PERAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENILAIAN KINERJA MANAJER PADA PT. PAKERIN SURABAYA”.

(1)

PERAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM

HUBUNGANNYA DENGAN PENILAIAN KINERJA MANAJER

PADA PT. PAKERIN SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

Bayu Hariyanto

0513010028/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

MANAJER PADA PT. PAKERIN SURABAYA

(Suatu Kasus Pada Perusahaan di Surabaya – Jawa Timur)

Disusun Oleh : Bayu Hariyanto 0513010028/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 April 2010

Pembimbing : Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Prof. Dr. H. Soeparlan P, Ak, MM Prof. Dr. H. Soeparlan P, Ak, MM

Sekretaris

Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi

Anggota

Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. R. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 030 202 389


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, kenikmatan dan karuniaNya yang tak

terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang

Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan Saya untuk

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Akuntansi

Pertangunggungjawaban Dalam Hubungannya Dengan Penilaian Kinerja Manajer Pada PT. Pakerin Surabaya”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). walaupun dalam

penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang

dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun

dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat

tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin N., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

4. Bapak Prof. DR. H Soeparlan P. MM, AK selaku Dosen Pembimbing

Utama yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan dan

suri tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di UPN

“Veteran” Jawa Timur

6. Ayah, Ibu, Adik dan seluruh keluarga besarku yang telah banyak

memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril

maupun materiil.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan selalu

melimpahkan rahmat dan hidayahNya dan penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian

saran-saran dan petunjuk yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaannya. Penulis mengharapkan Karya Ilmiah ini dapat menambah

pengetahuan kita serta bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Februari 2010

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.1.1. Latar Belakang Masalah ... 7

2.1.2. Rumusan Masalah ……… 8

2.1.3. Tujuan Penulisan ... 8

2.1.4. Metode dan Teknik Penulisan ………. 8

2.1.5. Kesimpulan ……….. 8

2.1.6. Saran ………. 9

2.2. Kajian Teori ……….. .. 9

2.2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ... 9


(6)

2.2.3. Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban ... 12

2.2.4. Syarat-syarat Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban ... 15

2.2.5. Pusat-pusat Pelaporan Pertanggungjawaban .... 19

2.2.6. Proses Sistem Pengendalian Manajemen ... 23

2.2.7. Laporan Pertanggungjawaban ... 24

2.2.8. Pengertian Pengendalian Biaya ... 27

2.2.9. Konsep Biaya Akuntansi ... 29

2.2.10. Pengertian Biaya dan Pengklasifikasiannya ... 31

2.2.11.Penjualan ... 33

2.2.12.Pengertian Anggaran ... 34

2.2.13.Manfaat dan Tujuan Penyusunan Anggaran …. 35 2.2.14.Sistem Anggaran Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban ………... 37

2.2.15. Evaluasi Kerja ………. 39

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………... 42

3.2. Lokasi Penelitian ……… 43

3.3. Jenis Data dan Sumber Data ……….. 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ……… 44


(7)

3.5. Teknik Analisis ……….. 46

3.6. Keabsahan Data ………. 47

BAB IV : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN... 49

4.1. Sejarah PT.Pakerin... 49

4.2. Lokasi PT. Pakerin ... 51

4.3. Tujuan PT. Pakerin... 52

4.4. Struktur Organisasi ... 53

4.5. Penyusunan Anggaran Biaya ... 59

4.6. Laporan Pertanggungjawaban PT. Pakerin ... 73

4.7. Sistem Penilaian Kinerja ... 88

BAB V : HASIL PEMBAHASAN ... 89

5.1. Analisis Data ... 89

5.2. Pembahasan... 95

BAB VI : PENUTUP... ` 136

6.1. Kesimpulan ... 136

6.2. Saran... 137

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Table 4.1. Anggaran Biaya Direktur Pemasaran PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 59

Table 4.2. Anggaran Biaya Kabag Pemasaran Divisi Duplex

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 60

Tabel 4.3. Anggaran Biaya Kabag Pemasaran Divisi Kraft

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 60

Tabel 4.4. Anggaran Biaya Kabag Pemasaran Divisi Medium

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 61

Tabel 4.5. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Penjualan Divisi Duplex

Tahun 2008 ... 61

Tabel 4.6. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Duplex

Tahun 2008 ... 62

Tabel 4.7. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp & Transportasi

Divisi Duplex Tahun 2008 ... 63

Tabel 4.8. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Duplex

Tahun 2008 ... 64

Tabel 4.9. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Penjualan Divisi Kraft

Tahun 2008 ... 65

Tabel 4.10. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Kraft

Tahun 2008 ... 66


(9)

Tabel 4.11. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp & Transportasi Divisi

Kraft Tahun 2008 ... 67

Tabel 4.12. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Kraft

Tahun 2008 ... 68

Tabel 4.13 Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Penjualan Divisi Medium

Tahun 2008 ... 69

Tabel 4.14. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Medium

Tahun 2008 ... 70

Tabel 4.15. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp & Transportasi

Divisi Medium Tahun 2008 ... 71

Tabel 4.16. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Medium

Tahun 2008 ... 72

Tabel 4.17. Laporan Pertanggungjawaban Direktur Pemasaran

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 73

Tabel 4.18. Laporan Pertanggungjawaban Kabag Pemasaran Divisi

Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 74

Tabel 4.19. Laporan Pertanggungjawaban Kabag Pemasaran Divisi Kraft

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 75

Tabel 4.20. Laporan Pertanggungjawaban Kabag Pemasaran Divisi

Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 75


(10)

Divisi Duplex Tahun 2008 ... 76

Tabel 4.22. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Duplex Tahun 2008 ... 77

Tabel 4.23. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp. &

Transportasi Divisi Duplex Tahun 2008 ... 78

Tabel 4.24. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Duplex Tahun 2008 ... 79

Tabel 4.25. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan Divisi

Kraf Tahun 2008 ... 80

Tabel 4.26. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Kraft Tahun 2008 ... 81

Tabel 4.27. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp. &

Transportasi Divisi Kraft Tahun 2008 ... 82

Tabel 4.28. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Kraft Tahun 2008 ... 83

Tabel 4.29. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan Divisi

Medium Tahun 2008 ... 84

Tabel 4.30. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Medium Tahun 2008 ... 85


(11)

Tabel 4.31. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp. &

Transportasi Divisi Medium Tahun 2008 ... 86

Tabel 4.32. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Medium Tahun 2008 ... 87

Tabel 4.33. Sistem Penilaian Kinerja (Biaya ) ... 88

Tabel 5.1. Penyusunan Anggaran Biaya Direktur Pemasaran

Tahun 2008 ... 101

Tabel 5.2. Penyusunan Anggaran Biaya Kabag. Pemasaran Divisi

Duplex Tahun 2008 ... 101

Tabel 5.3. Penyusunan Anggaran Biaya Kabag. Pemasaran Divisi

Kraft Tahun 2008 ... 102

Tabel 5.4. Penyusunan Anggaran Biaya Kabag. Pemasaran Divisi

Medium Tahun 2008 ... 102

Tabel 5.5. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Penjualan

Divisi Duplex Tahun 2008 ... 103

Tabel 5.6. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Duplex

Tahun 2008 ... 103

Tabel 5.7. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp. & Transportasi

Divisi Duplex Tahun 2008 ... 104

Tabel 5.8. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Duplex

Tahun 2008 ... 105


(12)

Tabel 5.10. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Kraft

Tahun 2008 ... 106

Tabel 5.11. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp. & Transportasi

Divisi Kraft Tahun 2008 ... 106

Tabel 5.12. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Kraft

Tahun 2008 ... 107

Tabel 5.13. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Penjualan. Divisi

Medium Tahun 2008 ... 107

Tabel 5.14. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Promosi Divisi Medium

Tahun 2008 ... 108

Tabel 5.15. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Eksp. & Transportasi

Divisi Medium Tahun 2008 ... 109

Tabel 5.16. Penyusunan Anggaran Biaya Seksi Gudang Divisi Medium

Tahun 2008 ... 110

Tabel 5.17. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Direktur Pemasaran

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008... 111

Tabel 5.18. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 111

Tabel 5.19. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 112


(13)

Tabel 5.20. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 112

Tabel 5.21. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan.

Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 113

Tabel 5.22. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 113

Tabel 5.23. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 114

Tabel 5.24. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 114

Tabel 5.25. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan

Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 115

Tabel 5.26. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi

Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 115

Tabel 5.27. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 116

Tabel 5.28. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 116

Tabel 5.29. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan.

Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 117


(14)

Tabel 5.31. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 118

Tabel 5.32. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 119

Tabel 5.33. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Direktur Pemasaran

PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008... 121

Tabel 5.34. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 121

Tabel 5.35. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 122

Tabel 5.36. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Kabag. Pemasaran

Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 122

Tabel 5.37. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan.

Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 123

Tabel 5.38. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 124

Tabel 5.39. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Duplex PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 125


(15)

Tabel 5.40. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Duplex PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 126

Tabel 5.41. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan.

Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 127

Tabel 5.42. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 128

Tabel 5.43. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Kraft PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 129

Tabel 5.44. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Kraft PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 130

Tabel 5.45. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Penjualan.

Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 131

Tabel 5.46. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Promosi Divisi

Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 132

Tabel 5.47. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Eksp.

& Transportasi Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 ... 133

Tabel 5.48. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi

Medium PT. Pakerin Surabaya Tahun 2008 ... 134


(16)

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Dan Kode PT. Pakerin Surabaya ... 97


(17)

xv

“PERAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENILAIAN KINERJA MANAJER PADA PT. PAKERIN SURABAYA”

Oleh Bayu Hariyanto

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian struktur organisasi dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban, untuk mengetahui pembuatan kode rekening, untuk mengetahui penyusunan anggaran perusahaan dan untuk mengetahui dapat tidaknya akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk menilai kinerja manajer.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan studi kasus. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang menjelaskan keadaan dari suatu fenomena atau kejadian dengan menggunakan uraian kalimat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan belum menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, hal ini dapat dilihat dari struktur organisasi yang tidak mencantumkan kode rekening untuk tiap bagian organisasi, penyusunan anggaran yang kurang sesuai dengan kaidah penyusunan anggaran dalam bentuk laporan pertanggungjawaban serta tidak terdapat pengelompokkan biaya. Hal ini mengakibatkan perusahaan sulit untuk mengetahui suatu bagian jika terjadi in efisiensi biaya.

Untuk menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban maka perusahaan harus membentuk pusat – pusat pertanggungjawaban secara jelas dengan memberikan kode – kode pusat pertanggungjawaban. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban anggaran disusun berdasarkan pusat – pusat pertanggungjawaban dan biaya dipisahkan ke dalam biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, demikian pula dengan sistem pelaporannya. Dengan demikian pimpinan akan lebih mudah melakukan evaluasi kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

Dari analisis dan simpulan di atas maka perusahaan perlu menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Kata Kunci : Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban, Anggaran, Kinerja Manajerial


(18)

Bayu Hariyanto ABSTRACT

The purpose of this study is to determine suitability of the organizational structure with responsibility accounting system, to identify the account code, to knowthe preparation of corporate budgets and to determine whether responsibility accounting can be used to assess the performance of managers.

The research method used in this study is qualitative and descriptive case studies. Qualitative methods are research methods that explain the circumstances of a phenomenon or event by using the description of the sentence. Based on survey results revealed that the company has not applied the accounting system of accountability, this can be seen from the organizational structure which does not list the account code for each part of the organization, preparing a budget that is less in accordance with the rules of preparation of the budget in the form of statements of responsibility, and there is no cost grouping. This resulted in the company is difficult to know if it happened in a part of cost efficiency.

To implement responsibility accounting system, a company must establish the center - the center is clearly accountable by giving the code - code of responsibility center. In a responsibility accounting system based on central budget - accountability and cost centers separated into controllable expenses and uncontrollable costs, as well as its reporting system. Thus the leadership would be easier to evaluate the performance of responsibility center managers.

From the above analysis and conclusions in the company needs to implement responsibility accounting system.

Kata Kunci : Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban, Anggaran, Kinerja Manajerial

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Keadaan perekonomian yang berubah dengan cepat merupakan dampak dari kemajuan teknologi dan informasi, dampak dari kemajuan teknologi dan informasi tersebut sangat dirasakan oleh berbagai perusahaan, dimana perusahaan – perusahaan tersebut memerlukan informasi yang banyak demi kemajuan perusahaannya.

Perusahaan – perusahaan industri yang juga memerlukan informasi guna mencari produk – produk yang menjadi kebutuhan konsumsi pada saat ini, sehingga memberikan kesempatan kepada produsen untuk mencari inovasi tentang produk


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keadaan perekonomian yang berubah dengan cepat merupakan dampak dari

kemajuan teknologi dan informasi, dampak dari kemajuan teknologi dan

informasi tersebut sangat dirasakan oleh berbagai perusahaan, dimana perusahaan

– perusahaan tersebut memerlukan informasi yang banyak demi kemajuan

perusahaannya.

Perusahaan – perusahaan industri yang juga memerlukan informasi guna

mencari produk – produk yang menjadi kebutuhan konsumsi pada saat ini,

sehingga memberikan kesempatan kepada produsen untuk mencari inovasi

tentang produk baru yang kemudian untuk dipasarkan, tidak hanya di dalam

negeri tetapi juga ke manca negara.

Tujuan dari perusahaan – perusahaan itu didirikan tidak lain adalah untuk

memperoleh laba yang sebesar – besarnya dari hasil penjualan, begitu pula

dengan PT. Pakerin Surabaya yang mana perusahaan tersebut bergerak dalam

bidang produksi kertas yang diolah mulai dari bahan baku sampai barang jadi dan

siap jual, agar penjualan perusahaan dapat terus ditingkatkan maka perusahaan

harus dapat menentukan biaya pemasaran yang relatif rendah, apabila biaya

pemasaran tinggi akan menyebabkan harga jual produk juga tinggi sehingga harga

– harga produk di pasaran tidak dapat dijangkau oleh masyarakat. Penentuan

biaya pemasaran dipengaruhi oleh pembelian yang dilakukan.


(20)

Pentingnnya perusahaan tersebut, maka perusahaan harus mengembangkan

usaha sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,

perusahaan yang semakin berkembang membuat perusahaan memerlukan orang -

orang yang membantunya dalam aktivitas perusahaan.

Wewenang yang di delegasikan dari pemilik ke manajer menuntut manajer

untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang kepada pemilik untuk

dapat di mintai pertanggungjawaban, manejer harus mengetahui dengan jelas

wewenang apa yang di delegasikan kepadanya.

Dalam menjalankan sistem akuntansi pertanggungjawaban, terlebih dahulu

perusahaan harus memenuhi syarat-syarat apakah sistem ini dapat diterapkan.

Penulis melakukan penelitian pada PT. Pakerin Surabaya sebagai objek penelitian

untuk memastikan apakah syarat-syarat tersebut sudah dipenuhi dan dilaksanakan

oleh perusahaan tersebut.

Pada struktur PT. Pakerin Surabaya akan diteliti mengenai pemisahaan

fungsi-fungsi manajemen perusahaan, pelakssanaan desentralisasi, pendelegasian

wewenang dari manajemen tingkat bawah yang masing-masing fungsi atau bagian

dalam organisasi merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban.

Kondisi-kondisi lain yang akan diteliti adalah klasifikasi rekening yang dapat

dengan mudah menginformasikan kepada manajemen dari pusat

pertanggungjawaban dengan biaya-biaya yang akan timbul, sistem pelaporan yang

terealisasi oleh pusat-pusat pertanggungjawaban akan dapat dimanfaatkan oleh

manajemen untuk melakukan evaluasi tentang biaya-biaya yang akan dianggarkan


(21)

3

Pemilik atau manajer perusahaan pada perusahaan yang besar dan

berkembang tidak dapat mengendalikan pekerjaan bawahannya secara langsung.

Manejer perusahaan di nilai kinerjanya dalam melaksanakan peran mereka di

dalam organisasi perusahaan. Salah satu alat bantu bagi manejemen untuk dapat

menilai kinerja manejer perusahaan sacera lebih baik adalah dengan adanya peran

akuntansi pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang di

susun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan

pendapatan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawabannya di dalam

struktur organisasi, dengan ditetapkan akuntansi pertanggungjawaban maka dapat

di ketahui siapa saja orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas

kinerja yang hubungannya dengan wewenang yang di miliki tiap – tiap manejer.

Tujuan pokok kinerja manejer adalah untuk memotivasi karyawan dalam

mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah di

tetapkan sebelumnya.

Diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik akan

menyebabkan terciptanya suatu pengendalian dan pengukuran prestasi kerja

manajer. Akuntansi pertanggungjawaban juga sebagai sarana untuk mengevaluasi

kemampuan setiap manajer, sehingga akan dibentuk landasan terciptanya suatu

sistem pengukuran prestasi kerja manajer. Laporan pertanggungjawaban dapat

dipergunakan sebagai dasar untuk membuat analisis yang bertujuan untuk


(22)

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian biaya.

Biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan dengan manajer

yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi sumber daya, karena sumber daya

yang digunakan harus dinyatakan dalam satuan uang dan itu merupakan biaya,

maka sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan satu metode pengendalian

biaya yang memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya.

Diperlukan rencana anggaran biaya penjualan guna mendukung efisiensi biaya

penjualan agar Tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dapat

tercapai, dari latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini mengambil

judul : “Peran Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Hubungannya Dengan

Penilaian Kinerja Manajer Pemasaran Pada PT. Pakerin Surabaya”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah : “Bagaimana peran akuntansi pertanggungjawaban dalam

hubungannya dengan penilaian kinerja manajer pemasaran pada

PT. Pakerin Surabaya ?”.

