KARAKTERISTIK FOTO HUMAN INTEREST KARYA AGUS LEONARDUS DITINJAU DARI ASPEK KOMPOSISI.

(1)

KAR YA AGUS LEONARDUS DITINJAU DARI ASPEK KOMPOSISI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Aditya Arya Wiranata NIM 09206241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2016


(2)

(3)

(4)

iv

Knowing Yourself is the begining of all wisdom ( Aristoteles )

Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar - benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri


(5)

v Teruntuk

Ibunda, dalam usia yang tak terbaca waktu, kasihnya membiak seluas cakrawala Ayahanda, asa yang tak pernah padam,

senantiasa berteriak menyulut


(6)

(7)

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN ...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

ABSTRAK ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian...5

BAB II KAJIAN TEORI A. Fotografi ...6

1. Pengertian Fotografi ...6

2. Fotografi Human Interest ...7

B. Konsep dalam Fotografi ...8

C. Karakteristik ...9

D. Unsur-Unsur Visual...9

1. Garis ...10

2. Bidang ...12

3. Ruang ...12

4. Warna... ...14


(9)

ix

1. The Rule of Thirds... ...20

2. Komposisi Arah Gerak atau Pandang ... ...21

3. Komposisi Point Of Interest...22

4. Komposisi Diagonal... 22

F. Pencahayaan....……… ...24

G. Kamera...…… ……….………. ...30

H. Lensa... ……… ...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ………. ....37

B. Sumber Data ……….. ...38

C. Instrumen Penelitian ...39

D. Teknik Pengumpulan Data ...39

E. Analisis Data...41

F. Triangulasi ...43

BAB IV KARAKTERISTIK FOTO HUMAN INTEREST KARYA AGUS LEONARDUS DITINJAU DARI ASPEK KOMPOSISI A.Profil Agus Leonardus ...46

1. Latar Belakang Agus Leonardus ...46

2. Kegiatan Kesenian Agus Leonardus ...46

B. Karya Agus Leonardus ...51

C.Komposisi Fotografi Human Interest Agus Leonardus ...77

BAB V PENUTUP ...107

A.Kesimpulan...107

B. Saran ...107

DAFTAR PUSTAKA ...109


(10)

x

Gambar Halaman

I. Diagram Warna ...15

II. Pembagian 1/3 Bidang atau The Rule Of Thirds ...21

III. Komposisi Arah Gerak / Pandang ...21

IV. Komposisi Point of Interest...22

V. Komposisi Diagonal ...23

VI. Skema Arah Cahaya ...29

VII. Perbandingan Ukuran Sensor ...32

VIII. Bagan Triangulasi Sumber ...45

IX. Cari Kutu ...51

X. Keep On Smiling...54

XI. No Hands And Legs...56

XII. Batu Bata ...59

XIII. Nenek Nyulam...61

XIV. Potret ...63

XV. Gembala Kecil ...66

XVI. Malaikat Pengawal ...68

XVII. Momong Anak...70

XVIII. Waiting For The Time ...73

XIX. Beda Fungsi ...75

XX. Cari Kutu ...77

XXI. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Cari Kutu " ...79

XXII. Keep On Smiling...80

XXIII. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Keep On Smiling " ...81

XXIV. No Hands And Legs...83

XXV. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " No Hands And Legs " ...84

XXVI. Batu Bata ...86


(11)

xi

XXIX. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Nenek Nyulam " ...90

XXX. Potret ...91

XXXI. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Potret "...92

XXXII. Gembala Kecil ...93

XXXIII. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Gembala Kecil " ...95

XXXIV. Malaikat Pengawal ...96

XXXV. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Malaikat Pengawal " ...97

XXXVI. Momong Anak...98

XXXVII. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Momong Anak " ...99

XXXVIII. Waiting For The Time ...101

XXXIX. Komposisi Diagonal dan 1/3 Bidang " Waiting For The Time " ...103

XL. Beda Fungsi ...104


(12)

xii

Tabel Halaman

I. Waktu Terbaik dalam Aktifitas Fotografi ... 26

II. Aktifitas Pameran Agus Leonardus... 47

III. Aktifitas Penjurian Agus Leonardus ... 48

IV. Prestasi yang Pernah Dicapai Agus Leonardus ... 48

V. Pengalaman Aktif dalam Dunia Fotografi ... 49

VI. Pengalaman Mengajar Agus Leonardus ... 50


(13)

xiii

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara dengan Fotografer ...112

2. Hasil Wawancara dengan Fotografer Agus Leonardus ...113

3. Pedoman Wawancara dengan Pakar Ahli ...116

4. Hasil Wawancara dengan Pakar Fotografi Nofria Doni Fitri...117

5 Hasil Wawancara dengan Pakar Fotografi Stephanus Setiawan ...122

6. Surat Izin Penelitian ...125

7. Surat Bukti Wawancara Agus Leonardus ...128

8. Surat Bukti Wawancara Nofria Doni Fitri ...129

9. Surat Bukti Wawancara Stephanus Setiawan...130

10. Karya Fotografi Human Interest Agus Leonardus ...131


(14)

xiv

KAR YA AGUS LEONARDUS DITINJAU DARI ASPEK KOMPOSISI

Oleh Aditya Arya Wiranata NIM. 09206241029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan karakteristik komposisi yang terdapat dalam fotografi human interest karya Agus Leonardus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan cara wawancara dan dokumentasi. Subjek terhadap penelitian adalah 11 karya fotografi human interest Agus Leonardus. Instrument penelitian dirancang berdasarkan pedoman wawancara serta dokumentasi, dan dikembangkan berdasarkan situasi yang terjadi di lapangan. Peneliti melakukan wawancara kepada narasumber untuk memperoleh data yang diperlukan. Analisis data dilakukan pada masing- masing karya diawali dengan mendeskripsikan karya, menjabarkan elemen visual yang terdapat pada karya. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan mengenai konsep dan komposisi pada masing- masing karya. Untuk validasi data digunakan triangulasi sumber tarhadap pendapat pakar fotografi yaitu Bapak Stephanus Setiawan dan Nofria Doni Fitri, M.Sn.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep fotografi human interest karya Agus Leonardus adalah menampilkan kesan dramatis dengan permainan cahaya dan dimensi. Karya fotografi human interest Agus Leonardus didominasi dengan penggunaan komposisi 1/3 bidang dan komposisi diagonal. Pada karya fotografi human interest Agus Leonardus yang diteliti terdapat kesan garis diagonal yang memotong dari ujung keujung bidang persegi panjang dalam penempatan posisi objeknya. Dalam fotografi human interest karya Agus Leonardus, terdapat elemen-elemen visual seperti garis, bentuk, tekstur, bidang, ruang, dan warna. Format karya foto human interest Agus Leonardus bervariasi. Agus Leonardus menggunakan format horizontal, vertikal, maupun square yang pemilihannya disesuaikan dengan alur cerita dan kesan yang ingin ditampilkan. Mayoritas karya fotografi human interest Agus Leonardus memiliki cerita yang ditampilkan secara dramatis.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fotografi dewasa ini berkembang dengan pesat diiringi dengan kemajuan teknologi, dimulai dari penemuan camera obscura hingga penemuan fotografi digital. Fotografi menjadi salah satu wahana ekspresi dengan memanfaatkan unsur objek yang berada disekeliling, seperti kehidupan sehari- hari manusia, ekspresi wajah manusia, pemandangan alam dan lainnya. Fotografi adalah sebuah seni melihat (Sukarya, 2009:11). Senada dengan yang diungkapkan Acongsb (2012), perkembangan fotografi di Indonesia sangatlah pesat akhir-akhir ini. Kebutuhan akan sebuah kamera bukan hanya menjadi kebutuhan fotografer profesional sebagai sarana untuk menjalankan profesinya, tetapi sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat, sama halnya dengan barang elektronik lainnya. Pesatnya perkembangan ini tidak terlepas dari dampak perkembangan di era yang serba digital.

Melihat dan memahami suatu karya fotografi menyadarkan bahwa fotografi telah mengajarkan melihat seluruh dunia dengan cara yang unik. Mengabadikan moment penting dalam kehidupan sehari- hari, kenangan dalam hidup, kemegahan alam semesta, atau ekspresi kepolosan wajah seorang anak, semua itu merupakan cara unik untuk melihat dalam dunia fotografi.

Baik tidaknya hasil karya fotografi bukan hanya dipengaruhi oleh faktor subjektif fotografer dan faktor teknis kamera yang digunakan, tetapi perlu diperhatikan pula dari segi komposisi serta pencahayaan yang digunakan.


(16)

Fotografi adalah media komunikasi antara fotografer dan penikmat foto, agar komunikasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik fotografer harus dapat mengomposisikan foto dengan baik. Komposisi dalam fotografi adalah cara kita menempatkan elemen-elemen visual dalam sebuah foto. Komposisi tidak ada batasan benar atau salah, semua tegantung dari "feeling" dan "sense" si fotografer itu sendiri (Tjin 2012: 43).

