IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL DI KELAS IV SD NEGERI PUSMALANG KECAMATAN CANGKRINGAN.

(1)

i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL DI KELAS IV SD NEGERI

PUSMALANG KECAMATAN CANGKRINGAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Khoiria Hikmawati NIM 13108244052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL DI KELAS IV SD NEGERI

PUSMALANG KECAMATAN CANGKRINGAN

Oleh:

Khoiria Hikamawati NIM 13108244052

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran tematik yang terintegrasi dengan pendidikan karakter yang terfokuskan dalam karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan model Miles and Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran tematik berbasi karakter religius dan peduli sosial terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi/penilaian. Perencanaan pembelajaran yang digunakan guru sudah menunjukkan pengintegrasian karakter religius dan peduli sosial. Dalam proses pembelajaran tematik guru telah mengembangkan dan menanamkan karakter religius dan peduli sosial. Guru menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, ceramah, dan penugasan untuk mengintegrasikan nilai karakter ke dalam pembelajaran tematik. Setiap saat guru menilai dan mengevaluasi sikap yang ditunjukkan peserta didik saat proses pembelajaran.

Kata kunci: implementasi, pembelajaran tematik, karakter religius, karakter peduli sosial.


(3)

iii

TEMATIC LEARNING IMPLEMENTATION BASED ON RELIGIOUS AND SOCIAL CARE CHARACTERIN FOURTH GRADE STUDENTS

OF SD NEGERI PUSMALANG

Oleh:

Khoiria Hikamawati NIM 13108244052

ABSTRACT

This study aims to describe the implementation of integrated thematic learning with character building focused on religious and social care character in the fourth grade students at SD Negeri Pusmalang.

This was a qualitative research. The subjects were teacher and three students of fourth grade. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation. Data were analyzed using Miles model and Huberman. The validity of the data was obtained through source and technique triangulation.

The result of the research shows that the implementation of thematic learning of religious and social care character consists of planning, implementation, and evaluation/assessment. The lesson plan used by teacher has already show the integration of religious and social character. In the thematic learning process the teacher has develop and inculcate a religious and social care character. The teacher uses exemplary methods, habits, lectures, and assignments to integrate the value of the characters into thematic learning. Teacher assesses and evaluates the attitudes shown by learners during the learning process

Keywords: implementation, thematic learning, religious character, social caring character.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Keluargaku yang telah memberikan dukungan moral maupun material kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial di Kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan”

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Unik Ambar Wati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skipsi yang telah memberikan dukungan dan membimbing peneliti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga TAS dapat terlaksana sesuai tujuan.

3. Unik Ambar Wati, M.Pd, Suparlan, M.Pd.I, dan Dr. Rukiyati, M.Hum selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 4. Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang

telah memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta kelancaran penyusunan skripsi.

5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

6. Sri Wanti, S.Pd. SD selaku Kepala SD Negeri Pusmalang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri Pusmalang.

7. Sigit Nuryantoro, S.Pd. selaku guru kelas IV SD Negeri Pusmalang yang telah membantu selama penelitian.


(9)

ix DAFTAR ISI


(10)

x

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

HALAMAN PENGESAHAN...vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 11

1. Pembelajaran Tematik ... 11

2. Pendidikan Karakter... 19

3. Integrasi Karakter Religius dan Peduli Sosial melalui Pembelajaran Tematik ... 31

4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 44

D. Pertanyaan Peneliti ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Setting Penelitian ... 47

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 47

1. Subjek Penelitian ... 48

2. Objek Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49


(11)

xi

2. Wawancara ... 49

3. Dokumentasi ... 50

E. Instumen Penelitian ... 50

1. Pedoman Observasi ... 50

2. Pedoman Wawancara ... 51

3. Dokumentasi ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 54

2. Data Display (Penyajian Data) ... 55

3. Conclusions Drawing/Vericication (Penarikan Kesimpulan) ... 55

G. Keabsahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

2. Deskripsi Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 111

C. Keterbatasan Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Kelas. ... 24 Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Implementasi Pembelajaran

Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial ... 51 Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Implementasi Pembelajaran

Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial untuk Guru. ... 52 Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Implementasi Pembelajaran

Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial untuk Peserta Didik. ... 52 Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ... 53 Tabel 6. Kategori Nilai ... 110


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Proses

Pembelajaran Menurut Wibowo (2016) ... 32

Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model) ... 54

Gambar 3. Catatan Jurnal Guru Kelas IV ... 107

Gambar 4. Penilaian Sikap ... 108

Gambar 5. Penilaian Akhlak Mulia ... 109

Gambar 6. Kegiatan sholat dhuha ... 270

Gambar 7. Kegiatan sholat dhuha ... 270

Gambar 8. Kegiatan sholat dhuhur berjamaah ... 270

Gambar 9. Pengumpulan amal/infaq ... 270

Gambar 10. Menjenguk teman yang sedang sakit ... 270

Gambar 11. Membimbing peserta didik dalam metode bermain peran ... 270

Gambar 12. Kegiatan mengamati gaya yang ada di sekolah ... 271

Gambar 13. Kegiatan berdiskusi dengan kelompok ... 271

Gambar 14. Membantu menjelaskan materi pada temannya. ... 271

Gambar 15. Nilai-nilai karakter yang di pajang di depan kelas dan di kantor guru ... 271

Gambar 16. Guru membimbing pserta didik yang merasa kesulitan ... 271

Gambar 17. Peserta didik mentaati peraturan kelas yaitu melaksanakan piket . 271 Gambar 18. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Pusmalang ... 272


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 127

Lampiran 2. Hasil Observasi ... 129

Lampiran 3. Reduksi Hasil Observasi ... 159

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ... 175

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Pesera Didik ... 178

Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru ... 180

Lampiran 7. Hasil Wawancara Peserta Didik ... 185

Lampiran 8. Reduksi Wawancara Guru ... 194

Lampiran 9. Reduksi Wawancara Peserta Didik... 201

Lampiran 10. Catatan Lapangan ... 207

Lampiran 11. Analisis Dokumen Silabus ... 226

Lampiran 12. Triangulasi Data ... 232

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 238

Lampiran 14. Dokumentasi ... 270

Lampiran 15. Surat Keterangan Validasi ... .273

Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Penelitian ... .274

Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian ... .275

Lampiran 18. Surat Izin Penelitian... .276

Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... .277


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakter bangsa tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, dilatih, dan dikelola secara bertahap. Karakter tidak dapat dibentuk dengan mudah dan murah, tetapi karakter harus mengalami perjuangan untuk menanamkan karakter pada anak agar mendapatkan visi, misi yang akan di capai. Pembentukkan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama. Di dalam lingkungan sekolah peran dalam pembentukkan karakter peserta didik adalah Kepala Sekolah, guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat. Guru merupakan salah seorang komponen yang vital dalam menanamkan pendidikan karena dengan adanya guru proses pembentukan karakter peserta didik akan maksimal. Peran guru dituntut mampu menstranfer cara berfikir, bersikap, dan bertindak dengan mendasarkan pada etika moral yang baik (Zuchdi, 2011: 35). Hal ini dapat meningkatkan kualitas karakter dan berkepribadian baik pada peserta didik .