1. Apakah struktur organisasi perusahaan telah mencerminkan sistem akuntansi

pertanggungjawaban ?

2. Bagaimana pembuatan kode rekening pada sistem pelaporan ?

3. Bagaimana penyusunan anggaran perusahaan terhadap efektivitas dan


(23)

5

4. Bagaimana sistem pelaporan perusahaan berkenaan dengan laporan

pertanggungjawaban ?

5. Apakah akuntansi pertanggungjawaban manager PT. Pakerin Surabaya sudah

dapat digunakan dalam penilaian kinerja manajer

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan dan menganalisis peran akuntansi pertanggungjawaban

dalam hubungannya dengan penilaian kinerja manajer penjualan pada PT. Pakerin

Surabaya, sedangkan sub tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan kesesuaian struktur organisasi perusahaan dengan sistem

pertanggungjawaban.

2. Untuk membuktikan program kerja dan penyusunan anggaran perusahaan.

3. Untuk membuktikan sistem pelaporan perusahaan berkenaan dengan laporan

pertanggungjawaban.

4. Untuk membuktikan dapat tidaknya akuntansi pertanggungjawaban digunakan

untuk penilaian kinerja manajer di PT. Pakerin Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai informasi dan

sarana perbaikan yang diperlukan sehubungannya dengan penerapan akuntansi

pertanggungjawaban.

2. bagi penulis, dapat mengetahui maslah yang sedang di hadapi oleh perusahaan


(24)

gunakan untuk pengendalian biaya dan mengukur prestasi kerja manejer pusat

pertanggungjawaban.

3. Bagi dunia akademisi, dapat memotivasi penelitian-penelitian selanjutnya

terutama didalam bidang akuntansi pertanggungjawaban dengan

mengeliminasi keterbatasan-keterbatasan yang ada


(25)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK

2.1. Penelitian Terdahulu

Jurnal @ 2004 Digitized by USU digital library 2.1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan

perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai

kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya, setiap

perusahaan mempunyai tujuan yang akan dicapai, baik berupa laba yang

maksimal, kelangsungan hidup, pertumbuhan perusahaan maupun menciptakan

kesejahteraan anggota masyarakat. Sehubungan dengan itu peranan akuntansi pun

semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh informasi tersebut. Peran serta

manajer sangat dibutuhkan dalam mengaktualisasikan peranan akuntansi tersebut

sebagai alat pengawasan biaya dewasa ini kita kenal dengan system akuntansi

pertnggungjawaban.

Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang

bertanggungjawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat yang di pimpinnya,

dan secara periodic manajer tersebut akan mempertanggungjawabankan hasil

kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil kerja para manajer pusat

pertanggungjawaban kemudian dinilai prestasi yangtelah dicapai oleh

masing-masing manajer. Dan berdasarkan analisa ini, para manajer mencoba mencari


(26)

jawaban mengapa hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah

direncanakannya.

2.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah permasalahan

yang menjadi dasar bagi penulis karangan ilmiah yaitu “ Bagaimanakah

menerapkan akuntansi pertanggungjawaban tersebut digunakan sebagai alat

penilaian kinerja manajer”.

2.1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan dan pengetahuan

mengenai manfaat akuntansi pertanggungjawaban kepada mahasiswa khususnya

dan masyarakat pada umumnya.

2.1.4. Metode dan Teknik Penulisan

Metode yang dipergunakan dalam penulisan karangan ilmiah ini adalah

metode deskriptif yaitu dengan membandingkan data demi data dan berbagai buku

referensi.

Teknik yang dipergunakan dalam penulisan karangan ilmiah ini adalah teknik

studi pustaka.

2.1.5. Kesimpulan

1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan merupakan suatu system yang

mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.

2. Pusat pertanggungjawaban adalah setiap unit kerja dalam organisasi yang di


(27)

  9

3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya,

pendapatan dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang

bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban.

4. Anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif penyusunan

anggaran dilakukan jika hanya tersedia informasi akuntansi

pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang tersedia.

5. penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban diukur berdasarkan criteria

masukan dan keluarannya.

2.1.6. Saran

Melihat pentingnya akuntansi pertanggungjawaban, maka setiap perusahaan

seharusnya mempunyai kecenderungan untuk menerapkan semua tahapan

kegiatan dalam pusat pertanggungjawaban.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Pendelegasian wewenang pada badan usaha akan menimbulkan adanya suatu

tuntutan mengenai hasil yang dicapai dari pendelegasian wewenang tersebut, yaitu

pihak yang mendelegasikan wewenang (manajer tingkat lebih tinggi) akan

menuntut pertanggungjawaban dari pihak yang diberi wewenang (manajer yang

lebih rendah). Laporan pertanggungjawaban merupakan suatu penilaian prestasi

kerja dari manajer pusat pertanggungjawaban yaitu seberapa baik mengelola hal –


(28)

Berikut ini pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban menurut beberapa para

ahli akuntansi :

Menurut Hansen dan Mowen (1999 ; 63) “Akuntansi pertanggungjawaban

adalah suatu sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat

pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk

mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.”

Menurut Mulyadi (2001 ; 201) “ Akuntansi Pertanggungjawaban adalah suatu

sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga

pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai bidang

pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang

atau kelompok orang yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan dari biaya

dan penghasilan yang dianggarkan.”

Sedangkan Arfan Ikhsan – Muhammad Ishak (2005 : 139) mengemukakan

bahwa Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen

terhadap pengetahuan umum bahwa masalah – masalah bisnis dapat dikendalikan

seefektif mungkin dengan mengendalikan orang – orang yang bertanggung jawab

untuk menjalankan operasi tersebut.

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi

pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang digunakan untuk

mengukur kinerja manajer pada setiap pusat pertanggungjawabannya sesuai

dengan tingkatan wewenang dan tanggung jawab dalam struktur organisasi,


(29)

  11

hasil perbandingan antara anggaran dengan realisasinya yang telah dicapai oleh

manajer dari masing-masing bagian yang dipimpinnya.

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Dalam mengelola modalnya, suatu badan usaha perlu melakukan pengendalian

terhadap biaya yang dapat digunakan untuk menciptakan tingkat efisiensi dan

efektivitas dari perusahaan. Dalam kaitannya dengan masalah biaya tersebut maka

akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan untuk memenuhi tujuan dari

akuntansi biaya yaitu digunakan sebagai alat pengendalian.

Tujuan dari akuntansi biaya menurut Horgren, dkk (2005 ; 34) adalah untuk

melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan

dan pengendalian. Dalam hal ini pencatatan penyajian dan analisis data biaya

yang dapat membantu informasi keuangan sebagai berikut :

1. Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi badan usaha dalam

kondisi ekonomi dan bersaing.

2. Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur yang menjamin adanya

penggendalian dan jika memungkinkan pengurangan atau pengembangan

biaya.

3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan biaya

dan sewaktu-waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisik.

4. Menghitung biaya dan laba badan usaha untuk periode akuntansi tahunan dan


(30)

5. Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan

biaya.

Menurut Matz dan Usry (1998 ; 32. ) ada 6 manfaat akuntansi

pertanggungjawaban antara lain :

1. Organisasi dibagi dalam unit yang pengukurannya dapat dikelola.

2. Keputusan dibuat pada waktu yang tepat.

3. Keputusan dibuat pada saat yang tepat.

4. Semangat manajer dan tingkat keputusan pekerjaan lebih tinggi karena mereka

berinisiatif aktif dalam pembuatan keputusan.

5. Manajer pusat pertanggungjawaban mempunyai peluang mendapat

keuntungan yang lebih mengenai manajerial skill dan mengambil tindakan

perusahaan dengan mempersatukan potensial personel tiap manajemen.

6. Manajer dapat memotivasi suatu kegiatan dengan cara yang lebih

menguntungkan perusahaan.

2.2.3. Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi (2001 : 166), konsep akuntansi pertanggungjawaban terdiri

dari wewenang ( Authority), tanggung jawab (Responsibility), tanggung gugat


(31)

  13

Ketiga konsep akuntansi pertanggungjawaban tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Wewenang (Authority)

Wewenang merupakan kekuatan memerintahkan orang lain untuk

melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan dibentuknya

departemen atau divisi – divisi yang mendapatkan pelimpahan tugas atau

wewenang dari manajemen puncak, diharapkan dapat memperlancar

pemenuhan pekerjaan sesuai dengan rencana dan sasaran secara efektif dan

efisien.

Wewenang harus didelegasikan bagi organisasi atau badan usaha yang

memiliki departemen – departemen, divisi – divisi atau segala bentuk

pelimpahan pekerjaan agar pelaksanaan dapat dinilai. Jadi konsep

pendelegasian wewenang dalam akuntansi pertanggungjawaban akan

menunjang inisiatif dan kreativitas pekerja dalam melaksanaan pekerjaan

dengan baik.

2. Tanggung jawab (responsibility)

Konsep ini sangat erat hubungannya dengan akuntansi pertanggungjawaban.