Fotografi tidak pernah lepas dari teknik pencahayaan dan menjadi hal mutlak yang harus dikuasai oleh seorang fotografer karena jika tidak ada cahaya maka tidak akan ada pula yang namanya fotografi. Menurut Triadi (2011), membuat foto yang baik tidak terlepas dari metode pencahayaan. Apabila seorang fotografer tidak mendalami dan menguasai teknik cahaya secara tepat dan peka, dia akan sulit menghasilkan foto yang menarik dan gagal memberikan nuansa rasa yang baik serta bermakna pada sebuah foto.

Berkembangnya bidang fotografi melahirkan beberapa cabang fotografi yaitu fotografi model, fotografi fashion, landscape fotografi, fotografi dokumentasi, fotografi seni, fotografi jurnalistik dan sebagainya (Abdi 2012: 5). Salah satu cabang dari fotografi jurnalistik adalah Human Interest photography, yaitu fotografi yang menggambarkan keadaan seseorang atau sekelompok manusia secara interaktif, emosional atau kondisi yang tak biasa. Human interest menggambarkan masalah kekhawatiran atau pencapaian yang membuat orang yang melihat foto tersebut bisa merasa bersimpati.

Bagi sebagian orang yang menekuni fotografi human interest berpendapat bahwa mengabadikan potret kegiatan manusia sehari- hari dengan


(17)

segala keunikan ekspresi dan tingkah lakunya adalah hal paling menyenangkan dan menarik untuk ditekuni, karena dapat menarik simpati penikmat foto dengan menampilkan sisi artistik dan cerita lain tentang interaksi manusia itu sendiri.

Fotografi human interest tidak sekedar menampilkan keindahan semata, namun harus merekam emosional yang ada pada suasana tertentu untuk dapat menangkap cerita yang ada dibalik interaksi tersebut. Terkadang dalam proses menghasilkan karya fotografi human interest yang berkualitas membutuhkan perencanaan yang baik dengan memperhatikan konsep karya yang diinginkan, namun tidak jarang sebuah foto human interest tercipta tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu, disinilah kepekaan seorang fotografer human interest teruji.

Beberapa fotografer yang menekuni fotografi human interest di Indonesia antara lain Rarindra Prakarsa, Thaib Chaidar, Hasan Tribuana dan Agus Leonardus. Peneliti membatasi penelitian tentang fotografi human interest dengan membahas fotografi human interest karya Agus Leonardus yang ditinjau dari aspek komposisi.

Agus Leonardus merupakan fotografer yang produktif dalam menghasilkan karya-karya foto human interest. Agus Leonardus memulai kegiatan fotografinya sejak tahun 1977. Seorang fotografer lepas di majalah Tempo tahun 1989 - 1991. Kemampuannya dalam dunia fotografi telah diakui baik di tingkat nasional maupun internasional, terbukti dengan beberapa prestasi yang Agus Leonardus peroleh, seperti pada tahun 1982 meraih lisensi dari Royal Photography Society of Great Britain dan mendapat penghargaan dari Federation Internasionale DeL’art Photographique, Belgia. Pada tahun 1987, fotonya terpilih


(18)

untuk dipamerkan di Kodak Pavillion Professional Photographers’ Showcase, EPCOT Center Walt Disney World, Florida, USA. Agus meraih ranking tertinggi dari Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia. Agus sangat aktif melakukan pameran foto baik berskala nasional maupun internasional. Beberapa pameran tunggalnya dilangsungkan di Yogyakarta, Jakarta, Solo, Surabaya, dan Makasar yaitu ‟Seni Rupa Foto Kata Hati (1995) dan ‟Waton Urip‟ (2006). Agus juga menerbitkan buku karya fotonya yang berjudul ‟Djogdjakarta in My Nokia‟ pada tahun 2006 yang disponsori oleh Nokia. Pernah mengajar fotografi di ADVY selama 14 tahun, ISI Yogyakarta 2 tahun dan sejak 2009 hingga kini masih mengajar di Nikon School Indonesia. Agus Leonardus juga kerap kali diminta untuk menjadi pembicara dalam seminar-seminar fotografi, serta sering dipercaya sebagai juri beberapa lomba fotografi.

Agus Leonardus merupakan fotografer yang peka dalam mengabadikan objek manusia, sehingga menghasilkan karya-karya fotografi human interest yang mempunyai karakter yang menarik untuk diteliti. Penikmat karya Agus Leonardus diajak untuk menyadari bahwa setiap interaksi manusia dengan manusaia lainnya atau interaksi manusia dengan lingkunganya jika ditampilkan secara baik akan mempunyai nilai sebagai sebuah karya seni. Peneliti memilih membahas komposisi fotografi human interest karya Agus Leonardus karena mempunyai karakter yang khas dan unik untuk menjadikannya objek penelitian.


(19)

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang konsep dan karakteristik komposisi fotografi human interest karya Agus Leonardus

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan konsep fotografi human interest Agus Leonardus. 2. Untuk mendeskripsikan karakteristik komposisi fotografi human interest

Agus Leonardus. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi bagi penelitian di bidang seni rupa khususnya fotografi dan dapat menambah wawasan apresiasi seni atau pengetahuan sebagai motivasi aktifitas penelitian seni rupa di bidang fotografi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif untuk forografer dalam karya-karya selanjutnya. Bagi para pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk memahami karakteristik komposisi fotografi human interest karya Agus Leonardus dan bagi fotografer lain dapat mengambangkan karakternya sendiri dalam berkarya sebagai wahana ekspresi sebuah karya seni khususnya fotografi human interest.


(20)

6 BAB II KAJIAN TEORI

A. Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari kata photo dan grafi. Fotografi merupakan gabungan dari ilmu, teknologi, dan seni (Santoso, 2010: 3). Dari istilah fotografi, foto dapat diartikan cahaya, sinar, atau lebih luas lagi bisa diartikan penyinaran, grafi yang memiliki arti melukis atau menulis. Foto juga mempunyai arti hasil proses fotografi, sedangkan arti luas foto adalah gambar mati yang terbe ntuk dari penyinaran dengan alat kamera mendistribusikan cahaya kesuatu bahan yang sensitif (peka) terhadap cahaya (Yanto, 1997: 8). Sedangkan fotografi dalam dunia seni menurut Deniek G. Sukarya (2009: 11) adalah mengajarkan pada kita cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyadaran baru akan segala ada di sekitar kita.

Fotografi akhirnya terbagi bermacam- macam. Fotografi mempunyai pembagian mengikuti keanekaragamnya. Fotografi sekarang mempunyai banyak spesialisasi, pembagian kategori fotografi bertujuan memudahkan pemaknaan realitas dalam homogen. Pembagian dalam fotografi memberikan identitas yang berbeda karena spesifikasinya beraneka ragam, tergantung kepentingan pengguna fotografi.

Berikut pembagian fotografi menurut Abdi (2012 : 5) :

“Hingga saat ini, fotografi terspesialisasi lebih dari 20 kategori. Antara lain, still life photography, fine art photography, art photography, abstract photography, street photography, fashion photography, model photography, architectural photography, landscape photography,


(21)

travel photography, dan documentary photography. Selain itu, ada wedding photography, photojournalism, aerial photography, etnophotography, macro photography, micro photography, pinhole photography, underwater photography, painting photography, digital painting photography, nudes photography, infrared photography, dan astro photography.

Pembagian atau pengklasifikasian fotografi dilakukan untuk menentukan bagaimana kategori itu dipahami dalam perspektif yang berbeda berdasarkan, teknik, fungsi, dan tujuan.

2. Fotografi Human Interest

Fotografi human interest (HI) adalah potret dari kehidupan seseorang yang menggambarkan mood / suasana dan menimbulkan simpati dari orang yang melihatnya. Tjin (2012) mengatakan bahwa, pada awalnya human interest photography termasuk kedalam fotografi jurnalistik, yaitu menggambarkan kehidupan dan interaksi manusia dengan lingkungannya dan bertujuan untuk mengetuk hati orang-orang untuk bersimpati dan melakukan sesuatu untuk membantu subjek foto

Di dalam fotojurnalisme, human interest termasuk dalam bagian feature. Bagian ini biasanya sisipan dan bukan untuk berita utama. Kategori human interest lebih banyak tentang kehidupan individu atau masyarakat biasa yang jarang diulas.

Human Interest cukup luas cakupannya tapi sering dicampur-adukkan dengan kategori lain seperti Portrait photography, culture photography (budaya), street photography, travel photography, conceptual photography.

Kebanyakan foto human interest adalah menggambarkan kehidupan masyarakat dengan ekonomi lemah atau di daerah pedalaman, tapi sebenarnya


(22)

human interest tidak membatasi pada subjek masyarakat kelas bawah saja, tapi juga termasuk potret keberhasilan dari masyarakat kelas atas.