Karakter bangsa adalah aspek yang sangat penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Penanaman karakter hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas di masa depan.Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemiliran tertentu (Siswoyo, 2013: 1). Penanaman karakter pada peserta didik diperlukan upaya terencana dan sungguh-sungguh diterapkan yang dikenal sebagai


(16)

2

pendidikan karakter. Menurut Samani dan Hariyanto ( 2016: 45) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan.

Dewasa ini pendidikan karakter mulai gencar dilakukan dan mendapat perhatian dari pemerintah untuk segera diimplementasikan sebagai program utama, karena orang yan berkarakter baik secara individul maupun sosial adalah orang yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Penanaman pendidikan karakter hendaknya dimulai sejak usia dini, namun tidak hanya sampai usia dini namun berlangsung seumur hidup. Menurut Fadlillah dan Khoirida dan Lilit Mualifatu (2013: 26) penanaman pendidikan karaker sejak dini akan menjadikan anak lebih tangguh, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, sertamemiliki kepribadian dan akhlak yang baik. Pendidikan karakter merupakan pondasi generasi muda untuk membentuk kualitas diri agar lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan karakter sesungguhnya sudah tercermin dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga


(17)

3

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dari UU No 20 tahun 2003 menjelaskan pendidikan yang tidak hanya membentuk insan yang cerdas, namun berkarakter. Pengembangan aspek sikap dan keterampilan semestinya berjalan seimbang. Hal ini juga senada dengan kurikulum 2013 yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, serta pemikiran yang kreatif secara utuh dalam proses pembelajaran. Seperti halnya yang di sampaikan Permendikbud (2013: 133) pembelajaran tematik mengintegrasi dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.

Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia belum sesuai dengan amanah Undang-undang No 20 tahun 2003 yang mana pendidikan saat ini menitikberatkan pada aspek pengetahuan (kognitif), dan mengabaikan aspek sikap (afektif) peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan ketidaksesuaian dengan amanah undang-undang tersebut. Dewasa ini pendidikan karakter mulai gencar di lakukan dan mendapat perhatian dari pemerintah untuk segera diimplementasikan sebagai program utama, karena orang yan berkarakter baik secara individul maupun sosial adalah orang yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Di era globalisasi ini, membuat anak melupakan jati dirinya. Kemajuan teknologi tidak membuat anak menjadi lebih baik, namun nantinya akan menjerumuskan anak ke dalam perbuatan yang negatif. Memang tidak di pungkiri kemajuan teknologi membawa kemudahan, namun sering kali teknologi disalahgunakan oleh penggunanya. Pergeseran nilai etika dan budaya yang menjadikan generasi muda kehilangan jati dirinya. Generasi muda saat ini cenderung menganut budaya luar yang negatif, sehingga tindakan yang dilakukan


(18)

4

tidak sesuai dengan kaidah-kaidah etika dan budaya di Indonesia. Hal ini akan berakibat terjerumusnya generasi muda ke dalam perbuatan yang negatif seperti tawuran, minum-minuman keras, mencontek, ketidakjujuran, seks bebas, narkoba, sopan santun dan tata krama yang mulai ditinggalkan, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Senada dengan Lickona (2012: 20-28) mengungkapkan bahwa sebuah bangsa sedang menuju kehancuran jika memiliki sepuluh tanda-tanda sebagai berikut:

(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol, dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudaya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.

Sepuluh tanda beberapa telah terjadi di Indonesia. Dari permasalahan yang di alami bangsa Indonesia, maka diperlukan pendidikan karakter untuk mengatasi krisis karakter pada peserta didik. Salah satu lembaga yang penting dalam mengembangkan pendidikan karakter adalah lembaga pendidikan.

Berdasarkan observasi peneliti saat Praktik Pengalaman Lapangan di SD N Percobaan 3 peserta didik tidak kondusif, terdapat peserta didik yang berbicara dengan temannya saat guru menerangkan materi pembelajaran, dan beberapa anak membaca komic saat pembelajaran berlangsung. Selain itu saat observasi penelitian di SD N Karawitan peneliti menemukan peserta didik yang mencontek saat diadakannya ulangan. Peserta didik di SD N karawitan pun tidak menghormati orang yang lebih tua, berkata yang tidak pantas, memakai seragam


(19)

5

tidak rapi, tidak mematuhi tata tertib sekolah, menentang perintah dari guru, tidak mendengarkan nasehat yang diberikan guru, berkelahi dengan teman, suka mengolok-olok teman, dan memilih-milih teman. Guru kurang menerapkan pengintegrasian nilai-nilai karakter pada pembelajaran. Namun peneliti menemukan di SD N Pusmalang bahwa terdapat nilai-nilai karakter yang khas di kelas IV SD N Pusmalang. Pada saat observasi guru mengembangkan nilai karakter yang khas dan berbeda dengan sekolah lain yaitu peduli sosial.

Berdasarkan obsevasi yang peneliti lakukan di SD N Pusmalang sudah menerapkan pendidikan karakter pada anak didik dan diimplementasikan kedalam kurikulum 2013. Nilai-nilai karakter yang disisipkan ke dalam pembelajaran adalah nilai religius, dan peduli sosial. Sesuai dengan visi “Terwujudnya Sekolah unggulan dalam prestasi iman dan taqwa dengan berpijak pada budaya bangsa” yang dijabarkan dalam misi 1) menumbuhkan kepribadian yang mantap kepada siswa sehingga memiliki budi pekerti yang luhur beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) penghayatan terhadap budi pekerti dan ajaran yang dianut siswa sehingga menjadi suatu kearifan dalam berpikir dan bertindak, 3) melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang optimal sesuai potensi yang dimiliki, 4) menumbuhkan semangat keunggulan dan etos kerja secara intensif kepada seluruh warga sekolah, 5) menerapkan manajemen partisipasi aktif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, 6) mengupayakan adanya motivasi diri yang aktif kreatif dedikatif dan inovatif, 7) disiplin jam belajar masyarakat, 8) membuat siswa mengenal potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Azzet (2011: 17)


(20)

6

mengungkapkan bahwa nilai religius merupakan nilai yang mendasari penidikan karakter karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang beragama. Nilai religius dilakukan membaca surat-surat pendek sebelum pembelajaran berlangsung dan doa bersama setelah sholat dhuhur yang diwajibkan bagi kelas 4, 5, dan 6. Pada pembelajaran berlangsung nilai karakter religius dapat terintegrasikan pada materi sub tema Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku yang mana dapat terintegrasikan nilai karakter pada aspek bersyukur dengan kekuasaan Tuhan yang telah diciptakan. Dalam sub tema tersebut nilai karakter religius dapat muncul saat peserta didik mengucapkan syukur kepada Tuhan yang mana diberikan kenikmatan, kenyamanan, tinggal di daerah pedesaan.