Tanggung jawab timbul dengan sendirinya sebagai konsekuensi adanya

pendelegasian wewenang. Tanggung jawab merupakan kewajiban untuk

secara bijaksana melaksanakan wewenang yang dilimpahkan atau diserahkan

pada perorangan atau kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan atau


(32)

Tanggung jawab erat kaitannya dengan pendelegasian wewenang. Inti dari

tanggung jawab adalah kewajiban yang khususnya timbul dari hubungan

antara atasan dan bawahan, karena kenyataannya pihak atasan mempunyai

wewenang untuk menuntut suatu pekerjaan atau jasa tertentu dari bawahnya.

Jika bawahannya menerima kewajiban untuk melakukan pekerjaan itu maka

mereka menciptakan tanggungjawabnya sendiri.

Dengan adanya pendelegasian wewenang dan pembentukan pusat – pusat

pertanggungjawaban timbul hubungan manajemen tingkat atas dengan

manajemen yang berada dibawahnya. Kenyataan ini menimbulkan wewenang

untuk menuntut pekerjaan dari orang yang menerima kewajiban. Proses yang

menciptakan tanggungjawab dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban

disebut responsibility accounting.

3. Tanggung gugat (accountability)

Adanya pendelagasian wewenang dan tugas oleh manajemen yang berada di

atas (top management) kepada departemen, divisi atau kepala – kepala bagian

yang merupakan pusat - pusat pertanggungjawaban, menuntut departemen –

departemen, divisi – divisi atau kepala – kapala bagian tersebut untuk

melaporkan hasil inilah yang sering disebut tanggung gugat (accountability).

Disamping aspek pencapaian hasil kerja, aspek lain dari tanggungjawab adalah

tanggung gugat (accountability) yaitu pelaporan hasil kerja pada atasan yang

berwenang. Laporan ini penting karena memungkinkan dilakukannya

sejumlah pengukuran guna menentukan pencapaian sasaran dalam satuan


(33)

  15

Tanggung gugat pada dasarnya merupakan masalah pribadi dan bukan masalah

yang menyangkut kelompok kerja, dan azas tanggung gugat ini telah menjadi

ketentuan dalam laba dan bukan lagi suatu organisasi untuk mencari laba.

Menurut Matz dan Usry (2000 : 325), konsep dasar akuntansi

pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

1. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas penggolongan biaya yang

dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.

2. Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak pada

bagian organisasi.

3. Setiap anggaran harus secara jelas menunjukkan biaya – biaya yang dapat

dikendalikan oleh orang – orang yang bersangkutan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar akuntansi

pertanggungjawaban dapat dijadikan penunjang inisiatif dan kreativitas pekerja

dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik dan inti dari tanggung jawab adalah

kewajiban yang khususnya timbul dari hubungan antara atasan dan bawahan.

2.2.4. Syarat-syarat Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban dapat diterapkan dengan baik, apabila

koordinasi antara syarat-syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban


(34)

Menurut Mulyadi (2001 ; 183). Syarat penerapan akuntansi

pertanggungjawaban sebagai berikut :

1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung

jawab tiap tingkatan manajemen.

2. Anggaran biaya yang disusun tiap tingkatan manajemen.

3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu biaya

oleh manajemen tertentu dalam organisasi.

4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi.

5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab

Dari syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Struktur Organisasi.

Untuk dapat melaksanakan akuntansi pertanggungjawaban dengan baik, maka

suatu badan usaha harus mempunyai struktur organisasi yang baik, yang dapat

membagi secara tegas dan jelas antara wewenang dan tanggung jawab dan

wewenang yang timbul sebagai akibat adanya pendelegasian dari suatu

tingkatan manajemen yang lebih tinggi ke tingkatan yang lebih rendah. Untuk

dapat diminta pertanggungjawaban maka manajemen tingkat yang lebih

rendah harus mengetahui dengan jelas wewenang yang didelegasikan

kepadanya. Struktur organisasi yaitu pengelompokan yang wajar dari

fungsi-fungsi untuk dapat melaksanakan tugas-tugas secara efektif.


(35)

  17

badan usaha secara keseluruhan dan menjamin adanya unsur-unsur

pengendalian yang wajar.

2. Anggaran Biaya.

Syarat akuntansi pertanggungjawaban dalam kaitannya dengan anggaran

adalah untuk menilai prestasi kerja bagian-bagian yang diberi wewenang untuk

melaksanakan tugas dari pekerjaannya. Untuk pengendalian biaya, anggaran

biaya harus disusun dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap

manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya-biaya yang berbeda di

bawah pertanggungjawabannya masing-masing.

3. Penggolongan Biaya.

Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya oleh

manajemen tertentu dalam organisasi. Di dalam akuntansi

pertanggungjawaban, tiap-tiap manajer dimintai pertanggungjawaban

mengenai realisasi anggarannya atas biaya yang menjadi tanggungjawab

masing-masing bagiannya. Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu

bagian dapat dikendalikan oleh manajer bagian tersebut, hanya biaya yang

terkendali saja yang harus dipertanggungjawabkan oleh bagian tersebut. Oleh

karena itu pemisahan biaya ke dalam biaya terkendali dan biaya tidak

terkendali perlu dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban.

4. Sistem Akuntansi Biaya.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengumpulan biaya


(36)

mencatat, dan meringkas biaya-biaya dalam hubungannya dengan

tingkat-tingkat manajemen yang bertanggungjawab.

5. Sistem Pelaporan.

Sistem pelaporan atau pertanggungjawaban disajikan dalam bentuk laporan

tertulis atau disebut performance report. Biaya-biaya diakumulasikan dan

dilaporkan menurut tingkatan-tingkatan yang ada. Sistem pelaporan dalam

akuntansi pertanggungjawaban atau responsibility accounting menjelaskan

bahwa laporan pertanggungjawaban biaya yang disajikan untuk

memungkinkan setiap manajer untuk melakukan pengendalian biaya (Cost

Management).

Menurut Mas’ud Machfoed. Z (2000 : 83), syarat-syarat penerapan akuntansi

pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sudah menyusun struktur organisasi yang formal untuk menilai tiap

pusat pertanggungjawaban dalam menentukan penanggung jawab dari pusat

pertanggungjawaban tersebut.

2. Perusahaan sudah menggunakan anggaran sebagai alat pengukur pelaksanaan.

3. Biaya bisa dipisahkan antara biaya – biaya yang bisa dikendalikan oleh pusat

pertanggungjawaban dan yang tidak bisa dikendalikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan

sistem akuntansi pertanggungjawaban perlu ditekankan tanggung jawab yang jelas

bagi tiap – tiap pusat pertanggungjawaban. Dengan adanya tanggung jawab yang

jelas maka dapat dinilai baik buruknya hasil prestasi dan efisien tidaknya masing


(37)

  19

2.2.5. Pusat-pusat Pelaporan Pertanggungjawaban

Pada saat perusahaan bertumbuh. manajemen puncak biasanya menciptakan

berbagai wilayah tanggung jawab yang dikenal sebagai pusat pertanggungjawaban

dan menugaskan manajer dibawahnya untuk menangani wilayah tersebut.

Pengertian pusat pertanggungjawaban (responsibility center) menurut Hansen

dan Mowen (2000 ; 63) adalah suatu segmen yang manajernya bertanggung jawab

terhadap pengawasan kegiatan-kegiatan tertentu.

Jenis-jenis pusat pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen (2000 ; 63)

adalah :

1. Pusat Biaya ( Cost Centre )

Adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung

jawab terhadap biaya.

2. Pusat Pendapatan ( Revenue Centre )

Adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung

jawab terhadap penjualan.

3. Pusat Laba ( Profit Centre )

Adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab

atas pendapatan atau biaya.

4. Pusat Investasi ( Investment Centre )

Adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab


(38)

Sedangkan menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (1999 : 137) dalam

bukunya Akuntansi Manajemen mendefinisikan pusat pertanggungjawaban

sebagai berikut :

1. Pusat biaya

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai

berdasarkan biaya pusat pertanggungjawaban yang dihasilkannya. Biaya

produksi, biaya administrasi dan umum, bukan menjadi tanggung jawab

bagian tersebut.

Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dan keluaran pusat biaya

digolongkan menjadi.

a. Pusat biaya terukur (engineered expense center)

Pada pusat biaya sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang

jelas dengan pengeluaran. Hubungan masukan secara fisik dapat diamati

dengan jelas, dan umumnya keluarannya berupa produk atau jasa yang

dapat dikuantitatifkan.

b. Pusat biaya tidak terukur (discrentionary expense center)

Adalah pusat biaya yang sebagian besar masuk atau tidak mempunyai

hubungan yang jelas dengan keluaran – keluaran pusat biaya umumnya

sulit dikuantitatifkan.