B. Konsep dalam Fotografi

Menurut Mikke Susanto (2012: 227) dalam kamus seni rupa atau diksi rupa, konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan pemikiran. Konsep biasanya hanya ada dalam pikiran atau kadang-kadang tertulis secara singkat. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus, kemampuan abstrak (menyusun kesimpulan) tersebut dinamakan pemikiran konseptual. Konsep sangat berarti dalam berkarya seni. Ia dapat lahir sebelum, bersamaan, maupun setelah pengerjaan sebuah karya seni. Konsep dapat menjadi pembatas berpikir kreator maupun penikmat dalam melihat dan mengapresiasi karya seni. Sehingga kreator dan penikmat dapat memiliki persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar.

Yuyung Abdi (2012: 6) mengatakan bahwa "Konsep dalam fotografi berarti merancang sebuah pengambilan gambar dengan penataan jalan pikiran yang sistematis". Konsep dalam fotografi menjadi ide dasar yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karya foto yang indah dan bercerita sesuai maksud dan tujuannya. Tujuan utama implementasi konsep adalah mendapatkan hasil foto optimal sesuai dengan perencanaan.

Seniman tidak pernah lepas dari lingkungan sekitar tempat tinggal yang memberi inspirasi. Maksudnya konsep dalam penciptaan karya seni yang diambil dari suatu keindahan yang dilihat dan diserap oleh fotografer, kemudian diproses kedalam suatu karya, dimana salah satu perwujudan foto Agus Leonardus adalah


(23)

fotografi human interest. Agus Leonardus menampilkan keragaman interaksi manusia dengan manusia lainnya maupun manusia dengan lingkungannya beserta keunikan ekspresi mereka serta unsur-unsur lain- lain yang dapat diekspresikan kedalam media foto.

C. Karakteristik

Menurut Porwodarminto (1976: 389) karakteristik adalah sifat yang khas yang tetap menampilkan diri dalam keadaan apapun. Dari pengertian tersebut karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki atau melekat pada sesuatu (benda atau barang), memiliki sifat, watak, corak yang khas, berbeda dan tidak akan berubah oleh kondisi apapun.

Secara khusus pengertian karakteristik yang menyangkut langsung dengan hasil karya seni dikemukakan oleh Read (Soedarso, 2000:10) bahwa:

Apa yang sebetulnya kita harapkan dalam suatu hasil seni adalah unsur-unsur hasil kepribadian tertentu. Kita mengharapkan pada seniman, kalau pun tidak memiliki jiwa yang khas, setidak-tidaknya ia harus memiliki cara pengamatan yang tersendiri. Kita mengharapkannya untuk menyajikan sesuatu yang orisinil kepada kita, suatu pandangan terhadap dunia yang unik dan individual sifatnya.

Dalam kaitanya dengan fotografi, karakteristik merupakan suatu ciri khas dari seorang fotografer dalam menghasilkan sebuah karya fotografi. Baik dari segi komposisi, proses berkarya maupun hasil penciptaan dari karya fotonya. D. Uns ur-unsur Visual

Karya seni rupa yang berwujud dua dimensi memiliki unsur- unsur berupa garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur (tekstur semu). Unsur- unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain. Masing- masing memiliki sikap tertentu terhadap yang lain. Penggabungan beberapa unsur tersebut terciptalah


(24)

karya seni yang dapat memancing berbagai sensasi, menimbulkan persepsi yang merangsang, memberi sugesti, dan memperkaya imajinasi orang yang melihatnya (Kusrianto: 2007). Berikut unsur-unsur seni rupa beserta pengertiannya :

1. Garis (line)

Garis sebagai bentuk mengandung arti lebih dari pada titik karena dengan bentuknya sendiri garis menimbulkan kesan tertentu pada pengamat. Garis yang lurus memberikan perasaan yang berbeda dari garis yang melengkung, yaitu satu memberi kesan kaku, keras dan yang lain me mberi kesan luwes dan lemah lembut. Susanto (2012: 148) berpendapat tentang garis sebagai berikut :

Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisapendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus, dan lain- lain. Hal inilah yang menjadi ukuran garis.

Garis adalah tanda yang memanjang menandai hubungan antara dua titik atau lebih, efek yang dibuat oleh batas tepi suatu benda dimana benda tersebut tidak terlihat adanya garis yang sebenarnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999: 45). Garis dihasilkan oleh alat yang bergerak dan meninggalkan bekasnya pada suatu permukaan. Garis dapat menunjukan posisi arah, dapat mengungkapkan sebuah struktur dari suatu yang nyata dan abstrak karena garis sifatnya menentukan penglihatan, maka garis memiliki kualitas kinetik, membagi area yang dilewatinya, memberi bentuk, menyampaikan suatu karakter dan menekankan arah dimana garis itu berada. Garis merupakan unsur visual yang paling tua.

Garis dalam dunia fotografi bisa bersifat imajiner dan nyata. Garis yang sifatnya nyata terdapat pada foto-foto yang memiliki imaji garis, atau dapat


(25)

langsung dipandang mata, sedangkan garis imajiner lahir dari susunan objek yang membentuk garis khayal. Dalam keseharian kita akan selalu melihat garis tersebut dalam imajinasi kita, seperti garis cakrawala dan jalan raya akan menimbulkan semacam garis imajiner dalam pikiran kita.

Garis lurus mempunyai pengaruh yang besar pada sudut pandang satu dengan lainnya. Dikatakan oleh Langford (1982: 36) bahwa "The influence straight lines have on a scene depends on the angle they make with each other, and their relationship with the sides of frame.". Garis lurus horizontal dapat menimbulkan kesan tenang dan juga kesan ruang pada foto, sedangkan garis lurus vertikal dapat mengesankan keagungan.

Garis horizontal memiliki kesan formal dan stabil, contohnya yang dapat kita lihat dari bagian-bagian arsitektur seperti gedung- gedung yang menjulang tinggi dan lain- lain, namun dapat pula mengesankan ketenangan dan menimbulkan kesan ruang. Garis vertikal mememiliki kesan kuat dan tinggi. Kesan yang ditimbulkan juga tergantung dari ukuran tebal-tipisnya dan letaknya terhadap garis- garis yang lain, sedangkan warnanya sebagai penunjang, menambahkan kualitas tersendiri. Garis-garis dapat disusun secara geometris (beraturan) atau non geometris (tidak beraturan) sehingga menjadikan gambar yang memberikan kepuasan dan rasa indah karena keserasian juga keseimbangan bentuknya. Garis juga memberikan efek psikologi bagi yang melihatnya, sehingga garis dapat mendukung dari isi yang tekandung dalam karya.


(26)

2. Bidang (shape)

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya bidang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bidang geometri (beraturan) atau bidang yang relatif mudah diukur keluasnya, sedangkan bidang non geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang terbentuk dari adanya dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit) pada titik tertentu, mereka dapat berupa garis nyata maupun garis maya. Bisa dikatakan bidang merupakan sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik yang sifatnya formal maupun ilusi (Susanto: 2012)

Bidang mempunyai arti penting untuk membedakan dan mengidentifikasi sebuah benda. Didalam fotografi ada beberapa sumber yang sering dijumpai adanya bidang. Bayangan merupakan sumber yang sangat kuat dalam pembentukan sebuah bidang, ini dapat dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya cahaya yang mengenai sebuah benda, berbeda dengan siluet yang akan tercipta bilamana ada sebuah benda yang berada tepat didepan cahaya. Perubahan sudut pandang juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam pembentukan garis tepi pada sebuah benda. Pada benda-benda non simetris pergeseran sudut pandang akan memberikan perbedaan yang besar dalam membentuk sebuah bidang.

3. Ruang (Space)

Ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas, walaupun terkadang ruang bersifat tidak terbatas. Ruang juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang berbatas maupun tak berbatas. Pada


(27)

suatu waktu, dalam berkarya seni, ruang tak lagi dianggap memiliki batas secara fisik. Ruang dapat dibagi menjadi ruang fisik dan ruang ilusi. Ruang fisik atau ruang nyata yaitu ruang yang sangat terlihat dalam seni patung atau seni tiga dimensi lainnya. Sedangkan ruang ilusi atau ruang maya tercermin pada lukisan alam atau karya seni yang memakai perspektif (Susanto: 2012).

