290738641 Makalah Dasar Kesehatan Masyarakat topik 1 7

(1)

MAKALAH DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Masyarakat

Dosen: Indri Hapsari Susilowati, SKM, MKKK, PhD

Kelompok F Anggota:

1. Emilia Annisa (1506801372) 2. Rosalin Gloria Valentine (1506802091) 3. Indri Febriana Rosa (1506801580) 4. Istiqlaliatul Islamiyah (1506801624) 5. Ovi Triyulianti (1506801946) 6. Trisla Isliani (1506802311)

S1 EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2015


(2)

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita semua dalam kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat memiliki fokus yang bergeser dari bukan hanya untuk individu tetapi untuk populasi. Kesehatan masyarakat adalah tentang hal apa yang membuat kita sakit, apa yang membuat kita sehat, dan hal apa yang bisa dilakukan bersama tentang hal tersebut. Permasalahan penyakit misalnya influenza, AIDS, perubahan iklim, atau tentang biaya perawatan kesehatan, merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk melihat dampak yang dihasilkan dari permasalahan kesehatan yang ada. Dampak yang dihasilkan bukan hanya dilihat pada individu tetapi juga pada kelompok yang berisiko serta populasi secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut akan muncul pertanyaan dasar mengenai hal apa saja yang menentukan kesehatan dan juga penyakit. Sehingga dari hal tersebut, dapat dilakukan pilihan untuk intervensi dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Oleh karena itu dalam hal ini membahas tentang prinsip - prinsip kesehatan penduduk untuk mencegah penyakit dan kecacatan dengan cara melihat bagaimana kesehatan masyarakat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari dengan cara-cara yang sering kita anggap remeh. Selain itu juga mengeksplorasi berbagai intervensi potensial untuk melindungi kesehatan dan mencegah penyakit, kecacatan, dan kematian. Hal lain yang menjadi pembahasan yaitu tentang bagaimana kesehatan masyarakat memiliki penekanan khusus menggunakan bukti atau disebut dengan evidence based untuk menentukan masalah kesehatan, memahami etiologi atau penyebab penyakit, mengembangkan rekomendasi untuk mengatasi masalah kesehatan, dan melaksanakan serta mengevaluasi manfaat dari bahaya intervensi yang dilakukan.

Informasi dan komunikasi juga merupakan hal penting yang menjadi bahasan untuk melihat bagaimana data kesehatan diperoleh dan disusun dan bagaimana hal itu dapat disampaikan atau dikomunikasikan dan digunakan untuk membuat keputusan dalam upaya peningkatan kesehatan. Selanjutnya juga dibahas tentang kontribusi ilmu sosial untuk mengkaji bagaimana sosial, ekonomi, dan faktor budaya mempengaruhi kesehatan. Ditambah juga mengenai perubahan perilaku pada individu dan kelompok dapat diubah untuk meningkatkan kesehatan. Selain itu, perlu juga melihat dari aspek kebijakan kesehatan dan hukum dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan.

Penyakit yang ada di masyarakat dikelompokan menjadi dua yaitu penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit menular (PM). Contoh dari PTM


(3)

ialah kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit yang mempengaruhi kesehatan mental kita, seperti depresi ke Alzheimer. Sedangkan PM ialah penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang atau dari spesies lain ke manusia contohnya HIV/AIDS. Berdasarkan kedua jenis kelompok penyakit tersebut, terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan meliputi usaha untuk menghambat penyebaran penyakit, untuk mencegah penyebaran penyakit mulai dari mencuci tangan, imunisasi yang dirancang untuk melindungi individu, serta skrining, dan pengobatan pencegahan yang dirancang untuk menyembuhkan penyakit.


(4)

(5)

PEMBAHASAN

Topik 1

PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT

A. Definisi sehat menurut WHO

WHO membuat definisi universal yang menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan definisi sehat, yaitu:

a. Sehat jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti dehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit, dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

b. Sehat mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno, “jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (men sana in corpore sano). Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:

• Selalu merasa puas dengan apa yang ada dalam dirinya, selalu gembira,

santai, dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.

• Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah

tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan orang lain.

• Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,

cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

c. Kesejahteraan sosial

Batasan kesejahteraan sosial yang ada disetiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan, dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki,


(6)

kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

d. Sehat Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

B. Menurut Undang-Undang kesehatan

Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sebagai berikut: “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial.”

Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial ekonomi bagi siswa sekolah ataupun mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial ekonomi bagi lanjut usia atau para manula adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.

Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan secara lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan secara fisik, mental, dan sosial, tetapi kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif. Dengan demikian, upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya yang dapat mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar dapat hidup produktif.

C. Definisi kesehatan masyarakat berdasarkan Winslow, WHO, dan Institut of Medicine

a. Definisi kesehatan masyarakat menurut Winslow:

Profesor Winslow (1920) memuat definisi public helath atau kesehatan masyarakat untuk memberikan arah dan tujuan perkembangannya dalam dunia kedokteran sesuai dengan dinamika


(7)

kehidupan masyarakat dan tuntutan zaman.

Public health atau kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” untuk: perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasia pelayanan-pelayanan medis, dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan.

b. Definisi kesehatan masyarakat menurut WHO:

Kesehatan masyarakat mengacu pada semua tindakan terorganisir (apakah publik atau swasta) untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang hidup antara penduduk secara keseluruhan. Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi dimana orang bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada individu pasien atau penyakit. Dengan demikian, kesehatan masyarakat berkaitan dengan sistem total dan tidak hanya pemberantasan penyakit tertentu. Tiga fungsi kesehatan masyarakat utama adalah:

• Penilaian dan pemantauan kesehatan masyarakat dan populasi yang

berisiko untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan prioritas.

• Perumusan kebijakan publik yang dirancang untuk memecahkan

masalah kesehatan lokal dan nasional diidentifikasi dan prioritas.

• Untuk memastikan bahwa semua populasi memiliki akses ke

perawatan yang tepat dan hemat biaya, termasuk promosi kesehatan dan layanan pencegahan penyakit.

Profesional kesehatan masyarakat memantau dan mendiagnosa masalah kesehatan dari seluruh masyarakat dan mempromosikan praktek dan perilaku sehat untuk memastikan bahwa populasi tetap sehat. Salah satu cara untuk menggambarkan luasnya kesehatan masyarakat adalah dengan melihat beberapa kampanye kesehatan masyarakat penting:

• Vaksinasi dan pengendalian penyakit menular • Keselamatan kendaraan bermotor

• Tempat kerja yang lebih aman • Lebih aman dan sehat makanan • Air minum yang aman

• Ibu sehat dan bayi dan akses ke keluarga berencana

• Penurunan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke • Pengakuan tembakau digunakan sebagai bahaya kesehatan.

Istilah kesehatan masyarakat global mengakui bahwa, sebagai akibat dari globalisasi, kekuatan yang mempengaruhi kesehatan


(8)

masyarakat dapat dan memang berasal dari batas-batas negara luar dan yang menanggapi isu-isu kesehatan masyarakat sekarang memerlukan perhatian risiko kesehatan lintas batas, termasuk akses ke produk berbahaya dan perubahan lingkungan.

c. Definisi kesehatan masyarakat menurut Institute of medicine:

Kesehatan masyarakat digambarkan sebagai apa yang masyarakat lakukan untuk menjamin kondisi bagi orang untuk menjadi sehat. Untuk melakukan hal ini, dilanjutkan dengan menyarankan, perlu ada melawan melanjutkan sebuah ancaman yang muncul terhadap kesehatan masyarakat.

Menurut laporan Institute of Medicine (IOM) tahun 1988 menawarkan definisi kental kesehatan masyarakat sebagai "Memenuhi kepentingan masyarakat dalam kondisi menjamin orang untuk bisa sehat, "(Komite untuk Studi Masa Depan Kesehatan Masyarakat, 1988, p.19) dan Turnock (2001) kemudian menjelaskan kesehatan masyarakat sebagai "Upaya kolektif untuk mengidentifikasi dan mengatasi realitas yang tidak dapat diterima yang menghasilkan pencegahan dan hasil-hasil kesehatan dihindari, dan itu adalah gabungan dari upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang berkomitmen untuk tujuan ini "(p.19). Sedangkan definisi dan praktek kesehatan masyarakat berkembang dari waktu ke waktu, masalah kompleksitas yang harus ditangani tetap konstan.

D. Fungsi utama kesehatan masyarakat

Menurut (Riegelman R 2009) fungsi utama kesehatan masyarakat pertama yaitu,

a. Memperpanjang hidup serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Maksudnya adalah tim kesehatan masyarakat membuat seseorang tetap hidup dalam waktu yang lama, selain itu juga perlu untuk tetap menjaga kesehatan baik tiap individu maupun kelompok hal tersebut karena akan percuma apabila seseorang dapat bertahan hidup lama namun semasa hidupnya mengalami penyakit terus-menerus sehingga orang tersebut tidak akan produktif dan bahkan akan menyulitkan kehidupan orang lain. b. Kedua, melakukan perlindungan kesehatan dengan cara promosi kesehatan

ketika penyakit tersebut beresiko. Perlindungan kesehatan perlu dijaga untuk mencegah adanya penyakit yang memiliki potensi untuk menyebar atau memperparah keadaan kesehatan.

c. Ketiga adalah menggunakan tekhnologi baru seperti internet untuk mendefinisikan ulang arti dari “masyarakat” serta menawarkan cara-cara baru untuk berkomunikasi. Penggunaan teknologi baru sangatlah penting


(9)

hal ini karena dalam penyampaikan promosi dalam bidang kesehatan perlu suatu media agar penyampaian informasi menjadi efektif dan menyeluruh. Sedangkan menurut Notoatmodjo S (2012). Kesehatan masyarakat memiliki fungsi :

a. Utama yaitu untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Pencegahan terhadap penyakit merupakan salah satu upaya agar penyakit tidak menyerang dirinya maupun menular kepada orang lain, pencegahan juga merupakan hal yang lebih baik dilakukan dibanding dengan melakukan upaya setelah terjadinya penyakit. Hal tersebut dikarenakan, apabila seseorang telah mengalami sakit, pasti terdapat dampak yang negatif dari penyakit tersebut baik dampak kecil ataupun dampak besar. Contohnya ialah terganggunya aktifitas ataupun kematian. Sehingga tim kesehatan memainkan peran penting dalam hal pencegahan penyakit.

b. Fungsi dari tim kesehatan masyarakat ialah memperpanjang usia hidup seseorang atau masyarakat hal tentunya dapat dilakukan berdasarkan upaya mencegahan penyakit seperti yang telah disebutkan.

c. Fungsi yang terakhir yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan penerapan sistem hygiene hal tersebut dilakukan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas hidup manusia.