2. Pusat pendapatan (revenue center)

Merupakan pusat pertanggungjawaban yang bertanggungjawab atas besarnya

pendapatan yang diperoleh, tetapi tidak dihubungkan secara formal dengan


(39)

  21

pendapatan yang dicapai oleh unit organisasi yang dipimpinnya. Penilaian

tersebut hanya pada keluaran ( pendapatan ) dengan cara membandingkan

anggaran pendapatan dengan realisasinya.

3. Pusat laba (profit center)

Merupakan pusat pertanggungjawaban yang bertanggungjawab atas biaya dan

pendapatan. Keberhasilan manajer akan diukur berdasarkan laba yang

diperoleh. Manajer pusat laba perlu dimotivasi agar dapat membuat batas

antara kenaikan biaya dengan kenaikan pendapatan sehingga kenaikan biaya

dapat menaikkan pendapatan yang lebih besar.

4. Pusat investasi

Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang prestasi

manajemennya dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan

investasi yang ditanamkan pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Prestasi manajer pusat investasi dinilai berdasarkan perbandingan antara laba

yang dihasilkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat

pertanggungjawaban yang menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Supriyono (2001 : 25) mendefinisikan pusat pertanggungjawaban

sebagai berikut :

1. Pusat biaya

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi dalam

suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contoh : departemen produksi sebuah


(40)

2. Pusat pendapatan

Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu

organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contoh : departemen pemasaran

karena manajer departemen pemasaran mengatur harga dan memproyeksikan

penjualan.

3. Pusat laba

Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi

yang prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya

dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contoh : manajer pabrik,

karena manajer pabrik tersebut bertanggung jawab atas biaya dan pendapatan,

yang menempatkan mereka dalam kendali pusat laba.

4. Pusat investasi

Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi

yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus

aktiva atau modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang

dipimpinnya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar laba dan investasi

yang diperlukan untuk memperoleh laba. Contoh : manajer divisi karena laba

operasi dan beberapa jenis pengembalian atas investasi menjadi ukuran

kinerja penting bagi para manajer pusat investasi.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pengendalian


(41)

  23

pertanggungjawaban, sehingga manajer pusat biaya hanya bertanggungjawab pada

biaya – biaya yang terjadi dan dapat diawasi bagiannya.

2.2.6. Proses Sistem Pengendalian Manajemen

Ada 4 tahap pengendalian manajemen menurut Abdul Halim dan Bambang

Supomo (1997 : 133) yaitu :

1. Penyusunan program

Merupakan kegiatan pokok atau awal yang akan dilaksanakan oleh organisasi

untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategi

/ perencanaan jangka panjang (umumnya untuk jangka waktu 3 sampai

dengan 5 tahun ). Dalam penyusunan program terdapat bagian produk, yaitu :

a. Meninjau kembali program yang sedang dilaksanakan

b. Mempertimbangkan usulan program baru

c. Mengkoordinasi program – program dalam suatu sistem penyusunan

program secara formal.

2. Penyusunan anggaran

Merupakan proses perencanaan kegiatan organisasi untuk jangka waktu satu

tahun atau dikenal dengan nama anggaran tahunan ( annual budget) yang

membuat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang

penyusunan biayanya berdasarkan setiap pusat pertanggungjawaban yang ada


(42)

3. Pelaksanaan dari pengukuran prestasi

Pelaksanaan kegiatan, setiap pusat pertanggungjawaban harus diarahkan dan

disesuaikan dengan program dan anggaran yang telah ditetapkan. Terjadinya

penyimpangan dilaporkan melalui laporan pertanggungjawaban yang antara

lain memuat tentang jumlah anggaran, realisasi dan selisih antara anggaran

dengan realisasinya.

4. Palaporan dan analisis

Laporan pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban dibuat analisis

untuk menilai prestasi setiap pusat pertanggungjawaban. Penilaian prestasi

terhadap pusat biaya akan berbeda dengan yang dilakukan terhadap pusat

pendapatan, pusat laba dan pusat investasi.

2.2.7. Laporan Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban ini dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tiap –

tiap manajer berbagai jenjang organisasi. Untuk membuat laporan

pertanggungjawaban biaya untuk tiap – tiap pusat pertanggungjawaban maka

secara periodic manajer tiap – tiap pusat pertanggungjawaban membuat

rekapitulasi tersebut kemudian disajikan laporan pertanggungjawaban. Dari

laporan ini dapat diketahui penyimpangan yang terjadi sehingga memungkinkan

diadakan perbaikan.

Laporan merupakan alat bagi suatu bagian dalam perusahaan untuk

mempertanggungjawabkan tugas - tugasnya. pertanggungjawaban dari akuntansi


(43)

  25

performance report. Laporan – laporan ini diserahkan kepada atasan dengan

maksud agar atasan dapat mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan – pekerjaan

sudah dilaksanakan dibandingkan dengan suatu tolak ukur. Ukuran laporan juga

berfungsi sebagai informasi bagi manajer pusat pertanggungjawaban sekaligus

sebagai alat pengendalian karena dari laporan tersebut dapat diketahui efisien

tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban terutama dihubungkan dengan

pengendalian biaya.

Laporan pertanggungjawaban harus menelusuri ketidakefisienan masing –

masing komponen melalui penyajian selisih yang didasarkan pada perbedaan

antara yang sesungguhnya terjadi dengan yang dianggarkan. Tolak ukur yang

digunakan adalah anggaran yang sudah dibuat terlebih dahulu dan sudah

dilaksanakan. Menurut Carter dan Usry (2005 : 112) laporan pertanggungjawaban

harus dibuat seakurat mungkin dan harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :

1. Laporan sebaiknya sesuai dengan bagan organisasi yaitu bahwa laporan

sebaiknya ditujukan terutama kepada individu – individu yang bertanggung

jawab untuk mengendalikan aktivitas yang dicakup oleh laporan tersebut.

2. Laporan sebaiknya konsisten dalam bentuk dan isi setiap kali diterbitkan.

Perubahan sebaiknya hanya dilakukan bila alasannya kuat dan disertai dengan

penjelasan kepada pengguna. Perubahan yang sering dapat membingungkan

pengguna dan membuat perbandingan antar periode menjadi sulit.

3. Laporan sebaiknya tepat waktu, meskipun ada banyak inefisiensi yang

diketahui manajer sebelum laporan diterbitkan, tetapi ada beberapa yang


(44)

4. Laporan sebaiknya diterbitkan secara teratur untuk meningkatkan

kegunaannya. Manajer sebaiknya mengetahui kapan laporan akan tersedia.

5. Laporan sebaiknya mudah untuk dipahami.

6. Laporan sebaiknya menyampaikan rincian yang mencukupi tetapi tidak

berlebihan

7. Laporan sebaiknya membandingkan biaya actual dengan biaya yang

dianggarkan, atau standar yang telah ditentukan sebelumnya dengan hasil

actual.

8. Laporan sebaiknya bersifat analitis. Akuntan harus mengerti aktivitas dari

setiap unit organisional untuk memberikan data yang berguna kepada manajer

yang bertanggung jawab.

Laporan pertanggungjawaban bukan merupakan alat yang dapat memecahkan

semua masalah yang dihadapi oleh manajemen. Jadi laporan pertanggungjawaban

hanya merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan oleh manajemen

perusahaan untuk memecahkan beberapa masalah yang timbul. Dengan demikian

dalam pengambilan keputusan manajemen seharusnya tidak hanya

mempertimbangkan fakta-fakta yang dihasilkan dalam laporan

pertanggungjawaban. Fakta yang ada juga harus didukung bukti – bukti yang ada

pada data-data perusahaan. Laporan pertanggungjawaban juga dapat menjadi

acuan untuk mengambil keputusan yang akan diputuskan oleh pimpinan dimana

pimpinan hanya terbatas kepada level pimpinan dimana peranan laporan


(45)

  27

2.2.8. Pengertian Pengendalian Biaya

Dalam menyelenggarakan suatu pekerjaan yang terpenting adalah

mengamankan pencapaian target yang telah ditetapkan yaitu melalui upaya

pengendalian operasionalnya.

Menurut Usry dan Hammer (1999 ; 5) pengendalian merupakan usaha

sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan

prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi

perbedaan yang penting.

Sedangkan menurut R.A. Supriono (1998 ; 8) pengendalian adalah proses

untuk mengembalikan kembali, menilai, dan selalu memonitor laporan-laporan

apakah pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya

adalah suatu upaya yang dilakukan untuk dapat mengatur dan mengarahkan

pengeluaran atas biaya-biaya yang terjadi agar tercapai efisiensi perusahaan

tersebut.

Pengawasan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan harus terus-menerus

diawasi agar kegiatan tersebut tetap berada dalam batas-batas ketentuan yang

telah ditentukan dalam perencanaan. Hasil setiap kegiatan dibandingkan dengan

rencana dan bila terdapat perbedaan dapat diambil keputusan atau tindakan

perbaikan.

