Hubungan prestasi kerja praktek industri, prestasi mata pelajaran kewirausahaan, dan status sosial ekonomi orangtua dengan minat peserta didik berwirausaha : studi kasus SMK Negeri 1 Bantul.

(1)

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI, PRESTASI

MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN STATUS

SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT

PESERTA DIDIK BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : SMK Negeri 1 Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Ditya Surya Kurniawan NIM : 061324005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI, PRESTASI

MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN STATUS

SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT

PESERTA DIDIK BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : SMK Negeri 1 Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Ditya Surya Kurniawan NIM : 061324005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan

panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan

cinta, kata manis dan baik yang keluar dar i kedalaman hati. Kar ya ini ku

per sembahakan untuk ibuku dan ayahku sebagai tanda baktiku kepadamu.

Tapi tidak lupa, saya ucapkan rasa terima kasih yang sangat besar kepada

ALLAH SWT, serta yang telah membantu dalam penyusunan skr ipsi ini.


(6)

v

Motto

“Sebaik – baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain”

“Sebab, sukses itu bukan ter letak dapat apa, jadi apa, eksis atau tidak, bintangnya ter ang atau tidak...tapi bagaimana menjalani hidup ini dengan benar ”


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI, PRESTASI MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA DENGAN MINAT PESERTA DIDIK BERWIRAUSAHA Studi Kasus Pada SMK Negeri 1 Bantul

Oleh:

Ditya Surya Kurniawan NIM. 06 1324 005

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prestasi praktek industri, prestasi mata pelajaran kewirausahaan, dan status sosial ekonomi orang tua dengan minat peserta didik berwirausaha SMK Negeri 1 Bantul kelas XII Program Kehlian Bisnis dan manajemen.

Penelitian ini dilakukan pada Program Keahlian Bisnis dan Manajemen di SMK Negeri 1 Bantul kelas XII tahun ajaran 2012/2013 dengan populasi 478 peserta didik dan sampel 160 peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data secara statistik deskriptif dan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Prestasi praktek industri berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0.602 (sig=0,000<0,05). (2) Prestasi mata pelajaran kewirausahaan berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0,543 (sig=0,000<0,05). (3) Status sosial ekonomi berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0.319 (sig=0,000<0,05).


(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACHIEVEMENT OF INDUSTRIAL PRACTICE, ACHIEVEMENT OF ENTERPRENEURSHIP LESSON, PARENTAL SOCIAL ECONOMIC STATUS AND THE INTEREST OF

PARTICIPANTS OF ENTERPRENEURSHIP LESSON A Case Study on SMK Negeri 1 Bantul

By:

Ditya Surya Kurniawan NIM. 06 1324 005

The objective of this research is to discover the relationship between industrial practice achievement, enterpreneurship lesson achievement, parental social economic status and interest of participants of enterpreneurship lesson on twelfth class of the Study Programme of Business Expertise and Management of SMK Negeri 1 Bantul.

This research was done on the twelfth class of the Study Programme of Business Expertise and Management of SMK Negeri 1 Bantul, 2012/2013 academic year, based on 478 population of students and 160 samples. The data collection method was questionnaire which its validity and realibility were already tested. The data analysis were descriptive statistical technique and product moment correlation.

The results of this research show that: (1) The relationship between industrial practice and the interest of enterpreneurship lesson is positive and significant, approved by the coefficient of correlation up to 0.602 (sig=0,000<0,05). (2) The relationship between the achievement of enterpreneurship lesson and the interest of participants of enterpreneurship lesson shows positive and significant relation, approved by the coefficient of correlation up to 0.543 (sig=0,000<0,05). (3) The parental social economic status and the interest of participants of enterpreneurship lesson shows positive and significant relationship, approved by the coefficient of correlation up to 0.319 (sig=0,000<0,05).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Prestasi Praktek Industri, Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan, Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Minat Peserta Didik Berwirausaha”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam

penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing dengan sangat sabar dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S. Pd., M. Sc. yang telah membimbing

penulis selama ini dalam perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi, yang telah


(12)

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Definisi Operasional ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kewirausahaan ... 9

B. Minat ... 24

C. Status Sosial Ekonomi ... 29

D. Prestasi Belajar ... 35

E. Kelompok Mata Pelajaran ... 36


(14)

xiii

G. Kerangka Berpikir ... 39

H. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

D. Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel ... 44

E. Variabel Penelitian dan Deskripsi Operasional ... 47

F. Data yang dicari ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah SMK N 1 Bantul ... 58

B. Visi dan Misi SMK N 1 Bantul ... 58

C. Organisasi SMK N 1 Bantul ... 59

D. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK N 1 Bantul ... 60

E. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 61

F. Siswa SMK N 1 Bantul ... 62

G. Guru dan Karyawan SMK N 1 Bantul ... 62

H. Profil Prestasi Siswa... 66

I. Deskripsi Operasional ... 68

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 69

B. Hasil Uji Normalitas ... 73

C. Hasil Uji Korelasi ... 74


(15)

xiv

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha ... 49

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi ... 49

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 52

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 54

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMK Negeri 1 Bantul tahun 2012 ... 62

Tabel 4.2 Daftar Guru dan Karyawan SMK Negeri 1 Bantul ... 62

Tabel 5.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 69

Tabel 5.2 Prestasi Praktek Industri ... 70

Tabel 5.3 Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 70

Tabel 5.4 Status Sosial Ekonomi ... 71

Tabel 5.5 Minat Berwirausaha ... 72

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas ... 73


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel X dengan Y ... 41

Gambar 4.1 Struktur organisasi SMK Negeri 1 Bantul ... 59

Gambar 4.2 Lingkungan SMK Negeri 1 Bantul ... 60


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Indonesia, ada tiga jalur pendidikan yang dikenal dalam sistem

pendidikan di Indonesia, yaitu jalur formal, jalur informal, dan jalur non

formal. Sekolah seperti SD, SMP, SMA/SMK merupakan pendidikan yang

digolongkan dalam pendidikan jalur formal. . Sekolah dikatakan sebagi

pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan belajar

yang terencana dan terorganisir termasuk kegiatan belajar dan mengajar.

Dengan belajar anak memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

sikap, dan nilai yang mengantarnya ke tahap kedewasaan (Winkel, 2004:28).