Pada saat observasi terlihat bahwa di SD N Pusmalang peserta didik muncul nilai karakter religius dan peduli sosial pada saat pembelajaran. Peduli sosial adalah sikap yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat. Peduli sosial ini di lakukan saat proses pembelajaran berlangsung pada tema Berbagai Pekerjaan subtema Pekerjaan di Sekitarku pembelajaran 4. Pada pembelajaran 4 terdapat mata pelajaran matematika tentang menghitung keliling dan luas bangun datar. Pembelajaran ini memerlukan konsentrasi yang tinggi dan harus memperhatikan guru saat menerangkan materi bangun datar agar dapat mengerjakan soal-soal keliling dan luas bangun datar. Hampir seluruh peserta didik dapat mengerjakan soal yang di berikan oleh guru, namun beberapa terlihat kebingungan saat mengerjakan soal tersebut. Peserta didik yang telah selesai mengerjakan tugas berinisiatif membantu temannya yang kesusahan dalam mengerjakan tugas dari guru


(21)

7

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD N Pusmalang, bahwa sekolah tersebut telah menerapkan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan pembelajaran, khususnya pada pembelajaran tematik di kelas IV. Pentingnya pendidikan karakter di sekolah tersebut menarik peneliti untuk mendalami tentang Implementasi Pembejaran Tematik Berbasis Karakter di Kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang diteliti berupa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi nilai-nilai karakter yang telah dilakukan sekolah dan lebih memfokuskan pada nilai peduli sosial dan religius yang mana nilai karakter yang menjadi prioritas SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Hal ini dikarenakan nilai religius dan peduli sosial merupakan tindakan anak yang berupa kebiasaan yang menjadi indikator keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikai permasalahan antara lain sebagai berikut:

1. Suasana kelas yang tidak kondusif karena anak yang berbicara dengan temannya, dan anak yang mengganggu teman yang lain.

2. Anak tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran. 3. Guru kurang menerapkan pengintegrasian nilai-nilai karakter pada

pembelajaran


(22)

8

5. Peserta didik yang tidak menghormati orang yang lebih tua. 6. Peserta didik yang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. 7. Sopan santun dan tata krama mulai ditinggalkan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas terdapat beberapa masalah yang perlu dikaji dan diteliti. Namun, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan maka penelitian akan dibatasi pada implementasi nilai-nilai pendidikan karakter berupa pelaksanaan implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter. Penelitian lebih memfokuskan pada religius dan peduli sosial yang mana merupakan nilai yang menjadi prioritas SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas daat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N pusmalang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan rencana pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.


(23)

9

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan dalam kegiatan ilmiah. Pengembangan keilmuan ini dengan meneliti bagaimana implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

1) Memberi gambaran implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan motivasi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam prosem pembelajaran.


(24)

10

1) Memberikan informasi bagi siswa tentang nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah

2) Meningkatkan kebiasaan siswa untuk bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter yang baik.

c. Bagi kepala sekolah.

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran pentingnya untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, perumusan kebijakan dan program sekolah.


(25)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Trianto ( 2011: 154) pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa mareti pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sedangkan menurut Akbar (2016: 17) pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam tema dengan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan perkembangan siswa.

Selanjutnya, menurut Sujarwo (2011: 220) pembelajaran tematik yaitu suatu pendekatan dalam pemberdayaan yang memberikan alternatif atau kesempatankepada peserta didik untuk menyusun atau memilih topik atau tema materi pembelajaran sesuai denga minat dan kebutuhan belajarnya. Sedangkan Depdiknas (2006:5) menyatakan bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model dari kurikulum terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada peserta didik.

Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar (2013: 132) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai


(26)

12

kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Sedangkan menurut Rusman (2011: 253) suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa , baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

Dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan perkembangan siswa sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik dan peserta didik dapat menggali dan menemukan konsep melalui pengalaman langsung.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran tematik. Menurut Kemendikbud dalam Akbar dkk (2016: 19) menyebutkan beberapa karakteristik pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Pada proses pembelajaran ini memerankan siswa sebagai subjek belajar yang utama. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru sebagai fasilitator, yaitu orang yang memfasilitasi proses pembelajaran dengan melayani dan menangani kebutuhan dan mengarahkan proses pembelajaran. Guru sebagai motivator yaitu memberi motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar.


(27)

13

Pada proses pembelajaran siswa dihadapkan dengan hal dan masalah nyata (konkret) yang ada dan terjadi di sekitar siswa sebagai dasar memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas

Pada pembelajaran tematik pemisah antara mata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang dikaitkan dengan kehidupan siswa dan hal-hal di sekitar siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai muatan

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran secara terpadu. Materi yag dipadukan memiliki kesesuaian dengan tema yang ada. Tujuannya membentuk pengetahuan siswa secar holistik tentang konsep yang dipelajari.

5) Bersifat fleksible

Pembelajaran tematik bersifat luwes, aitu mengaitkan mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain berdasarkan kesesuaian isi, serta mengaitkannya dengan kehidupan dan lingkungan tempat tinggal siswa.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik hendaknya dilaksanakan dengan metode yan mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan proses yang menyenangkan. Permainan juga dapat diintegrasikan sebagai metode pembelajaran karena siswa usia SD masih tergolong usia bermain sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.


(28)

14

Menurut Sujarwo (2011: 222) mengemukakan bahwa pembelajarn tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada anak, pembelajaran tematik dilakukan secara terpadu. Pembelajaran yang berpusat pada anak yang dilakukan secara terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok yang mengaitkkan materi pembelajaran dengan kehidupannya ke dalam berbagai mata pelajaran. Peserta didik dapat aktif, mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

2) Menekankan pembentukkan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinanantar skemata yang dimiliki peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata diperoleh dari segala konsep yang diperolah dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari. Melalui cara ini kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Sistem pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membantu memecahkan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya. 3) Belajar melalui pengalaman langsung. Pada pembelajaran ini diprogramkan

untuk melibatkan peserta didik secara langsung pada sejumlah materi yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Melalui kegiatan pembelajaran ini, peserta didik


(29)

15

akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar informasi dari pendidiknya. Pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai.

4) Pembelajaran lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata. Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan guided discovery inquiry (pencarian dan penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehinggamemungkinkan peserta didik termotivasi belajar terus menerus.