Di dalam fotografi dikenal dengan adanya ruang positif dan ruang negatif. Ruang positif adalah subjek utama sebuah foto, sedangkan ruang negatif merupakan suatu ruang di antara atau mengelilingi subjek foto. Dalam gambar hitam-putih, secara umum gambar berwarna hitam merupakan ruang positif, sedangkan ruang di sekelilingnya (putih) adalah ruang negatif. Foto yang baik mempunyai beberapa kriteria, salah satunya adalah keseimbangan dan penggunaan ruang negatif adalah salah satu elemen kunci dalam komposisi artistik yang dapat membantu mendefinisikan subjek dan memberi keseimbangan sebuah komposisi (www.bitebrands.co/ : 2010)

Penggunaan ruang positif dan ruang negatif sangat erat kaitannya dengan adanya prinsip Gestalt yang diperkenalkan pada sekitar tahun 1920 oleh Max Wertheimer. Pemahaman terhadap prinsip persepsi visual adalah kunci untuk memahami kecenderungan mata dalam melihat sebuah pola visual. Teori ini berbasis pada pattern seeking dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat dianalisis dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif dan ruang negatif. Prinsip Gestalt tidak memandang atau menilai elemen demi e lemen


(28)

dari persepsi visual tetapi memandang secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang utuh.

4. Warna

Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh cahaya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya" (Kusrianto, 2007: 31). Warna didefinisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima oleh indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. Warna dapat dibedakan menurut kajadiannya yaitu menjadi warna aditif dan subtraktif. Warna aditif adalah warna-warna yang berasal dari cahaya yang disebut spektrum, yaitu warna merah, hijau dan biru yang dalam komputer disebut denagn RGB. Sedangkan warna subkratif adalah warna yang berasal dari pigmen, yaitu warna sian (cyan) atau biru, magenta atau merah, dan kuning yang mana didalm komputer dikenal dengan warna model CMY (Susanto: 2012).

Secara khusus dalam pigmen terdapat klasifikasi warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan kuarter. Warna primer merupakan wa rna pokok, adalah warna yang tidak dapat dibentuk oleh warna lain dan dapat digunakan sebagai bahan pokok pencampuran dan memperoleh warna lain, yaitu warna merah, kuning dan biru. Warna sekunder terjadi dari percampuran dua warna primer, adalah warna jingga atau oranye, ungu atau violet dan juga hijau. Ketiga warna primer dan sekunder tersebut sering dikatakan sebagai enam warna standar. Warna tersier atau warna ketiga adalah warna hasil percampuran dua warna sekunder. Warna tersier adalah coklat-kuning, coklat- merah, dan coklat-biru.


(29)

Warna kuarter atau warna keempat adalah warna hasil percampuran antara dua warna tersier, diantarannya coklat-jingga, coklat-hijau, dan coklat-ungu. Ada juga yang disebut dengan warna Intermediet yaitu warna yang berada diantara warna primer dan warna sekunder pada lingkaran warna, antara lain adalah kuning-hijau, kuning-jingga, merah-jingga, merah- ungu, biru- ungu dan biru-hijau. Seperti yang ditunjukan pada gambar I.

Gambar I: Diagram Warna

https://erbinabaroes.files.wordpress.com/2013/06/colorwheel.jpg

Warna pada fotografi sesuai dengan esensi dari fotografi dimana fotografi sebenarnya adalah merekam warna. Warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan manusia, seperti yang diungkap Langford (1982: 50) "color has such emotional power that it can create or destroy mood. So it is important to recognize how color is affecting a subject".


(30)

Perbedaan pencahayaan akan menyebabkan efek dramatis yang berbeda-beda pada hasil karya fotografi. Terkadang seorang fotografer ingin memberi nuansa panas ataupun dingin pada fotonya dengan menunggu perubahan dari sumber cahaya (matahari) atau menggunakan alat tambahan (seperti menyeting sumber cahaya atau dapat menggunakan filter), fotografer juga dapat mengubah sudut pandangnya untuk menghasilkan efek cahaya yang sesuai. Namun saat ini fotografer dapat mengoreksi pencahayaan dengan tools, baik dalam proses pencetakan ataupun dengan perangkat lunak komputer sepert i adobe photoshop.

Warna dalam fotografi salah satunya dipengaruhi oleh efek cahaya matahari. Panjang gelombang cahaya matahari berbeda-beda sesuai dengan waktu. Jika di pagi hari dan sore menjelang malam cahaya akan lebih redup dibandingkan dengan siang hari saat matahari sedang bersinar penuh dengan posisi vertikal. Warna selalu memberikan kesan. Setiap individu memiliki kesan berbeda terdadap warna, sebab warna dapat merespon mata dan menyebabkan perbedaan interpretasi dari yang melihat. Warna juga menjadi simbol serta identifikasi cerita dalam sebuah karya foto. Warna sangat berkorespondensi dengan elemen bentuk maupun cahaya. Karena itu, warna menjadi salah satu elemen penting dalam fotografi.

Warna dapat memberikan kekuatan elemen yang sangat kuat d i dalam fotografi. Perbedaan nilai gelap-terang (value) dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi sekaligus menciptakan citra. Penampilan warna-warna yang kurang kontras dapat menciptakan kesan damai, statis dan


(31)

tenang. Sebaliknya, dengan warna-warna kontras memberikan kesan dinamis, riang, dramatis, dan bergairah (Supriyono: 2010). Foto dengan tampilan warna-warna yang menarik dapat memberikan atau terasa „lebih hidup‟ dan memiliki banyak nuansa. Warna dapat mempengaruhi emosi serta pengaruh latar belakang terhadap warna yang dilihat. Warna dapat menipu pandangan karena warna dapat tampil pasif atau mencolok, tampil ke depan atau belakang.

Warna dalam fotografi terbagi atas ada dua macam, yaitu: a. Vivid Colour

Vivid colour seperti merah, oranye, kuning memiliki karakter yang ditimbulkan yaitu bersemangat, riang, ramai dan terlihat bernuansa keras.

b. Pastel Colour

Pastel Colour adalah warna yang memiliki karakter tenang, teduh, halus, bernuansa lembut dan romantik. Contoh dari Pastel colour diantaranya biru, hijau, ungu, merah muda.

Warna biasanya dipakai untuk menyampaikan arti dalam aktifitas kehidupan sehari- hari. Beberapa warna ada yang menyatakan perasaan tertentu atau kebiasaan pada kebudayaan masyarakat tempat kita berkembang, misalnya warna putih dalam budaya Barat melambangkan kesucian, sedangkan di Cina melambangkan kematian. Ada juga warna yang bisa menyampaikan rasa secara universal (menyeluruh), misalnya kuning dan merah berarti perhatian dan peringatan.


(32)

5. Tekstur

Tekstur memiliki posisi yang penting dalam seni rupa, karena tekstur merupakan bahan dasar dari mana sebuah karya seni dibuat, karena tekstur melibatkan tiga indra perasa yang ada didalam tubuh yaitu, pengelihatan, sentuhan, dan suara. Bilamana dilihat nampak kasar kemudian diraba terasa kesadaran menghasilkan suara dari gesekan kulit dan benda yang disentuh. Tekstur dapat ditangkap melalui indera penglihatan maupun indera peraba.

Kusrianto (2007) menyatakan tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Ditinjau dari dari efek tampilannya tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur semu bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan. Sementara itu, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil raba dan penglihatan.

Tekstur memiliki hubungan dengan unsur visual yang lainnya, seperti titik, garis, bidang dan ruang. Dalam tekstur hal yang perlu diperhatikan adalah jatuhnya sinar terhadap benda tersebut. Penyinaran dapat memberikan kesan datar dan kontras.

Tekstur dalam konteks fotografi lebih cenderung pada tekstur semu, yaitu kesan visual dari suatu bidang. Tekstur dalam foto harus diperlihatkan dengan tepat agar tidak menghilangkan ciri-ciri aslinya sebagaimana pendapat Sularko (1990: 30) sebagai berikut:

Tekstur adalah sifat permukaan benda yang disajikan dalam gambar secara tepat, sesuai dengan aslinya, sutra harus digambarkan seperti sutra, kaca seperti kaca, mengkilat dan tembus cahaya, dan kayu seperti kayu dan tampak berat sifatnya.


(33)

E. Komposisi dalam Fotografi

Dalam pengertian umum maupun dalam dunia kesenian, komposisi berarti “susunan”. Komposisi dalam pengertian seni rupa adalah pengorganisasian unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian dengan keseluruhan (Kusria nto: 2007). Sedangkan Tjin dalam bukunya "fotografi itu mudah" (2012: 43) mengatakan bahwa, komposisi dalam fotografi adalah cara kita menempatkan elemen-elemen visual dalam sebuah foto. Tidak ada batasan salah atau benar karena komposisi dalam fotografi adalah sebuah bentuk seni, yang ada adalah apakah komposisi tersebut mampu menceritakan maksud dari fotografer dan terlihat menarik atau tidak. Semuanya tergantung dari "feeling" dan ”sense" dari fotografer itu sendiri.

