...
53
Tabel 4.6.
Construct Realibility dan Variance Extracted...
54
Tabel 4.7
Uji Normalitas...
55
Tabel 4.8
Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indiches Model One Step
Aproach – Base Mode...
56
Tabel 4.9.
Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indiches Model One Step
Aproach – Modification Model l ...
57
Tabel 4.10.
Pengujian Hipotesis...
58
(9)
Gambar 2.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...
41
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual ...
45
Gambar 3.1 Contoh Model PengukuranPerilaku Konsumen...
53
Gambar 4.1 Model Pengukuran dan Struktural Brand Extension &
Customer Loyalty Base Model...
56
Gambar 4.2 Model Pengukuran dan Struktural Brand Extension &
Customer Loyalty Modification...
57
(10)
Lampiran 2 : Hasil Rekap Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
Lampiran 4 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 5 : Hasil Uji SEM
(11)
Oleh :
TOMMY ERDIYANTO
Abstraksi
Berdasarkan tinjauan di atas, perkembangan penjualan produk Frutang di
pasaran tidak hanya berpengaruh pada tingkat penjualan yang mengalami
penurunan, namun juga pada Brand Value (BV) produk Frutang terbesar.Di
bawah ini merupakan data yang menunjukkan produk Frutang mengalami
penurunan. Pada tahun 2008 Frutang berhasil memperoleh Brand Value (BV)
tertinggi sebesar 33,8%, sedangkan Buavita di posisi kedua meraih 30,3% serta
ABC di posisi ketiga hanya meraih 19,6% (Marketing, 02 Pebruari 2009). Untuk
menganalisis pengaruh sikap konsumen terhadap minat beli konsumen pada
minuman sari buah Frutang di Surabaya Timur, Untuk menganalisis pengaruh
perilaku konsumen terhadap minat beli konsumen pada minuman sari buah
Frutang di Surabaya Timur.
Sampel yang diambil adalah sebesar 110 responden. Data yang
dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil
jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural
Equation Modelling.
A).Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
telah didapatkan bahwa : Faktor Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap
Faktor Minat beli, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,718
≥
0,10 [signifikan
[Negatif]. B).Faktor Perilaku konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor
Minat beli, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,001
≤
0,10 [signifikan [positif].
(12)
1 1.1. Latar Belakang
Persaingan bisnis di dunia industri saat ini semakin tinggi dan kompetitif. Seiring dengan perkembangan perekonomian semakin pesat. Hal ini menuntut perusahaan berlomba-lomba menciptakan inovasi produk yang dapat diterima oleh pasar. Dengan adanya perkembangan teknologi para produsen berusaha untuk menjaga reputasi atau menjaga kualitas dan mutu dari produk yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang menawarkan produk sejenis, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu bagi konsumen.
Perusahaan yang dapat memenangkan persaingan adalah perusahaan yang mampu mendesain dan menyusun strategi dari perencanaan perusahaan yang lebih unggul dari para pesaingnya. Strategi dari pemasaran produk perusahaan adalah strategi yang ditunjukkan dan berorientasi pada pasar dan konsumen. Oleh karena itu, konsumen sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan utama dari kegiatan bisnis perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapatkan laba rugi bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan memerlukan pengetahuan mengenai sikap dan perilaku konsumen agar dapat memahami keinginan konsumen, demikian juga bagi konsumen untuk mendapatkan informasi tentang produk-produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
(13)
sarana media promosi dan iklan dalam menarik perhatian konsumen, sehingga informasi dan pesan dari iklan yang tersampaikan dapat menjadi minat dan daya tarik bagi konsumen sebelum memutuskan membeli suatu produk tersebut.
Dalam mendesain strategi dan perencanaan pemasaran yang ditunjukkan dan berorientasi pada konsumen, perusahaan memerlukan informasi guna mengetahui sikap dan perilaku konsumen. Sikap mempunyai peranan utama dalam membentuk perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk. Pengukuran sikap konsumen bagi perusahaan hal yang sangat penting dalam mengidentifikasi segmen manfaat, mengembangkan produk baru dan merencanakan serta mengevaluasi strategi promosional suatu produk tersebut.
Pasar minimum sari buah dalam kemasan siap minum (ready to drink)
bukan hanya manis, tapi juga semakin dinamis. Manis karena tingkat konsumsi jus dalam kemasan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angkanya sekarang mencapai 135,2 mililiter per kapita per tahun. Peluang yang sangat baik untuk terus berkembang ini membuat banyak pemain tergiur untuk mencicipinya dengan meluncurkan beragam merk dan varian. Dinamis ? karena persaingan semakin kompetitif dan tinggi seiring dengan munculnya produsen-produsen minuman mencoba peruntungan pada produk yang sejenis. Selain Frutang milik PT. Tang Mas, adapun produk-produk yang sejenis, antara lain : Buavita milik PT. Unilever Indonesia, ABC milik PT. Heinz ABC Indonesia, Just Juice milik PT. Berry Indosari, dan masih banyak lagi.
(14)
pasaran tidak hanya berpengaruh pada tingkat penjualan yang mengalami penurunan, namun juga pada total brand index (TBI) produk Frutang terbesar.
Di bawah ini merupakan data yang menunjukkan produk Frutang mengalami penurunan. Pada tahun 2008 Frutang berhasil memperoleh Brand total brand index (TBI) tertinggi sebesar 33,8%, sedangkan Buavita di posisi kedua meraih 30,3% serta ABC di posisi ketiga hanya meraih 19,6% (Marketing, 02 Pebruari 2009).
Namun pada tahun 2009, Frutang mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009, Frutang hanya memperoleh total brand index (TBI) sebesar 22,6%, dimana Buavita mengalami peningkatan dengan memperoleh sebesar 31,3%. Sedangkan, di posisi ketiga diduduki oleh produk baru Ale-Ale yang memperoleh 21,8%.
Tabel 1.1 Data Brand Value Produk Minuman Sari Buah
2008 2009
Last Usage Future Intentio n Last Usage Future Intentio n Merk Col % Col %
BV TBI Merk Col
%
Col %
TBI BV
Frutang 36,7% 35,3% 19.40% 33,8% Buavita 30,6% 30,6% 30,6% 22.60% Buavita 27,7% 28,3% 29.10% 30,3% Frutang 33,7% 33,7% 33,7% 31,3% ABC 17,5% 18,1% 22.70% 19,0% Ale-Ale 20,7% 20,7% 20,7% 27.50% Just
Juice
1,9% 1,9% 17.80% 1,6% ABC
1,2% 1,2% 1,2% 21.80%
Sumber: marketing/2/2009.