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai

tujuan mendidik anak agar mengerti, menghayati peran sosial dan ilmiah,

mengembangkan cara berfikir ilmiah dalam memahami lingkungan fisik,

sosial, serta memecahkan masalah yang dihadapi. Di sekolah siswa

mengalami proses belajar mengajar. Siswa diperkenalkan dengan berbagai

macam ilmu pengetahuan juga mengalami kehidupan sosial bersama dengan

teman dan guru. Tujuan utama dari proses belajar ini agar siswa bisa tumbuh

menjadi manusia sosial dan yang menguasai ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan yang diberikan pada siswa disajikan dalam bentuk berbagai

macam pelajaran.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,


(19)

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta

mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina

yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan

dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi

sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan

mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK berisi mata

pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan

Diri.

Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya,

Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata

pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam

spektrum manusia kerja.

Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang

bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan

pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek

pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak


(20)

lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan program keahlian yang

diselenggarakan.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan

konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,

belajar, dan pembentukan karier peserta didik. Pengembangan diri bagi

peserta didik SMK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan

bimbingan karier.

Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat

diperpanjang hingga empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau

kelas XIII. Struktur kurikulum SMK disusun berdasarkan standar kompetensi

lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Dalam era globalisasi ini, siswa dituntut untuk lebih maju, kreatif,

inovatif agar dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan

mapan membentuk karakter siswa dan membentuk pribadi yang kuat dan


(21)

kreatifitas agar siswa mempunyai kualitas pendidikan yang tinggi dan

mempunyai daya saing. Untuk melahirkan jiwa-jiwa yang berkualitas dan

mempunyai daya saing tinggi, maka tugas sekolah menyediakan

fasilitas-fasilitas yang menunjang proses belajar bagi siswa-siswanya.

Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian dari program SMK

dimana peserta didik melakukan praktek kerja (magang) di perusahaan atau

industri yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan

di SMK. Peserta didik SMK menjalani magang di industri hanya beberapa

bulan selama mereka menjalani sistem pendidikan tiga tahun atau empat

tahun di SMK. Melalui program praktik kerja industri merupakan suatu

langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem pendidikan dan pelatihan

kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan

tamatan yang bermutu. Praktik dasar kejuruan dapat dilaksanakan di industri

apabila industri pasangan memiliki fasilitas pelatihan memadai. Namun

apabila industri pasangan tidak memiliki fasilitas pelatihan maka kegiatan

praktik dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah. Praktik keahlian

produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri (on the job training) berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan.

Status sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor yang

mempunyai peranan terhadap minat berwirausaha pada anaknya. Status sosial

ekonomi orang tua beragam misalnya jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan


(22)

yang berbeda-beda maka akan berbeda pula pengaruhnya terhadap minat

berwirausaha pada anak. Anak yang mempunyai minat berwirausaha yang

tinggi dan mendapat dukungan spiritual maupun material dari orang tuanya

akan dapat meraih sukses. Dukungan spiritual contohnya cara orang tua

memotivasi, perhatian, dan pengertian sedangkan dukungan material adalah

modal.

Dunia usaha atau pun dunia industri membutuhkan manusia yang

berkemampuan professional di bidangnya masing-masing dalam berbagai

aspek kehidupan. Hal ini akan menimbulkan persaingan ketat terhadap dunia

kerja. Salah satu upaya untuk menghadapi industrialisasi adalah dengan

berwirausaha. Ditinjau dari segi kemandirian berwirausaha akan memberikan

peluang untuk diri sendiri dalam mencapai kesuksesan. Dari segi sosial akan

memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan, dan masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini

penulis akan mengangkat topik Hubungan Prestasi Praktek Industri, Prestasi

Mata Pelajaran Kewirausahaan, dan Status Sosial Ekonomi Dengan Minat

Peserta Didik Berwirausaha. Studi kasus pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dirumuskan


(23)

1. Apakah ada hubungan prestasi praktek Industri dengan minat peserta didik

berwirausaha?

2. Apakah ada hubungan prestasi mata pelajaran Kewirausahaan dengan

minat peserta didik berwirausaha?

3. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi orang tua peserta didik

dengan minat peserta didik berwirausaha?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibatasi hanya pada sebagian aspek saja, terutama

yang berkaitan dengan prestasi Praktek Industri peserta didik, prestasi

pelajaran Kewirausahaan peserta didik, dan status sosial ekonomi peserta

didik di SMK N 1 Bantul. Deskripsi tentang prestasi Praktek Industri

didasarkan pada siswa yang telah mengalami secara langsung proses

pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan.

D. Definisi Operasional

1. Prestasi Praktek Industri

Prestasi praktik kerja industri adalah suatu pencapaian hasil peserta didik

yang diarahkan terhadap tercapainya suatu nilai dari pendidikan yang

mengintegrasikan kegiatan pendidikan (teori) di sekolah dengan kegiatan

pendidikan (praktik) di dunia industri. Untuk memperoleh data atau nilai

tersebut, peneliti menggunakan dokumentasi yang didapat dari leger nilai peserta didik.


(24)

2. Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan

Prestasi belajar kewirausahaan adalah bukti keberhasilan peserta didik

dalam penguasaan terhadap standar kompetensi mata pelajaran

kewirausahaan melalui tahap - tahap evaluasi belajar yang dinyatakan

dengan nilai akhir peserta didik itu sendiri yang berupa angka. Untuk

memperoleh data atau nilai tersebut, peneliti menggunakan dokumentasi

yang didapat dari leger nilai peserta didik. 3. Status Sosial Ekonomi

Definisi status sosial ekonomi yaitu kedudukan atau posisi peserta didik

sekaligus orang tua peserta didik dalam masyarakat berkaitan dengan

kemampuan yang dipandang pada tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

dan tingkat pekerjaan. Untuk mampu mengidentifikasi kondisi status sosial

ekonomi peserta didik, peneliti menggunakan kuesioner yang ditujukan

pada peserta didik. Dari kuesioner tersebut maka akan diperoleh angka

sebagai ukuran.

4. Minat Wirausaha

Minat berwirausaha adalah keinginan, motivasi dan dorongan peserta didik

untuk membuka suatu peluang usaha dengan ketrampilan, serta keyakinan

yang dimiliki tanpa merasa takut untuk mengambil resiko. Data diperoleh

dengan cara peneliti menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data


(25)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan prestasi praktek Industri dengan minat peserta didik

berwirausaha.