E. Perbedaan kesehatan masyarakat dan kedokteran a. Kesehatan Masyarakat

1) Sasaran adalah masyarakat bukan perorangan dan merupakan orang sehat.

2) Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan. 3) Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan

holistik. Terjadinya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.

4) Intervensi berbasis kelompok dan masyarakat diarahkan pada promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).

5) Tenaga terdiri atas Kesmas, sanitarian, perawat kesmas, Bidan di Desa, Kader Kesehatan, dan sebagainya.

b. Kedokteran

1) Dilakukan terhadap sasaran individu dan merupakan orang sakit. 2) Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang), misal dokter

menunggu pasiendatang di Puskesmas/tempat praktek.

3) Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis manusia/ pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya.


(10)

4) Layanan kesehatan diberikan pada individu yang ditujukan untuk pencegahan, penyembuhan, paliatif, dan rehabilitasi.

5) Tenaga terdiri atas dokter dan perawat (Medis dan Paramedis)

F. Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di dunia dan di Indonesia a. Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di dunia

Sejarah perkembangan dunia sudah dimulai sejak awal peradaban manusia, tercatat dalam survey global pertama Rosen, A History of Public Health (1958), dimana telah ditemukan system drainase dan MCK empat ratus tahun lalu di daerah Pakistan oleh arkeolog Mohenjo Daro. (Public Health in History, 2011). Konsep pengobatan dengan melihat penyebaran penyakit dibanding pengobatan individu juga telah di temukan sejak zaman yunani kuno.

Perkembangan selanjutnya di abad 19, pada tahun 1842 seorang pegawai sipil dan penulis survey kesehatan masyarakat di Inggris, Edwin Chadwik, meyakini bahwa kesehatan masyarakat harus sejalan dengan pengendalian lingkungan. Saluran air, saluran pembuangan, dan udara yang bersih adalah prioritasnya, meskipun ketika itu teori kuman sebagai penyebab penyakit belum mengalami kemajuan.

Pada abad itu juga banyak bermunculan para ahli pengobatan yang diakui pemerintah dan sangat berbeda dengan tukang obat biasa yang sebelumnya banyak ada. Mengacu pada teori kuman Louis Pasteur, ilmu pengobatan menemukan banyak terapi baru, termasuk vaksin cacar, obat anastesi untuk operasi, infus dan antitoksin difteri. Pada abad 20 mencul vaksin BCG untuk tuberculosis, antibiotic, dan chlorpromazine (obat anti psikotiik). Pada abad ini juga telah difokuskan untuk membangun system pembuangan kotoran dan system pembersihan udara termasuk juga dilakukan imunisasi campak, penetapan dokter bidang kesehatan masyarakat, dan pembangunan rumah sakit isolasi.

Penyebab mortalitas karena infeksi juga menurun di era ini, mengacu pada buku Public Health In History, 2011, terdapat penurunan tiga kali lipat (dari 350 per 100.000 populasi pada tahun 1917, menjadi 150 per 100.000 populasi di 1937 dan menurun kemali menjadi 10-20 per 100.000 populasi di 1957) . Pelayanan kesehatan dalam bidang preventif dan kuratif sudah terpadu dan diaplikasikan di banyak hal, seperti di sekolah-sekolah kesehatan masyarakat, perlakuan kepada bayi, dan untuk kesejahteraan ibu. Aktifitas kesehatan masyarakat sudah diterapkan dari level terkecil.


(11)

b. Sejarah perkembangan di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami perjalanan yang panjang hingga dapat berkembang menjadi seperti sekarang. Awal mula perjuangan kesehatan masyarakat dialami di masa orde baru. Menurut buku Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, tokoh yang ketika itu berjuang adalah Menteri Kesehatan Prof. DR. Gerritz A. Siwabessy (1973-1978). Setelah gejolak peralihan kekuasaan dari sebelumnya Presiden Soekarno menjadi Presiden Soeharto, Siwabessy diangkat menjadi seorang Menteri Kesehatan. Siwabessy banyak melakukan gerakan-gerakan untuk mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia, seperti membangun kembali kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional setelah Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali pada 1967 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012). Salah satu organisasi tersebut adalah UNICEF dalam Program Perbaikian Gizi Keluarga (Applied Nutrition Program). Siwabessy juga berhasil membebaskan seluruh wilayah Indonesia dari ancaman penyakit cacar yang diakui WHO pada tahun 1974. Perjuangan diawali dengan kepesertaan Indonesia dalam Global Smallpox Eradication Programme (SEP) pada tahun 1967 yang berlanjut dua tahun kemudian dilancarkan pemberantasan penyakit cacar secara menyeluruh selama enam tahun (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012).

Pada masa Siwabessy, Pusat Kesehatan Masyarakat mulai dikembangkan dan rumah sakit pun mengalami berbagai penambahan akomodasi seperti pembangunan laboratorium di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Intensive Care (Gawat Darurat) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Floating Hospital (Kapal Rumah Sakit) di Maluku, fasilitas dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit Umum Semarang dan Purwokerto.

Catatan sejarah kesehatan masyarakat tak lepas dari program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dicanangkan Kabinet Pembangunan. Siwabessy mengadakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional pada 22-29 April 1968 di Jakarta. Rapat menghasilkan Program Kesehatan Nasional yang kemudian dijadikan sebagai landasan Repelita pertama bidang kesehatan, sebagai bagian dari pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Kabinet Pembangunan yang dimulai pada 1 April 1969 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012)

Melanjutkan perjuangan Siwabessy, Menteri Kesehatan berikutnya Dr. Soewardjono Soerjaningrat merumuskan Sistem Kesehatan Nasional


(12)

pada tahun 1980. SKN digagas sebagai falsafah dasar dan dapat memberi arah pembangunan kesehatan di Indonesia yang ideologinya tidak lepas dari Pancasila dan UUD 1945 yang bertujuan menciptakan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia.

Dr. Soewardjono adalah pelaksana program nasional KB yang merupakan agenda utama gerakan pembangunan orde baru. Program nasional tersebut tak lepas dari masalah kependudukan di Indonesia yang harus dikendalikan pola penyebaran, tingkat kepadatan, dan struktur umur penduduknya. Pada 17 Oktober 1968 dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Komitmen pemerintah untuk menjadikan program KB sebagai bagian dari pembangunan menuntut penyempurnaan LKBN. Atas dasar itulah, pada 1970 memlalui Keputusan Presiden No. 8/1970 lembaga ini diubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012).

Perkembangan selanjutnya mengenai Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang didasari oleh jumlah kasus polio yang masih tetap ada di Indonesia dan berpotensi menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa. PIN terselenggara pada tahun 1995, 1996 dan 1997 secara serentak diberikan kepada semua anak di bawah lima tahun setiap bulan September dan Oktober.

Seiring bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambah pula kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Di awal tahun 2000an, umur harapan hidup masyarakat Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,7 tahun 2009, menurunnya angka kematian ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan berkurangnya angka kematian bayi dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012).

G. Faktor determinan dalam kesehatan masyarakat menurut H.L. Blum dan konsep Big Gems

Faktor determinan adalah faktor-faktor yang menetukan atau mempengaruhi status kesehatan dari individu ataupun masyarakat.

Dr. Henrik L Bloom yang biasa di sebut HL Bloom menjelaskan ada 4 faktor utama atau determinant factors yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. a. Lingkungan


(13)

Lingkungan memegang peranan terbesar dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Karena sebagian besar penyebab penyakit dan masalah berasal dari lingkungan. Unsur unsur yang termasuk kedalam lingkungan ini seperti tanah, air, udara, makhluk hidup, dan bakteri. Lingkungan yang bermasalah akan sangat berdampak pada kesehatan individu ataupun mayarakat yang berada di lingkungan tersebut, misalnya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang airnya tercemar limbah pabrik yang mengandung zat kimia ataupun bakteri maka hal itu akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitarnya karena akan menimbulkan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

b. Perilaku/ gaya hidup

Perilaku manusia juga merupakan faktor penting ke 2 yang menentukan apakah suatu masyarakat itu sehat atau tidak. Perilaku manusia juga dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan, dan social ekonomi. Misalnya masyarakat atau indivudu yang sering makanan cepat saji akan meningkatkan kejadian obesitas, kebiasaan merokok dapat meningkatkan penyakit jantung koroner dan masyarakat yang tinggal dipinggiran sungai selalu membuang sampah di sungai sehinggaterjadi menumpukan sampah yang dapat membuat air sungai tecemar bakteri dan zat kimia berbahaya, dan banjir serta masalah masalah lain yang berkelanjutan.

c. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan mempengaruhi kesehatan masyarakat karena fasilitas pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan perawatan masyarakat yang memelukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak, tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. d. Genetik

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi kesehatan individu. Namun ada beberapa penyakit yang diturunkan secara genetis namun tidak menjadi penyakit kepada anak tersebut karena pola hidup dan lingkungn yang sehat. Contohnya seseorang yang memiliki penyakit DM dapat menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya kelak, namun anaknya tidak menderita penyakit DM karena pola hidup yang sehat.