Sedangkan dari data penjualan Frutang di Surabaya Timur khususnya wilayah Karangmenjangan dan sekitarnya berdasarkan hasil penjualan di Minimarket Kimia Farma dalam kurun waktu 3 bulan terakhir mengalami penurunan. Begitu pula, berdasarkan hasil penjualan di Swalayan KPRI juga
(15)
dan sekitarnya.
Tabel 1.2 Data Penjualan Frutang Gelas Desember 2009 – Pebruari 2010
Bulan Penjualan
Desember 2009 212 Gelas Januari 2010 192 Gelas Pebruari 2010 144 Gelas Sumber : Data Penjualan Minimarket Kimia Farma.
Tabel 1.3 Data Penjualan Frutang 2008 – 2009
2008 2009
Bulan
Gelas Botol Gelas Botol
Januari 48 6 36 4
Pebruari 36 4 30 4
Maret 32 5 28 6
April 49 10 24 8
Mei 24 8 16 4
Juni 28 6 14 2
Juli 34 8 16 4
Agustus 48 6 12 5
September 12 4 10 4
Oktober 10 8 12 4
Nopember 14 4 10 3
Desember 8 6 6 3
Total 343 75 214 51
Sumber : Data Penjualan Swalayan KPRI (Data diolah peneliti)
Dengan melihat prosentase hasil penjualan produk minuman sari buah di atas, dapat diketahui bahwa sikap dan perilaku konsumen mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi minat beli terhadap suatu produk oleh konsumen. Sedangkan yang terjadi saat ini, seiring banyaknya bermunculan produk yang sejenis mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen terhadap minat konsumen untuk dapat melakukan pembelian.
(16)
penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Minuman Sari Buah Frutang di Surabaya Timur” (Studi kasus pada masyarakat Karang Menjangan dan sekitarnya).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas dapat diambil perumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah sikap konsumen berpengaruh terhadap minat membeli produk minuman sari buah Frutang di Surabaya Timur ?
2. Apakah perilaku konsumen berpengaruh terhadap minat membeli produk minuman sari buah Frutang di Surabaya Timur ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh sikap konsumen terhadap minat beli konsumen pada minuman sari buah Frutang di Surabaya Timur.
2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku konsumen terhadap minat beli konsumen pada minuman sari buah Frutang di Surabaya Timur.
(17)
a. Bagi Peneliti
Bermanfaat dalam mengembangkan cara berpikir dan ilmu pengetahuan mahasiswa dalam memahami permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan.
b. Bagi Pembaca.
Memberikan informasi dan wacana sebagai referensi maupun informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi yang ingin melakukan pengembangan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Bagi Perusahaan.
Dapat memberikan masukan dan perkembangan bagi perusahaan dalam mengembangkan manajemen perusahaan dalam meningkatkan kualitas dan strategi usaha.
(18)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
2 Tang group adalah salah satu produk yang cukup terkenal di Indonesia
sebagai produsen minuman teh. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1942 dengan
nama PT. TUNGGUL NAGA, hingga dengan sekarang, perusahaan ini
memproduksi dan mendistribusikan minuman teh.salah satu produknya yang
banyak dikenal masyarakat adalah salah satu produkya adalah, Jasmine teh yang
dibuat dengan bahan-bahan teh yang memiliki kualitas yang unggul dan alami,
PT. TUNGGUL NAGA juga memproduksi Mo Li Hua Cha serta memproduksi
beraneka ragam the seperti fruit tea, flavor of Mango, Passion, Fruit, Apple dan
lain-lain.
PT. TANG MAS, juga memproduksi minuman dalam botol atau kemasan
Jasmine tea, yang terbuat dari teh alami berkualitas tinggi dan gula yang
beraroma. Rasa dan cita rasanya sangat berbeda dengan teh-teh yang lain, seperti
PT. TANG MAS juga memproduksi air mineral under 2 Tang brand. Perusahaan
ini berlokasi di Perkantoran Puri Niaga I, Blok K7 No. 3 V-W, Jl. Puri Kencana,
Jakarta - Indonesia
(19)
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan
teknik
Accidental Sampling
, yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas
terhadap konsumen yang secara kebetulan membeli minuman sari buah frutang di
Surabaya timur khususnya daerah Karangmenjangan, diolah dengan
menggunakan
structural equation modelling
. Penyebaran kuesioner dalam
penelitian ini sekitar tanggal 19 Mei sampai dengan 3 Juni 2010.
4.2.2. Keadaan Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum
kuisener yang telah diberikan.
a. Jenis Kelamin
Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat
diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
laki-laki 65 59.1 59.1 59.1
perempuan 45 40.9 40.9 100.0
Valid
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Data Diolah
a.
Usia
Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat
diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.
(20)
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
17 15.5 15.5 15.5
42 38.2 38.2 53.6
33 30.0 30.0 83.6
18 16.4 16.4 100.0
110 100.0 100.0
21-30 31-40 41-50 >=51 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan data di atas bahwa mayoritas konsumen yang mengkonsumsi
minuman frutang kebanyakan adalah konsumen yang berusia 31-40 tahun, usia
tersebut menunjukkan bahwa pola konsumsi konsumen suka mengkonsumsi
minuman sari buah salah salah satunya.
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Outlier
Outlier
adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau
mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap
outlier multivariate
(antar variabel)
perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada
outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila
sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi
dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &
Fidel, 1996). Uji terhadap
outliers multivariate
dilakukan dengan menggunakan
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
(21)
menggunakan
χ
² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier
Residuals Statistics(a)Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N
Predicted Value 15.810 90.393 55.500 15.289 110
Std. Predicted Value -2.596 2.282 0.000 1.000 110
Standard Error of
Predicted Value 5.469 13.992 9.619 1.609 110
Adjusted Predicted Value 15.951 90.746 55.391 15.594 110
Residual -70.115 66.621 0.000 27.995 110
Std. Residual -2.375 2.256 0.000 0.948 110
Stud. Residual -2.495 2.484 0.002 1.006 110
Deleted Residual -77.415 80.746 0.109 31.523 110
Stud. Deleted Residual -2.565 2.553 0.002 1.012 110
Mahal. Distance 2.749 23.489 10.900 3.974 110
Cook's Distance 0.000 0.109 0.011 0.014 110
Centered Leverage Value 0.025 0.215 0.100 0.036 110
(a) Dependent Variable : No. RESP
Sumber : Data Diolah
Deteksi terhadap
multivariat outliers
dilakukan dengan menggunakan
kriteria
Jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu
dievaluasi dengan menggunakan
2pada derajat bebas sebesar jumlah variabel
yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis
lebih besar dari nilai
chi-square
pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi
multivariate outliers
. Nilai
20.001dengan jumlah variabel 14 adalah sebesar 36.
Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 32.220 yang kurang dari
2tabel 36
tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi
multivariate outliers.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s
Alpha
ini
digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi
indikator). Sementara itu
item to total correlation
digunakan untuk memperbaiki
ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan
(22)
memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha
yang dihasilkan (Purwanto, 2002).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas
Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
X11 0.563
X12 0.594
Sikap
X13 0.514
0.732
X21 0.586
X22 0.495
X23 0.536
Perilaku konsumen
X24 0.453
0.724
Y1 0.506
Y2 0.446
Y3 0.553
Minat bli
Y4 0.658
0.743
: tereliminasi
Sumber: Data Diolah
Proses eleminasi diperlakukan pada
item to total correlation
pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai
item
to total correlation
indikator seluruhnya ada yang tidak
≥
0,5. Indikator yang
tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan
cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas
konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik
dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi
rules of
thumb
yang disyaratkan yaitu
≥
0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).
4.3.3. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya
diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap
latent
variable
atau
construct
akan diuji dengan melihat
loading factor
dari hubungan
(23)
antara setiap
observed variable
dan
latent variable
. Hasil analisis tampak pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Uji Validitas
Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X11 0.795
X12 0.750
Sikap
X13 0.637
X21 0.739
X22 0.767
X23 0.657
Perilaku konsumen
X24 0.612
Y1 0.645
Y2 0.711
Y3 0.908
Minat bli
Y4 0.689
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan hasil
confirmatory factor analysis
terlihat bahwa
factor
loadings
masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct
sebagian besar
≥
0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut
dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
4.3.4.
Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal
Cronbach’s Alpha,
perlu
juga dilakukan pengujian
construct reliability
dan
variance extracted.
Kedua
pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan
memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator
individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan
variance extracted direkomendasikan
pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan
construct reliability
dan
variance extracted
dapat dilihat dalam tabel 4.6.
(24)
Tabel 4.6.
Construct Reliability
dan
Variance Extracted
Construct Reliability & Variance ExtratedKonstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error [εj]
Constru ct Reliabili ty Variance Extrated
X11 0.795 0.632 0.368
X12 0.750 0.563 0.438
Sikap
X13 0.637 0.406 0.594
0.773 0.533
X21 0.739 0.546 0.454
X22 0.767 0.588 0.412
X23 0.657 0.432 0.568
Perilaku konsumen
X23 0.612 0.375 0.625
0.765 0.522
Y1 0.645 0.416 0.584
Y3 0.908 0.824 0.176
Minat bli
Y4 0.689 0.475 0.525
0.761 0.620
Batas Dapat
Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber: Data Diolah
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan
construct reliability
dan
variance extracted
menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan
dengan nilai
construct reliability
belum seluruhnya
≥
0,7. Meskipun demikian
angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang
dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima
sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.
Dan
variance extracted
direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.3.5.
Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan
Skewness Value
dari data yang
digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk
menguji normalitas itu disebut
z-value
. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat
ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar
2,58.
Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara
2,58 dan itu berarti asumsi
(25)
normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.
Hasil analisis tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Uji Normalitas
Assessment of normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 3 5 -0.897 -1.920
X12 3 5 -0.554 -1.187
X13 3 5 -0.666 -1.426
X21 3 5 -0.806 -1.725
X22 3 5 -0.545 -1.167
X23 3 5 -0.840 -1.799
X24 3 5 -1.322 -2.829
Y1 3 5 -0.555 -1.188
Y2 2 5 -0.620 -1.326
Y3 2 5 -0.250 -0.536
Y4 2 5 -0.737 -1.578
Multivariate -3.482 -1.080 Batas Normal ± 2,58
Sumber: Data Diolah
4.4.
Structural Equation Modelling
4.4.1.
Evaluasi Model One – Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan
dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh
terjadinya interaksi antara
measurement model
dan
structural model
yang
diestimasi secara bersama-sama (
one-step approach to SEM
). O
ne-step
approach
to SEM
digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta
validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit
model
one-step
approach to SEM
dengan menggunakan program aplikasi AMOS
4.01 terlihat pada gambar dan tabel
Goodness of Fit
dibawah ini.
(26)
X1 X2 Y X13 er_3 1 1 X12 er_2 1 X11 er_1 1 X24 er_7 1 1 X23 er_6 1 X22 er_5 1 X21 er_4 1 d_arp 1 d_arw 1 d_art 1
Model Pengukuran & Struktural Sikap Dan Perilaku Konsumen
Model Specification : One Step Approach - Modification Model
Y1 er_8
1
1
Y2 1 er_9 Y3 1 er_10 Y4 1 er_11
Gambar 4.1
Sumber: data diolah
Tabel 4.8.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Model
One- Step Approach – Base Model
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 2.793 ≤ 2,00 kurang baik
Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.128 ≤ 0,08 kurang baik
GFI 0.844 ≥ 0,90 kurang baik
AGFI 0.755 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.735 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.798 ≥ 0,94 kurang baik
Sumber: Data Diolah
Dari hasil evaluasi terhadap model o
ne step approach base model
ternyata
dari semua kriteria
goodness of fit
yang digunakan, seluruhnya belum
menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan
data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori
belum sepenuhnya didukung oleh fakta.
(27)
Gambar 4.2
X1 X2 Y X13 er_3 1 1 X12 er_2 1 X11 er_1 1 X24 er_7 1 1 X23 er_6 1 X22 er_5 1 X21 er_4 1 d_arp 1 d_arw 1 d_art 1Model Pengukuran & Struktural
Sikap Dan Perilaku Konsumen
odel Specification : One Step Approach - Modification Mo
Y1 er_8 1
1
Y2 1 er_9 Y3 1 er_10 Y4 1 er_11
Sumber: data diolah
Tabel 4.9.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Model
One- Step Approach – Eliminasi
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 0.790 ≤ 2,00 baik
Probability 0.807 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.000 ≤ 0,08 baik
GFI 0.960 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.925 ≥ 0,90 baik
TLI 1.031 ≥ 0,95 baik
CFI 1.000 ≥ 0,94 baik
Sumber: Data Diolah
Dari hasil evaluasi terhadap
model one step approach modifikasi
ternyata
dari semua kriteria
goodness of fit
yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil
evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model
konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya
didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk
menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
(28)
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 3,27 > 0
mengindikasikan tidak terjadi
multicolinierity
atau
singularity
dalam data ini
sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi
masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah
ini.
Tabel 4.10. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis KausalitasRegression Weights
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob.
Minat beli <-- Sikap konsumen -0.045 0.082 0.718
Minat beli <-- Perilaku Konsumen 0.712 0.213 0.001
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran Di olah
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa :
a.