Tujuan pengendalian menurut Harsono (1998 ; 257) adalah :

1. Mengusahakan tercapainya tingkat kecermatan rencana yang


(46)

2. Pengaturan pekerjaan didasarkan pada fungsi koordinasi antara masing-masing

bagian pekerjaan dengan setepat-tepatnya.

3. Organisasi yang akan melaksanakan diarahkan untuk dapat menampung

tugas-tugas pekerjaan sebagaimana tercakup dalam siklus pengendalian dan

pembagian wewenang dan tanggung jawabnya memungkinkan untuk

menyelenggarakan hubungan kerjasama sesuai dengan arah siklus.

Supaya pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh

kemampuan secara professional dari pada manajer, serta analisa atas laporan yang

diterimanya. Sistem pengendalian biaya yang efektif mempunyai karakteristik

pokok yaitu :

1. Rencana teknis yang pokok dengan sasaran pada tingkat yang memberikan

tantangan tetapi dapat dicapai dengan suatu sistem laporan yang memisahkan

biaya yang terkendali dalam tanggung jawab seorang manajer dengan biaya

yang terkendali pada semua bagian organisasi.

2. Gaya manajemen yang tanggap terhadap perilaku orang-orang dalam

lingkungan organisasi tertentu. Hal ini memerlukan perpaduan yang tepat dari:

a. Keikutsertaan para manajer dalam menentukan sasaran dari kegiatan

sendiri.

b. Sikap kepemimpinan para manajer pelaksana.

c. Jaringan komunikasi yang terbuka dari setiap manajer dapat merasakan


(47)

  29

d. Prosedur pengkajian yang mengungkapkan dan mencegah pelaksanaan

kerja yang optimal dan keuntungan pribadinya yang diperoleh dengan

mengorbankan keseluruhan organisasi.

Dengan pengendalian biaya yang baik maka diharapkan lajunya penambahan

biaya yang dapat terkendali dapat ditekan sehingga meningkatkan laba

perusahaan.

2.2.9. Konsep Biaya Akuntansi

Banyak konsep-konsep biaya yang digunakan untuk pengambilan keputusan

oleh manajemen perusahaan. Namun konsep tersebut bukan untuk pihak luar

perusahaan (public). Konsep biaya untuk manajemen tersebut berbeda dengan

konsep biaya untuk penyusunan laporan keuangan dan biasanya konsep tersebut

tidak perlu harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi.

Menurut Mas’ud Machfud (1999 ; 101) konsep biaya untuk pengambilan

keputusan tersebut adalah :

1. Biaya masa lalu dan biaya yang akan datang.

a. Biaya masa lalu adalah biaya yang sudah dikonsumsi habis pada tahun

berjalan.

b. Biaya yang akan datang adalah biaya yang dipertimbangkan akan

dikeluarkan dimasa yang akan datang. Biaya ini penting bagi manajer

dalam menjalankan fungsi planing, organizing, dan controlling. Serta bisa


(48)

2. Biaya tenggelam dan biaya tunai.

a. Biaya tenggelam adalah biaya akibat keputusan masa lalu yang harus

dibukukan sekarang.

b. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dari kas perusahaan untuk

melaksanakan kewajiban perusahaan sehingga imbalan yang telah diterima

perusahaan tersebut.

3. Biaya relevan dan tidak relevan.

a. Biaya relevan adalah biaya yang patut dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan.

b. Biaya tidak relevan adalah biaya yang biasanya dilakukan dalam

pengambilan keputusan.

4. Biaya kesempatan.

Adalah suatu nilai kesempatan yang dikorbankan untuk memilih salah satu

alternatif kesempatan lain yang dianggap menguntungkan.

5. Biaya marginal dan biaya deferensial.

a. Biaya marginal adalah tambahan bannyaknya keputusan menambah unit

yang diproduksi.

b. Biaya deferensial adalah tambahan total biaya akibat adanya tambahan

penjualan sejumlah unit tertentu.

6. Biaya dihindarkan dan biaya tidak bisa dihindarkan.

a. Biaya yang dihindarkan adalah biaya yang bisa ditiadakan akibat


(49)

  31

b. Biaya yang tidak bisa dihindarkan adalah biaya yang timbul akibat

kepemilikan atas suatu barang dan jasa.

7. Biaya modal sendiri.

Kesempatan memperoleh hasil dari modal sendiri karena modal sendiri

tersebut tidak jadi diperoleh.

2.2.10. Pengertian Biaya dan Pengklasifikasiannya

Istilah biaya sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, Istilah itu

mengandung makna bermacam-macam tergantung dari pemakaiannya. Dalam

disiplin ilmu akuntansi pengertian biaya dapat disimpulkan dari beberapa definisi

yang dikemukakan oleh para ahli di bidang akuntansi.

Adapun menurut Abdulah Halim (2000 ; 15) biaya adalah suatu peristiwa yang

diukur berdasarkan nilai mata uang yang timbul atau mungkin akan timbul untuk

mencapai tujuan tertentu.

Menurut Mulyadi (1999 ; 8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan yang akan terjadi

untuk tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam suatu moneter dan dimaksudkan

untuk memperoleh barang dan jasa.

Pengklasifikasian biaya dapat didasarkan pada konsep yang different purpose

yang berarti pengklasifikasian biaya berbeda-beda tergantung pada tujuan


(50)

1. Klasifikasi biaya dengan fungsinya :

a. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan

proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya non produksi dibagi menjadi 2 yaitu :

2. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka penjualan

produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi tas.

3. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya

dengan kegiatan yang tidak didefinisikan dengan aktivitas produksi maupun

pemasaran, misalnya biaya gaji direksi, biaya bagian akuntansi dan personalia,

biaya secretariat, biaya telepon, dan biaya listrik.

4. Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi biaya.

a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap atau

konsisten tindakan terpengaruh perubahan volume kegiatan atau aktivitas

aktivitas dengan tingkat tertentu.

b. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah

sesuai dengan perubahan volume aktivitas atau kegiatan. Tetapi tingkat

perubahannya tidak proposional atau sebanding dengan perubahan volume

aktivitas atau kegiatan.

c. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding


(51)

  33

Dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya dibedakan atas biaya terkendali

dan biaya tidak terkendali.

1) Biaya terkendali.

Adalah biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh seorang manajer

dalam jangka waktu tertentu.

Biaya ini terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

biaya bahan pembantu, biaya air, biaya bahan bakar mesin dan listrik.

2) Biaya tidak terkendali.

Adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer

tingkatan tertentu berdasarkan wewenang yang ia miliki dalam jangka

waktu tertentu.

Biaya ini terdiri dari : biaya tenaga kerja langsung, biaya pemeliharaan

dan reparasi mesin, biaya pemeliharaan bangunan, biaya penyusutan

aktiva tetap serta pajak bumi bangunan.

2.2.11. Penjualan

Pengertian penjualan menurut Basu Swasta D.H. (1999 ; 8) penjualan

merupakan ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual

untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli produk atau jasa yang

ditawarkan.

Penjualan merupakan salah satu proses penting di dalam operasional

perusahaan karena dengan penjualan akan dapat memperlancar perputaran arus


(52)

perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran sesuai

dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan terlebih dahulu sebelum

barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh

perusahaan, barang kemudian dicatat oleh perusahaan, dan setelah itu baru barang

tersebut diserahkan kepada pembeli.

2.2.12. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk memonitor,

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan sebuah organisasi. Oleh karena itu,

anggaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam organisasi, mengimplementasikan

rencana-rencana, mengkomunikasikan, memotivasi, mengontrol, mengevaluasi

kinerja dan diperlukan sebagai pembanding antara rencana dengan realisasi dan

hasilnya akan dilaporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban.

Menurut Ray H. Garrison dan Eric W. Norren (2000 ; 342) “Anggaran adalah

rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan

sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu.”

Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2000 ; 2) “Anggaran adalah suatu

rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam

unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu


(53)

  35

Menurut Nafarin (2004 ; 12) “Anggaran adalah suatu rencana keuangan

periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Dari beberapa

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun sebelum pelaksanaan dimulai

yang merupakan terjemahan tujuan dan strategi organisasi.

2. Anggaran bersifat formal artinya dihasilkan dari pertemuan resmi perusahaan

dan dinyatakan dalam bentuk tertulis.

3. Anggaran dinyatakan dalam bentuk satuan moneter.

4. Anggaran merupakan rencana kerja perusahaan yang bersifat formal.

5. Anggaran merupakan suatu rencana kerja perusahaan untuk suatu periode

tertentu.

2.2.13. Manfaat dan Tujuan Penyusunan Anggaran

Di dalam suatu perusahaan, anggaran digunakan sebagai pedoman untuk

melaksanakan perencanaan dan pengawasan kegiatan dan dapat memberikan

manfaat bagi perusahaan.

Manfaat penyusunan anggaran menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2002 ; 3)

adalah :

1. Sebagai perencanaan terpadu.

Anggaran perusahaan digunakan sebagai alat merumuskan rencana perusahaan

dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan


(54)

2. Sebagai pedoman pelaksanaan perusahaan

Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen

puncak maupun manajemen lainnya.