(14)

Konsep BIG GEMS

Konsep BIG GEMS merupakan alat atau cara yang digunakan untuk memudahkan dalam mengingat faktor determinan yang mempengaruhi kesehatan. BIG GEMS merupakan singkatan dari faktor-faktor tersebut yaitu: Behavior

Infection Genetic Geography Environment Medical care

Sosio-economic-cultural

Ini merupakan faktor dari teori blum yang diperluas sehingga terdapat beberapa penambahan dari 4 faktor menjadi 7 faktor yaitu infection, Geography, dan Sosio-economic-cultural.

a. Infection: infeksi sering menjadi penyebab langsung sebuah penyakit. Penanganan/pencegahan dini pemaparan suatu infeksi dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit atau cara pencegahan penyakit tersebut. b. Geography : lokasi geografi berpengaruh terhadap frekuensi dan adanya

suatu penyakit. Misalnya penyakit yang disebabkan karena infeksi malaria hanya terjadi di wilayah tertentu. Geografi juga menunjukan kondisi geologi wilayah, contohnya tempat/daerah yang memiliki kadar radiasi dalam level yang tinggi berdampak pada perkembangan penyakit kanker paru-paru.

c. Sosio-economic-cultural : di amerika serikat, faktor sosial ekonomi mencakup pendidikan, pemasukan dan status pekerjaan. Ukuran-ukuran ini semuanya telah terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi berbagai penyakit yang bervariasi seperti kanker payudara, tuberculosis, dan kecelakaan kerja. Faktor agama dan budaya termasuk juga kedalam faktor yang mempengaruhi suatu penyakit karena keyakinan terkadang mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan untuk perawatan yang akan mempengaruhi perkembangan penyakit pula. Walaupun kebanyakan penyakit lebih sering terjadi pada kelas tang sosial ekonominya rendah,

Status kesehatan

Lingkungan Pelayanan

kesehatan


(15)

beberapa seperti kanker payudara kebanyakan dan lebih sering terjadi pada masyarakat kelas sosial ekonominya tinggi.

H. Contoh upaya kesehatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari a. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dari resevior ataupun dari benda – benda yang mengandung bibitr penyakit lainnya ke manusia – manusia yang sehat. Penyakit infeksi dapat berupa virus, bakteri,dll. Pencegahanya dapat berupa imunisasi pada balita maupun orang dewasa.

b. Kesejahteraan Ibu dan Anak

Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan Ibu:

• Perawatan ante – partum ( waktu hamil ) • Perawatan intra – partum ( saat melahirkan) • Perawatan post – partum ( setelah melahirkan)

Sedangkan usah untuk meningkatkan kesehatan anak adalah dengan rutin datang ke posyandu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan menyusu sampai usia 2 tahun.

c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene dan Sanitasi Lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, kimia, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan atau diperbanyak, sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dimusnahkan.

Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan pada lingkungan :

• Penyediaan air bersih

• Perawatan atau penanaman pohon di sekitar pekarangan rumah agar

dapat menghasilkan oksigen atau udara yang bersih

• Melakukan pembersihan di lingkungan sekitar, baik itu selokan, tempat

sampah, jamban, dll.

d. Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kea rah yang lebih dewasa.

Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan dalam pendidikan kesehatan kepada masyarakat, yaitu:

• Penyuluhan tentang pentingnya kesehatan kepada masyarakat • Mengajarkan perilaku hidup yang sehat kepada masyarakat

e. Usaha Kesehatan Gigi

Penyakit Gigi dan mulut, khususnya penyakit caries Dentis merupakan suatu penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di seluruh


(16)

dunia sehingga betul – betul menjadi masalah Kesehatan Masyarakat. Untuk itu perlu adanya usaha peningkatan kesehatan di bidang kesehatan bagian Gigi. Contoh usaha yang dilakukan :

• Melakukan pembersihan gigi ( sikat gigi ) setelah habis makan dan

sebelum tidur malam

• Pendidikan kesehatan terutama gigi

• Pencabutan gigi yang tidak berfungsi seperti semula • Penambalan gigi yang berlubang

Topik 2

KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN EVIDEN

A. Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based

Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based adalah suatu cara kerja yang digunakan oleh ahli kesehatan masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam masyarakat. Cara kerja ini adalah untuk memastikan bahwa setiap intervensi (program kesehatan masyarakat) dapat didukung dengan bukti yang menunjukkan bahwa intervensi mungkin akan efektif dan sukses (evidence based public health – Browson ross c).

B. Perbedaan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based dan Kedokteran Berdasarkan Evidence Based.

Kesehatan memiliki beberapa perbedaan dengan kedokteran berdasarkan evidence based.


(17)

Kualitas Bukti Studi Eksperimental Studi Observasi dan quasi eksperimantal

Volume Bukti Lebih Kecil Lebih Besar

Waktu Intervensi hingga outcome muncul

Lebih pendek Lebih panjang Pelatihan profesional Lebih formal, dengan

sertifikat atau lisensi

Kurang formal, tidak ada standar sertifikasi

Pembuatan Keputusan Individual Tim

Pertama, dalam hal kualitas bukti yang dimiliki oleh kedokteran yaitu didapatkan dari hasil studi eksperimental atau percobaan misalnya hasil laboratorium. Sedangkan kesehatan masyarakat mendapatkan kualitas bukti dari hasil observasi quasi eksperimental contohnya melakukan aksi turun kejalan untuk mengetahui kondisi masyarakat dalam rangka observasi ataupun dapat menggunakan kuasioner.

Kedua, dalam hal volume bukti kedokteran memiliki volume lebih kecil. Hal tersebut terkait studi eksperimental yang digunakan. Karena kedokteran hanya melakukan studi tentang penyakit suatu individu maka bukti atau data mengenai hasil studi yang dilakukan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan volume bukti yang dimiliki petugas kesehatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan, kesehatan masyarakat melakukan observasi dengan objek masyarakat yang tentunya akan memiliki karakteristik yang lebih beragam dibanding dengan objek individu.

Ketiga, jika ditinjau dari waktu intervensi mka kedokteran akan memiliki waktu intervensi lebih pendek dibandingkan dengan kesehatan masyarakat. Intervensi pada kedokteran akan lebih pendek waktunya karena objek yang digunakan ialah individu sehingga intervensi yang dilakukan akan lebih cepat nenunjukan hasil dibandingkan dengan hasil intervensi yang dilakukan kepada masyarakat. Hal tersebut dikembalikan lagi karena karekteristik yang dimiliki masyarakat akan jauh lebih beragam dibanding dengan seorang individu sehingga output dari intervensi yang dilakukan oleh kesehatan masyarakat akan lebih lama.

Keempat, dalam hal pelatihan kedokteran bersifat lebih formal yang dilengkapi dengan sertifikat atau lisensi yang diakui sedangkan untuk petugas kesehatan pelatihan professional yang dilakukan bersifat kurang formal serata tidak ada standar sertifikasi seperti kedokteran. Hal ini berhubungan dengan tujuan yang berbeda antara kedokteran dengan kesehatan masyarakat.Karena kedokteran memiliki tujuan kuratif dan rehabilitative yang dilakukan pada sasarn individu yang telah mengalami sakit, sehingga pelatihan yang lebih professional dibutuhkan dalam hal penanganan penyakit pada individu. Sedangkan kesehatan masyarakat memiliki tujuan preventif dan promotif


(18)

dengan sasaran masyarakat yang belum terkena penyakit sehingga dicegah agar tidak sakit.

Kelima, dalam hal pengambilan keputusan petugas kedokteran akan mengambil keputusan secara individual terhadap menyakit seseorang ataupun tindakan yang dilakukan untuk mengobati penyakit tersebut. Sedangkan petugas kesehatan masyarakat akan mengambil keputusan bersama dengan timnya untuk mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan tidak hanya mengatasi pada aspek kesehatan di masyarakat tersebut, tetapi juga mengenai berbagai aspek lain misalnya tentang pendekatan sosial dan kebudayaan masyarakat setempat yang mempengaruhi kesehannya.

C. Pendekatan yang Digunakan untuk Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based (PERI Approach)

PERI approach ialah pendekatan yang digunakan untuk kesehatan masyarakat. Menurut Riegelman (2009) PERI terdiri atas (Problem, Etiology, Recommendations,dan Implementation).

a. Problem; Apa masalah kesehatannya ?

b. Etiology; Apa penyebab penyakitnya ?

c. Recommendations; Apa tindakan yang dapat mengurangi dampak kesehatan ?

d. Implementation; Bagaimana kita menyelesaikannya ?

Problem, yaitu tentang bagaimana kita dapat mendeskripsikan suatu masalah kesehatan.Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan adalah yaitu menggambarkan dampaknya dimana kita perlu mulai dengan memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang kita sebut beban penyakit.Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut morbiditas dan kematian disebut mortalitas.Kita juga perlu menentukan apakah telah terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit. Dengan demikian, pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan adalah, apa beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan apakah hal tersebut memiliki perubahan dari waktu ke waktu.

Etiology, yaitu tentang hal apa yang menjadi penyebab dari suatu penyakit. Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, menggunakan definisi penyebab yang sangat spesifik, yaitu contributory cause. Pendekatan Evidence-based mengandalkan studi penelitian epidemiologi untuk mendirikan Contributory cause. Ini mengharuskan kita melampaui asosiasi kelompok dan menetapkan tiga persyaratan yang definitif:

a. Penyebabnya dikaitkan dengan efek pada tingkat individu. Artinya, penyebab potensial dan efek potensial lebih sering terjadi pada individu yang sama dari yang diharapkan secara kebetulan.


(19)

b. Penyebabnya mendahului efek dalam waktu. Artinya, penyebab potensial hadir pada waktu sebelumnya dari efek potensial.

c. Mengubah penyebabnya mengubah efek. Artinya, ketika penyebab potensial dikurangi atau dihilangkan, efek potensial juga dikurangi atau dihilangkan.