Menyusun komposisi merupakan upaya menyusun elemen-elemen foto yang esensial seperti bentuk, nada, warna yang dalam fotografi hitam putih diwakili oleh nuansa atau gradasi nada kelabu, pola dan tekstur di dalam batasan suatu ruang. Tujuan dari menyusun komposisi yaitu mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, sehingga gambar tersebut menjadi satu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan demikian, menjadi lebih enak dipandang.

Penyusunan komposisi membutuhkan adanya suatu ruang tertentu yaitu format. Format bersifat mengikat, dengan pengertian bahwa suatu komposisi yang baik pada format tertentu belum tentu cocok atau sesuai dalam format yang lain. Untuk memperoleh komposisi yang baik, dituntut agar memiliki kepekaan tersendiri, yang dapat diperoleh melalui latihan secara tekun, serius dan intensif.


(34)

Komposisi dalam fotografi memerlukan batasan, tanpa adanya pembatas yang jelas akan sulit untuk memahami ujung pangkal sebuah komposisi. Dasar komposisi dalam fotografi untuk merancang atau menyatukan berbagai aspek fotografi yaitu elemen-elemen visual. Penggunaan elemen visual yang tepat akan lebih memudahkan dalam perancangan sebuah karya fotografi (Tjin: 2012).

Komposisi mempunyai kesan dan dapat mempunyai nilai baik maupun kurang baik, enak dilihat atau kurang enak dilihat jika dibatasi oleh ruang tertentu. Karena itu dalam hubungan dengan gambar, dapat dikatakan bahwa komposisi tergantung pada batasan gambar, panjang banding lebar, dan tegasnya format. Hal ini didukung dengan pendapat pakar fotografi, Soelarko (1990: 20) mengatakan, format adalah syarat mutlak dari hadirnya komposisi. Tanpa format, tidak ada komposisi.

Komposisi mempunyai elemen-elemen dan seorang fotografer harus mampu menyusun elemen komposisi dengan baik untuk mendapatkan susunan atas tata letak yang enak dilihat dan menarik, karena penyusuan elemen komposisi yang tepat akan menimbulkan efek tiga dimensi di atas bidang datar ( Tjin: 2012). 1. The Rule of Thirds

Suatu perpotongan dari sebuah bidang persegi panjang atau bujur sangkar, dalam hal ini adalah format foto. Hampir tidak ada yang bisa salah bila mengikuti aturan 1/3 bidang atau the rule of thirds dalam menciptakan komposisi. Berikut contoh pedoman 1/3 bidang atau the rule of thirds:


(35)

Gambar II: Pe mbagian 1/3 bidang atau the rule of thirds Sumber: Deniek G. Sukarya, Kiat Sukses Deniek G. Sukarya, 2009:44

Bila mengikuti teknik pembagian bidang dan penempatan subjek sesuai dengan acuan komposisi yang baku ini pasti akan selalu berhasil menciptakan karya foto yang kuat dan mengesankan (Deniek, 2009: 44). Saat melihat sebuah foto, biasanya penikmat akan mengarah ke salah satu titik perpotongan empat garis, dibandingkan dengan pusat atau tepi foto (Tjin, 2012: 44). Penggunaan pedoman 1/3 bidang bisa membuat penikmat karya foto tidak mudah jenuh, serta bisa memperjelas kesan pandangan kemana mata akan melihat.

2. Komposisi Arah Gerak atau Pandang

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Ruang di depan objek lebih luas dari pada di belakang objek.

Gambar III: Komposisi Arah Gerak / Pandang

Sumber: http://www.ensiklopediapramuka.com/2013/07/fotografi- videografi-pramuka-teknik.html


(36)

Komposisi arah digunakan untuk mengatur atau memastikan arah pandangan kita pada subyek utama foto. Apa yang ingin kita tonjolkan dalam foto dan yang ingin kita tunjukkan dari sebuah kondisi, suasana atau hal menarik yang menjadi konsentrasi kita ketika memotret.

3. Komposisi Point of Interest

Sebuah objek atau warna yang menjadikan pusat perhatian. Point of interest dalam fotografi adalah fokus atau titik utama dalam sebuah foto dimana titik tersebut menjadi inti cerita dari sebuah foto. Dengan kata lain, point of interest akan menjadi titik awal untuk mengeksplorasi sebuah karya foto. Point of interest mampu membimbing orang yang melihat foto untuk memahami konteks foto secara keseluruhan dalam seketika.

Gambar IV: Komposisi Point of Interest

Sumber: http://lensafotografi.com/teknik-dasar-fotografi- menentukan-point-of-interest/

4. Komposisi Diagonal

Kesan garis yang memotong dari sudut ke sudut persegi panjang. Komposisi diagonal merupakan salah satu dari beragam konsep komposisi foto.


(37)

Komposisi diagonal dapat membuat foto tampak lebih dinamis jika objek mengikuti konsep garis diagonal.

Gambar V: Komposisi Diagonal

Sumber: https://www.flickr.com/photos/concellon/6596047975/in/photostream/ Selain dasar-dasar elemen-elemen visual dan beberapa hal tentang komposisi dalam fotografi, ada yang perlu diperhatikan untuk membuat sebuah karya fotografi tampil menarik dan memberi nilai tambah, yaitu :

a. Framing (bingkai dalam bingkai)

Teknik framing dapat membantu untuk menarik perhatian kedalam objek yang dibingkai dan menambah kreasi kita untuk membentuk sebuah objek tampil menarik serta menambah keindahan pada bentuk.

b. Similiar Shape

Mengomposisikan elemen-elemen sebentuk secara harmonis di dalam suatu bingkai foto sehingga memberikan dinamika pada gambar. Dalam hal ini perlu memperhatikan volume dan harmonisa si.


(38)

c. Format Gambar

Hal ini untuk mendapatkan daya tarik subjek dan bagaimana menampilkan subjek dengan baik bersama suasana di sekitarnya. Ada dua jenis format gambar dalam fotografi yaitu horizontal dan vertikal. Format horizontal dapat menimbulkan kesan luas dan tenang. Sedangkan kesan yang dibawa oleh format vertikal adalah tinggi, agung, kokoh, kuat dan angkuh.

d. Dimensi

Dimensi dalam fotografi dapat mengangkat „rasa‟. Dengan dimensi selain memberikan kesan ruang juga untuk mengangkat suasana aslinya seper ti menghadirkan kesan „hidup‟. Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi adalah menggunakan garis arah, mengatur pembagian ruang, perbandingan ukuran, mengendalikan kedalaman ruang, susunan warna dan susunan kecerahan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendukung terjadinya dimensi ruang, yaitu permainan perspektif (aerial perspektif & linier perspektif), permainan lensa (diafragma, vario lensa, filter), permainan gelap terang, permainan cahaya, pemberian foreground & background.

F. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan bagian yang terpenting dalam fotografi karena tanpa ada cahaya tidak akan ada fotografi. Triadi (2011: 4) menyatakan bahwa "Membuat foto yang baik tidak terlepas dari metode pencahayaan. Dengan tata letak yang baik meski dengan satu sumber cahaya foto bisa memberikan sebuah nuansa dan rasa yang baik serta bermakna". Cahaya memiliki karakter penting dalam membentuk sebuah objek yaitu cahaya keras dan cahaya lembut.


(39)

1. Jenis cahaya

Salah satu unsur penting untuk mendapat hasil yang optimal dalam fotografi adalah pengaturan cahaya / pencahayaan. Pencahayaan mutlak harus diketahui dan dikuasi seorang fotografer, dengan cara melatih kepekaaan terhadap cahaya yang muncul. Cahaya yang ada dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sumbernya yaitu cahaya alami (Avaliable Light) dan cahaya buatan (Artificial Light).

a. Cahaya Alami (Avaliable Light)

Cahaya alami adalah sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruangan. Sumber dari cahaya alam berasal dari matahari dan benda2 angkasa ya ng mampu memantulkan cahaya, seperti bulan. Berdasarkan metode penggunannya cahaya alami ini terbagi menjadi dua yaitu cahaya langsung (direct light) dan cahaya tidak langsung (indirect light), dimana cahaya langsung (direct light) adalah cahaya matahari yang langsung mengenai objek tanpa terhambat/terhalang apapun. Cahaya langsung mempunyai sifat yang keras (Hard Light) karena berkas cahayanya kuat sehingga menghasilkan bayangan yang tajam.

Sedangkan Cahaya tidak langsung (indirect light) yaitu cahaya matahari yang mengenai objek setelah dipantulkan (Reflected) benda lain seperti air, cermin, tembok berwarna putih, atau bisa juga cahaya yang menyebar (diffuse) setelah cahaya melewati benda lain seperti awan, kumpulan daun, atau cahaya yang masuk melalui celah jendela (Window light). Cahaya tidak langsung (indirect light) mempunyai sifat yang halus/lembut (Soft Light) dan merata sehingga menghasilkan gradasi yang halus.