Faktor Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor Minat beli,
tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,718
≥
0,10 [signifikan [Negatif].
b.
Faktor Perilaku konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor Minat beli,
dapat diterima [Prob. kausalnya 0,001
≤
0,10 [signifikan [positif].
4.5.
Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1.
Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen
Berdasarkan hasil di atas bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat
beli, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap
suatu produk khususnya minuman sari buah dengan merek Frutang kurang
(29)
ketika membeli produk tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya sebagai
salah satu contoh, mengenai rasanya, harganya yang juga kalah bersaing dengan
Buavita, ABC dan lain sebagainya, kemudian kebutuhan konsumen tidak hanya
mengkonsumsi minuman sari buah Frutang saja tetapi ada beberapa kebutuhan
yang harus di utamakan
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bayas’ud dan
Kurniawan,(2006: 7-24) yang menyatakan bahwa sikap penilaian konsumen
terhadap suatu produk di dasarkan pada keinginan konsumen dan seleranya.
Sutisna (2001 : 101), pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan pengaruh sikap
terhadap perilaku secara umum bergantung pada keterlibatan konsumen dengan
pembeliannya. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap
merupakan bagian dari hirarki pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk
membeli (pertama konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, dan
kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak).
4.5.2.
Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen
Berdasarkan hasil di atas bahwa perilaku konsumen berpengaruh positif
terhadap minat beli, dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
konsumen terhadap suatu produk khususnya minuman sari buah dengan dengan
merek Frutang banyak diminati oleh konsumennya, hal ini dapat disebabkan
bahwa perilaku konsumen itu berhubungan erat dengan kebiasan yang
ditunjukannya, ketika konsumen setiap harinya mengkonsumsi minuman sari
buah frutang tersebut, dengan kebiasannya tersebut di akan memngkonsumsi
kembali produk itu.
(30)
Penelitian ini juga di dukung oleh Anwar (2002 : 26), model ini
menunjukkan suatu proses dan variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen
sebelum dan sesudah terjadinya pembelian. Tujuan model perilaku konsumen dari
Howard-Seth untuk menjelaskan bagaimana konsumen membandingkan dan
memilih satu produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
Proses pengamatan dan proses belajar dalam model tersebut dijelaskan
bahwa kekuatan sikap seorang konsumen (pembeli) tergantung pada
pemahamannya terhadap berbagai merek yang berbeda-beda (keyakinan) dan ia
dapat menentukan apakah ia akan membeli produk tersebut yang sesuai dengan
kebutuhannya (minat beli).
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap
data–data yang telah diperoleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :
a.
Faktor Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor Minat beli,
tidak dapat diterima.
b.
Faktor Perilaku konsumen berpengaruh positif terhadap Faktor Minat beli,
dapat diterima.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
1.
Hendaknya perusahaan haruslah dapat menjaga kepercayaan produk terhadap
konsumen, Upaya peningkatan kepercayaan konsumen terhadap merek produk
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas kegiatan kegiatan
yang berhubungan dengan masyarakat sehingga citra dan kredibilitas
perusahaan dapat terus terjaga
2.
Melakukan inovasi terhadap produk jika ada ketidakcocokan produk yang
dirasakan oleh konsumen dengan seleranya.
3.
Perusahaan lebih menumbuhkan preference atau kesukaan dalam minuman
sari buah bisa melalui rasa, kemasan ataupun harganya..
(32)
(33)
7
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dilakukan oleh :
1. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia Vol. III, No. 2, September 2004 oleh
Bernard NM Budiyono, ST, MM mengenai : “Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk (Studi Kasus Minat Beli Produk Baru TELKOM FLEXI di Surabaya)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan SEM sebagai analisis untuk mengidentifikasi pengembangan strategi produk pada minat beli produk baru TELKOM FLEXI di Surabaya.
Penelitian ini diperoleh hasil yang menyatakan adanya hubungan secara
langsung maupun tidak langsung antara mutu produk, atribut produk, product
positioning dengan daya tarik produk yang kemudian akan mempengaruhi minat beli. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden sesuai dengan target dan karakteristik populasi melalui kuesioner.
2. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Sosial (JEB’S) Vol. 7 No. 2, Januari 2006 oleh
Daya Kurniawan dan Anas Bayas’ud mengenai : “Analisis sikap dan perilaku konsumen terhadap keputusan membeli produk Mie Sedap di pasar desa Kedung Bendu, Tanggulangin – Sidoarjo”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji f untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
(34)
Berdasarkan skala penilaian sikap konsumen terhadap produk Mie Sedap bernilai 6,037 dan termasuk kategori mendekati baik. Sedangkan nilai perilaku konsumen memiliki nilai yang positif, di atas nol yaitu sebesar 6,2205, maka perilaku konsumen terhadap Mie Sedap itu baik. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah non probability sampling yaitu accidental sampling
accidental.
3. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 1, Maret 2004 oleh Ujianto
dan Abdurachman mengenai : “Analisis Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung di Jawa Timur)”. Penelitian ini menggunakan analisis faktor dan analisis deskriptif. Penggunaan analisis faktor untuk mengidentifikasi hubungan ketergantungan antara satu variabel dengan yang lain yang akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya, sedangkan analisis deskriptif
untuk mengungkapkan gambaran data secara deskriptif guna
menginterpretasikan hasil pengolahan data lewat tabulasi frekuensi. Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden sesuai dengan target dan karakteristik populasi melalui kuesioner.
Dari hasil penelitian di atas akan digunakan penelitian sebagai landasan
dalam menyusun dan melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Sikap
dan Perilaku Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Minuman Sari Buah Frutang di Surabaya Timur” (Studi kasus pada masyarakat Karang Menjangan dan sekitarnya).
(35)
2.2.1.Pemasaran
2.2.1.1.Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pada dasarnya proses pemasaran itu dimulai sebelum barang produksi, tidak dimulai saat barang selesai dibuat dan tidak juga berakhir ketika barang telah terjual. Inti
kegiatan-kegiatan pemasaran seperti pengembangan produk, penelitian
komunikasi, distribusi, penetapan harga, dan pelayanan. Alasan yang paling mendasar dalam mempelajari pemasaran adalah bahwa pemasaran memberikan peranan yang besar dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba.
Dari definisi yang ada, maka dapat dilihat pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh ahli pemasaran. Beberapa definisi pemasaran dari beberapa ahli, yaitu :
a. Menurut Koetler dan Amstrong (2003 : 7), berpendapat bahwa pemasaran
adalah suatu proses manajerial dan sosial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.
b. Menurut Stanton (1985 : 7), bahwa pemasaran adalah suatu sistem total dari
(36)
keinginan dan jasa baik kepada konsumen.
c. Menurut Stanton yang dikutip Swastha (1990 : 5), pemasaran adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
d. Menurut Lamb (2001 : 6), definisi dari American Marketing Association
mencakup “Marketing is the progress of planning and executing the
conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges they satisfy individual and organizational goals”.