2. Hubungan prestasi mata pelajaran Kewirausahaan dengan minat peserta

didik berwirausaha.

3. Hubungan status sosial ekonomi orang tua peserta didik dengan minat

peserta didik berwirausaha.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan atau pertimbangan

dalam pengembangan Praktek Industri di SMEA N 1 Bantul.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru untuk

meningkatkan jiwa berwirausaha peserta didik.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini menjadi bekal dan batu tumpuan untuk masuk dalam


(26)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan

untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya

atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola,

mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu

sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang

sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan

merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya,

bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka

meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya.

Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas

dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari,

minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha

dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti,

karena dengan berkreasi dan berinovasi semua peluang dapat

diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan

peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk


(27)

Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu

berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna

mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, masyarakat , bangsa dan

negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan

berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya,

dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan

bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal

dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan

between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah

entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang aktor yang memimpin proyek produksi. Konsep wirausaha secara lengkap

dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak

sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang

baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan

baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi

bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut

ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang

kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang

tersebut.

Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan

fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan


(28)

digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak

berbeda.

Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)

mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.

Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha

adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung

resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi

pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas

yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada

pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari

seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan

tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan

sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya

baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan

usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif

yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang

menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang


(29)

dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan

adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam

mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan

sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :

a) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku

yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,

kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).

b) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)

(Drucker, 1959).

c) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk

memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).

d) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai

suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture

growth) (Soeharto Prawiro, 1997).

e) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang

baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat

memberi nilai lebih.

f) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda


(30)

diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan

pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang

dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa

yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan

kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan

dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif

(create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang

dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah

mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan

melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka

yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi

ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan

normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan

untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1)

peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal

tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang

usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil

berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.”


(31)

Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999)

mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan

kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang

memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih

baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan

melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan

menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja

yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan

inovasi serta kemampuan manajemen.”

2. Karakteristik Kewirausahaan a) Motif Berprestasi Tinggi

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat

berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi

(achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang

menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai

kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus

dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori

motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan,

sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik

(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi


(32)

diri (self-actualiazation needs). Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih

baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang

memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai

berikut (Suryana, 2003 : 33-34)

1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang

timbul pada dirinya.

2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat

keberhasilan dan kegagalan.

3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

4) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.

5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang

(fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari

tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian

keberhasilan sangat rendah.

b) Selalu Perspektif

Istilah “perspektif” seringkali diartikan sebagai sudut pandang/cara

pandang orang atau kelompok tertentu tentang sesuatu objek atau

barang. Dalam arti yang lain, ‘perspektif’ dapat dilihat sebagai batasan

pandangan orang atau kelompok tertentu terhadap objek

penglihatannya. Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang


(33)

dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan

penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah

orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena

memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha

untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda

dengan yang sudah ada.

Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang

perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi

pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat

wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada.

Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

c) Memiliki Kreativitas Tinggi

Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir

yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir

sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau

berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer

dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku

Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika

wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru


(34)

dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam

rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk

meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Dari definisi diatas,

kreativitas mengandung pengertian, yaitu :

1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

2) Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan

cara baru.

3) Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan

lebih baik.

Menurut Zimmerer(1996:7), ide-ide kreativitas sering muncul ketika

wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan

berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari

yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan

jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk

memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari.

d) Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi

Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah

sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam

belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari

Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal


(35)

pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga,

very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau

sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai

manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong

manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan

dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif.

Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang,

antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat

menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa

lalu, masa kini, dan masa depan.

e) Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab

Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya

dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada

usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut

seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang

menggebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan

usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani

menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi

peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh

terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun


(36)

penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan

pekerjaannya.

f) Mandiri atau Tidak Ketergantungan

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk

menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha

harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan

ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha

didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang

digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang

wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru

dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada

disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan

pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang

dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa

yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan

kepuasan kepada konsumen.

g) Berani Menghadapi Risiko

Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah

entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam


(37)

mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi,

melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko

terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,

wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko

yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian

menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong

wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh

hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan

umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan

salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak

mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut

Angelita S.Bajaro, “seorang wirausaha yang berani menanggung

risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan

memenangkan dengan cara yang baik”. Wirausaha adalah orang yang

lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih

mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang

menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung

risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko

yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar

diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara


(38)

tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena

ingin berhasil.

h) Selalu Mencari Peluang

Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang

untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan

yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan

produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk

merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga

menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan

secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang

mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.

i) Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,

kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih

dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas

dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang

dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia

selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga

ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun

pemasaran. Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang


(39)

jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk

menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang,

terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan

peluang. Leadership Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan

pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku

dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas

dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu:

Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha

yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi

sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output

dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta

mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.

j) Memiliki Kemampuan Manajerial

Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha

adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang

digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan

perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha,


(40)

maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang

kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib

dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan

keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh.

k) Memiliki Kerampilan Personal

Wirausahawan Andal. Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan

cara-cara sebagai berikut:

o Pertama, percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari

penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.

o Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang

menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.

o Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk

menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.

o Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan

musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.

o Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan

terencana,

jujur, hemat, dan disiplin.

o Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara

lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.

o Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan


(41)

lain (leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan dan pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.

B. Minat

1. Pengertian minat

Menurut Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:61) minat dapat

didefinisikan sebagai suatu sikap atau perasaaan yang positif terhadap

suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda.

Menurut Cony semiawan dalam ketut Sukardi (1988:61) Minat

adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada

situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan

kepadanya. Minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu

kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut.

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang

pengertian minat:

1) Minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya minat merupakan

penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar

pribadi (Ketut Sukardi, 1988: 61-62).

2) Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk

merasa tertarik pada bidang atau merasa senang berkecimpung di


(42)

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian

minat adalah keadaan seseorang yang dapat menimbulkan adanya

keinginan yang akan memuaskan kebutuhan.