5) Dilaksanakan berdasarkan keterkaitan. Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Aktivitas belajar memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

Penjabaran mengenai karakteristik pembelajaran tematik juga di kemukakan oleh Mamat dalam Prastowo yang menyebutkan terdapat sembilan asas pembelajaran tematik (Akbar dkk, 2016: 20), yakni:

1) Terintegrasi dengan lingkungan


(30)

16

3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyanangkan

4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa 5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran

6) Pemisah antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain sulit dilakukan 7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan

minat siswa.

8) Pembelajaran bersifat fleksible

9) Penggunaan variasi metode pembelajaran

Dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristek pembelajaran tematik adalah berpusat pada peserta didik yang mana guru lebih berperan aktif sebagai fasilitaor dan moderator, berpusat pada peserta didik yang mana peserta didik dihadapkan pada masalah yang nyata (konkret), dan pembelajaran dirancang agar dapat menarik perhatian peserta didik contohnya dengan permainan, percobaan simulasi dan lain-lain.

c. Kelebihan Pembelajaran Tematik

Menurut Sujarwo ( 2011: 233-234) kelebihan pembelajaran tematik sebagai berikut:

1) Model pembelajaran ini mengutamakan individual differences sehingga setiap individu mampu berkembang sesuatu bakat dan minatnya.

2) Model pembelajaran ini bersumber pada identifikasi kebutuhan belajar peserta didik, sehingga peserta didik akan sangat menerima materi yang diajarkan.


(31)

17

3) Suatu pembelajaran yang semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema sama dalam satu unit pertemuan. Lewat metode itu, pembelajaran diharapkan akan mengalir secara alami, menyeluruh, terkait dengan pengalaman hidup peserta didik secara nyata. 4) Materi pembelajaran berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari,

sehingga setelah pembelajaran selesai teori dapat diaplikasikan nyata dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Rusman (2011: 256) pembelajaran tematik memiliki keunggulan diantaranya:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak belakang dari minat dan kebutuhan siswa

3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar akan lebih bermakna

4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya. 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Sedangkan keunggulan pembelajaran tematik di sampaikan oleh Kurinasih dan Sani (2014: 40) sebagai berikut:


(32)

18

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang meraka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

6) Tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki banyak kelebihan untuk di terapkan. Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan dapat di aplikaskan pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di rancang untuk memudahkan pusat perhatian pada satu tema tertemtu dan dapat memahami materi lebih mendalam.

d. Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran tematik menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu ( learning by doing). Adanya pemaduan tersebut peseta didik akan memperoleh pengetahuan, informasi, dan keterampilannya. Pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu dalam proses pembelajaran perserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan dan informasi yang dipelajarinya.


(33)

19

Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahami. Menurut Rusman (2011: 256) menyatakan bahwa pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu merancang pembelajarn dengan tepat bagi peserta didik.

Menurut Rusman (2011: 256) pembelajaran tematik penting diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari segala segi sehingga membuat peserta didik menjadi lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik layak untuk diterapkan untuk peserta didik di Sekolah Dasar. Pembelajarn tematik tersebut memberikan pengalaman belajar yang bermakna, dan aktif sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik karena dalam pembelajarn tematik memungkinkan untuk memahami sesuatu dari segala sisi.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Gunawan (2014: 28) berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematika untuk


(34)

20

menananm nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Sementara itu, Noor (2012: 35) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Selanjutnya Narwanti (2011: 16) menyatakan bahwa hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Menurut Samani dan Hariyanto ( 2016: 45) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan.

Menurut Fadlillah dan Khoirida (2013: 23) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Sedangkan menurut Muslich (2011: 84) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri


(35)

21

sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter pada anak agar menjadi manusia seutuhnya dan diharapkan memiliki budi pekerti yang baik di lingkup keluarga maupun masyarakat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Kesuma (Fadlillah dan Khoirida , 2013: 24-25), tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah, diantaranya sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehinga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Menurut Noor ( 2012: 40) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan untuk meningkatkan anak-anak menjadi pribadi yang disiplin, memiliki inisiatif, bertanggung jawab, suka menolong dan tumbuh kasih sayang, menghormati sesama dan orang yang lebih dewasa, dan pandai berterimakasih.

Selain itu menurut Narwanti (2011: 16) pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,


(36)

22

bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adala untuk membentuk karakter anak yang berakhlak mulia sehingga nilai-nilai karakter tersebut diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran, anak tidak hanya ceras dalam intelektual tetapi cerdas secara emosional dan spiritual.

c. Nilai-nilai Karakter yang Harus Ditanamkan

Menurut Suyanto ( Zuchdi, 2011:29) terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: 1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, 2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran/ amanah, diplomatis, 4) hormat dan santun, 5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/ kerjasama, 6) percaya diri dan pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati, dan 9) karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Sedangkan menurut Character Counts di Amerika (Rohinah M.Noor, 2012: 44) mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; dapat dipercaya (truswortiness), rasa hormat dan perhatian (respect), tanggung jawab ( responsibilitty), jujur (fairness), peduli (caring), kewarganegaraan (citizenship), ketulusan (honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan integritas.


(37)

23

Selanjutnya, Soekamto (Muslich, 2011:79), mengungkapkan bahwa nilai-nilai karakter yang perlu diajarkan pada anak, meliputi kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat, cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri, kesetiaan dan kemurnian, keadilan dan kasih sayang. Menurut Kemdiknas (2010), nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan di rangkum menjadi satu. Berdasarkan kajian tersebut telah teridentifikasi butir-butir luhur yang diinternalisasikan terhadapgenerasi bangsa melalui pendidikan karakter. Berikut adalah nilai-nilai utama, yakni: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab.

d. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Kelas

Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dalam berbagai indikator. Kemendiknas menetapkan indikator untuk mengukur keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sebagai berikut. Ada dua jenis indikator yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di sekolah:

1) Indikator untuk sekolah dan kelas.

Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter. Indikator


(38)

24

ini juga berkenaan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan, maupun kegiatan sehari-hariatau rutinitas sekolah.

2) Indikator mata pelajaran

Indikator ini menggambarkan perilaku efektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator ini dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah, yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketikan seorang peserta didik melakukan sesuatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik dalam laporan atau pekerjaan rumah.

Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator kelas sebagai berikut.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Kelas.