Artinya bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dari definisi di atas dapatlah ditetapkan bahwa pemasaran mencakup kegiatan-kegiatan perusahaan yang diawali dengan proses mengidentifikasi kebutuhan konsumen, penentuan produk, produksi, menyatukan harga serta promosi yang akan dipakai dan penyaluran produk tersebut.
Dengan demikian pemasaran merupakan penggabungan dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk memberi arti melayani dan memuaskan konsumen agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai, tentunya juga diperlukan keahlian dari para pengelola perusahaan.
(37)
Menurut pendapat Koetler (1999 : 14), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang, jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi.
Menurut Alma (2000 : 87), manajemen pemasaran merupakan suatu proses yaitu penekanan pada efisiensi dan efektivitas erat hubungannya dengan pengertian produktivitas.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan kegiatan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup pihak –pihak yang terlibat, baik produsen maupun konsumen serta penekanan pada efisiensi efektivitas erat yang hubungannya dengan produktivitas.
2.2.1.3.Konsep Pemasaran
Kegiatan pemasaran akan lebih berhasil apabila mengutamakan pada kegiatan usaha untuk memuaskan konsumen dengan cara menciptakan dan memasarkan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh konsumen. Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yaitu konsep pemasaran yang bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi pada konsumen.
(38)
menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memutuskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
Menurut Basu Swastha (1996 : 17), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Konsep pemasaran juga mempunyai unsur pokok yang mengatur pandangan dari luar ke dalam yaitu dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan dan memadukan semua kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai penggunanya. Bagi perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen antara lain :
1. Menentukan kebutuhan pokok (Basic need) dari pembeli yang akan dilayani
dan dipenuhi.
2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
(39)
menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan.
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut, perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling banyak dengan harga yang layak.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap konsumen dan setiap bagian dalam pemasaran turut berkecimpung dalam usaha memenuhi yang konsumen inginkan, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.
(40)
Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Dalam peranan strategi pemasaran untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah, adapun penentuan dua pertimbangan pokok :
1. Bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis apa yang dapat
dimasuki di masa mendatang.
2. Bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses
dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar produk, harga, promosi dan melayani pasar sasaran.
Menurut Guiltinan (1987 : 157), strategi pemasaran adalah pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada pasar target tertentu.
Menurut Setiadi (2003 : 9), strategi pemasaran adalah suatu rencana yang di desain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi.
Konsumen memandang merek sebagai bagian yang penting dari produk. Merek dapat menambah nilai produk, sehingga pemberian merek suatu produk menjadi isu yang penting dalam strategi produk. Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi dalam menentukan nama sebuah merek, yaitu nama itu harus :
1) Menunjukkan sesuatu tentang manfaat dan mutu produk;
2) Dengan mudah dibedakan dari produk lain;
(41)
Menurut Bennet 1998 yang dikutip oleh Tjiptono (2001 : 6), strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar. Menurut David W. Cravens (1996 : 77), strategi pemasaran terdiri dari lima yang saling berkaitan. Elemen tersebut adalah :
1) Peranan dan lingkup pemasaran.
a. Pemasaran dari sudut pandang korporasi.
b. Unit bisnis strategi.
c. Kegiatan pemasaran strategi.
2) Analisis situasi pasar.
a. Definisi dan analisis pasar.
b. Segmentasi pasar.
c. Analisis persaingan.
d. Sistem informasi dan riset pemasaran.
3) Desain strategi pemasaran.
a. Strategi penetapan pasar dan penentuan posisi.
b. Pemilihan strategi pemasaran.
c. Strategi produk baru.
4) Pengembangan program pemasaran.
a. Strategi produk atau jasa.
(42)
5) Strategi implementasi dan pengolahan pemasaran.
a. Merancang organisasi pemasaran.
b. Implementasi dan pengawasan.
6) Mempersiapkan rencana dan anggaran pemasaran.
a. Hubungan rencana dan frekuensi.
b. Pertimbangan dalam perencanaan.
c. Persiapan rencana pemasaran.
Menurut David W. Cravens (1996 : 131) dalam merumuskan strategi pemasaran dibutuhkan pendekatan analisis. Dimana kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan tergantung pada analisis terhadap faktor-faktor berikut :
1. Penetapan pasar produk.
Memberikan perhatian pada seluruh pasar sangatlah penting, walaupun minat pembeli hanya terpusat pada satu atau beberapa segmen pasar saja, pemetaan seluruh pasar sangatlah diperlukan untuk memahami dan mengantisipasi perubahan pasar dan ancaman, perusahaan dapat menganalisis dan mengantisipasi perubahan pasar yang mungkin terjadi.
2. Analisis peluang pasar.
Penetapan dan penganalisasian pasar produk kebanyakan bergantung pada keputusan strategis yang dibuat dalam bisnis, langkah-langkahnya yaitu : pertama, mempelajari pembeli sebagai pengguna akhir dalam setiap tingkat pasar produk, kedua adalah penilaian tentang pesaing utama untuk
(43)
digunakan.
3. Analisis pasar, segmen konsumen dan penetapan sasaran.
Analisis peluang pasar memberikan suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi pasar untuk bersaing di masa mendatang dengan cara menguraikan minat konsumen yang besar kepada perusahaan.
Menurut Fandy Tjiptono (2001 : 7), dalam merumuskan strategi pemasaran dibutuhkan pendekatan analisis. Dimana kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan tergantung pada analisis terhadap faktor-faktor berikut :
1. Faktor Lingkungan.
Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkannya pada bisnis perusahaan.
2. Faktor Pasar.
Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti pasar dan peluang yang belum terpenuhi.
3. Faktor Persaingan.
Dalam kaitannya dengan persaingan setiap perusahaan perlu memahami siapa pesaingnya, bagaimana posisi produk atau pasar tersebut, apa strategi mereka, kekuatan dan kelemahan struktur biaya dan kapasitas produksi para-para pesaing.
(44)
Setiap perusahaan perlu menilai dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan pemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis pelanggan yang dimiliki.
5. Perilaku Konsumen.
Perilaku konsumen perlu dipantau dan di analisis karena hal ini sangat bermanfaat bagi pengembangan desain produk, penetapan harga, pemilihan saluran distribusi dan penentuan strategi promosi. Analisis perilaku konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset pasar) baik melalui observasi maupun metode survei.