Recommendations, yaitu tindakan apa yang dapat mengurangi dampak kesehatan. Dalam kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, walau bagaimanapun, tindakan harus didasarkan pada rekomendasi yang menggabungkan bukti. Jadi, rekomendasi adalah ringkasan dari bukti intervensi yang bekerja untuk mengurangi dampak kesehatan dan menunjukkan tindakan apakah yang harus diambil. Rekomendasi tindakan telah menjadi bagian dari kesehatan masyarakat dan kedokteran selama bertahun-tahun yang menunjukan tentang bukti penelitian yang mendukung manfaat dan bahaya intervensi potensial. Dalam rekomendasi evidence based, pendapat ahli merupakan hal yang paling penting ketika bukti penelitian tidak atau tidak dapat memberikan jawaban.

Implementation, yaitu bagaimana menyelesaikan permasalahan kesehatan. Rekomendasi yang kuat berdasarkan bukti idealnya adalah dasar implementasi. Dewasa ini, sering ada sejumlah besar intervensi dengan data yang memadai untuk mempertimbangkan implementasi. Banyak intervensi memiliki potensi kerugian, serta potensi manfaat. Susunan besar dan berkembang dari intervensi yang mungkin berarti bahwa keputusan kesehatan memerlukan metode yang sistematis untuk memutuskan mana intervensi yang harus digunakan dan bagaimana menggabungkannya dalam cara yang paling efektif dan efisien. Salah satu metode untuk memeriksa opsi untuk pelaksanaan menggunakan struktur tersebut disebut pendekatan "when-who-how”. "When" bertanya tentang waktu dalam perjalanan penyakit di mana intervensi terjadi.Waktunya memungkinkan kita untuk mengkategorikan intervensi primer, sekunder, dan tersier.“Who” menanyakan tentang pada siapa kita harus mengarahkan intervensi dan apakah harus diarahkan pada individu satu per satu sebagai bagian dari perawatan klinis. Atau, harus itu diarahkan pada kelompok orang, seperti populasi rentan, atau harus itu diarahkan pada semua orang dalam sebuah komunitas atau populasi.

D. Langkah-Langkah yang Digunakan untuk Mendeskripsikan Masalah Kesehatan

Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dampaknya.Yaitu, kita perlu mulai dengan memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang kita sebut beban penyakit.Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut morbiditas dan kematian disebut mortalitas.Kita juga perlu menentukan apakah telah terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit.Dengan


(20)

demikian, pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan adalah “Apa beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan telah berubah dari waktu ke waktu?”

Pertanyaan kedua yang perlu kita tanyakan adalah “Apakah ada perbedaan dalam distribusi penyakit dan dapat perbedaan ini menghasilkan ide-ide dan hipotesis tentang etiologi penyakit (penyebab)? ”Yaitu, kita perlu meneliti bagaimana penyakit ini menyebar atau didistribusikan dalam populasi.Kita sebut ini distribusi penyakit. Profesional kesehatan masyarakat disebut epidemiologi menyelidiki faktor yang dikenal sebagai "orang" dan "tempat" untuk melihat apakah mereka dapat menemukan pola atau asosiasi di frekuensi penyakit. Kita sebut asosiasi kelompok ini. Asosiasi kelompok mungkin menyarankan ide untuk hipotesis tentang penyebab, atau etiologi penyakit."Orang" termasuk karakteristik demografi yang menggambarkan orang-orang, seperti usia, jenis kelamin, ras, dan faktor sosial ekonomi. Itu juga termasuk perilaku atau eksposur, seperti merokok, olahraga, paparan radiasi, dan penggunaan obat-obatan. "Tempat" menyiratkan lokasi geografis, seperti kota atau negara, tetapi juga mencakup hubungan antara orang, seperti komunitas universitas atau situs internet bersama. Ketika faktor-faktor ini lebih sering terjadi di antara kelompok-kelompok dengan penyakit daripada di antara kelompok-kelompok tanpa penyakit kita sebut mereka indikator risiko untuk penanda risiko.

Akhirnya, ahli epidemiologi mengambil pendekatan ilmiah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Mereka sering skeptis jawaban awal untuk pertanyaan dan bertanya: Bisa ada penjelasan lain untuk perbedaan atau perubahan dalam distribusi penyakit? mereka sering bertanya: Perbedaan atau perubahan yang nyata atau mereka artifactual? artifactual menyiratkan bahwa hubungan yang jelas sebenarnya adalah hasil dari proses pengumpulan data.

Ketika mencoba untuk menentukan apakah sebuah asosiasi adalah artifaktual atau nyata, ahli epidemiologi bertanya: Apakah perubahan yang diamati atau perbedaan mungkin karena membandingkan apel dengan jeruk --misalnya membandingkan kelompok subyek usia rata-rata yang berbeda. usia sangat penting untuk ahli epidemiologi karena sangat erat kaitannya dengan penyakit kejadian. Dengan demikian, pertanyaan ketiga yang perlu kita tanyakan dalam menggambarkan masalah adalah “Apakah perbedaan atau perubahan digunakan untuk sugest asosiasi kelompok artifaktual atau nyata”.

Sebelum kita bisa menjawab tiga pertanyaan ini kita perlu memahami lebih lanjut tentang pengukuran yang epidemiologi gunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan. Kita perlu melihat dengan seksama bagaimana kita mengukur perubahan perbedaan penyakit, kecacatan, dan kematian.dalam kesehatan masyarakat, kami menggunakan tarif untuk meringkas pengukuran kami. Mari kita mulai dengan melihat apa yang kita


(21)

maksud dengan tarif dan kemudian kita akan kembali ke tiga pertanyaan yang harus ditangani saat menjelaskan masalah kesehatan.

E. Ukuran-Ukuran Epidemiologi yang Digunakan untuk Mengukur Masalah Kesehatan Masyarakat

Istilah "tingkat" akan digunakan untuk menggambarkan jenis pengukuran yang memiliki pembilang dan penyebut mana pembilang adalah bagian dari penyebut -yaitu, pembilang hanya mencakup individu yang juga termasuk dalam penyebut. Ada dua tipe dasar tarif yang merupakan kunci untuk menggambarkan penyakit. Ini disebut tingkat insiden dan prevalensi. Tingkat insiden mengukur kemungkinan terkena penyakit selama periode waktu -biasanya satu tahun. Yaitu, tingkat insiden adalah jumlah kasus baru penyakit yang berkembang selama satu tahun dibagi dengan jumlah orang dalam populasi berisiko, seperti pada persamaan berikut:

Insiden tingkat = ¿dari kasus baru penyakit dalam satu tahun¿ dari orang dalam populasi berisiko

Kita sering mengungkapkan tingkat insiden sebagai jumlah kejadian per 100.000 penduduk di penyebut. Misalnya, tingkat kejadian kanker paru-paru mungkin 100 per 100.000 per tahun. Kesehatan masyarakat berbasis bukti, membandingkan tingkat insiden sering titik awal yang berguna ketika mencoba untuk menentukan penyebab masalah.

Angka kematian adalah jenis khusus dari tingkat kejadian yang mengukur kejadian kematian karena penyakit selama tahun tertentu. Ketika kebanyakan orang yang mengembangkan penyakit mati dari penyakit ini, seperti situasi dengan kanker paru-paru, angka kematian dan angka kejadian yang sangat mirip. Dengan demikian, jika tingkat kejadian kanker paru-paru adalah 100 per 100.000 per tahun, angka kematian mungkin 95 per 100.000 per tahun. Ketika tingkat kematian dan tingkat kejadian serupa dan tingkat kematian yang lebih mudah atau lebih andal diperoleh, ahli epidemiologi dapat mengganti angka kematian untuk tingkat insiden.

Hubungan antara tingkat kejadian dan tingkat kematian sangat penting karena memperkirakan kemungkinan kematian akibat penyakit setelah didiagnosis. Kita sebut ini kasus kematian. Dalam contoh kita, kemungkinan kematian akibat kanker paru-paru -tingkat moralitas dibagi dengan tingkat kejadian- adalah 95 persen, yang berindikasi bahwa hasil kanker paru-paru di prognosis yang sangat buruk setelah didiagnosis.

Prevalensi adalah jumlah individu yang memiliki penyakit pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah individu yang berpotensi memiliki penyakit. Dapat diwakili oleh persamaan berikut:

Prevalensi = ¿Hidup dengan penyakit tertentu¿ pada populasi berisiko


(22)

Dengan demikian, prevalensi mengatakan proporsi persentase individu yang memiliki penyakit.

Meskipun fakta bahwa kanker paru-paru telah menjadi kanker yang paling umum, prevalensi akan rendah - mungkin sepersepuluh dari satu persen atau kurang - karena mereka yang mengembangkan kanker paru umumnya tidak hidup untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, Anda akan jarang melihat orang-orang dengan kanker paru-paru. prevalensi penyakit kronis durasi lama, seperti asma atau kronis obstruktif penyakit paru (PPOK), sering relatif tinggi, maka Anda akan sering melihat orang-orang dengan penyakit ini.

Prevalensi sering berguna ketika mencoba untuk menilai dampak total atau beban masalah kesehatan dalam suatu populasi dan dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan layanan. Misalnya, pengetahuan bahwa ada prevalensi tinggi kanker paru-paru adalah suatu wilayah tertentu dapat menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk pelayanan kesehatan di daerah itu.

F. Cara untuk Menetapkan Penyebab Masalah Kesehatan

Hal pertama yang dilakukan untuk menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah mengidentifikasi pengaruh dari masalah kesehatan itu. Dalam buku Public Health 101 hal ini biasa disebut “burden of disease” atau pokok penyakit. Kita harus dapat menentukan perubahan apa saja yang terjadi akibat adanya masalah kesehatan itu. Jadi pertanyaan pertama untuk menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah apa saja dampak yang ditimbulkan dari masalah itu, baik morbiditas atau mortalitasnya dan apakah ada perubahan.