Nilai Deskripsi Indikator Kelas

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agam lain

a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

b. Memberikan kesempatan pada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang

b. Tempat pengumuman barang temuan/ hilang c. Tranparansi keuangan dan

penilaian kelas secara berkala


(39)

25 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

a. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi

b. Memberikan pelayanan

terhadapa anak

berkebutuhan khusus

c. Bekerja dalam kelompok yang berbeda

4. Disiplin Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

a. Membiasakan hadir tepat waktu

b. Membiasakan mematuhi peraturan

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat

b. Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah dan daya tahan belajar c. Menciptakan suasana

belajar yang mengacu daya tahan kerja

d. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja/ belajar

6. Kreatif Berfikir dan melakukan

sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki

a. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif

b. Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang

tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas

a. Menciptakan suasana kelas

yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap,

dan bertindak yang

a. Mengambil keputusan kelas secar bersama melalui


(40)

26 menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

musyawarah dan mufakat b. Pemilihan kepengurusan

kelas secara terbuka

c. Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat

d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif 9. Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetehui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar

a. Mencipakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu

b. Eksplorasi lingkungan secara terprogram

c. Tersedia media

komunikasi/ informasi (media cetak/ media elektronik)

10.Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

a. Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status ekonomi

b. Mendiskusikan hari-hari besar nasional

11.Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, karakter, ekonomi, dan politik bangsanya

a. Memajang: Foto Presiden dan Wakil Presiden, Benera Negara, Lambang Negara, Peta Indonesia,

gambar kehidupan

masyarakat Indonesia b. Menggunakan produk

buatan dalam negeri

12.Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui

dan menghormati

keberhasilan orang lain

a. Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik

b. Memajang tanda-tana penghargaan prestasi c. Menciptakan suasana

pembelajaran untuk memotivasi pesera didik


(41)

27

berprestasi 13.Bersahabat/

Komunikatif

Tindakan yang

memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain

a. Seting kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik b. Pembelajaran yang dialogis c. Uru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik

d. Dalam berkomunikasi guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik

14.Cinta Damai Sikap, perkataan dan

tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya

a. Menciptakan suasana kelas yang damai

b. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan

c. Pembelajaran yang tidak bias gender

d. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang

15.Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

a. Daftar buku/ tulisan yang dibaca peserta didik

b. Frekuensi kunjungan perpustakaan

c. Saling tukar bacaan

d. Pembelajaran yang

memotivasi anak

menggunakan referensi 16.Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada

lingkungan alam di

sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

a. Memelihara lingkungan kelas

b. Tersedia tempat

pembuangan sampah di dalam kelas

c. Pembiasaan hemat energi d. Memasang stiker perintah

mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan

17.Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

a. Berempati kepada teman sekelas


(42)

28 bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

b. Melakukan aksi sosial c. Membangun kerukunan

warga kelas 18.Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku

seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan karakter), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur

b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah

c. Mengajukan usul

pemecahan masalah

Sumber: Wibowo (2012: 98-104)

Indikator di atas akan digunakan oleh peneliti sebagai bahan acuan untuk membuat instrumen observasi,wawancara, dan dokumentasi implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter di kelas IV SDN Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

e. Nilai Karakter Religius

Menurut Kemendikbud (2010: 9) menyatakan bahwa karakter religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sedangkan menurut Naim (2012: 124) menjelaskan bahwa religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Nilai religius merupakan nilai pembentuk karakter yang sangat penting dan perlu ditanankan secara maksimal. Nilai religius harus ditanamkan sejak anak belum lahir, karena agama merupakan pedoman hidup


(43)

29

yang harus diyakini dan dijalankan sesuai syariat untuk menjalankan kehidupan di dunia dan di akhirat.

Fitri (2012: 41) menyatakan beberapa indikator keberhasilan karakter religius sebagai berikut:

1) Mengucapkan salam.

2) Berdoa sebelum dan sesudah belajar. 3) Melaksanakan ibadah keagamaan. 4) Merayakan hari besar keagamaan.

Sedangkan menurut Kemendikbud (2010: 32) berpendapat bahwa indikator nilai karakter religius adalah sebagai berikut:

1) Senang mengikuti aturan kelas dan sekolah untuk kepentingan hidup bersama

2) Senang bergaul dengan teman sekelas dan satu sekolah dengan berbagai perbedaan yang telah diciptakan-Nya.

3) Merasakan kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan berbagai keteraturan dalam berbahasa.

4) Merasakan manfaat aturan kelas dan sekolah sebagai keperluan untuk hidup bersama.

5) Membantu teman yang memerlukan bantuan sebagai suatu ibadah atau kebajikan.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa indikator nilai religius dapat terintegrasikan dalam pembelajaran tematik. Diharapkan dari


(44)

30

indikator nilai religius di atas dapat muncul perilaku yang menunjukkan nilai religius.

f. Nilai Karakter Peduli Sosial

Kehidupan di masyarakat sekarang ini bergeser menjadi lebih individualis. Kepedulian terhadap sesama yang menjadi ciri khas masyarakat mulai menitip. Sebagai manusia kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka dari itu sangat di perlukan sesama manusia saling berinteraksi dan peduli sosial. Menurut Kemendikbud (2010: 10) menyatakan bahwa peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peduli dengan sesama dilakukan tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan atas pemberian atau bentuk apapun. Nilai peduli sosial tidak kalah penting di tanamkan pada anak tidak hanya di rumah dan masyarakat namun di sekolah. Dengan ditanamkan nilai peduli sosial pada anak dapat mempengaruhi sikapnya untuk selalu membantu teman yang kesusahan, menyayangi teman, dan tidak membedakan satu sama lain.

Menurut Samani dan Hariyanto (2014: 51) dapat diuraikan indikator yang bisa digunakan untuk mendiskripsikan karakter peduli sosial adalah sebagai berikut:

1) Memperlakukan orang lain dengan sopan 2) Bertindak santun.

3) Toleran terhadap perbedaan.

4) Tidak mengambil keuntungan dari orang lain. 5) Mampu bekerja sama.


(45)

31 6) Menyayangi manusia dan makhluk lain.

Diharapkan dari indikator yang di kemukakan oleh para ahli dapat terintegrasi ke dalam proses pembelajaran tematik. Dalam proses pembelajaran tematik dapat terintegrasi dengan nilai karakter peduli sosial dan dapat memnuculkan sesuai dengan indikator yang diharapkan.