6. Analisis Ekonomi.
Dalam analisis ekonomi perusahaan dapat diperkirakan pengaruh setiap peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis ekonomi terdiri atas : Analisis terhadap komitmen yang diperlukan di dalam penilaian resiko atau laba dan analisis faktor ekonomi pesaing.
2.2.2.Sikap Konsumen 2.2.2.1.Pengertian Sikap
Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai obyek, orang, perilaku. Sikap mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi di sekitarnya. Sikap disebut juga sebagai salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen sebagai akibatnya
(45)
perusahaan. Sikap bukanlah sebuah elemen psikologis yang bersifat statis tetapi bersifat dinamis dalam arti bahwa sikap dapat berubah.
Tidak ada definisi yang baku. Bila diamati, definisi yang diberikan oleh para ahli memiliki perbedaan satu sama lain. Menurut Koetler (2000 : 20), menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.
Sedangkan menurut Swastha (2000 : 94), mendefinisikan “Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik atau kurang baik secara konsekuen”.
Menurut James F. Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard (1994 : 339), “Sikap yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Mengerti tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap adalah penting karena hal ini dapat mempengaruhi kekuatan hubungan di antara sikap dan perilaku”.
Sikap diperlakukan sebagai evaluasi yang diciptakan oleh sistem kognitif. Model pemrosesan kognitif dari pengambilan keputusan menunjukkan bahwa suatu evaluasi menyeluruh dibentuk ketika konsumen mengintegrasikan pengetahuan, arti atau kepercayaan tentang konsep sikap. Tujuan proses integrasi adalah untuk menganalisis relevansi pribadi dari konsep tersebut dan menentukan apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.
(46)
tiga komponen yaitu komponen kognitif dari sikap adalah kepercayaan merek, komponen afektif atau perasaan, komponen konatif atau tindakan adalah maksud untuk membeli.
Hubungan antara kepercayaan terhadap merek, evaluasi sikap berkeinginan akan menjadi fokus utama dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Hubungan Antar 3 Komponen Sikap
Menurut Nugroho J. Setiadi (2003 : 217), memandang bahwa sikap terdiri menjelaskan tiga unsur di atas, yaitu :
1. Kognitif.
Tahap mempelajari atau mengenal masalah dan tahap untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahannya.
2. Afektif.
Tahap mencari alternatif-alternatif terbaik sebagai pilihan untuk memecahkan masalah.
Komponen kognitif kepercayaan terhadap
merek
Komponen afektif evaluasi merek
Komponen konatif maksud untuk membeli
(47)
Tahap dimana kecenderungan seseorang melakukan sesuatu terhadap obyek, setelah alternatif dipilih dengan menggunakan pilihan tersebut untuk bertindak.
2.2.2.2.Faktor-faktor yang Membentuk Sikap
Sikap berkembang melalui suatu proses pembelajaran sepanjang waktu manusia menjalani kehidupan, berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi sikap. Menurut Nugroho J. Setiadi (2003 : 229), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut :
1. Faktor Pengaruh Keluarga.
Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya yang akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk.
2. Faktor Pengaruh Kelompok.
Kelompok memiliki pengaruh dalam perilaku pembelian. Kelompok lebih cenderung memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian daripada iklan.
3. Faktor Pengalaman.
Pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap. Sifat-sifat seperti suka menyerang, terbuka, kepatuhan atau otoriterisme mempengaruhi sikap terhadap produk.
(48)
Menurut Kazt dalam Nugroho J. Setiadi (2003 : 214), mengklasifikasikan empat fungsi sikap yaitu :
1. Fungsi Utilitarian.
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukum. Dalam hal ini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar suatu produk memberikan kepuasan atau kekacauan.
2. Fungsi Ekspresi Nilai.
Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk tersebut, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk tersebut mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
3. Fungsi Mempertahankan Ego.
Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan.
Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilih informasi yang relevan dengan kebutuhannya.
(49)
2.2.3.1.Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan refleksi dari perilaku manusia yang komplek dan disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi. Perilaku konsumen sebagai bagian dari kegiatan manusia akan selalu berubah sesuai dengan pengaruh lingkungan dimana konsumen tersebut tinggal, serta pengaruh sosial. Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting bagi pengembangan program pemasaran suatu organisasi atau perusahaan. Perusahaan sangatlah menganut konsep pemasaran harus memulai usahanya dengan mengidentifikasi dan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Selanjutnya, merumuskan dan menyusun suatu kombinasi dan kebijakan di bidang pemasaran yang bertujuan untuk memuaskan konsumen.
Dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen serta bertambah banyaknya produk yang ditawarkan kepada konsumen menyebabkan perilaku konsumen dapat berubah-ubah setiap saat. Perilaku konsumen pada hakekatnya merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen secara keseluruhan. Saat ini konsumen semakin selektif dalam memilih barang dan jasa yang akan dibeli, oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui tentang perilaku konsumen agar nantinya berhasil dalam usahanya.
Perilaku konsumen pada hakekatnya bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari, karena perilaku konsumen menyangkut pikiran, kehendak, sikap dari konsumen yang sifatnya sulit untuk diduga, walaupun sulit untuk dipelajari
(50)
pemasaran.
Definisi dari perilaku konsumen oleh Engel, dkk (1994 : 3) adalah sebagai berikut :
“Kegiatan-kegiatan individu yang berlangsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini”.
Menurut Swastha dan Handoko (2000 : 10), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Sehingga untuk lebih jelasnya perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat mempengaruhi lingkungan.
Menurut Koetler (2005 : 202), perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang tampak jelas atau yang mudah diamati, tetapi
(51)
merupakan suatu proses pengambilan keputusan.
Di dalam perilaku konsumen terdapat dua elemen penting yaitu proses
pengambilan keputusan (decision maker) dan kegiatan fisik yang semua ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa-jasa ekonomis.
2.2.3.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perbedaan pola perilaku dalam tiap-tiap individu memenuhi kebutuhan dan keinginannya bermacam-macam. Dalam proses pemahaman terhadap perilaku konsumen akan memudahkan manajemen dalam upaya untuk mengembangkan produk dan segmen pasar yang tepat.
Menurut Koetler, 2000 dalam Simamora, 2002 : 9), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain, yaitu kebudayaan, sosial, kepribadian, dan psikologis.
a. Faktor-faktor Kebudayaan.
Berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku yang mencakup budaya (luhur), sub budaya dan kelas sosial.
1. Budaya.
Budaya merupakan simbol fakta dan kompleks, diciptakan manusia dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur kehidupan bermasyarakat.
(52)
Sub budaya adalah kebudayaan yang ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Sub budaya memiliki ciri khusus bagi para anggotanya.