(40)

Tabel I : Waktu Terbaik dalam Aktifitas Fotografi Fajar

± 05.00 a.m

Warna pink, cahaya yang sangat halus dan kabut tipis untuk danau, sungai dan pemandangan.

Sunrise ± 05.30 a.m

Cahaya "renyah", keemasan.

Cocok untuk subjek-subjek menghadap timur. Tengah hari

± 10.00 - 14.00

Tidak cocok untuk memotret pemandangan dan manusia, tetapi baik untuk memotret gedung-gedung dan monumen. Warna bangunan dan detailnya terekam sangat baik. Sore hari

±14.00 - 16.00 Langit akan tampak biru dengan menggunakan filter polarizer. Senja hari

±16.00 - 18.00

Cahaya yang hangat, keemasan, Cocok untuk subjek-subjek menghadap barat, Waktu terbaik untuk landscape dan manusia, khususnya satu jam sebelum sunset.

Sunset

±18.00 - 18.30

Langit yang indah, mulai 10 menit sebelum sunset sampai 10 menit sesudahnya.

Maghrib 18.30-19.30

Foto malam yang indah, lampu-lampu telah menyala sedangkan langit masih nampak keunguan

b. Cahaya buatan (Artificial Light)

Cahaya buatan adalah cahaya yang dibuat untuk menerangi sebuah objek foto, biasanya cahaya buatan lebih banyak dipakai pada saat pengambilan foto di dalam ruangan. Cahaya buatan dapat dihasilkan oleh peralatan tambahan, yaitu lampu kilat, blitz atau flash. Cahaya buatan dalam fotografi memiliki efek pencahayaan yang berbeda tergantung pada jenis sumber dan cahaya yang digunakan oleh fotografer.

2. Arah cahaya

Arah datangnya cahaya akan menghasilkan atau akan memberi efek tersendiri dalam hasil akhir pemotretan. Arah cahaya sangatlah penting dalam pemotretan baik pemotretan dalam ruangan maupun pada luar ruangan. "Sudut datang cahaya = sudut pantul cahaya, begitulah seb uah teori pencahayaan" (Triadi, 2011: 4).


(41)

Kunci dari hasil foto yang baik adalah seorang fotografer harus menguasai tata letak cahaya, mempunyai feeling dan kreatifitas. Pemilihan arah cahaya yang tepat akan menganghasilkan foto yang lebih baik, oleh karena itu alangkah baiknya bila fotografer mencermati dengan seksama arah datangnya cahaya kemudian mengambil angle yang terbaik sebelum melakukan pemotretan. a. Pencahayaan dari arah depan (Front Light)

Pencahayaan dari arah depan (Front Light), Sumber cahaya datang dari arah yang sama dengan posisi kamera. Penggunaan arah cahaya ini akan menghasilkan foto yang relatif tanpa bayangan, maka efek yang tercipta adalah tekstur dari objek yang kita foto menjadi berkurang sehingga foto menjadi datar. Pencahayaan ini, banyak digunakan untuk foto dokumentasi, foto-foto kecantikan, foto sampul majalah.

b. Pencahayaan dari arah samping (Side Light)

Pencahayaan dari arah samping (Slide Light) yaitu menempatkan sumber cahaya pada samping objek dengan sudut sekitar 45 – 90 derajat. Efek yang dihasilkan adalah menonjolkan bentuk dan permukaan atau tekstur objek. Dengan side light dapat menampilkan dan menyampaikan lebih banyak karakter dan profil dari objek yang kita foto. Selain itu, kesan tiga dimensional dapat diciptakan dengan teknik ini.

c. Pencahayaan dari arah atas (Top Light)

Pencahayaan dari arah atas (Top Light) dimana cahaya dijadikan pengisi dan berada di atas objek yang akan difoto. Pencahayaan dari atas dapat memberikan efek yang dramatis pada objek. Efek ini dapa t dibandingkan dengan


(42)

cahaya matahari ketika tengah hari. Dengan top light menjadikan objek tampak tidak terpisah dari latar belakang dan terdapat bayangan yang relatif kecil. Top light sering digunakan dalam pemotretan still life dan pemotretan makanan.

d. Cahaya dari arah bawah (Bottom Light)

Sumber cahaya yang diletakkan di bawah/dari bawah objek. Metode ini banyak digunakan sebagai fill-in untuk mengurangi kontras dari main light. Pencahayaan ini efektif digunakan untuk pemotretan benda-benda transparan atau terbuat dari kaca seperti gelas dan botol. Efek yang dihasilkan bayangan akan hilang pada dasar objek dan biasanya digunakan untuk pemotretan dalam ruangan. e. Pencahayaan dari arah belakang (Back Light)

Pencahayaan dari arah belakang yang letaknya berlawanan dengan posisi kamera. Posisi sumber cahaya bisa diletakkan di belakang objek, dipantulkan atau bisa langsung mengenai objek. Efek yang dihasilkan dari teknik ini secara umum yaitu menciptakan siluet (penyederhanaan bentuk) dan rim light (cahaya yang mengelilingi objek).

Dalam penggunaan teknik ini perlu diperhatikan cahaya yang langsung mengenai kamera akan menimbulkan pantulan cahaya dan flare (masuknya cahaya yang tidak diinginkan). Maka arah sumber cahaya dari belakang perlu dikontrol dengan baik.


(43)

Gambar VI: Skema Arah Cahaya

Sumber: http://tipsfotografi.net/wp-content/uploads/2012/11/Teknik-Dasar-Pencahayaan-atau-Lighting-Fotografi-550x466.jpg

3. Gaya pencahayaan

Salah satu gaya pencahayaan dalam fotografi adalah teknik high key dan low key. Gaya pencahayaan ini sangat berhubungan erat dengan kontras. Pada teknik ini, keputusan untuk menjadikannya foto high key, low key akan mempengaruhi mood yang dihasilkan. Foto- foto high key identik untuk menyampaikan keceriaan, sementara lowkey identik dengan kesan dramatis dan menimbulkan atmosfer ketegangan. Untuk menciptakan sebuah foto high key, diperlukan pengaturan EV (Exposure Value) pada angka tinggi dan kurangnya kontras. Hal ini bisa dihasilkan dengan mengatur pencahayaannya, sehingga tidak ada shadow pada foto. Berbeda dengan high key , foto low key memiliki warna lebih gelap, dan tone yang dominan biasanya hitam. Foto-foto low key juga bisa dikenali dengan banyaknya kontras yang ditampilkan (Langford : 1982).


(44)

G. Kamera

Kamera merupakan alat yang paling penting dalam aktivitas fotografi. Kamera adalah alat untuk merekam gambar suatu objek pada permukaan peka cahaya. Nama ini didapat dari camera obcura, bahasa latin yang berarti “kotak gelap" dengan lubang sempit untuk memproyeksikan gambar pemandangan luar yang akan masuk dalam layar foto (Susanto, 2012: 68).

Dalam fotografi kamera (analog) merupakan suatu piranti untuk membantu merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Sedangkan pada kamera digital, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng sasaran bila terkena cahaya. Berikut adalah beberapa jenis kamera menurut Tjin (2012) : 1. SLR non-digital (Kamera Analog)

Kamera SLR (Single Lens Reflex) non-digital adalah salah satu kategori kamera yang dalam teknik pengambilan gambarnya masih menggunakan film seluloid. Kamera analog mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupa film seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera. Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini lebih disebabkan karena penggunaan film yang biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif. Pada kamera digital akan dibatasi oleh besaran resolusi yang ada pada kamera, jika foto dicetak melebihi resolusi tersebut maka foto yang dihasilkan akan pecah. Berbeda dengan kamera analog yang tidak mengenal adanya batasan resolusi yang menghasilkan foto yang tidak akan pecah seberapa pun besarnya film tersebut dicetak.


(45)

Kamera analog dibuat dari bahan baku yang lebih tahan lama, namun dengan komponen yang lebih sedikitnya menjadikan kamera ini lebih ringan. Penggunaan daya baterai pada kamera ini hanya untuk menjalankan exposure meter dan light meter. Dengan segala kerumitan dalam menghasilkan sebuah foto akan membuat kita lebih hati- hati dan akan melatih insting guna mencapai hasil pencahyaan yang tepat.

2. Digital Pocket Camera

Seperti pada kamera konvensional, kamera digital jenis ini juga paling banyak digunakan karena kamera ini relatif murah dan mudah pemakaiannya. Kemudahan dan sifatnya yang ringkas merupakan dua alasan produsen membuat kamera ini. Kekurangan dari kamera ini adalah kualitas foto yang tidak begitu baik dan lensa yang tidak dapat diganti karena lensa menjadi satu dengan badan kamera.