2. Macam-macam minat

Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:64), minat dibagi menjadi tiga

macam yaitu:

1) Minat yang diekspresikan

Yaitu seseorang yang dapat mengungkapkan minat dengan kata-kata

tertentu. Contohnya: seseorang yang tertarik mengoleksi perangko,

tertarik menciptakan model pesawat udara, dan mengumpulkan mata

uang logam .

2) Minat yang diwujudkan

Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan dengan kata-kata

tetapi melakukan tindakan atau perbuatan, serta ikut

melakukannya.Contohnya: berdagang

3) Minat yang diinventarisasikan

Yaitu seseorang memiliki minat dapat diukur dengan menjawab

sejumlah pertanyaan tertentu atau pilihan untuk kelompok aktivitas


(43)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat seseorang pada dasarnya mengalami perkembangan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat adalah (Winkel,

1983:31-33):

1) Faktor fisik

Kondisi fisik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat.

Orang yang memiliki fisik yang sehat tentu akan berbeda minatnya

dibandingkan orang yang lemah dan tidak sehat. Faktor fisik

merupakan pendukung utama dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh

individu karena fisik yang sehat akan membantu seseorang bekerja

lebih teliti dan cepat selesai. Contoh dalam berdagang orang yang

fisiknya lemah akan lebih lama dalam melayani pembelinya

sedangkan orang yang fisiknya sehat akan lebih cepat dalam

memberikan pelayanan kepada pembelinya.

2) Faktor psikis

Faktor psikis yang mempengaruhi minat diantaranya adalah:

a) Motif

Motif adalah dorongan yang datang dari diri manusia untuk berbuat

sesuatu. Motif diartikan suatu kekuatan yang terdapat dalam diri

organisme untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Dorongan ini


(44)

b) Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas

yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Perhatian

akan menimbulkan minat seseorang jika subjek mengalami

keterlibatan dengan objek.

c) Perasaan

Perasaan adalah aktivitas psikis yang di dalamnya subjek

mengalami nilai-nilai objek. Hubungan perasaan dalam mencapai

minat adalah sebagai berikut: perasaan senang akan menimbulkan

minat yang diperkuat dengan adanya sikap positif, sebab perasaan

senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa

yang datang pada subyek bersangkutan. Sebagai contoh jika siswa

mengikuti praktik mempunyai perasaan senang, maka ia akan

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan aktivitasnya dengan

harapan akan memperoleh pengalaman dalam bidang tersebut yang

kemudian akan menumbuhkan minat untuk melakukan usaha

sendiri.

3) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan di antaranya adalah:

a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah, ibu,

anak dan keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peranan penting


(45)

bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Keluarga merupakan

peletak dasar bagi pola tingkah laku, karakter, intelegensi, bakat,

minat dan potensi anak yang dimiliki untuk dapat berkembang

secara optimal. Dengan demikian, keluarga merupakan faktor yang

paling penting bagi tumbuh dan berkembangnya potensi yang

dimiliki anak.

b) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah adalah kondisi di sekitar individu yang

mempengaruhi proses belajar. Sebagai pendidik, guru harus

mampu menciptakan lingkungan belajar mengajar yang dapat

merangsang siswa untuk belajar, sehingga anak merasa nyaman,

tenteram dan senang. Dengan demikian, anak akan termotivasi

sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.

c) Lingkungan masyarakat

Semua hubungan di luar keluarga dan luar sekolah dinamakan

masyarakat. Lingkungan yang mempengaruhi minat peserta didik

adalah pergaulan dengan teman sebaya, televisi, surat kabar dan

lain-lain. Dalam pembentukan watak dan menumbuhkan minat,

lingkungan masyarakat memiliki andil yang sangat besar.

Minat berwirausaha meliputi: kesediaan untuk bekerja keras dan

tekun untuk mencapai usahanya, kesediaan untuk menanggung resiko


(46)

dialami. Jadi yang dimaksud minat berwirausaha adalah kecenderungan

yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa senang

berkecimpung di bidang kewirausahaan.

C. Status Sosial Ekonomi

Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang

tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusiapun yang memiliki

status sosialnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang

diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di

lapisan sosial yang lebih tinggi, tentu saja dengan melihat kemampuan dan

jalan yang dapat ditempuh.

Status sosial ekonomi erat kaitannya dengan karakteristik pendidikan

anak seperti motivasi pencapaian hasil, putus sekolah, dan keberhasilan

akademis. Kedudukan dan pekerjaan merupakan unsur status sosial ekonomi

yang penting, yang berhubungan erat dengan inteligensi. Beberapa macam

pengukuran status sosial ekonomi, semuanya menggunakan kombinasi

sebagai berikut: tingkat pendidikan, tingkat jabatan, jenis tempat tinggal,

besarnya pendapatan, sumber pendapatan (Narwoko dan Suyanto, 2007:160).

a. Jabatan atau pekerjaan orang tua (Narwoko dan Suyanto, 2007:161)

1) Profesional dan pemilikan (dokter, ahli hukum, akuntan)

2) Profesional dan pemilikan minor (pemula atau dokter dan ahli hukum

yang setengah berhasil, petani besar)


(47)

4) Pekerja-pekerja terampil (penata buku, mandor pabrik, ahli rekayasa

jalan kereta api)

5) Pekerja terampil menengah (operator telepon, pertukangan kayu,

tukang ledeng, tukang cukur, pemadam api)

6) Pekerja semi terampil (pengemudi taksi dan truk, penjaga pompa

bensin, pramuwisma)

7) Pekerja tak terampil (buruh kasar, penambang, jaga malam)

Pekerjaan orang tua, meliputi:

1) Wirausaha contohnya pedagang, peternak, bengkel dan orang yang

menjalankan perusahaannya sendiri.

2) Pegawai Negeri Sipil contohnya guru, polisi, ABRI, dan orang yang

menerima gaji dari negara.

3) Karyawan swasta contohnya pekerja pabrik dan karyawan perusahaan

swasta.

4) Petani misalnya nelayan dan buruh tani

Secara umum dapat dikatakan bahwa orang tua adalah kelompok

sosial terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya

serta wali yang bertanggung jawab terhadap anak.

Pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari

usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Sumber pendapatan orang tua diperoleh dari bekerja atau menciptakan

lapangan pekerjaan sendiri. Contohnya berdagang, menjadi guru, menjadi


(48)

Tugas orang tua adalah mengarahkan anak mejadi pribadi yang

mandiri. Membina anak menuju kemandirian memerlukan prinsip-prinsip

psikologi yang menjelaskan tentang maksud tingkah laku dan emosi pada

anak dan orang dewasa.

Walaupun orang tua sibuk dalam mengerjakan berbagai kegiatan

tetapi harus tetap punya waktu untuk anak. Interaksi antara anak dengan

orang tua sangat diperlukan untuk perkembangan anak. Tujuan utama dari

kerjasama antara orang tua dan anak adalah untuk melatih keterampilan

agar anak mengerti kewajiban serta bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya . Di samping itu melalui kebiasaan bekerjasama, anak tidak

terbentuk sifat malas dan menolak tugas.

Pembinaan dalam hal ini hendaknya diarahkan kepada sifat optimis,

kreatif mengarah kehidupan yang tidak tergantung pada orang lain, berani,

dan tidak merasa malu untuk bekerja mandiri menjadi wirausaha yang

berhasil.

b. Pendapatan

Sumber pendapatan orang tua diperoleh dari bekerja atau

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Contohnya berdagang, menjadi

guru, menjadi perawat, menjadi dokter, dan membuat usaha sendiri.

Pendapatan adalah segala bentuk balas jasa yang diperoleh seseorang

terhadap proses produksi. Setiap keluarga memperoleh pendapatan yang

berbeda-beda. Menurut Gilarso (2004:63), pada dasarnya sumber


(49)

1) Usaha sendiri

Usaha sendiri adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dengan

menanggung resiko usaha sendiri apabila mengalami kerugian

maupun keuntungan. Contohnya: berdagang, bengkel motor, penjahit,

dan mengelola usaha sendiri.

2) Bekerja dengan orang lain

Yaitu bekerja dengan instansi atau perusahaan orang lain dengan

imbalan gaji berupa barang dan uang. Misalnya karyawan atau

pegawai negeri sipil.

3) Hasil dari milik sendiri

Harta milik sendiri dapat menghasilkan barang dan jasa sebagai

penghasilan tambahan. Misalnya: mempunyai sawah yang disewakan

atau rumah yang disewakan.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,

dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan dapat


(50)

1) Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 1 Butir 14

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini

(PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

2) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9

(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi

jenjang pendidikan menengah.

3) Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan

pendidikan dasar.

4) Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan

spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan

tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan dapat

dibedakan menjadi tujuh yaitu


(51)

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta

didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

2) Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).

3) Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana

dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin

ilmu pengetahuan tertentu.

4) Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program

sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu

profesi atau menjadi seorang profesional.

5) Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan

peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan

tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program


(52)

6) Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan

tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan

peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman

terhadap ajaran agama atau menjadi ahli ilmu agama.

7) Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk

peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki

kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung

dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar

biasa/SLB).

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Sunaryo (1983 : 10) adalah hasil perubahan

kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam

bidang keterampilan dan dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan

itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap

tugas yang diberikan oleh guru (Winkel, 1986 : 102). Perubahan itu

bersikap secara relative konstan dan berbekas. Hasil dari belajar tidak


(53)

menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Hasil

belajar akan tampak dalam prestasi (Winkel, 2004:58). Jadi prestasi belajar

merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan

hasil dari proses yang dilakukan. Prestasi belajar diukur melalui alat ukur

yaitu suatu tes.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari fakor

intern dan faktor ektern (Roestiyah , 1982:159) yaitu:

a. Faktor internal

Faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti

kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dll. Faktor ini berwujud

sebagai kebutuhan dari anak. Menurut Dimiyati dan Mujino (1999:

235-253) faktor intern meliputi a). faktor psikologis yaitu fakor-faktor

yang berhubungan dengan kejiwaan mental dan berpikir. b). faktor

biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik seperti

penglihatan dan pendengaran.

b. Faktor eksternal

Faktor yang datang dari luar diri si anak. misalnya kebersihan

rumah, dan lingkungan belajar seperti lingkungan sekolah, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat.

E. Kelompok Mata Pelajaran

Uraian tentang kelompok mata pelajaran yang berisi deskripsi


(54)

2006, meliputi tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok normatif,

kelompok adaptif, dan kelompok produktif.

Kelompok normatif adalah kelompok mata pelajaran yang dialokasikan

secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni

Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris,

Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi,

dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran

yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi

Kejuruan.

F. Prakerin (Praktek Kerja Industri)

Prakterin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan

kegiatan pembelajaran mata pelajaran kelompok program produktif. Kegiatan

prakerin dirancang dn dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal hal

sebagai berikut :

a.Prakerin bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi peserta

didik dalam pembentukan kompetensi secara utuh dan lebih bermakna,

terutama pembentukan sikap (etos) kerja sesuai dengan tuntutan di

lapangan kerja.

b.Waktu pelaksanaan prakerin dialokasikan dari waktu yang tersedia pada

mata pelajaran Kompetensi Kejuruan dengan ketentuan 4 jam praktek di


(55)

c.Kegiatan prakerin sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, juga

dimanfaatkan sebagai bagian dari penilaian hasil belajar (kompetensi)

peserta didik.

d.Ketersediaan sarana dan prasarana / sumber daya yang dimiliki sekolah

untuk mendukung proses pencapaian kompetensi lulusan sesuai dengan

standar kompetensi yang berlaku.

Prakerin adalah kegiatan magang di industri dalam waktu tertentu untuk

memperoleh dan menerapkan konsep pembelajaran yang diterima di sekolah

dan membandingkanya dengan yang ada di dunia usaha/industri. Kegiatan

prakerin dilakukan selama kurang lebih 3 bulan pada institusi pasangan yang

ditentukan oleh sekolah. Selama kegiatan prakerin siswa akan terus dimonitor

oleh guru pembimbing dan pada akhir kegiatan prakerin siswa diharuskan

membuat laporan kegiatan prakerin.

Praktik Kerja Industri atau yang biasa disebut dengan istilah Prakerin

atau PKL (Praktek Kerja Lapangan) adalah suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan

singkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan

yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk

mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional

tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu

pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari


(56)

diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung

pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.