3. Integrasi Karakter Religius dan Peduli Sosial melalui Pembelajaran Tematik

Penanaman nilai karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran mengacu pada pendapat Wiyani (2013: 90) yaitu pengenalan nilai-nilai fasilitasi diperolehnya dari kesadaran akan pentingnya nilai-nilai-nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Anik Ghufron (Zubaedi, 2011: 263-264) berpendapat bahwa pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam kegiatan pembelajaran berarti memadukan, memasukkan, dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar dalam rangka membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau kepribadian peserta didik sesuai jati diri bangsa tatkala kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam proses pengintegrasi nilai-nilai karakter pada pembelajaran tematik langkah-langkah guru yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hal ini di jelaskan oleh Wibowo (2016: 17) pendidikan karakter yang terintegrasikan dengan proses pembelajaran dalam skema sebagai berikut:


(46)

32

Gambar 1. Skema Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Proses Pembelajaran Menurut Wibowo (2016)

a. Perencanaan Pembelajaran

Untuk mencapai dan menciptakan peserta didik yang berkarakter maka kegiatan pembelajaran di sekolah mengacu pada standar proses yang telah di rancang oleh pemerintah dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Undang-undang No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mulai perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Menurut Wibowo (2012: 84) nilai-nilai karakter di cantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara berikut ini:

1) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya,

Nilai-nilai Karakter

Perencanaan

-Penyusunan sillabus, Rpp, dan Bahan Ajar

Pelaksanaan

-Kegiatan pembelajaran dan

pembelajaran aktif

Evaluasi

Peserta didik SD berkarakter


(47)

33

2) menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan,

3) mencantumkan nilai-nilai karakter dalam tabel ke dalam silabus, 4) mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke RPP,

5) mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkan dalam perilaku yang sesuai, dan

6) memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkan dalam perilaku.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut pendapat dari Marzuki (2013: 13) mengungkapkan bahwa pengintegrasian nilai pendidikan ke dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Guru memerlukan upaya pengkondisian sehingga siswa memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai karakter. Berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam memunculkan nilai-nilai karakter peserta didik. Menurut Fadlillah dan Khoirida (2013: 166-188) untuk memperkenalkan pendidikan karakter kepada anak sejak usia dini dapat dilakukan melalui metode pembelajaran sebagai berikut:

1) Metode Keteladanan

Pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru dalam tindak tanduk dan sopan santunnya terpatri dalam jiwa. Metode


(48)

34

keteladanan merupakan suatu cara mengajarkan ilmu dengan mencontohkan secara langsung kepada anak. Apa yang anak lihat, dengar, dan rasakan, akan masuk dalam memori anak kemudian akan dilaksanakan dan dikembangkan kembali oleh anak.

2) Metode Pembiasaan

Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini. Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan secara rutin, anak dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut dengan sendiri tanpa diperintah.

3) Metode Bercerita

Cerita sangat menarik dan disukai oleh anak-anak. Cerita dapat dijadiin metode pembelajaran maupun materi ajar.

4) Metode Karyawisata

Karya wisata dapat menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. Metode ini akan mengembangkan aspek sosial-emosional dan pembentukkan serta penanaman moral dan nilai-nilai agama.

Sedangkan menurut Kirschenbaum dalam (Zuchdi, 2012: 22) dalam memunculkan nilai karakter dengan menggunakan pendekatan komprehensif. Dari segi metode pendekatan komprehensif meliputi inkulkasi nilai, keteladanan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan.


(49)

35

Inkulkasi (penanaman) nilai memiliki ciri yaitu memperlakukan orang secara adil, menghargai pandangan orang lain, mengemukakan keraguan disertai dengan alasan dan dengan rasa hormat, menjaga komunikasi dengan pihak yang tidak setuju, dan memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-beda, apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, diarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah.

2) Keteladanan

Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Sebagai guru dengan bertutur kata dan bertindak secara santun dan baik akan menjadi contoh dan panutan pada peserta didik.

3) Fasilitasi

Fasilitasi melatih peserta didik untuk mengatasi masalah-masalah. Misalnya, menolong peserta didik untuk memahami, mengamalkan nilai karakter yang baik, memberikan motivasi pada peserta didik dalam mengatasi permasalahan.

4) Pengembangan Keterampilan

Ada berbagai keterampilan yang diperlukan agar seseorang dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut, sehingga berperilaku konstruktif dan bermoral dalam masyarakat. Keterampilan tersebut antara lain: berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi secara jelas, menyimak, bertindak asertif, dan menemukan solusi.


(50)

36

Sementara itu, Lickona menyarankan agar pendidikan karakter, berlangsung efektif maka guru dapat mengusahakan implementasi berbagai metode sebagai berikut (Samani, 2013:147)

1) Metode Bercerita atau Mendongeng (Telling Story)

Metode ini pada hakikatnya sama dengan metode ceramah tetapi guru lebih leluasa berimprovisasi. Misalnya melalui perubahan mimik, gerak tubuh, mengubah intonasi suara seperti keadaan yang hendak dilukiskan dan sebagainya. Hal yang paling penting adalah guru harus membuat simpulan bersama peserta didik karakter apa saja yang diperankan tokoh yang dapat ditiru oleh peserta didik.

2) Metode diskusi

Dalam pembelajaran umumnya diskusi terdiri dari dua macam, diskusi kelas dan diskusi kelompok. Diskusi kelas dipimpin oleh guru dan bentuk diskusi ini cocok untuk peserta didik sekolah dasar kelas tinggi. Sementara itu diskusi kelompok dapat berupa kelompok kecil yang beranggotakan 2-6 orang atau kelompok yang lebih besar anggotanya dapat mencapai 20 orang. Selama kegiatan diskusi berlangsung guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, mengamati jalannya diskusi, keaktifan peserta didik, arah diskusi, menjaga ketertiban agar tidak terlalu gaduh karena akan mengganggu kelas lain. Jika perlu guru memberikan dorongan dan sedikit bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif sehingga diskusi lancar dan melakukan penilaian terhadap proses diskusi. Pada akhir diskusi guru mempersilakan setiap kelompok untuk


(51)

37

memaparkan hasil diskusinya, memberi kesempatan tanya-jawab dengan kelompok lain, dan membuat simpulan akhir bersama peserta didik.


(52)

38 3) Metode Simulasi

Dalam pembelajaran suatu simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu baik yang bersifat profesional maupun yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dapat pula simulasi ditujukan untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.

4) Metode Pembelajar Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif dianggap paling umum dan paling efektif bagi implementasi pendidikan karakter, karena sejumlah nilai karakter dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran ini. Pada umumnya dalam implementasi pembelajaran kooperatif para peserta didik saling berbagi mengenai tugas, diskusi, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang terintegrasi pendidikan karakter sesuai pendapat para ahli menggunakan metode untuk mendukung proses pembelajaran yang bermakna yang dapat disimpulkan yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode diskusi, dan metode simulasi/bermain peran.

c. Evaluasi Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan selanjutnya evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran mencakup penilaian hasil belajar. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 5


(53)

39

menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar dilakukan terhadap kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian dilakukan secara terus menerus. Model yang digunakan untuk menilai nilai-nilai karakter dengan pengamatan, cacatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Laporan penilaian sikap dalam bentuk deskriptif dari sikap peserta didik untuk mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini memuat uraian secara naratif pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Deskripsi sikap pada setiap mata pelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik dan sikap yang masih perlu ditingkatkan.