Pertanyaan kedua adalah apakah ada perbedaan dalam penyebaran penyakit itu dan bisakah perbedaan itu menjadi gagasan penyebab penyakit tersebut. Dalam hal ini epidemiologist membagi faktor penyebabnya dengan “person” dan “place” untuk melihat pola penyebaran dari masalah kesehatan ini. Kita harus mengetahui bagaimana penyebaran penyakit ini di masyarakat agar semakin jelas faktor penyebabnya dan hal ini disebut distribution of disease. “person” berhubungan dengan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, ras, dan sosio ekonomi. Juga tidak lupa memasukkan faktor lain yang mungkin berhubungan seperti riwayat merokok, obat-obatan, olahraga dan sebagainya. ”place” menunjukkan letak geografisnya, seperti pedesaan atau perkotaan, juga bagaimana hubungan seseorang dengan komunitas di sekitarnya. Jika faktor dari tipe ini terjadi lebih sering di kelompok yang terjangkit penyakit dinamakan risk indicators atau risk markers.Pada akhirnya epidemiologi ialah melakukan pendekatan secara ilmiah untuk mendeteksi masalah kesehatan Para epidemiologis seringkali melakukan perbandingan kelompok berdasarkan perbedaan rata-rata


(23)

umur.Umur sangat penting karena memiliki hubungan yang kuat dengan terjadinya penyakit.

Contoh kasusnya ialah pada awal abad ke 20, seorang anak di kota Colorado Springs, Colorado ditemukan mengalami masalah serius dalam hal pengrusakan warna gigi menjadi coklat. Kondisi ini terjadi pada mereka yang menggunakan air dari sumber yang sama. Ironisnya, mereka yang mengalami hal itu terlindungi dari gigi berlubang. Penemuan dari factor ”place” ini menyebabkan dilakukannya penelitian selama dua dekade yang menghasilkan penemuan bahwa kandungan fluoride di air dapat menurunkan risiko gigi berlubang namun jika digunankan secara berlebihan dapat menyebabkan gigi menjadi coklat (Riegelman 2009).

G. Cara Membuat Rekomendasi untuk Menyelesaikan Masalah Kesehatan Rekomendasi adalah studi yang dibangun berdasarkan bukti dan intervensi mengenai masalah kesehatan. Sehingga rekomendasi mencakup tindakan apa yang harus diambil untuk mengurangi masalah kesehatan. Dalam menyusun sebuah rekomendasi maka diperlukan bukti dasar dari sebuah permasalahan kesehatan. Bukti dasar ini didapat dari penelitian dan studi intervensi mengenai sebuah kasus penyakit.Bukti dasar tersusun atas 2 kriteria yaitu kualitas dari bukti dan besarnya dampak dari permasalahan kesehatan tesebut. Kualitas dari bukti ditentukan oleh penyelidikan menggunakan metode-metode yang sesuai. Besarnya dampak dari sebuah kejadian penyakit juga mempengaruhi sebuah tindakan rekomendasi. Besarnya dampak dapat dilihat dari angka mortalitas dan morbiditas. Rekomendasi bukti dasar merupakan kombinasi dari nilai kualitas eviden (bukti) dan nilai dari besarnya dampak melalui studi intervensi.

Contoh dari pembuatan rekomendasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan salah satunya adalah tentang rekomendasi mengenai berhenti merokok. Seorang ahli kesehatan masyarakat harus mengkaji masalah-masalah tentang bahaya merokok dengan melakukan penelitian. Penelitian tersebut mencakup tentang apa saja kerugian merokok, bahan kimia yang terkandung dalam rokok serta penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok. Hasil dari penelitian tersebut dikaji dan disusunlah sebuah rekomendasi mengenai langkah yang harus dilakukan kepada perokok agar berhenti merokok.

H. Kerangka untuk Menentukan Pilihan Implementasi Aksi

Kerangka untuk melakukan implementasi tersusun atas “When-Who-How” (kapan, siapa, bagaimana). When (Kapan), bertanya mengenai waktu perjalan penyakit terjadi. Waktu dikategorikan dalan primer, sekunder, dan tersier. Intervensi primer yaitu sebelum onset dari sebuah penyakit.Ini tertujuan untuk mencegah penyakit tersebut terjadi. Intervensi sekunder yaitu


(24)

intervensi setelah penyakit tersebut berkembang dan faktor resikonya, tetapi sebelum munculnya gejala. Ini bertujuan deteksi awal penyakit dan untuk mengurangi faktor resiko meskipun pasien belum menunjukkan gejala. Intervensi tersier terjadi setelah munculnya gejala tetapi belum cacat permanen. Tujuannya untuk mencegah resiko terburuk dari sebuah penyakit.

Who (Siapa), pertanyaan kepada siapa kita harus arahkan intervensi. Hal tersebut ditujukan pada individu yang dalam satu waktu membutuhkan perawatan klinik atau harus diarahkan pada kelompok seperti populasi yang rentan dan apakah perlu diarahkan pada seseorang atau kelompok.

Kemudian yang terakhir adalah How (Bagaimana). Bagaimana seharusnya kita mengimplementasikan intervensi? Terdapat 3 tipe dasar intervensi untuk merubah perilaku yaitu informasi (pendidikan), motivasi (insentif) dan kebijakan (persaratan). Contoh dari impelemtasi tersebut adalah tentang bahaya merokok. Kapan dilakukannya edukasi mengenai bahaya merokok? Apakah sebelum terjadinya penyakit karna merokok atau setelah timbul penyakit karna merokok. Apabila sebelum maka dapat dikategorikan sebagai tindakan preventif (pencegahan). Lalu kepada siapa kita melakukan edukasi terhadap bahaya merokok? Apakah kepada bapak-bapak atau kepada anak muda? Lalu setelah kita menentukan targetnya maka kita dapat mengambil tindakan berupa penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya merokok atau dengan menerapkan peraturan mengenai rokok.

I. Hal yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Implementasi

Masalah kesehatan masyarakat jarang sekali bisa langsung hilang hanya dengan sekali/satu intervensi saja. Oleh karena itu penting untuk adanya evaluasi apakah intervensi atau kombinasi intervensi telah berhasil mengurangi masalah. Ini juga penting untuk mengukur seberapa banyak masalah yang telah berhasil ditangani dengan intervensi tersebut.

Topik 3

KOMUNIKASI DAN INFORMASI KESEHATAN

A. Perbedaan Informasi Kesehatan dan Komunikasi Kesehatan.

Informasi Kesehatan berkaitan dengan metode untuk mengumpulkan, menyusun dan mempresentasikan informasi kesehatan, sedangkan komunikasi kesehatan merupakan cara untuk memandang, menggabungkan, dan menggunakan informasi untuk membuat sebuah keputusan. (Public Health, 2009). Dengan demikian, kedua konsep ini tentang informasi dari sejak dikumpulkan sampai dapat digunakan.


(25)

Health Informatics Health Communications

Collect Compile Present Perceive Combine Decision Making

No

. Pembeda Informasi kesehatan Komunikasi Kesehatan 1. Definisi metode untuk

mengumpulkan, menyusundan

mempresentasikan informasi kesehatan

cara untuk menerjemahkan, menggabungkan, dan menggunakan informasi untuk membuat sebuah keputusan dalam hal kesehatan

2. Ruang Lingkup

− Mengumpulkan data − Menyusun data

− Mempresentasikan data

− Mempresentasikan Data − Menerjemahkan data − Menggabungkan data − Membuat keputusan

3. Tujuan Data yang akurat Umpan balik yang positif

4. Fokus Informasi Transaksi

5. Konsep Mengumpulkan Informasi Mengolah dan

menyebarkan informasi Informasi Kesehatan, Komunikasi Kesehatan dan arus informasi (Public Health, 2009)

B. Tipe Dasar Data Kesehatan Masyarakat

No. Tipe Contoh Manfaat Keuntungan/Kerugian

1. Satu kasus atau sedikit

Laporan yang menyatakan satu atau beberapa kasus, seperti SARS, anthrax, mad cow disease dan penyakit lainnya.

Penanda untuk penyakit barudan menjadi peringatan untuk wilayah penyebarannya.

Bermanfaat untuk hal yang tidak biasa dan kondisi baru. /

Memerlukan perhatian dokter dan harus cepat dilakukan penyebaran


(26)

informasinya 2. Data statistic dan laporan penyakit Data Statistik penting : kematian, kelahiran,

perkawinan, perceraian, laporan tentang penyakit menular dan tidak menular

Memerlukan pengacara :

terkadang terdapat hukuman jika status kelahiran dan kematian tidak memenuhi dalam menentukan sebuah penyebab penyakit,

Data statistic sangat lengkap karena factor social dan keuangan / laporan penyakit lebih dipercaya ketika sebuah institusi yng melaporkan dibanding dengan laporan individu, sering terlambat dalam

melaporkan data 3.

Surveys-sampling

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), Behavioral Risk Factor Surveillance System (BRFSS) Menggambarkan kesimpulan

mengenai garis besar populasi dan

subgroup yang diwakilkan oleh sample

Penyelenggaraan survey yang baik menghasilkan kesimpulan yang nenggambarkan tentang populasi yang lebih besar /

Sering terlambat dalam melaporkan data

4. Laporan Mandiri

Monitoring efek samping obat dan vaksin menurut laporan orang-orang yang telah menggunakannya Mungkin membantu mengidentifikasi hal yang tidak dikenal atau event yang tidak biasa.