Sedangkan tujuan Praktik Kerja Industri menurut Wena yang dikutip

oleh Sambas (posted 5th April 2010), adalah : (1) Menghasilkan tenaga kerja

yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat

pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan

lapangan kerja. (2) Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan

kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan dunia kerja. (3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja berkualitas dan profesional. (4) Memberi pengakuan dan

penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai proses dari pendidikan.

G. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara praktek Industri dengan minat peserta didik berwirausaha

Berwirausaha erat hubungannya dengan kemampuan seseorang

berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna

mencapai tujuan. Dalam praktek industri, para peserta didik dituntut untuk

berproses dalam ruang lingkup lingkungan usaha maupun industri. Praktek

indusrtri mampu memunculkan situasi dimana para peserta didik bisa

melihat dunia usaha. Praktek industri mampu menginspirasi peserta didik


(57)

2. Hubungan antara mata pelajaran kewirausahaan dengan minat peserta didik berwirausaha.

Kegiatan pembelajaran di dalam kelas erat kaitannya dengan proses

yang dicapai peserta didik. Sebagai contoh pembelajaran yang dituangkan

dalam suatu mata pelajaran kemungkinan akan mempengaruhi keinginan

peserta didik untuk diterapkannya dalam kehidupan nyata, demikian pula

dengan pembelajaran kewirausahaan, dalam hal ini kaitannya dengan nilai

atau prestasi mata pelajaran kewirausahaan memungkinkan adanya

hubungan dengan minat peserta didik untuk berwirausahaan.

3. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat peserta didik berwirausaha

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting di dalam keluarga,

terutama dalam memberikan perhatian dan dukungan terhadap anak-anak,

selain itu orang tua memiliki peranan dalam mencakupi kebutuhan mereka

seperti pendidikan, kesehatan, sandang dan juga pangan. Untuk dapat

melakukan itu semua, orang tua harus bekerja. Jenis pekerjaan yang

dilakukan antara orang tua yang satu dengan yang lain berbeda.

Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh dalam menimbulkan

minat anak-anak mereka dalam menentukan jenis pekerjaan apa yang akan

mereka tekuni. Jika jenis pekerjaan orang tuanya sebagai seorang

wirausaha, maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan minat


(58)

Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel X terhadap Y

Keterangan:

X1 : Variabel Prestasi Praktek Industri

X2 : Variabel Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan

X3 : Variabel Status Sosial Ekonomi

Y : Variabel Minat Berwirausaha

H. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan signifikan antara prestasi praktek industri dengan minat

berwirausaha.

2. Terdapat hubungan signifikan antara prestasi mata pelajaran

kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

3. Terdapat hubungan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua

dengan minat berwirausaha.

X1

X2

Y


(59)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatif. Jenis

penelitian eksplanatif digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel.

Penelitian eksplanatif betujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti

prestasi parktek industri, prestasi mata pelajaran kewirausahaan,status sosial

ekonomi, dan minat berwirausaha

Penelitian tentang hubungan praktek industri, mata pelajaran

kewirausahaan, dan status sosial terhadap minat peserta didik berwirausahaini

dibatasi ruang lingkupnya, yaitu mengambil studi kasus pada SMK N 1

Bantul.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK N 1 Bantul, sekolah tersebut dipilih karena :

a) SMK N 1 Bantul merupakan salah satu sekolah negeri yang

didalamnya terdapat Bidang Studi Keahlian Bisinis dan Manajemen,

dengan program keahlian Akuntansi, program keahlian Administrasi


(60)

b) SMK N 1 Bantul salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai visi

dan misi berkaitan dengan menghasilkan tamatan yang mampu

untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini

maupun yang akan datang, sehingga penelitian ini relevan untuk

mengetahui adanya hubungan minat berwirausaha peserta didik.

c) SMK N 1 Bantul komit dengan peningkatan mutu, komitmen

peningkatan mutu diaktualisasikan dengan penerapan sistem

manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2000 sejak tahun 2006, dan

sejak tahun 2010 telah berimigrasi ke ISO 9001-2008. Sejak tahun

2007 SMK N 1 Bantul diakui sebagai sekolah RSBI (Rintisan

Sekolah Berbasis Internasional) oleh DEPDIKNAS Sekolah sering

dijadikan tujuan studi banding dari sekolah di Pulau Jawa maupun

luar Jawa.

d) Letak SMK N 1 Bantul yang berada di Jl. Parangtritis Km 11

Sabdodadi Bantul sehingga cukup strategis dan mudah dijangkau.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan tahun 2012 pada bulan Oktober - Desember,


(61)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII program keahlian akuntansi

dan program keahlian pemasaran. Kelas XII dipilih karena berada pada

tingkat XII yang berarti telah menempuh pengalaman Praktek Industri.

2. Objek

Objek dari penelitian ini adalah prestasi praktek industri, prestasi mata

pelajaran kewirausahaan, dan status sosial ekonomi terhadap minat peserta

didik berwirausaha.

D. Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII SMK

N 1 Bantul, yang berjumlah 438 peserta didik, terdiri atas program

keahlian Teknologi Komputer dan Jaringan berjumlah 64 peserta didik,

Multimedia 64 peserta didik, Administrasi Perkantoran 63 peserta didik,

Akuntansi 126 peserta didik, dan Pemasaran 121 peserta didik.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik SMK N 1 Bantul kelas

XII jurusan Akuntansi dan jurusan Pemasaran. Dipilh jurusan Akuntansi

dan jurusan Pemasaran karena dua jurusan tersebut relatif dekat

hubungannya dengan bidang Ekonomi walaupun pada semua jurusan


(62)

luas, maka penulis menggunakan sejumlah responden yang dipilih sebagai

sampel, dalam penelitian ini sampelnya diambil dari keseluruhan populasi

peserta didik jurusan Akuntansi dan jurusan Pemasaran yang berjumlah

247 peserta didik. Krejcie dan Morgan membuat daftar yang bisa dipakai

untuk menentukan jumlah sampel. Jumlah sampel dari populasi dapat

diketahui dengan mengunakan rumus Krejcie dan Morgan, sebagai

berikut:

n = X2. N.P(1-P) (N- 1).d2 + X2.P(1-P)