Sedangkan menurut Zuchdi (2012: 15) menyatakan bahwa penilaian pendidikan karakter juga harus dilakukan secara komprehensif, ranah yang dinilai meliputi pemikiran, perasaan, dan perilaku sehari-hari (habit atau kebiasaan). Cara menilai perkembangan pemikiran yang terkait dengan nilai-nilai target yang ditanamkan dapat menggunakan dilema moral. Perkembangan perasaan (internalisasi nilai-nilai target atau dorongan/komitmen untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai target) dapat dinilai dengan berbagai bentuk skala sikap dan/ atau dengan wawancara. Aktualisasi nilai-nilai target dalam perilaku sehari-hari yang sudah menjadi kebiasaan atau habit perlu di nilai lewat pengamatan proses pendidikan.

Setelah itu guru dapat menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang yang ditargetkan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini, peneliti melakukan


(54)

40

pengamatan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi nilai religius dan peduli sosial dalam pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui pengintegrasian dalam pembelajaran. Peneliti ingin mengetahui rencana, pelaksanaan, dan evaluasi nilai religius dan peduli sosial dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan cara guru dalam mengintegrasikan nilai religius dan peduli sosial dalam pembelajaran yang sedang diajarkan kepada peserta didik.

4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Pembelajaran di kelas akan lebih bermakna apabila di sesuaikan dengan perkembangan anak. Oleh karena itu, guru perlu memahami perkembangan anak Sekolah Dasar sehingg pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Menurut Asy’ari (2006: 42) pada tahap usia anak 9-12 tahun memiliki kekhasan antara lain:

1) Dapat berfikir reversible atau bolak-balik.

2) Dapat melakukan pengelompokkan dan menentukan urutan. 3) Telah mampu melakukan operasi logis.

Sementara itu, Piaget ( Sugiharsono, 2013: 109) berpendapat bahwa fase anak kelas IV memiliki karakteristik tersendiri, yaitu anak kelas IV termasuk dalam fase operasional konkret yang berkisar pada usia 7-11 tahun anak mengendalikan benda asli, benda konkret untuk memecahkan masalah dan berpikir egosentrisnya mulai berkurang. Selain itu, proses berpikirnya dapat di balikkan, tugas menkonversikan dan mengelompokkan dapat di kerjakan.

Izzaty ( 2013: 108) berpendapat bahwa ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) Sekolah Dasar adalah:


(55)

41

1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Ingin tahu, ingin belajar, dan realitas.

3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Karakteristik siswa usia Sekolah Dasar masa kelas tinggi atau rentang usia 9 hingga 12 tahun menurut Ahmadi & Sholeh (2005: 39), yaitu:

1) Anak berminat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret sehingga cenderung membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis. 2) Anak amat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Anak berminat terhadap bidang atau mata pelajaran khusus.

4) Anak membutuhkan bimbinan orang dewasa dalam menyelesaikan masalah. Anak mulai mandiri dalam menyelesaikan masalahnya setelah memasuki usia 11 tahun.

5) Anak memandang nillai rapor sebagai prestasi di sekolah. 6) Anak gemar membentuk kelompok teman sebaya.

Sedangkan perkembangan personal-sosial anak pada usia 9-10 tahun dijelaskan oleh Allen & Marotz (2010: 199-200) sebagai berikut:

1) Anak senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya, mencari persahabatan berdasarkan minat yang sama dan kedekatan.


(56)

42

2) Anak mempunyai beberapa teman baik dan beberapa “musuh” yang bisa berubah dalam waktu singkat.

3) Anak mulai menunjukkan ketertarikan dalam peraturan dan aturan permainan yang sederhana.

4) Anak saling menanggapi godaan teman bila diprovokasi, lebih jarang menggunakan kekerasan fisik daripada tahun sebelumnya dan mengerti bahwa perilaku tersebut dapat menyakiti perasaan temannya.

5) Anak-anak membentuk penalaran moral, mengikuti adat istiadat dan nilai moral yang dianut masyarakat.

6) Anak membangun kedekatan dengan guru dan memandang mereka sebagai “pahlawan” sering melakukan hal yang tidak lazim untuk mendapatkan perhatian.

7) Anak bersikap percaya diri.

8) Anak menganggap kritik sebagai serangan pribadi, perasaannya mudah terluka, dan frustasi menghadapi kegagalan.

Peserta didik kelas IV Sekolah Dasar termasuk dalam stadium operasional konkret. Cara berfikir anak yang operasional konkret kurang egosentris, ditandai oleh disentrasi yang besar, artinya anak sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga menghubungkan dimensi-dimensi satu sama lain. Selain itu anak mampu untuk melakukan aktifitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkret. Bila peserta dihadapkan pada masalah secara verbal, tanpa ada bahan konkret, maka peserta didik belum mampu menyelesaikan maslah dengan baik.


(57)

43 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran tematik masih jarang dilakukan. Namun pada dasarnya pendidikan sangat penting di terapkan dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian tentang penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran tematik. 1) Penelitian yang dilakukan oleh Irma Mulyaningsih dari Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Tematik di Kelas IV SD Negeri Prembulan Galur Kulon Progo” pada tahun 2015. Penelitian ini relevan karena sama-sama meneliti mengenai implementasi nilai karakter yang terintegrasikan pada pembelajaran. Perbedaan pada penelitian ini adalah meneliti 9 nilai karakter yaitu religius jujur, toleransi disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan peduli sosial dan tanggung jawab.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Annis Titi Utami dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Pelaksanaan Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter di SD N ! Kutowinangun Kebumen” pada tahun 2014. Kesamaan penelitian relevan adalah sama-sama meneliti tenteng nilai karakter religius. Perbedaan pada penelitian ini adalah meneliti hanya pada pelaksanaan pembelajaran.


(58)

44 C. Kerangka Pikir

Pergeseran nilai etika dan budaya menjadikan generasi muda kehilangan jati dirinya yang mana diakibatkan dampak globalisasi. Akibat arus globalisasi yang sangat kuat menyebabkan peserta didik tidak mau menghormati guru, mencontek saat ulangan, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mengatasi generasi muda yang tengah melanda kehilangan jati dirinya. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter pada anak agar menjadi manusia seutuhnya dan diharapkan memiliki budi pekerti yang baik di lingkup keluarga maupun masyarakat. Pendidikan karakter dapat terintegrasikan pada pembelajaran tematik yang mana menitik beratkan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 akan memunculkan nilai-nilai karakter yang telah di rencanakan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan tujuan pendidikan yaitu menjadikan peserta didik berbudi pekerti baik dalam ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Langkah awal guru untuk memunculkan nilai-nilai karakter yaitu dengan merencanakan silabus, RPP, dan bahan ajar yang akan di pakai saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya pelaksanaan nilai-nilai karakter guru menggunakan pembelajaran yang aktif agar karakter yang diinginkan muncul dalam kegiatan pembelajaran, dan terakhir adalah evaluasi yang menilai munculnya nilai karakter yang telah guru lakukan saat pembelajaran kepada peserta didik.