3. Kamera Semi-Profesional

Kamera ini memiliki banyak sebutan, antara lain prosumer camera dan advance camera. Kamera ini dirancang untuk mereka yang tidak ingin disulitkan oleh pengaturan diafragma segala pernik teknik fotografi. Kelebihan kamera jenis ini adalah adanya kendali manual dan otomatis pada fokus, diafragma, dan kecepatan pembukaan lensa serta dapat mengatur jarak secara manual dan mode zooming, bahkan fasilitas macro yang sangat membantu dalam memperoleh efek gambar yang diinginkan.


(46)

4. Mirrorless System dengan sensor APS-C

Sistem ini diperuntukan bagi pengguna yang menginginkan kualitas foto setara dengan DSLR namun dengan bentuk fisik kamera yang lebih kecil. Kamera jenis ini memiliki sensor yang sama dengan kamera DSLR yaitu APS-C. Kamera jenis ini dapat menjadi alternatif, dengan kualitas foto setara kamera DSLR namun dengan fitur yang tidak terlalu rumit.

Gambar VII: Perbandingan Ukuran Sensor

Sumber: https://dannyprijadi.wordpress.com/2009/01/24/apa-bedanya-full-frame dan-aps-c-kamera-pocket-termasuk-yang- mana/

Sensor APS-C memiliki ukuran yang jauh lebih lebar dibandingkan dengan sensor yang dimiliki kamera saku yang biasanya memiliki tipe 1/2.5 inci,ini berarti sensor APS-C memiliki nilai crop factor yang lebih kecil pula.


(47)

5. Kamera Digital SLR (DSLR)

Resolusi terendah yang dimiliki kamera digital SLR adalah 5,1 megapiksel. Seperti halnya pada kamera SLR analog, kamera digital SLR juga memiliki kualitas foto yang tinggi karena mengunakan lensa optik dan system kendali manual. Selain itu, kamera ini juga memiliki sistem kerja otomatis yang dibantu oleh micro prosesor yang cukup canggih.

Kamera digital bertipe SLR ini juga menggunakan lensa yang bisa dilepas dan dapat diganti dengan lensa berdiameter lebih besar atau lebih kecil sesuai kebutuhan, karena kamera ini memiliki koleksi lensa yang lengkap.

Secara garis besar kamera DSLR terbagi atas dua macam berdasarkan besarnya sensor kamera, yaitu kamera DSLR yang menggunakan sensor tipe APS-C yang sering dijumpai dipasaran dan kamera Full Frame.

Kamera bersensor APS-C dapat dibagi menjadi beberapa model, yang pertama adalah model pemula yang biasanya memiliki k inerja yang tidak begitu cepat dan fiturnya terbatas. Model menengah ditujukan kepada meraka yang ingin serius mendalami dunia fotografi atau menginginkan kerja kamera yang lebih cepat, biasanya model ini memiliki lebih banyak tombol pada badan kamera dimana akan memudahkan pengguna dalam melakukan pergantian seting. Sedangkan kamera model canggih didesain bagi fotografer yang menyukai jenis fotografi aksi seperti olahraga, jurnalisme, satwa liar dan lain sebagainya. Kamera yang memiliki sensor Full Frame, berdasarkan prioritasnya dibagi menjadi dua model yaitu ukuran foto dan kualitas foto pada ISO tinggi dengan kinerja kamera yang tinggi.


(48)

H. Lensa

Pada awal perkembangan fotografi, hanya dikenal lensa normal sekaligus fix. Namun seiring perkembangan optik dan teknologi, akhirnya variasi lensa menjadi begitu banyak. Pengunaan lensa tertentu memberi efek yang berbeda pada foto dan memberikan manfaat tertentu yang dibutuhkan fotografer. Berdasarkan mekanisme fokusnya, lensa dibagi menjadi dua yaitu lensa Zoom dan lensa Fix (prime)

Lensa Zoom adalah lensa adalah lensa yang memiliki rentang jarak focus (focal length). Misalnya lensa kit 18-55mm, itu artinya lensa tersebut mampu menangkap objek lebar sebesar 18mm hingga telephoto mini sebesar 55mm. Lensa Zoom biasanya memiliki 2 bagian ring, satu untuk zoom dan satu lagi untuk mencari fokus. Sedangkan Lensa Fix atau biasa disebut Lensa Prime adalah kebalikan dari lensa Zoom. Lensa Fix adalah lensa yang tidak memiliki rentang jarak fokus, singkatnya lensa jenis ini adalah lensa tanpa fasilitas zoom. Jarak fokusnya hanya tertuju satu arah, maka dari itu lensa ini hanya memiliki satu ring fokus pada badan lensa. Lensa jenis ini sangat cocok untuk mencari DOF dan"bokeh" dengan bukaannya yang besar. Berdasarkan jarak fokusnya lensa dibedakan menjadi beberapa jenis (www.seputarfotografi.com: 2014) : 1. Lensa Standar

Dikatakan lensa standar atau normal karena memiliki panjang fokus sama dengan mata manusia saat melihat yaitu sekitar 50 mm. Hanya saja, perbedaan mata manusia dengan lensa standar terletak pada sudut pandang. Penglihatan lensa standar dibatasi jendela bidik kamera yang mempunyai sudut


(49)

pandang 46 derajat. Lensa standar tidak hanya memiliki focal length pada nilai 50 mm, tetapi berkembang mulai 46 mm hingga 55 mm.

Keuntungan menggunakan lensa standar dikarenakan kebanyakan mempunyai bukaan diafragma yang besar. Jenis lensa ini cocok digunakan untuk jarak pandang sedang. Misalnya foto jurnalisme, foto acara, foto olahraga in door & foto jalanan.

2. Lensa Wide Angle

Lensa ini merupakan lensa sudut pandang lebar. Lensa jenis ini mempunyai jarak fokus yang lebih pendek dari lensa standar, antara 24-40mm. Lensa jenis ini akan memiliki efek distorsi yang dapat memperburuk citra gambar jika tidak menggunakan seting yang tepat. Lensa ini akan sangat tepat jika digunakan untuk mengambil gambar panorama alam.

3. Lensa Telephoto

Lensa telephoto adalah lensa yang jarak fokusnya 60 mm atau lebih. Lensa telephoto digunakan untuk mendapatkan & memperbesar objek yang ada di kejauhan. Lensa telephoto juga mempunyai jenis lensa zoom & lensa fixed. Lensa telephoto dikatakan menjadi lensa super telephoto apabila jarak fokusnya sangat panjang(lebih dari 200mm). Jenis lensa ini umumnya berukuran besar, jadi kita membutuhkan tambahan alat untuk menopang lensa ini saat menggunakannya. Lensa jenis ini cocok digunakan dalam fotografi satwa liar dan bidang olahraga outdoor.


(50)

4. Lensa khusus

Lensa khusus adalah lensa yang dibuat untuk mengambil gambar dengan efek-efek fotografi tertentu tanpa perlu rekayasa digital. Lensa khusus tersebut diantaranya adalah :

a. Lensa Mikro

Lensa jenis ini banyak digunakan untuk mengambil gambar objek yang berukuran kecil. Lensa Mikro adalah lensa yang pada umumnya memiliki hasil foto 1:1. Contohnnya jika jarum berukuran 4cm, maka ukuran jarum yang tertangkap pada sensor tetaplah 4cm. Lensa ini memiliki sifat fokus yang sangat tinggi dan akurat.

b. Lensa Prespective Corection

Sesuai namanya lensa ini dgunakan untuk mengoreksi sebuah garis prespektif yang terdistorsi akbiat fotografer mengambil gambar terlalu dekat dengan objek. Biasanya digunakan untuk kalangan fotografer arsistektur. Canon sendiri menyebut lensa ini dengan lensa Tilt Shift Lense.

c. Lensa Fish Eye

Kalau tadi lensa prespektif digunakan untuk mengoreksi prespektif suatu objek karena adanya distorsi, maka lensa fish eye adalah kebalikan. Lensa ini termasuk ke dalam lensa sudut lebar, namun memiliki distorsi yang tinggi. Hasil yang didapat menggunakan lensa ini akan berbentuk lengkungan, seperti cembung pada mata ikan.


(51)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari subjek dan objek yang diamati. Metode penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu pendekatan dalam metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2010: 1). Artinya objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah. Selain itu juga data penelitian kualitatif didapat dari observasi, maupun wawancara dan kemudian data-data tersebut diuraikan dan disimpulkan tanpa dengan memberikan perlakuan terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini peneliti melakukan observasi kepada fotografer dan mengambil dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu berupa foto human interest karya Agus Leonardus. Selanjutnya penaliti melakukan wawancara terhadap sumber data yaitu Agus leonardus selaku fotografer untuk mengklarifikasi hasil penelitian dengan pendapat fotografer dengan tidak melakukan perlakuan apapun terhadap sumber data dan menyampaikan hasil penelitian yang telah ditemukan.