3. Kelas Sosial.
Kelas sosial adalah pembagian yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan memiliki anggota dengan nilai dan perilaku yang serupa. “Stratifikasi kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan
merek yang berbeda-beda sehingga dapat digunakan untuk
mensegmentasikan pasar dan meramalkan tanggapan konsumen terhadap pemasaran konsumen (Simamora, 2000 : 7).
b. Faktor-faktor Sosial.
Faktor sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi keluarga serta peran dan status.
1. Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku seseorang terutama dalam hal :
a. Menghadapkan seseorang dalam perilaku dan gaya hidup baru.
b. Mempengaruhi perilaku dan konsep diri seseorang.
c. Menciptakan tekanan untuk mematuhi apa yang mungkin mempengaruhi
(53)
Anggota keluarga memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku pembelian, keluarga tetap merupakan organisasi pembelian konsumen paling penting dalam masyarakat.
3. Peran dan status.
Seseorang yang berpartisipasi di berbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan seseorang dan di dalam peran terdapat status. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya, sehingga dimungkinkan adanya perilaku berbeda dalam setiap peran.
c. Faktor Pribadi.
1. Usia dan tahap siklus hidup.
Usia berhubungan sekali dengan perilaku seseorang, bertambahnya usia biasanya diikuti pula dengan berubahnya selera terhadap produk.
2. Pekerjaan.
Faktor pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang.
3. Keadaan ekonomi.
Faktor keadaan ekonomi besar pengaruhnya terhadap pemilihan barang dan jasa produk.
4. Gaya hidup.
Pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas minat dan opini yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
(54)
tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
d. Faktor Psikologis.
1. Motivasi.
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencari-cari untuk memuaskan kebutuhannya.
2. Persepsi.
Persepsi adalah proses bagaimana individu menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti atau berguna.
3. Pembelajaran.
Pembelajaran adalah menguraikan perubahan perilaku yang muncul dari pengalaman.
4. Sikap dan keyakinan.
Keyakinan merupakan pemikiran deskriptif seseorang atas sesuatu hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu obyek atau gagasan.
2.2.4.Hubungan Sikap dan Perilaku
Model sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi bagi pra pemasar jika model itu mampu memprediksi perilaku konsumen. Dengan perkataan lain, sejauh mana sikap konsumen mampu dijadikan dasar untuk memprediksi perilakunya. Menurut Nugroho J. Setiadi (2003 : 221), untuk mengetahui bagaimana sikap bisa memprediksi perilaku kita bisa menggunakan teori Reasoned Action dari Fishbein.
(55)
sendiri (Ao). Tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
Selain adanya modifikasi pengukuran sikap berdasarkan tindakan (Aact), Fishbein memodifikasi model dengan mendefinisikan kepercayaan (Belife’s) sebagai akibat yang dirasakan dari tindakan sebagai atribut-atribut merek yang dirasakan. Modifikasi atas model itu juga dilakukan karena kepercayaan dan evaluasi menghasilkan hubungan yang kompleks pada perilaku. Kesimpulannya bahwa elemen-elemen lain juga mempengaruhi perilaku. Karena norma keluarga dan peer group begitu penting dalam pembentukan sikap. Dua elemen sosial yang dimasukkan ke dalam model adalah kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
Teori Reasoned Action dari Fishbein ini diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.2 Teori Reasoned Action Fishbein
Evaluasi Atribut Produk (ei) Kepercayaan terhadap merek
(Akibat yang dirasakan dari suatu tindakan)
(bi)
Norma sosial :
- Kepercayaan normatif.
- Motivasi untuk patuh dan taat.
Evaluasi keseluruhan dari suatu tindakan (Act)
Maksud untuk beli (Bi)
(56)
dibandingkan model terdahulu. Kedua model di atas dapat diterjemahkan ke dalam persamaan matematika sebagai berikut :
Model Multiatribut :
Ao = Keseluruhan sikap terhadap suatu objek.
bi = Apakah kepercayaan terhadap atribut suatu
objek kuat atau tidak.
ei = Evolusi kebaikan atau kejelekan atribut I.
N = Jumlah kepercayaan.
Model teori Reasoned Action :
Aact = Sikap terhadap perilaku.
bi = Kepercayaan seseorang yang membentuk
perilaku yang menghasilkan akibat I.
ei = Evaluasi seseorang terhadap atribut I.
N = Jumlah kepercayaan.
Dari dua model di atas, terdapat perbedaan penting, sehingga model teori Reasoned Action lebih baik dalam memprediksi perilaku berdasarkan sikap :
1. Model Reasoned Action menekankan para pengukuran sikap yang lebih
menekankan pada maksud untuk berperilaku. Sementara itu pada model multiatribut hanya menekankan pada pengukuran sikap terhadap objek saja.
2. Penilaian kepercayaan pada model Reasoned Action yaitu menilai kepercayaan
konsumen yang membentuk perilaku karena lebih memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan. Sedangkan pada model multiatribut, penilaian kepercayaan lebih pada apakah suatu objek mempunyai atribut tertentu atau tidak.
3. Pada model Reasoned Action melibatkan variabel lain yaitu berupa norma –
norma sosial yang turut mempengaruhi sikap seseorang.
∑
= = N 1 i ei . bi Ao∑
= = N 1 i act bi.ei A(57)
2.2.5.1.Pengertian Minat Beli
Minat beli merupakan hal yang paling penting dalam pemahaman terhadap perilaku konsumen karena minat beli adalah salah satu tahap dalam perilaku membeli. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan faktor penting untuk proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu daya beli individu, pengaruh dari lingkungannya serta pendapat pribadi.
Minat beli (Willingness to buy) merupakan keinginan yang direncanakan
sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan nyata. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian. Menurut Keller (1998) dalam Budiyono (2004 : 186), minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen berpindah dari satu merek ke merek lainnya.
Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seseorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian.
Menurut Ferdinand (2002 : 129) dalam Budiyono (2004 : 187), minat beli dapat diidentifikasi melalui empat indikator yaitu :
1. Minat transaksional, merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan
pembelian produk.
2. Minat Referensial, merupakan kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
(58)
yang memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.
4. minat Eksploratif, merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang ditanganinya.