3. Sebagai alat pengkoordinasian.

Pengganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem

anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan.

4. Sebagai alat pengawas kerja.

Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi yang bisa dibandingkan

dengan realisasinya sehingga pelaksanaannya setiap aktivitasnya dapat dinilai

kinerjanya.

5. Sebagai alat evaluasi perusahaan.

Anggaran disusun baik menerapkan standar yang relevan memberikan

pedoman bagi perusahaan, bagi perbaikan operasi perusahaan dalam

menentukan langka-langka yang ditempuh agar pekerjaan direalisasikan

dengan baik artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan dianggap

paling mengguntungkan. Penyimpangan yang mungkin terjadi dalam

operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan

berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.

Tujuan penyusunan anggaran menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2002 ; 5)

adalah :

1. Menyatakan harapan perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa


(55)

  37

2. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga

anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.

3. Menyediakan rencana secara terinci mengenai aktivitas dengan maksud

mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi

individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

4. Mengkoordinasikan cara yang akan ditempuh dalam rangka

mememaksimalkan sumber daya.

5. Menyediakan alat pengukur dan mengandalkan kinerja individu dan kelompok

serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.

2.2.14. Sistem Anggaran Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

Salah satu syarat utama dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah

dapat dibuatnya laporan tentang pertanggungjawaban yang disusun berdasarkan

tingkat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan. Untuk menghasilkan

laporan yang efektif, maka penyusunan anggaran harus dibuat di setiap pusat

pertanggungjawaban yang ada. Oleh karena itu pada proses penyusunan anggaran,

masing-masing bagian akan terlibat secara aktif untuk menyusun anggaran di

masing-masing bagian tersebut.

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan

pesan (role setting) dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, dalam proses

penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan

sebagian kegiatan pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber


(56)

pencapaian tujuan perusahaan tersebut diukur dalam satuan moneter standar yang

berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu penyusunan anggaran hanya mungkin

dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban.

Penyusunan anggaran perusahaan secara keseluruhan harus didukung oleh

anggaran-anggaran dari seluruh unit aktivitas. Antara unit aktivitas satu dengan

aktivitas unit lainnya harus saling menunjang dan melengkapi. Keikutsertaan

setiap tingkatan manajemen dalam menyusun anggaran akan memberikan

motivasi bagi tiap manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan

anggarannya dengan sebaik-baiknya.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban anggaran dapat digunakan sebagai tolak

ukur pengendalian biaya ( Mulyadi, 1992 : 109). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

untuk tujuan pengendalian biaya, organisasi harus disusun sedemikian rupa

sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap – tiap manajer jelas. Anggaran

menghendaki adanya organisasi yang baik, tiap – tiap manajernya mengetahui

wewenang dan tanggungjawabnya masing – masing. Dengan demikian, jika

terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam anggaran akan

mudah ditunjuk siapa yang bertanggung jawab.

Untuk pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkat

manajemen dalam organisasi. Tiap – tiap manajer harus mengajukan rancangan

anggaran biaya – biaya yang ada di bawah tanggungjawabnya masing – masing.

Rancangan anggaran ini kemudian dikombinasikan dan diselaraskan satu sama

lain oleh komite anggaran. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan


(57)

  39

penyusun anggaran biaya, sehingga menciptakan peran serta dan komitmen

mereka dalam mencapai target yang ditetapkan. Dengan demikian, masing –

masing manajer akan merasa bahwa anggaran biaya untuk pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya adalah anggarannya dan dia akan

bersedia dinilai atas tolak ukur anggaran tersebut.

Menurut Mulyadi (1992 : 110) bahwa dalam sistem penyusunan anggaran

dalam laporan pertanggungjawaban, setiap manajer berpartisipasi dalam

penyusunan anggaran bagiannya masing – masing dan oleh karena itu, masing –

masing akan dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi anggaran tersebut.

Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan

oleh manajer pusat pertanggungjawaban, maka hanya biaya – biaya terkendalikan

saja yang harus dipertanggungjawabkan olehnya.

2.2.15. Evaluasi Kinerja

Kinerja dievaluasi pada berbagai tingkatan yang berbeda – beda di dalam

perusahaan. Menurut Blocher, Chen, Cokins, Lin (2007 : 453) evaluasi kinerja

adalah proses dimana para manajer pada seluruh tingkatan mendapatkan informasi

mengenai kinerja tugas – tugas yang diberikan dalam perusahaan serta

menentukan apakah kinerja tersebut sesuai dengan kriteria yang telah dibuat

sebagaimana yang tercantum dalam anggaran, rencana dan tujuan.

Keterangan ini juga didukung oleh pernyataan dalam suatu situs internet yaitu

www.sukabumikota.go.id/restra/bab%20v.pdf yang menjelaskan bahwa evaluasi


(58)

pengembangan indikator kinerja. Oleh karena itu dalam melakukan evaluasi

kinerja harus berpedoman pada ukuran – ukuran dan indikator yang telah

disepakati dan ditetapkan.

Evaluasi kinerja adalah kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan

kegagalan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja

adalah penilaian yang dilakukan secara sistematik untuk mengetahui hasil

pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu juga untuk

menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat memberikan tanggung jawab

yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih

baik dimasa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal

promosi jabatan atau penentuan imbalan.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005 : 10),. tujuan evaluasi kinerja

yaitu :

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang – kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan

aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap

pekerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga


(59)

  41

5. Memberikan rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan.

Sedangkan dalam situs internet yaitu www.kmpk.ugm,ac.id/data/spmkk/61

memonitoring % 20 dan % 20 evaluasi % 20 kinerja % 20 klinis % 20 (rev Feb

03). Doc menjelaskan bahwa tujuan evaluasi kinerja yaitu :

1. Menentukan kompetensi pekerjaan

2. Meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik di

antara pegawai.

3. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi pegawai ke arah pencapaian

kualitas yang tinggi.

4. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer

5. mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.

Dari kedua tujuan evaluasi kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi


(60)

3.1. Jenis Penelitian

Memilih metode yang tepat dalam penelitian, ditentukan oleh maksud dan

tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Efferin dkk (2004 : 9), penelitian

deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi,

lingkungan sosial, atau hubungan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

dilakukan dengan pendekatan yang menekankan pada deskripsi yang terjadi

secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan

dan kondisinya.

Menurut Mulyana (2001 : 155) metode kualitatif pengamatan berperan serta,

wawancara mendalam, dan analisis dokumen atau metode historis bersifat

fundamental dan sering digunakan bersama-sama, seperti dalam studi kasus.

Kaum positivis menganggap pengamatan sebagai metode yang tidak andal

(unrealiable). Menurut mereka, pengamat yang berbeda mungkin melakukan

pengamatan berbeda memperoleh data yang berbeda, dan konsekuensinya,

menghasilkan kesimpulan penelitian yang berbeda pula. Sedangkan bagi peneliti

kualitatif, isunya adalah keotentikan dan realiabilitas.


(61)

43

3.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Pakerin

Surabaya, dimana perusahaan ini adalah perusahaan industri yang bergerak dalam

bidang pembuatan kertas yang berada di Desa Pungging Mojokerto yang

berkantor pusat di Surabaya

3.3. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer merupakan data yang diperoleh

secara langsung dari obyek penelitian. Dalam hal ini data primer diperoleh

dengan menggunakan interview atau wawancara dengan pihak yang ditunjuk oleh

perusahaan untuk melakukan tanya jawab. Dalam hal ini pihak yang ditunjuk

melakukan interview adalah kepala bagian pemasaran yaitu bapak Ir. Fauzan

Juadi. Data sekunder yaitu data yang sudah diolah terlebih dahulu oleh pihak lain

dan telah disajikan dalam bentuk tertentu. Data – data yang dimaksud dalam

penelitian adalah berupa anggaran biaya dan realisasi biaya pemasaran tahun

2008.

2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari data-data yang berupa dokumen – dokumen yang

sudah jadi diambil pada PT. Pakerin Surabaya. Dokumen – dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data anggaran biaya dan realisasi biaya


(62)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung mengenai proses kinerja manajer khususnya manajer pemasaran

sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja manajer pemasaran. Observasi ini

menggunakan direct observation dengan menggunakan beberapa instrument

diantaranya adalah kamera dan alat tulis. Yang menjadi obyek observasi dalam

penelitian ini meliputi sistem dan prosedur pemasaran, agen dan distributor serta

kegiatan distribusi produk perusahaan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan

mempelajari atau menyalin catatan – catatan yang ada dalam perusahaan yang

terkait dengan obyek penelitian yang sudah dipublikasikan untuk umum. Dalam

hal ini hasil dokumentasi berupa company profile. Dapat dijelaskan secara

singkat bahwa PT. Pakerin Surabaya ini merupakan suatu perusahaan yang

bergerak dalam pembuatan kertas yang pabriknya berada di Mojokerto, sedangkan

untuk kegiatan pemasarannya berkantor di Surabaya. Dalam kegiatan

Pemasarannya perusahaan mempunyai beberapa distributor dan agen yang

membantu kelancaran perusahaan dalam kegiatan penjualan. Dalam prakteknya

setiap kegiatan pemasarannya hasilnya dilaporkan dalam bentuk laporan yang


(63)

45

a). Anggaran biaya pemasaran

Anggaran biaya pemasaran merupakan rencana biaya uang digunakan

untuk melakukan kegiatan pemasaran. Besarnya biaya pemasaran ini

ditentukan berdasarkan besarnya rencana pemasaran yang akan dilakukan.

b). Realisasi biaya pemasaran

Realisasi biaya pemasaran merupakan hasil dari kegiatan pemasaran.