Bermanfaat ketika kejadian yang tidak biasa mengikuti penggunaan obat atau vaksin / cenderung tidak lengkap, sulit untuk mengevaluasi maksud karena prosess pelaporan yang selektif 5. System pengamatan Memonitor influenza untuk mengidentifikasi awal terjangkitnya dan perubahan tipe virus

Peringatan dini atau peringatan sebelum terjadi kejadian yang tidak dikenali

Dapat digunakan untuk ‘real time’ monitoring, / membutuuhkan

pengetahuan yang mendalam tentang pola penyakit dan menggunakan pelayanan untuk perkembanganny 6. Pengawasan sindrom Menggunakan pola gejala seperti sakit kepala,

Memungkinkan untuk mendeteksi perubahan yang

Mungkin bermanfaat untuk peringatan awal meskipun tidak ada


(27)

batuk/demam atau gejala

gastrointestinal untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit baru.

tidak terprediksi, seperti bioterorisme atau wabah baru yang terjadi karena gejala yang sama

penyakit yang

terdiagnosa / tidak ada penyakit yang

terdiagnosa dan ada kemungkinan salah

C. Ukuran yang menggambarkan status kesehatan masyarakat dan populasi.

Status kesehatan masyarkat dapat digambarkan dengan dua ukuran menurut Riegelman (2009) yaitu angka kematian bayi dan harapan hidup. Angka kematian bayi memperkirakan tingkat kematian bayi pada tahun pertama kehidupan. Tahun pertama kehidupan memiliki makna yaitu angka kematian bayi diukur dengan banyaknya anak yang meninggal pada usia 0 sampai 1 tahun dalam tahun tertentu yang dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Angka kematian bayi dijadikan pengukuran karena menggambarkan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Angka kematian bayi dapat digunakan untuk mengembangkan perencanaan dalam mengurangi angka kematian bayi. Perencanaan untuk mengurangi kematian bayi pada usia bulan pertama akan berbeda dengan usia bayi setelah satu bulan. Hal tersebut karena, kematian bayi pada usia bulan pertama biasa disebabkan faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yaitu diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sehingga penanganan yang dilakukan ialah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan untuk kematian bayi pada usia lebih dari satu bulan hingga menjelang satu tahun banyak disebabkan oleh faktor lingkungan sehingga dapat dilakukan pengembangan dengan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular pada anak-anak, program-program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Pengukuran status kesehatan pada anak belum digabungkan dengan masalah kecacatan, karena pengukuran ini mengasumsikan bahwa kecacatan bukanlah faktor utama dikalangan anak-anak.

Harapan hidup telah digunakan untuk mengukur kesehatan secara keseluruhan dari populasi menggunakan angka kemungkinan (probabilliitas) pada setiap tahun kehidupan. Pengukuran harapan ini menjadi andalan dalam pengukuran kesehatan di abad ke 20. Harapan hidup adalah umur rata-rata seseorang untuk dapat hidup terus menerus dalam menghadapi risiko kematian yang terdapat di masyarakat pada waktu tertentu. Terdapat beberapa


(28)

indikator harapan hidup yang sering dipergunakan untuk mengukur status kesehatan atau keadaan sosial ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, harapan hidup suatu negara maju mungkin 80 tahun. Kemudian mungkin pada tahun 1900, harapan hidup di negara yang sama hanya 50 tahun. Pada tahun 2020, diharapkan mungkin sampai 85 tahun. Dengan demikian, hal tersebut memungkinkan kita untuk membuat perbandingan antara negara dengan negara lain dari waktu ke waktu.

D. Perbedaan HALE dan DALY

Pada saat ini, terdapat langkah-langkah dalam mengukur populasi kesehatan atau disebut juga Summary Measures of Population Health (SMPH) yang dikembangkan oleh WHO. Ini adalah indikator yang disusun dengan menggunakan data pada mortalitas dan kesehatan. SMPH sebagai indikator derajat kesehatan pada populasi. Kriteria:

− Mampu merefleksikan perubahan seperti insiden, prevalens, derajat

kegawatan dan mortalitas

− Memungkinkan hasilnya dikomunikasikan ke pihak terkait, seperti

pembuat kebijakan, media dan publik – Dapat digunakan pada cakupan yang luas (beda daerah, negara dengan sistem yang berbeda)

SMPH diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu; health expectancy indicators dan health gap indicators. Health-Adjusted Life Expectancy (HALE) adalah pengukuran yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia yang mencoba untuk menangkap perkiraan kesehatan yang lebih lengkap daripada tingkat harapan hidup standar. HALE memperkirakan jumlah tahun sehat individu diharapkan untuk hidup saat lahir dengan mengurangkan tahun sakit - tertimbang menurut keparahan - dari harapan hidup keseluruhan. HALE juga dihitung pada usia 65 untuk memberikan pengukuran kualitas hidup lansia. Dengan bergerak di luar data kematian, HALE dimaksudkan untuk mengukur tidak hanya berapa lama orang hidup, tetapi kualitas kesehatan mereka melalui hidup mereka.

Health gap indicators yang telah banyak diketahui adalah Disability Adjusted Health Year (DALY). DALY merefleksikan jumlah usia pada saat sakit dan jumlah tahun yang dihabiskan dalam kesehatan yang buruk dan jumlah tahun yang hilang karena kematian prematur. Selain itu, angka HALE dihitung menggunakan data DALY, menggunakan prevalensi masing-masing penyakit dan kecacatan berat terkait untuk memperkirakan rata-rata kualitas hidup per kelompok usia. Sedangkan DALY dihitung dengan mengukur angka kematian prematur dan jumlah tahun hidup yang hilang.


(29)

Estimasi rata-rata harapan hidup

seseorang pada kondisi kesehatan tertentu

Mengukur perbedaan aktual dari derajat kesehatan populasi Ukuran ringkasan tingkat kesehatan yang

dicapai oleh populasi.

Mengukur beban penyakit dan efektivitas intervensi kesehatan Menghitung jumlah harapan hidup

seseorang selama kesehatan yang baik

Menghitung jumlah tahun yang dihabiskan dalam kesehatan yang buruk

Bergerak diluar data kematian Menggunakan angka kematian

E. Upaya untuk menjamin Informasi Kesehatan.

Memiliki informasi saja tidak cukup. Sebuah peran kunci dan alat penting kesehatan masyarakat adalah untuk secara efektif menyajikan informasi dengan cara yang memiliki fungsi sebagai dasar untuk memahami dan pengambilan keputusan. Masalah presentasi informasi semakin penting dan semakin kompleks. Mereka membutuhkan studi dari berbagai disiplin ilmu dari media massa, komputer grafis, dan statistik. Informasi kesehatan masyarakat sering disajikan sebagai grafis. Grafis membuat gambar dalam pikiran kita tentang apa yang terjadi dan gambar benar-benar bernilai seribu kata. Presentasi grafis dapat secara akurat menginformasikan, tetapi mereka juga dapat menyesatkan kita dalam berbagai cara. Penyajian akurat dari informasi visual telah menjadi sebuah seni, serta ilmu yang layak untuk mendapatkan perhatian dari semua orang yang menggunakan informasi.

Masalah kualitas adalah kunci untuk penyajian informasi. Internet semakin menjadi sumber utama informasi kesehatan masyarakat bagi pengguna. Jadi, ketika kita mengatasi masalah kualitas, kita perlu memiliki seperangkat kriteria untuk menilai kualitas informasi yang disajikan di internet. Sebelum mengandalkan situs web untuk informasi kesehatan, anda harus menanyakan pertanyaan kunci diri. Pertanyaan ini dirangkum dalam tabel 1.

Penyajian data dapat dilihat sebagai akhir informatika kesehatan, tetapi juga awal komunikasi kesehatan. Bahkan penyajian data yang paling akurat tidak memberitahu kita bagaimana data akan dirasakan oleh pengguna. Mari kita lihat komponen berkembang pesat komunikasi kesehatan yang berhubungan dengan bagaimana kita memandang informasi.

Tabel 1. Kualitas Standar Untuk Informasi Kesehatan di Internet

Kriteria Pertanyaan

Secara keseluruhan kualitas situs Apakah tujuan situs yang jelas? Apakah situs mudah dinavigasi? Apakah sponsor situs diidentifikasi


(30)

dengan jelas?

Apakah iklan dan penjualan terpisah dari informasi kesehatan?

Penulis Apakah penulis informasi diidentifikasi

dengan jelas?

Apakah penulis memiliki kredensial kesehatan?

Apakah informasi kontak yang disediakan?

Informasi Apakah situs mendapatkan informasi

dari sumber terpercaya?

Apakah informasi berguna dan mudah dimengerti?

Apakah mudah untuk membedakan antara fakta dan opini?

Relevansi Ketepatan Waktu Apakah ada jawaban untuk pertanyaan spesifik Anda?

Dapatkah Anda memberitahu ketika informasi itu ditulis?

Apakah itu saat ini?

Link Apakah link internal bekerja?

Apakah ada link ke situs terkait untuk informasi lebih lanjut?

Keleluasan Pribadi Apakah privasi Anda dilindungi? Anda dapat mencari informasi tanpa memberikan informasi tentang diri Anda?

F. Dampak atau Efek Terhadap Persepsi Seseorang Ketika Menerima Informasi Kesehatan

Menurut buku Public Health 101 terdapat 3 dampak atau efek yang sangat mempengaruhi persepsi seseorang dalam menyerap informasi kesehatan. Efek yang yang pertama adalah efek ketakutan yang adalahketakutan terhadap bahaya yang dapat dilihat dan memiliki konsekuensi yang dikhawatirkan. Efek ketakutan juga dapat ditimbulkan oleh potensi peristiwa bencana.

Efek yang dua adalah efek yang belum diketahui. Tingkat kualitas dari sebuah kasus mengenai potensi bahaya atau manfaat dapat mempengaruhi bagaimana kita memandang data dan menerjemahkannya untuk situasi kita sendiri. Semakin sering kita dengar mengenai suatu masalah kesehatan maka hal tersebut akan mempengaruhi persepsi kita dalam menyikapi hal tersebut. Contohnya : mengetahui teman atau saudara yang meninggal karena kanker


(31)

paru-paru dapat mempengaruhi bagaimana kita memandang informasi tentang bahaya merokok.

Efek yang ketiga adalah efek yang tidak terkontrol. Kita sering menganggap bahaya yang kita anggap dalam kontrol kami kurang mengancam dari orang-orang yang kita anggap di luar kendali kita. Tabrakan mobil misalnya, sering dipandang kurang berbahaya daripada kecelakaan pesawat, meskipun fakta bahwa statistik menunjukkan bahwa perjalanan udara komersial jauh lebih aman daripada perjalanan dengan mobil.