2.2.5.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Minat beli tergantung pada bermacam-macam faktor, berbagai macam pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
1. Kelas Sosial
Bahwa kelas sosial berpengaruh pada minat beli individu, konsep tentang kelas sosial merupakan faktor utama untuk menjelaskan tentang perilaku membeli. Dengan kata lain keanggotaan seseorang dalam suatu kelas sosial dapat mempengaruhi minat pembelinya sehingga masyarakat pada pokoknya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
a. Golongan atas, yang termasuk disini yaitu pengusaha-pengusaha kaya,
pejabat tinggi.
b. Golongan menengah, yang termasuk disini yaitu karyawan instansi-instansi
pemerintah, pengusaha menengah.
c. Golongan rendah, yang termasuk disini yaitu buruh pabrik, pegawai
(59)
Lokasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembeli individu, minat seseorang merupakan akibat dari keberadaannya dalam
lingkungan masyarakat tertentu. Kepadatan lokasi seluruh daerah
menyebabkan informasi makin cepat atau tersebar dari konsumen satu ke konsumen yang lain pada lokasi tersebut.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan dasar untuk segmentasi pasar karena minat beli individu berbeda sesuai dengan perbedaan yang mempengaruhi individu berbagai konsumen.
4. Usia
Perkembangan usia berhubungan erat dengan minat individu, diartikan bahwa dengan pertambahan usia individu maka minat individu itupun berubah pula untuk mempengaruhi pemilihan dan pembelian individu.
5. Pendidikan
Bahwa pendidikan yang lebih baik akan berpengaruh terhadap minat beli individu, dimana individu sebagai pembeli lebih berhati-hati dalam aktivitas pembelian.
6. Produk
Produk atau jenis barang merupakan rangsangan pemasaran yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam pembelian karena klasifikasi produk merupakan faktor yang cukup penting dalam program pemasaran,
(60)
masing-berbeda. (Buchori, 1999 : 215).
2.2.5.3.Dimensi-dimensi Minat Beli Konsumen
Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk menarik konsumen. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen. Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang di desain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponennya (seperti kemasan, isi, ciri-ciri fisik) adalah stimuli
utama (primary / intrinsic stimulus). Sedangkan stimuli tambahan (secondary
stimuli) merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, toko tempat produk dijual, dan pengaruh sales. Oleh karena itu, iklan yang ditayangkan terus menerus bukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara langsung tetapi untuk membujuk agar konsumen bersedia melakukan pembelian.
Stimuli-stimuli pemasaran tersebut yang diciptakan oleh para pemasar menjadikan suatu indikator-indikator dari minat beli konsumen (intention), yaitu :
a. Harga
Dengan mengetahui harga dari suatu produk, maka konsumen dapat memperoleh produk yang mereka butuhkan. Secara umum, harga yang lebih tinggi, kurang mempunyai kemungkinan untuk dibeli oleh konsumen (teori
(61)
membeli merek tertentu karena harga murah, dan ketika harganya naik konsumen beralih ke merek lain. Jelas sudah bahwa harga sangat berpengaruh pada minat beli konsumen.
b. Merk
Menurut Setiadi (2003 : 187), merk adalah merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat atau jasa tertentu kepada pembeli sehingga merek terbaik memberikan jaminan mutu. Oleh karena itu,
kualitas produk (Instrumental conditioning) sangat menentukan apakah
konsumen akan memberikan respon positif atau negatif. Respon positif akan terjadi ketika konsumen merasa puas, akibatnya probabilitas konsumen melakukan pembelian ulang semakin tinggi.
c. Model
Menurut Philip Kotler (2002 : 476), model pengemasan mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Belakangan ini, pengemasan telah menjadi alat pemasaran yang potensial. Kotler (2000 : 479) kemasan yang terancang baik dapat memberikan nilai kenyamanan bagi konsumen dan nilai promosi bagi produsen. Berbagai faktor berperan dalam meningkatnya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran. Kemasan yang baik dapat memberikan perlindungan produk yang lebih baik, memperkenalkan metode pengeluaran baru, menyatakan kualitas produk atau perusahaan. Estetika kemasan harus menjadi pertimbangan dari sudut pesan promosional pengemasan. Hal ini terutama melibatkan pilihan
(1)
[
]
[
]
[
∑
∑
]
∑
+ =
ε
g ize_loadin S_tan_dars
g ize_loadin S_tan_dars
Extracted
Variance 2
2
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1- (Standardize Loading) secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah > atau sama dengan 0,7 dan variance extracted lebih besar atau sama dengan 0,5 (Hair et.al., 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari
output AMOS 4.10, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
3.4.3.Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3.4.4.Pengujian Model dengan One Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktur parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini sedikit mengalami kesulitan dalam memenuhi fit Model. One Step Approach to SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas yang sangat baik.
(2)
3.4.5.Pengujian Model dengan Two Step Approach
Two step approach to structural equation modeling (SEM) digunakan untuk menguji model. Two Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan (Hartline & Ferrell, 1996), dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two step approach. Two Step Approach
bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach (Hair et.al., 1998).Yang dilakukan dalam Two Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan Estimasi terhadap structural model (Anderson dan Gerbing, 1988).
Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two Step Approach
adalah sebagai berikut :
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap ke menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstrak.
Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda tersebut.
(Hair et.al., 1998).
b. Menempatkan error [ε] dan lamda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kaliσ dan lambda terms dengan rumus 0,95 kaliσ [Anderson dan Gerbing, 1998]. Perhitungan construct reliability σ [σ] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda
(3)
[λ] terms diketahui skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
3.4.6.Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good Fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-Squa re, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, SMIN/DF. Apabila model awal tidak
good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian dan cut-off value
untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah :
1. X2-CHI-SQUARE STATISTIC
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah like hood ratio Chi-square statistic. Chi square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Semakin kecil X2 semakin unik model itu.
(4)
2. RMSEA-The Root Mean Square Error of Approximation
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi
chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. 3. GFI-Godness of fit Index
GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara, 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.
4. AGFI – Adjusted Goodness – of Fit Index
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proposal tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel.
5. CMIN / DF
The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN / DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indicator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN / DF tidak lain adalah statistik chi-square, X2 dibagi df-nya sehingga disebut X2- relatif.
6. TLI – Tucker Lewis Index
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model.
(5)
7. CFI – Comparative Fit Index
Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Keunggulan dari index ini adalah bahwa index ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan suatu model. Index CFI adalah identik dengan Relative Noncentralyty Index
(RNI). Dengan demikian index-index yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas dalam tabel berikut ini.
(6)
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices
Goodness of Fit Indices Keterangan Out – Off Value
X-Chi-Square Menjadi apakah covariance yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sama dengan data)
Dihadapkan kecil. 1 s/d 5 atau paling baik di antara 1 dan 2
Probability Uji signifikasi terhadap perbedaan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,2 atau ≥ 0.05
AMSEA Mengkompensasi kelemahan
chi-square pada sample geser
≤ 0.08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
variance dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance
populasi yang diestimasi [nalog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0.90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≤ 0.90
C MIND / DF Kesesuaian antara data dan modal ≤ 2.00
TLI Pembandingan antara model yang
diuji terhadap baseline
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sample dari kerumitan
≥ 0.94