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

X2 = nilai Chi kuadrat

P = proporsi populasi

d = galat pendugaan

Keterangan :

a. Asumsi tingkat kendala 95% karena menggunakan nilai X2 = 3,841

yang artinya memakai α = 0,05 pada derajat bebas 1.

b. Asumsi beragam populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P


(63)

c. Asumsi nilai galat pendugaan 5% ( d = 0,05 )

Dengan demikian, berdasarkan rumus Krejcie dan Morgan dapat

diketahui sampel dalam penelitian ini, dari populasi sejumlah 247 adalah

sebagai berikut :

n = X2. N.P(1-P) (N- 1).d2 + X2.P(1-P)

n = 3,841 x N ( 0,5 x 0,5 ) (N- 1).0,052 + 3,841( 0,25 )

n = 3,841 x 247 ( 0,25 ) (247- 1).0,0025+ 3,841( 0,25 )

n = 3,841 x 61,75 0,615 + 0,96025

n = 251,935 1,57525

n = 159,9333635 n = 160

Program keahlian Akuntansi (126 x 160) / 247 = 81 Program keahlian Pemasaran (121 x 160) / 247 = 79

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel penelitian ini adalah random sampling yaitu teknik penentuan sampel secara acak. Sampel acak sederhana dalam

penelitian ini dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan


(64)

E. Variabel Penelitian dan Deskripsi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam

penelitian maka perlu dijelaskan identifikasi antara masing-masing variabel

dalam penelitian yaitu

a) Prestasi Praktek Industri (X1), dalam penelitian ini yang akan diteliti

pada variabel praktek industri yaitu nilai praktek industri peserta didik

pada saat menempuh Praktek Industri. Variabel ini dinyatakan dalam

angka.

b) Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan (X2), dalam penelitian yang

akan diteliti pada variabel prestasi mata pelajaran kewirausahaan yaitu

nilai mata kewirausahaan itu sendiri yang telah diajarkan didalam

kelas. Variabel ini dinyatakan dalam angka yang terukur dari nilai.

c) Status Sosial Ekonomi (X3), dalam penelitian yang akan diteliti pada

variabel status sosial ekonomi yaitu tentang keadaan sosial terkait

dengan status ekonomi orang tua peserta didik, yang akan diukur yaitu

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pekerjaan orang tua

peserta didik. Diketahui UMP DIY tahun 2012 = Rp. 892.660, berlaku

untuk 5 Kabupaten/Kota.

d) Variabel ini dinyatakan dalam angka. Minat berwirausaha (Y), dalam


(65)

F. Data yang dicari

Data yang dicari adalah :

1. Nilai Praktek Industri

2. Nilai mata pelajaran Kewirausahaan

3. Pendapatan orang tua

4. Pendidikan orang tua

5. Pekerjaan orang tua

6. Minat berwirausaha peserta didik

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas item-item pertanyaan

yang disusun dengan tujuan untuk mengetahui minat berwirausaha.

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data mengenai

status sosial ekonomi orang tua peserta didik dan juga digunakan untuk

mencari data mengenai minat peserta didik berwirausaha. Kuesioner yang

digunakan berbentuk kuesioner terbuka, dimana responden menjawab

pertanyaan dengan memilih jawaban yang tersedia dan juga responden

mempunyai kebebasan untuk memberikan pendapat mereka.

a. Kisi-kisi instrument yang diperlukan untuk mengukur minat

berwirausaha.

Untuk variabel terikat minat berwirausaha diukur dengan


(66)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha

No Dimensi Indikator

1 Keinginan / Motif a) Keinginan yang berasal dari diri sendiri

b) Keinginan berwirausaha dari orang lain

c) Keinginan berwirausaha untuk mengembangkan prestasi

2 Perasaan senang a) Menyalurkan bakat dan kemampuan yang dimiliki

b) Perasaan senang dari diri sendiri

c) Kepuasan pribadi untuk menjalankan wirausaha

3

Perhatian

a) Ketertarikan mengenal banyak orang dari berbagai kalangan

b) Anjuran dari orang lain untuk berwirausaha

4 Lingkungan a) Waktu kerja tidak terikat

b) Dapat menciptakan lapangan pekerjaan c) Ketersediaan sarana

5 Pengalaman a) Pengalaman pada saat belajar di sekolah

b) Pengalaman pada saat praktek industri

b. Kisi-kisi instrument yang diperlukan untuk mengukur status sosial

ekonomi orang tua.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi

No Dimensi Indikator

1 2

Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua

Profesi orang tua


(67)

3 Pendidikan terakhir

bulan

Jenjang pendidikan terakhir orang tua

c. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a) Pengujian Validitas Instrumen

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin

diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan

antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian

validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment (Arikunto, 2000:225) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total item

X = skor item

N = jumlah responden

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya nilai koefisien korelasi ini dibanding dengan harga r korelasi Product moment pada tabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikasi 5%. Jika nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel,


(68)

maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka tingkat validitas kesioner telah diuji dan hasilnya adalah sebagai berikut, untuk proses perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS for Windows versi 16.

Tahapan pengujian validitas kuesioner merupakan pengukuran data dari hasil kuesioner yang telah diuji-cobakan (try-out) kepada responden sebanyak 30 orang. Data dari kuesioner tersebut disusun dan diuji validitasnya, apakah data tersebut valid (reliabel) atau tidak valid (tidak reliabel). Apabila terdapat data yang tidak valid, maka data tersebut diulang apakah jawabannya sesuai dengan yang ada di lapangan atau butir-butir dalam kuesioner tersebut mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan. Berikut adalah tahapan dalam melakukan pengujian validitas:

i. Menentukan nilai r tabel.

Dari tabel r untuk korelasi Pearson product moment untuk n = 30 dan taraf kesalahan () = 0.05 didapat nilai r tabel = 0.361. Selanjutnya angka 0.361 akan dipakai sebagai uji

validasi terhadap butir-butir kuesioner.

ii. Mencari r hitung.

Untuk mencari r hitung dari semua butir kuesioner

ditunjukkan pada kolom Tabel 3.3

iii. Pengambilan keputusan.