Cara pandang mengenai bahaya dan manfaat perlu dipertimbangkan bersama jika kita akan menyampaikan informasi untuk membuat keputusan. Tidak semua orang merasakan bahaya dan manfaat dengan cara yang sama. Pemilihan metode yang tepat dan akurat perlu dilakukan. Salah satu pendekatan untuk mengatasi persepsi informasi yang berbeda adalah dengan menggunakan metode yang dikenal yaitu analisis keputusan. Analisis keputusan bergantung pada kemampuan pengolahan informasi yang luas dari komputer untuk menggabungkan informasi tentang manfaat dan bahaya untuk mencapai keputusan kuantitatif.

G. Keterkaitan antara informasi kesehatan dengan pengambilan keputusan kesehatan.

Ada 2 pertanyaan kunci yang bisa digunakan untuk memahami bagaimana kita menggunakan informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan.

1. Bagaimana ‘sikap berani mengambil resiko’ yang kita miliki dapat mempengaruhi cara kita dalam membuat keputusan?

2. Bagaimana memasukkan informasi kedalam keputusan kita?

Ada banyak sikap yang bisa mempengaruhi cara kita dalam membuat keputusan. Salah satu yang terpenting adalah yang diketahui sebagai ‘sikap berani mengambil resiko’.

Ada 3 pendekatan dasar untuk membuat keputusan klinis: pendekatan penginformasian keputusan, informed consent, dan mengambil keputusan bersama.

1. Inform of decision: pendekatan ‘menginformasikan keputusan’ menyiratkan bahwa dokter memiliki semua informasi penting dan dapat membuat keputusan terbaik untuk kepentingan pasien. Peran dokter kemudian hanya untuk menginformasikan kepada pasien tentang apa yang perlu dilakukan, meresepkan pengobatan, dan menuliskan anjuran/perintah. Pada suatu waktu pendekatan Inform of decision digunakan sebagai standar praktek kedokteran. Keputusan untuk melakukan banyak tes dan menerima berbagai obat masih sering dilakukan dengan pendekatan inform of decision.


(32)

2. Informed consent: bersandar pada prinsip bahwa pada akhirnya pasien perlu untuk memberikan izin atau persetujuan mereka sebelum intervensi besar, seperti operasi, radiasi, atau kemoterapi dapat dilakukan. Informed consent dapat ditulis, diucapkan, atau tersirat. Secara klinis, informed consent menyiratkan bahwa individu memiliki hak untuk mengetahui apa yang akan dilakukan, mengapa itu akan dilakukan, dan apa manfaat dan kerugian yang akan didapat. Pasien memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan, termasuk menanyakan tentang ketersediaan pilihan lain. Informed consent tidak berarti bahwa semua kemungkinan opsi dijelaskan kepada pasien, tetapi tidak berarti juga bahwa seorang dokter membuat rekomendasi untuk intervensi tertentu.

3. Shared decision making: dalam pendekatan ini pekerjaan dokter adalah untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat digunakan pasien untuk membuat keputusan. Hal ini termasuk langsung memberikan informasi kepada pasien, memberikan konsultasi, atau merujuk pasien ke sumber-sumber informasi yang sering terdapat di internet. Pengambilan keputusan bersama menempatkan beban yang jauh lebih besar pada pasien untuk mencari, memahami, dan menggunakan informasi yang diberikan. Dengan pendekatan ini, dokter tidak diharuskan untuk memberikan rekomendasi atau intervensi tertentu, meski pun pasien bebas untuk meminta pendapat dokter. Jadi dengan menggunakan 3 pendekatan tersebut pasien dapat mengetahui informasi apa saja yang yang terkait dengan kesehatan ataupun penyakitnya, sehingga pasien bisa mengambil resiko untuk mengambil keputusan kesehatan bagi dirinya ataupun keluarga.

Selain itu, Informatika kesehatan dan komunikasi kesehatan adalah alat kunci untuk kesehatan populasi. Dengan melihat isu-isu penting yang berkaitan dengan masing-masing masalah. Dalam hal mengambil keputusan bagi kesehatan masyarakat dibutuhkan data kesehatan masyarakat dan informasi yang dikumpulkan, yang kemudian informasi atau data tersebut disusun, disajikan, dirasakan, dikombinasikan, dan kemudian dapat digunakan dalam pengambilan keputusan tentang prioritas masalah dan solusi atau pemecahan masalah yang akan diambil.

Topik 4


(33)

A. Pengertian Ilmu Sosial, Ilmu Perilaku, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu Sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup semua aspek didalam kehidupan mulai dari sifat seseorang atau individu, interaksi antar individu, antara individu dan kelompok, dan interaksi antara kelompok dan kelompok.

Pengertian ilmu sosial menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut ini:

• Menurut, Achmad Sanusi ~ Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu

pengetahuan sosial yang bertaraf akademis & biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah.

• Lalu menurut, Peter Herman ~ Ilmu Sosial adalah sesuatu yang

dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.

• Dan menurut, Gross ~ Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual

yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat & pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Ilmu Perilaku.

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, marah, tertawa, menulis, tidur, ke sekolah, kuliah, membaca, dan sebagainya. Perilaku manusia adalah semua kegiatan dan aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa ringkasan teori perilaku dapat dikemukakan misalnya teori: Burrhus Frederic (B. F.) Skinner (Maret 20, 1904 – Agustus 18, 1990) seorang Amerika dan lebih merupakan teroretisi induksi ketimbang deduksi, seorang ahli psikologi, ahli ilmu perilaku, filsuf Profesor Psikologi pada Harvard University dari 1958 dan pensiun hingga 1974. Teori yang dikemukakan antara lain bahwa perilaku dapat diprediksi dan dikontrol. Salah satu teorinya, perilaku merupakan Respons (R) seseorang terhadap rangsangan atau stimulus (S) pada lingkungan tertentu.


(34)

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

Ilmu perilaku adalah cabang dari ilmu-ilmu sosial yang sasaran/objeknya adalah perilaku manusia. Jika ilmu sosial mencakup bidang-bidang dari ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi dan psikologi, maka ilmu perilaku hanyalah terdiri dari 3 cabang ilmu, yaitu psikologi, antropologi dan sosiologi, mengingat bahwa perilaku manusia sangatlah dipengaruhi oleh aspek-aspek kejiwaan, kemasyarakatan dan kebudayaan.

Psikologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kejiwaan dan kepribadian individu dan kelompok. Bidang cakupannya ialah proses mental / emosional dan karateristik perilaku individu maupun kelompok. Antropologi mempelajari perkembangan evolusi manusia yang mencakup unsur fisik, sosial dan budayanya. Sesuai dengan bidang orientasinya, antropologi dapat dibedakan dalam antropologi fisik, antropologi sosial dan antropologi budaya. Sedangkan antropologi medis mengkhususkan diri pada studi tentang pengaruh unsur budaya tentang penghayatan masyarakat tentang penyakit atau kesehatan. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan kelompok (mulai dari keluarga sampai dengan kelompok masyarakat yang kompleks), struktur sosial, serta meneropong proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: a) perbaikan sanitasi lingkungan, b) pemberantasan penyakit menular, c) pendidikan untuk kebersihan perorangan, d) pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, e) pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kehidupan yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Definisi kesehatan masyarakat menurut U. F Achmadi (2005, 2012)

Kesehatan masyarakat adalah semua upaya yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan menggunakan serangkaian upaya yang sekurang-kuranganya terdiri dari unsur-unsur atau ciri-ciri :


(35)

b. Berorientasi pencegahan dan/atau peningkatan derajat kesehatan c. Dilaksanakan secara lintas disiplin atau bekerja sama dengan sektor

non-kesehatan

d. Adanya keterlibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat e. Terorganisir dengan baik.

Dapat pula dirumuskan bahwa kesehatan masyarakat adalah, serangkaian upaya untuk menyehatkan sekelompok atau keseluruhan penduduk, berorientasi pencegahan dan/atau peningkatan, dilakukan secara lintas sektor atau lintas disiplin, dan melibatkan masyarakat serta terorganisir dengan baik.

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :

1. Administrasi Kesehatan Masyarakat. 2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.

4. Kesehatan Lingkungan. 5. Gizi Masyarakat. 6. Kesehatan Kerja. 7. Epidemiologi.


(36)

Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena memang pada dasarnya Masalah Kesehatan Masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003).

B. Hubungan Antara Kesehatan Masyarakat Dengan Ilmu Sosial dan Ilmu Perilaku

Pengembangan ilmu sosial dan perilaku pada abad ke-19 dan ke-20 sangat berhubungan dengan perkembangan kesehatan masyarakat. Bidang studi ini berbagi kepercayaan mendasar yang memahami organisasi dan motivasi di balik kekuatan sosial, bersama dengan pemahaman yang lebih baik dari perilaku individu, dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan individu, serta orang-orang dari masyarakat secara keseluruhan.

Perkembangan abad ke-19 ilmu sosial dan perilaku, serta kesehatan masyarakat, tumbuh dari Revolusi industri di Eropa, dan kemudian di Amerika. Itu didasarkan pada upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi yang dikembangkan selama periode ini dan memberikan struktur intelektual dan institusional untuk apa itu dan sekarang disebut keadilan sosial. Keadilan sosial berarti masyarakat yang memberikan perlakuan yang adil dan bagian yang adil dari manfaat masyarakat untuk individu dan kelompok individu. Awal reformis kesehatan masyarakat menganjurkan untuk keadilan sosial dan melihat kesehatan masyarakat sebagai aspek integral dari itu.

Link intelektual antara ilmu-ilmu sosial dan perilaku dan kesehatan masyarakat begitu mendasar dan begitu dalam sehingga sering diambil untuk diberikan. Sebagai mahasiswa dengan kesempatan untuk belajar tentang kedua ilmu sosial dan kesehatan masyarakat, penting untuk memahami kontribusi kunci bahwa ilmu-ilmu sosial dapat membuat kesehatan masyarakat. Hal ini tidak berlebihan untuk melihat kesehatan masyarakat sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu sosial, yaitu, sebagai ilmu sosial terapan. Tabel 4.1 merangkum banyak kontribusi bahwa ilmu-ilmu sosial membuat kesehatan masyarakat.