Realisasi biaya pemasaran ini nantinya akan dibandingkan dengan

anggaran biaya pemasaran yang selanjutnya akan diketahui selisihnya.

3. Interview

Interview atau wawancara merupakan suatu kegiatan pengumpulan data

dengan melakukan tanya jawab mengenai permasalahan yang berkenaan dengan

laporan akuntansi pertanggungjawaban dan kinerja manajer kepada manajer

penjualan atau pihak yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan

interview atau wawancara. Metode interview yang digunakan adalah interview

semi terbuka yaitu suatu metode interview dengan melakukan tanya jawab kepada

pihak manajer penjualan dan juga staf serta bagian – bagian yang terkait dengan

bidang pemasaran, seperti bagian personal selling, sales promotion, dan

sebagainya dengan menggunakan konsep tertulis sebagai draft untuk melakukan

tanya jawab.

Ruang lingkup draft pertanyaan yamg ditanyakan diantaranya :

- Bagaimana Rencana kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh PT.


(1)

134

Tabel 5.48: Laporan Pertanggungjawaban Biaya Seksi Gudang Divisi Medium PT. Pakerin Surabaya

Tahun 2008 (Dalam Rupiah)

Kode

Rekening Jenis Biaya Anggaran Realisasi Selisih Prosentase

Perbandingan dengan

standar Kriteria Tindak Lanjut

Biaya Terkendali

4340.02.1 By. Sewa gudang 100.300.000 124.582.500 (24.282.500) 124 124% > 100% In Efisiensi Penghematan & Pengendalian 4340.08.1 By. Asuransi Gudang 17.239.800 16.509.300 730.500 96 96% = 100% Efisiensi Intensifikasi Kinerja

Biaya Tidak Terkendali

4340.01.2 By. Gaji dan Upah 33.335.000 39.380.500 (6.045.500) 118 118% > 100% In Efisiensi Penghematan & Pengendalian 4340.03.2 By. Rekening listrik 4.838.000 5.209.300 (371.300) 108 108% > 100% In Efisiensi Penghematan & Pengendalian 4340.04.2 By. Rekening air 2.537.000 3.079.250 (542.250) 121 121% > 100% In Efisiensi Penghematan & Pengendalian 4340.05.2 By. Rekening Telp 2.153.500 1.265.600 887.900 59 59% < 100% Efisiensi Intensifikasi Kinerja

4340.06.2 By. Perlengkapan 6.372.000 8.045.600 (1.673.600) 126 126% > 100% In Efisiensi Penghematan & Pengendalian 4340.07.2 By. Pemeliharaan gudang 4.897.000 3.745.950 1.151.050 76 76% < 100% Efisiensi Intensifikasi Kinerja

Jumlah 171.672.300 201.818.000 (30.145.700) Sumber : Data diolah penulis


(2)

Berdasarkan tabel – tabel laporan pertanggungjawaban di atas maka dapat dijelaskan bahwa untuk kepala bagian pemasaran divisi medium terlihat bahwa antara anggaran dan realisasi terdapat selisih. Adanya selisih ini disebabkan karena terjadinya peningkatan biaya karena kegiatan operasional dari seksi – seksi yang berada pada tanggung jawab kabag pemasaran divisi medium. Peningkatan biaya ini mungkin disebabkan karena adanya beberapa kendala atau perubahan situasi ekonomi misalnya adanya fluktuasi nilai rupiah, ataupun meningkatnya kemampuan pesaing yang memaksa perusahaan harus meningkatkan budget anggaran perusahaan.

Selanjutnya dilihat dari laporan pertanggungjawaban direktur pemasaran terlihat bahwa antara anggaran dan realisasi juga masih terdapat selisih. Adanya selisih ini disebabkan karena banyak faktor yang salah satu diantaranya adalah kurang baiknya dalam penyusunan anggaran pada tingkat kepala bagian pemasaran. Hal ini tentu akan berakibat pada kurang baiknya penyusunan anggaran pada tingkat direktur pemasaran.

Selanjutnya dilihat dari evaluasi kinerja manajer, maka dapat dijelaskan bahwa hampir semua seksi maupun kepala bagian serta direktur masih kurang mempunyai kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari besarnya nilai selisih perbandingan antara prosentase realisasi dengan standar yang ditetapkan. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan kinerja manajer dalam hal pengelolaan biaya.


(3)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi simpulan dalam penyusunan skripsi pada PT. Pakerin Surabaya adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan belum menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, hal ini dpat dilihat dri penyusunan anggaran dan laporan pertanggungjawaban yang belum mencerminkan tanggung jawab masing – masing pusat pertanggungjawaban. 2. Struktur organisasi sudah disusun berdasarkan sistem desentralisasi namun belum

dibuat suatu kode pusat – pusat pertanggungjawaban.

3. Dengan menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, maka manajemen dapat meminta pertanggungjawaban atas kinerja, para manajer pusat pertanggungjawaban khususnya pusat biaya, karena dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban proses penyusunan anggaran dan penilaian kinerja disusun berdasarkan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.

4. Berdasarkan evaluasi kinerja manajer dapat disimpulkan bahwa beberapa pusat pertanggungjawaban seperti misalnya kepala bagian pemasaran divisi duplex terlihat perlu meningkatkan efisiensi kinerjanya.


(4)

137

6.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, untuk lebih menyempurnakan penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penilaian kinerja kabag. Pemasaran dan direktur pemasaran pada PT. Pakerin Surabaya, maka penulis mengemukakan saran – saran sebagai berikut :

1. Dalam penyusunan anggaran sebaiknya anggaran yang disusun atas usulan dari masing – masing seksi dalam divisi pemasaran, sehingga tidak terjadi kekurangan biaya untuk kegiatan operasional masing – masing seksi.

2. Sebaiknya struktur organisasi perusahaan harus mencantumkan kode rekening pada masing – masing bagian organisasi sehingga dapat diketahui kelompok biaya dan tanggung jawab manajer atas biaya yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Mengingat pentingnya penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban maka

sebaiknya perusahaan melakukan pengelompokkan biaya berdasarkan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.

4. Berdasarkan kinerja manajer terlihat bahwa masih banyak bagian yang mengalami peningkatan biaya pemasaran. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan perlu melakukan upaya penghematan dan pengendalian masing – masing biaya yang menjadi tanggungjawabnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkenegara, 2005, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Cetakan 1, Penerbit : PT. Refika Aditama, Jakarta.

Blocher, Dkk, 2004, Manajemen Biaya, buku 1, Edisi 3, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Garrison, H Ray. dan Noren W, Eric, 2000, Budegeting, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul dan Supomo, Bambang, 1999, Akuntansi Manajemen, Cetakan Ketiga, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2000, Akuntansi Manajemen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.

Hansen Dan Mowen, 1999, Akuntansi Biaya ( Akuntansi Dan Pengendalian), Edisi 1, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Harsono, 1998, Akuntansi Perusahaan, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Penerbit : Ekonesia, Yogyakarta.

Herawati, Jajuk dan Sunarto, 2000, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Horngren, 2005, Akuntansi Biaya, Penerbit : PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Horngren, Sirkant M. Datar Dan George Foster, 2005, Akuntansi Biaya Dan Penekanan Manajerial, Edisi II, Penerbit : PT. Indeks Gramedia, Jakarta. Ikhsan, Arfan Dan Muhammad Ishak, 2005, Akuntansi Keperilakuan, Penerbit :

Salemba Empat, Jakarta.

Machfoed, Mas’ud, 2000, Akuntansi Pertanggungjawaban, Cetakan Kedua, Edisi Pertama, Penerbit, BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen ( Konsep, Manfaat Dan Rekayasa), Edisi 3, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Nafarin, 2004, Akuntansi Keuangan : Konsep dan Aplikasi, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rosdakarya, Bandung.


(6)

Supriyono, 2001, Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju Dan Globalisasi, Edisi 2 BPFE UGM, Yogyakarta.

Swastha, DH, Basu, 1999, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Usry, Carter, 2008, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Usry, Matz dan Hammer, 2000, Sistem Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

http://www.kmpk.ugm.ac.id/data/spmkk/61memonitoring%20dan%20evaluasi%2 0kinerja%20klinis%20(revfeb03).doc