Dasar dalam pengambilan menentukan butir kuesioner


(1)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai Presta si Prakte k Industr i Nilai Mata Pelajaran Kewirausaha an Status sosial-ekono mi Keingina n / Motif

Perasaa n senang Perhatia n Lingkunga n Pengalam an Minat berwirausa ha

N 160 160 160 160 160 160 160 160 160

Normal Parameter sa

Mean 84.070

2 82.22 2.01 3.6756 3.6270 3.6134 3.6236 3.6712 3.6417 Std.

Deviatio n

5.2776

8 6.923 .854 .70320 .55988 .73982 .69533 .77357 .30974 Most

Extreme Difference s

Absolut

e .182 .094 .245 .090 .105 .099 .106 .115 .057

Positive .061 .050 .238 .071 .045 .093 .089 .082 .057

Negativ

e -.182 -.094 -.245 -.090 -.105 -.099 -.106 -.115 -.036

Kolmogorov-Smirnov Z 2.307 1.195 3.099 1.140 1.329 1.255 1.339 1.459 .717

Asymp. Sig.

(2-tailed) .000 .115 .000 .149 .058 .086 .055 .028 .683


(2)

Means

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. Nilai Prestasi Praktek Industri * Minat

berwirausaha

Between Groups

(Combined) 2450.715 40 61.268 3.686 .000 Linearity 1605.634 1 1605.634 96.595 .000 Deviation from

Linearity 845.081 39 21.669 1.304 .140

Within Groups 1978.050 119 16.622

Total 4428.764 159

Nilai Mata Pelajaran Kewirausahaan * Minat berwirausaha

Between Groups

(Combined) 4515.654 40 112.891 4.326 .000 Linearity 2249.729 1 2249.729 86.202 .000 Deviation from

Linearity 2265.926 39 58.101 2.226 .001

Within Groups 3105.689 119 26.098

Total 7621.344 159


(3)

berwirausaha Groups Linearity 11.765 1 11.765 32.000 .000 Deviation from

Linearity 60.457 39 1.550 4.216 .000

Within Groups 43.752 119 .368

Total 115.975 159

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Nilai Prestasi Praktek Industri *

Minat berwirausaha .602 .363 .744 .553

Nilai Mata Pelajaran Kewirausahaan * Minat berwirausaha

.543 .295 .770 .593

Status sosial-ekonomi * Minat

berwirausaha .319 .101 .789 .623

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Nilai Prestasi Praktek Industri 1.918 31 119 .007

Nilai Mata Pelajaran

Kewirausahaan 2.634 31 119 .000

Status sosial-ekonomi 6.614 31 119 .000

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Nilai Prestasi Praktek Industri Between Groups 2450.715 40 61.268 3.686 .000

Within Groups 1978.050 119 16.622


(4)

Nilai Mata Pelajaran Kewirausahaan Between Groups 4515.654 40 112.891 4.326 .000 Within Groups 3105.689 119 26.098

Total 7621.344 159

Status sosial-ekonomi Between Groups 72.223 40 1.806 4.911 .000

Within Groups 43.752 119 .368


(5)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI, PRESTASI MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA DENGAN MINAT PESERTA DIDIK BERWIRAUSAHA Studi Kasus Pada SMK Negeri 1 Bantul

Oleh:

Ditya Surya Kurniawan NIM. 06 1324 005

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prestasi praktek industri, prestasi mata pelajaran kewirausahaan, dan status sosial ekonomi orang tua dengan minat peserta didik berwirausaha SMK Negeri 1 Bantul kelas XII Program Kehlian Bisnis dan manajemen.

Penelitian ini dilakukan pada Program Keahlian Bisnis dan Manajemen di SMK Negeri 1 Bantul kelas XII tahun ajaran 2012/2013 dengan populasi 478 peserta didik dan sampel 160 peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data secara statistik deskriptif dan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Prestasi praktek industri berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0.602 (sig=0,000<0,05). (2) Prestasi mata pelajaran kewirausahaan berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0,543 (sig=0,000<0,05). (3) Status sosial ekonomi berhubungan positif dan signifikan dengan minat berwirausaha, dibuktikan dengan koefisien korelasi 0.319 (sig=0,000<0,05).


(6)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACHIEVEMENT OF INDUSTRIAL PRACTICE, ACHIEVEMENT OF ENTERPRENEURSHIP LESSON, PARENTAL SOCIAL ECONOMIC STATUS AND THE INTEREST OF

PARTICIPANTS OF ENTERPRENEURSHIP LESSON A Case Study on SMK Negeri 1 Bantul

By:

Ditya Surya Kurniawan NIM. 06 1324 005

The objective of this research is to discover the relationship between industrial practice achievement, enterpreneurship lesson achievement, parental social economic status and interest of participants of enterpreneurship lesson on twelfth class of the Study Programme of Business Expertise and Management of SMK Negeri 1 Bantul.

This research was done on the twelfth class of the Study Programme of Business Expertise and Management of SMK Negeri 1 Bantul, 2012/2013 academic year, based on 478 population of students and 160 samples. The data collection method was questionnaire which its validity and realibility were already tested. The data analysis were descriptive statistical technique and product moment correlation.

The results of this research show that: (1) The relationship between industrial practice and the interest of enterpreneurship lesson is positive and significant, approved by the coefficient of correlation up to 0.602 (sig=0,000<0,05). (2) The relationship between the achievement of enterpreneurship lesson and the interest of participants of enterpreneurship lesson shows positive and significant relation, approved by the coefficient of correlation up to 0.543 (sig=0,000<0,05). (3) The parental social economic status and the interest of participants of enterpreneurship lesson shows positive and significant relationship, approved by the coefficient of correlation up to 0.319 (sig=0,000<0,05).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program keahlian Akuntansi SMK Muhammadiya

0 0 15

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF.

0 2 40

Hubungan antara prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat siswa berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

0 2 145

Hubungan prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Sanjaya Pakem, Yogyakarta.

1 4 139

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN PRESTASI KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 1 8

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN, DAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM BUSINESS CENTER TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PESERTA DIDIK KELAS X SMK NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2016/ 2017.

0 1 244

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII JURUSAN OTOMOTIF SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 125

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DALAM MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 1 137

Hubungan antara prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat siswa berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta - USD Repository

0 0 143

HUBUNGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI, PRESTASI MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT PESERTA DIDIK BERWIRAUSAHA

0 3 139