(1)

6. Kekebalan kawanan melindungi mereka yang rentan. Imunitas jangka panjang dari penyakit maupun imunisasi memungkinkan untuk melindungi populasi yang besar.

7. Mudah di identifikasi. Penyakit smallpox mudah untuk diidentifikasi dengan pengamatan ciri-ciri dari orang – orang yang terkena. Ini memungkinkan untuk diagnosis dini dan melindungi yang lain dari paparan penyakit tersebut.

8. Imunisasi efektif setelah terpajan. Imunisasi smallpox efektif meskipun stelah terpapar smallpox.

Berikut ini adalah tabel penyakit yang tereradikasi, menurut buku Public Health, 2009

Smallpox Polio Measles

Tidak bisa ditularkan lewat hewan

Ya Ya Ya

Ketahanan yang singkat di lingkungan

Ya Ya Ya

Tidak membawa virus dalam waktu lama

Ya Ya, kemungkinan

absen terjadi pada immune

compromise individu

Ya, kemungkinan absen terjadi pada immune compromise individu Memproduksi imunitas jangka panjang

Ya Ya, tapi mungkin

tidak di pertahankan di kekebalan tubuh individu

Ya, tapi mungkin tidak di pertahankan di kekebalan tubuh individu

Imunisasi membuat imunitas jangka panjang.

Ya Ya, tapi mungkin

tidak di pertahankan di kekebalan tubuh individu

Virus memiliki potensial untuk menginfeksi

Ya, tapi mungkin tidak di pertahankan di kekebalan tubuh individu

Kekebalan kawanan melindungi mereka yang rentan

Ya Ya Ya

Mudah diidentifikasi Ya Ya/ tidak. Penyakit relative mudah

Tidak.


(2)

untuk diidentifikasi, tapi banyak infeksi tanpa gejala

sama dengan penyakit lain yang serupa

Imunisasi efektif setelah terpajan

Ya Tidak. Tidak efektif Tidak. Tidak effektif D. Berbagai Bentuk Intervensi yang Tersedia Dalam Usaha Pengendalian

Epidemi HIV/AIDS

Rute transmisi Perkiraan tingkat transmisi per exposure

Intervensi − Tranfusi darah.

− Darah dan produk darah yang

sebelumnya digunakan di US oleh pasien hemofilia

− Darah yang terkontaminasi lebih dari 90%

memungkinkan transmisi; sisa darah dapat

meningkatkan infeksi

− Screening darah untuk deteksi HIV dini. − Menggunakan darah

sendiri untuk operasi

− Kontak seksual-anal lebih berpotensi daripada vagina dan lebih berptensi dari oral

− Range dari 0,1% sampai 10% berhubungan intim tanpa pengaman sngat beresiko

− Penyunatan mengurangi sebagian resik

− Berganti pasangan meningkatkan resiko transmisi

− Kondom karet − Penyunatan

− Hanya dengan 1 pasangan − Monogami

− Transmisi dari ib ke anak

− 15% sampai 40% lebih tinggi di negara

berkembang

− Paling tinggi transmisi lewat cairan vagina

− Sesar

− Treatmen obat selama kehamilan

− Menyusui − Paparan sangat rendah, tetapi lebih dari 25% kemungkinan bila

menyusui selama lebih dari 1 tahun.

− Konsmsi obat

berkelanjutan merupakan treatmen mengurangi tetapi tidak

menghilangkan transmisi. − Paparan jarum

suntik

− Resiko pekerja pelayanan kesehatan

− Kurang dari 0,5% HIV positif ditemukan pada transmisi jarum suntik

− Treatmen setelah terpapar dengan obat merupakan pencegahan yg efektif − Penggunaan obat − Kurang dari 1% − Program menganti jarum


(3)

injeksi diakibatkan oleh berbagi jarum suntik

yg telah digunakan.

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Ilmu kesehatan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan berbagai bidang yang mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera dan sehat secara holistic. Masyarakat sehat secara holistic merupakan tujuan dari semua jenis program kesehatan masyarakat yang ada. Ilmu kesehatan masyarakat itu sendiri memiliki keunikan yang khas, yakni programnya lebih ditekankan pada promotive dan preventif, dimana sasaran program tidak melulu orang yang sudah sakit, namun juga manusia sehat yang perlu terus ditingkatkan taraf sehatnya.

Kesehatan masyarakat bukanlah ilmu yang kaku dan tertutup, melainkan sebuah konsep manajemen yang terpadu dan melibatkan berbagai aspek dalam pelaksanaan programnya. Hal ini dikarenakan sehat dapat tercipta jika berbagai pihak terkait bersama-sama mengkondisikan demikian. Sebagai mahasiswa yang kelak akan mengabdi pada masyarakat, harus paham dan menguasai berbagai bidang terkait tersebut. Hal ini berhubungan dengan taraf kesehatan masyarakat di masa depan yang diharapkan semakin membaik.

Berikut ini merupakan aspek dasar yang wajib kami pahami, antara lain 1. Prinsip Kesehatan Masyarakat

2. Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Eviden 3. Komunikasi dan Informasi Kesehatan 4. Ilmu sosial dan perilaku

5. Etika Hukum dan Kebijakan Kesehatan 6. Penyakit Tidak Menular

7. Penyakit Menular

Dengan mempelajari semua aspek tersebut, kami menjadi paham perbedaan antara kesehatan masyarakat dengan kedokteran juga fungsi dan sejarah dari kesehatan masyarakat. Kami juga menguasai kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, perbedaan komunikasi dan informasi kesehatan serta tipe dasar data kesehatan masyarakat. Tak lupa juga ilmu social dan perilaku serta budaya yang harus kami mengerti. Undang-undang kesehatan, kebijakan dan etik juga wajib kami pahami untuk mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat di masa datang. Dan kami pun tentunya harus mengetahui dan mengerti segala aspek mengenai penyakit tidak menular dan penyakit menular bersamaan dengan perbedaan keduanya.


(4)

3.2Saran

Sebagai manusia yang sedang menuntut ilmu, tentulah kami masih banyak memiliki kekurangan, terutama dalam pembuatan makalah ini. Namun kami harapkan manfaat yang sebesar-besarnya dapat diambil pula dari hasil pekerjaan kami ini. Seiring dengan bertambahnya ilmu kami, bertambah pula tanggung jawab dan kewajiban kami dalam mengamalkannya untuk masa depan kesehatan masyarakat yang lebih baik. Berbagai tantangan dan rintangan pasti selalu ada mengiringi perjalanan kami menuju kesana, namun dengan tekad yang kuat kami pasti mampu terus belajar dan berdoa demi terciptanya kesejahteraan masyarakat di mayapada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Fahmi Umar. 2013. Kesehatan Msyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Alhamda, Syukra dan Yustina Sriani.Ebook : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Budiarto, Eko, dan Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chandra B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC: Jakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online. http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?

keyword=implikasi&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas =all&submit=kamus (09 Oktober 2015).

Katarina T. 2001. Hak atas kesehatan dalam hak ekonomi, sosial, budaya. Elsam : Jakarta.

Kemenkes. 2013. BALITBANGKES Paparkan Hasil The Global Burden Disease, [Online]. Melalui: http://www.depkes.go.id/article/print/2292/balitbangkes-paparkan-hasil-the-global-burden-of-disease.html.

Kesmas. 2015. Pengertian dan Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat, [Online]. Melalui: http://www.indonesian-publichealth.com/2014/12/ilmu-kesehatan-masyarakat.htm l, diakses pada tanggal 30-09-2015.

Kompas. 2013. Indonesia Hadapi Beban Ganda, [Online]. Melalui: http://health.kompas.com/read/2013/05/01/03433582/indonesia.hadapi.beba n.ganda.

Muhajier, Ahmad. 2012. Hubungan Antara Ilmu Perilaku Dan Kesehatan, [Online]. Melalui:

https://ranykacamata.wordpress.com/2012/05/14/hubungan-antara-ilmu-perilaku-dengan-kesehatan/, diakses pada tanggal 02-10-2015.

N, Sora. 2014. Mengenal Pengertian Ilmu Sosial Dan Menurut Para Ahli, [Online]. Melalui:


(6)

http://www.pengertianku.net/2014/11/mengenal-pengertian-ilmu-sosial-dan-meenurut-para-ahli.html, diakses pada tanggal 30-09-2015.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) 2013 – Association of Voluntary Health Services of Indonesia (dimuat dalam http://www.depkes.go.id).

Radio Australia. 2013. Pedoman WHO Terbaru, Pasien HIV/AIDS Harus Segera

Berobat, [Online]. Melalui:

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-06-30/pedoman-who-terbaru-pasien-hivaids-harus-lebih-cepat-berobat/1153908.

Riegelman R. 2009. Public Health 101 : healthy people - healthy populations. APHA press :US.

Riegelman, R. 2009. Public Health 101: Healthy People-Healthy Populations . Jones & Bartlett :USA.

Riegelman, Richard, MD, MPH, PhD. Public Health 101. Jones & Barlett Learning International, 2009.

Riegelman, Richard. 2009. Public Health 101. London : Jones & Bartlett Learning International.

Salem, Setiawati. 2012. Lima Penyakit Menular Yang Memiliki Insiden Tertinggi

di Indonesia, [Online]. Melalui:

http://setiawatisale.blogspot.co.id/2012/12/lima-penyakit-menular-yang-memiliki.html.

Samsudrajat S. 2011. Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Artikel ilmiah STIKes Kapuas Raya Sintang.

Veronica K. 1999. Peranan informed AConsent dalam transaksi terapeutik. Citra Aditya Bakti: Bandung.

http://hpm.fk.ugm.ac.id/ www.data.go.id

www.who.int