(59)

45 D. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

3. Bagaimana penilaian/evaluasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?


(60)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena menyajikan data dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini mengungkapkan situasi sosial dengan mendeskripsikan kenyataan dan diolah dalam bentuk kata-kata yang berdasarkan pada teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah karena penelitian peneliti ingin mengetahui adanya implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013: 13-14) yang mendeskipsikan metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menenkankan makna daripada generalisasi.

Menurut Moleong (2012:6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa , pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.


(61)

47

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran tematik berbasis karater religius dan peduli sosial di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purpose. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Sugiyono (2013:300) bahwa purposive adalah teknik pengembilan sumber data dengan pertimbangan tertentu

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Adapun kelas yang digunakan dalam pengambilan data adalah kelas IV. Beberapa alasan pemilihan lokasi penelitian adalah, lokasi peh sebagai berikut. Pertama, lokasi penelitian belum pernah digunakan untuk penelitian khususnya penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial. Kedua, lokasi penelitian berada di wilayah desa yang masih kental dengan budaya dan nilai-nilai luhur. Ketiga, salah satu kelas yang menanamkan dan mengembangkan pendidikan karakter dengan berbagai kegiatan yang khas adalah kelas IV. Waktu yang di gunakan dalam penelitian ini adalah bulan April-Mei 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek dan objek yang digunakan untuk memperoleh data:


(62)

48 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang akan diperoleh datanya untuk penelitian. Dalam penelitian ini, penentuan subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Sugiyono (2010: 299) bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Subjek penelitian yang dipilih adalah guru kelas IV dan tiga peserta didik kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan. Hal ini karena guru kelas sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di kelas lebih memahami bagaimana mengimplementasikan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan peduli sosial ke dalam proses pembelajaran.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah informasi yang didapatkan dari subjek peneliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian antara lain:

a. Perencanaan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

b. Pelaksanaan pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

c. Penilaian/evaluasi pembelajaran tematik berbasis karakter religius dan perduli sosial kelas IV di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman


(63)

49 D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013: 308) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010:220). Peneliti melaksanakan observasi partisipasi pasif dalam penelitian ini. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data tentang situasi umum dari objek yag diteliti, yaitu munculnya nilai karakter religius dan peduli sosial dalam pembelajaran tematik di SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sugiyono (2013: 312) bahwa dalam observasi partisipasi pasif peneliti datang di tempat kegiatan subjek yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Wawancara atau yang dalam bahasa Inggris sering disebut dengan interview. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam kepada guru kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan untuk mengumpulkan data tentang implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter


(64)

50

religius dan peduli sosial. Wawancara mendalam menurut Imam Gunawan (2014:165) memungkinkan berlangsungnya diskusi terarah antara peneliti dan narasumber menyangkut masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Menurut Sugiyono (2013: 326) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan dokumentasi berupa perekaman data berupa objek gambar atau peristiwa, maupun arsip yang mendukung dan melengkapi informasi yang dibutuhkan peneliti. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara agar lebih kredible.

E. Instumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi guna memperoleh data yang dibutuhkan peneliti. Berbagai teknik pengumpulan data tersebut digunakan alat perekam data baik secara audio maupun visual berupa foto.

1. Pedoman Observasi

Marshall (Sugiyono, 2013: 309) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku


(65)

51

tersebut. Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang nilai karakter religius dan peduli sosial yang dikembangkan dan bagaimana implementasi pendidikan karakter tersebut dalam pembelajaran tematik yang dimulai dari awal hingga akhir. Adapun tempat yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah ruang kelas, dimana peneliti akan mengamati peran guru dan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial

No Tahap Aspek

1 Perencanaan Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter

Silabus, Rpp, dan sarana prasarana

yang mendukung dalam

implementasi pembelajaran tematik berbasis karakter

2 Pelaksanaan Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter

Proses pelaksanaan

Munculnya nilai religius dan peduli sosial

3 Penilaian Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter

Lembar penilaian nilai karakter

2. Pedoman Wawancara

Sugiyono (2013: 316) mengatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Pelaksanaan teknik wawancara di perlukan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara


(66)

52

sebagai alat pengumpulan data. Pedoman wawancara terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur digunakan untuk menemukan permasalahan terbuka, dimana peneliti dapat mengajukan pertanyaan di luar pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan pendapat dan ide-ide dari subjek penelitian. Wawancara yang ini dilakukan dengan guru dan peserta didik kelas IV.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial untuk Guru.

No Indikator

1 Pemahaman guru tentang pendidikan karakter.

2 Nilai karakter yang di kembangkan di kelas IV SD N Pusmalang Kecamatan Cangkringan.

3 Pengintegrasian karakter religius dan peduli sosial dalam kegiatan pembelajaran tematik.

4 Hambatan pelaksanaan karakter religius dan peduli sosial pada pembelajaran tematik.

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Religius dan Peduli Sosial untuk Peserta Didik.

NO Indikator

1 Proses pelaksanaan.

2 Kegiatan berbasis karakter religius dan peduli sosial pada pembelajaran tematik


(1)

272

. .

\

Gambar 18. Visi, Misi, dan Tujuan SD

Negeri Pusmalang Gambar 19. Infak kelas IV SD N Pusmalang


(2)

273 Lampiran 15. Surat Keterangan Validasi


(3)

274 Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Penelitian


(4)

275 Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian


(5)

276 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian


(6)

277


Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER DI SD NEGERI 2 TANJUNGHARJO KECAMATAN NGARINGAN Manajemen Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Di SD Negeri 2 Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan.

0 1 19

MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER DI SD NEGERI 2 TANJUNGHARJO Manajemen Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Di SD Negeri 2 Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan.

0 4 14

PENDAHULUAN Manajemen Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Di SD Negeri 2 Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan.

0 4 9

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN DI SD NEGERI SRIMULYO 2 SRAGEN Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dan Disiplin Di SD Negeri Srimulyo 2 Sragen.

0 4 16

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 1 Peleman Sragen.

0 2 13

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS IV A Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 1 Peleman Sragen.

0 2 16

IMPLEMENTASI KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN Implementasi Karakter Religius Dan Peduli Sosial Pada Petugas Pemadam Kebakaran(Studi Kasus Pada Anggota Petugas Pemadam Kebakaran Bpbd Kota Surakarta).

0 2 13

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 2 DI SD NEGERI WATUADEG KECAMATAN CANGKRINGAN.

0 1 153

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SD NEGERI PREMBULAN GALUR KULON PROGO.

0 12 342

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Tematik-Integratif Berbasis Karakter Jujur dan Peduli di Kelas IV SD N 2 Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas.

0 1 2