Sifat penelitian berada pada latar alamiah manusia sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010:1)


(52)

B. Sumber Data

Subjek dalam penelitian ini adalah foto human interest karya Agus Leonardus. Penelitian ini dibatasi pemilihan beberapa karya foto human interest karya Agus Leonardus. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Agus Leonardus, merupakan fotografer human interest yang menampilkan sisi lain dari kegiatan manusia. Penikmat karyanya diajak untuk menyadari bahwa kegiatan manusia di sekitar kita memiliki beraneka ragam cerita yang bisa dimaanfaatkan sebagai karya seni.Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 54). Pertimbangan yang diambil peneliti adalah karena foto human interest karya Agus Leonardus yang relatif lebih sering mendapat penghargaan baik di level nasional maupun internasional.

Penelitian ini memiliki dua sumber data yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sugiyono (2011) mengungkapkan bahwa, sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Sumber primer dalam penelitian ini adalah karya foto human interest karya Agus Leonardus, sedangkan untuk sumber sekunder adalah Agus leonardus selaku fotografer dan juga para pakar ahli fotografi yang memberikan pendapatnya mengenai foto human interest karya Agus leonardus.


(53)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri karena segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Sugiyono (2014) menyebutkan bahwa "dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri".

Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2011: 222).

Permasalahn dalam penelitian ini akan dibatasi yaitu karakteristik komposisi foto human interst Agus Leonardus, maka dapat dikembangkan sebuah instrumen penelitian sederhana, yang gunakan untuk melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan, dengan cara melakukan observasi dan wawancara.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi tak berstruktur untuk mencari fokus masalah yang ada di lapangan dan berkambang setelah dilakukannya observasi. Setelah terdapat fokus masalah, peneliti menggunakan alat bantu pedoman dokumentasi berupa foto karya Agus Leonardus dan pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk


(54)

dijawab atau direspon oleh responden. Pertanyaan dalam wawancara meliputi masalah pokok yang akan diteliti, yang berhubungan dengan karakteristik yang ada pada foto human interest karya Agus Leonardus

1. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu observasi tak berstruktur. Observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono, 2014: 67). Hal ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Agus Leonardus untuk menetapkan fokus penelitian karena fokus penelitian belum jelas dan fokus penelitian akan berkembang seiring dengan dilakukannya observasi.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010: 231). Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Saat wawancara pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab dalam proses tanya jawab itu, masing- masing pihak dapat mengunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.

Wawancara dalam penelitian ini adalah jenis wawancara semi terstruktur dengan tujuan memberi ruang bebas dalam pertanyaan yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga dalam pengumpulan datanya, pertanyaan


(55)

bisa diperluas tergantung dari tingkat pengetahuan responden selama tidak menyimpang dari pokok bahasan. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah Agus Leonardus selaku subjek penelitian. Secara umum, data yang diperoleh melalui wawancara adalah mengenai profil, konsep serta karakteristik fotografi human interest karya Agus Leonardus ditinjau dari aspek komposisinya yang dilakukan pada hari senin tanggal 28 Maret 2016 di kediaman beliau yaitu jalan Pringgodani No 9, Yogyakarta pukul 17.00 WIB sampai selesai.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Teknik pengumpulan data ini melalui studi dokumen-dokumen, laporan atau catatan tertulis lainnya. Foto- foto didapat langsung dari file asli dari Agus Leonardus sehingga keaslian dapat dipertanggungjawabkan. Data ini dipakai sebagai acuan dalam pembahasan mengenai karakteristik foto human nterest karya Agus Leonardus ditinjau dari jenis komposisinya.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010: 89).


(56)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal- hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2010: 92). Dengan adanya reduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang selanjutnya. Dalam mereduksi data peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai dalam penelitiannya tersebut.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi akan berlangsung terus- menerus sepanjang pelaksanaan penelitian sampai lapo ran akhir penelitian selesai disusun.

Langkah dalam reduksi data adalah identifikasi dan klasifikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi data. Dalam penelitian ini satuan data yang diambil adalah hasil wawancara dengan Agus Leonardus, dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh tersebut lalu direduksi berdasarkan tujuan penulisan yaitu menggolongkan komposisi foto. Foto yang didapat peneliti berjumlah 46 buah yang semuanya menggunakan komposisi 1/3 bidang namun foto yang ada juga terbagi lagi menjadi beberapa jenis komposisi yaitu komposisi arah pandang 4 buah, komposisi point of interest 8 buah, komposisi segitiga 7 buah, komposisi diagonal 11 buah. Kemudian klasifikasi data dilakukan dengan cara merinci dan menelaah dari berbagai sumber, diantaranya dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu Agus Leonardus, serta dari hasil studi dokumentasi.


(57)

2. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data maka memperjelas untuk lebih memahami masalah yang terjadi, sehingga dapat merencanakan tahapan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data yang dipakai adalah dengan teks yang bersifat naratif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil wawancara dan dokumentasi.

3. Penarikan Simpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan simpulan (Sugiyono, 2010:338). Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan, dari data yang diinterpretasikan dan diuraikan kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan yang diharapkan berkaitan dengan konsep dan karakteristik komposisi foto human interest karya Agus Leonardus. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

F. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada (Sugiyono, 2011: 241). Teknik triangulasi sumber yaitu menggunakan teknik yang sama kepada sumber yang berbeda, hal ini dilakukan dengan cara wawancara kepada pakar fotografi.


(58)

Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran masalah namun lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Dalam memahami masalah yang ada dilapangan, mungkin peneliti mendapat informasi yang salah karena apa yang diungkapkan informan tidak sesuai dengan teori yang ada dan dengan triangulasi akan meningkatkan kekuatan data.

Triangulasi merupakan upaya untuk meningkatkan validitas pengamatan atau interview dalam konteks penelitian. Dalam hal triangulasi, Stainback dalam Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono, 2010: 85) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Triangulasi ini termasuk jenis validitas silang, proses triangulasi dilakukan dengan cara mengamati suatu kasus dengan cara yang berbeda atau memperoleh informasi tentang suatu hal dari sumber lain yang berbeda, bila suatu data yang diperoleh dari metode yang berbeda tetapi memberikan informasi yang sama (serupa) maka pengamatan tersebut dianggap objektif. Pelaksanaan validitas secara triangulasi sebagai berikut: (1) Pengumpulan data; wawancara (interview) (2) Sumber data: karya foto human interest Agus Leonardus, (3) Hasil penafsiran data: penafsiran penulis, teori yang ada dan pakar fotografi.

Semua keabsaan data didasarkan pada triangulasi data sebagai pengecekan data. Triangulasi data, merupakan cara pengecekan data dengan memanfaatkan data lain diluar data yang ada. Triangulasi data dapat pula digunakan sebagai teknik pemeriksaan data melalui sumber lain.


(59)

Untuk memperkuat keabsahan data, dalam penelitian ini didukung dengan pihak lain atau ahli, diharapkan pakar ahli dapat memberikan informasi yang mendukung. Bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran.

Gambar VIII: Bagan Triangulasi Sumbe r

Sumber: Sugiyono, 2014: 84, Memahami Penelitian Kualitatif Wawancara

A B C


(60)

46 BAB IV

KARAKTERISTIK FOTO HUMAN INTEREST KARYA AGUS LEONARDUS DITINJAU DARI ASPEK KOMPOSISI

A. Profil Agus Leonardus

1. Latar Belakang Agus Leonardus

Agus Leonardus lahir pada tanggal 11 November 1955 di Yogyakarta. Saa ini bertempat tinggal di Yogyakarta Jl Pringgodani No. 9 Demangan Baru Yogyakarta. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari TK Santo Yusuf Dagen, Yogyakarta. Lalu SD Santo Yusuf Dagen Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur yogyakarta, SMA Kolase De Britto Yogyakarta dan menyelesaikankan gelar sarjananya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Agus Leonardus mulai menekuni fotografi dengan belajar secara otodidak sejak pertengahan 1977 ketika menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Pengalamannya serta kecintaanya terhadap dunia fotografi berla njut hingga sekarang dengan mendirikan AF Photography Tours pada tahun 2012 dan mendirikan Museum Fotografi Agus Leonardus yang berlokasi dirumahnya sendiri di Yogyakarta tahun 2015.

2. Kegiatan Kesenian Agus Leonardus.

Sebagai seorang seniman fotografi, tentunya Agus Leonardus juga sering berpartisipasi dalam kegiatan seni. Selected exhibition / Pameran penting Agus Leonardus, selain pameran - pameran kolektif di banyak negara dalam International Salonfoto, dapat dilihat pada tabel berikut :


(61)

Tabel II: Aktivitas Pameran Agus Leonardus

Tahun Aktivitas

1984 "Pamer Foto 4" Bentara Budaya, Yogyakarta Pameran Keliling "Wajah Indonesia"

1985 "Pesona Indonesia", Jakarta Pameran Keliling "Tanah Airku"

1990 "A Voyage Through The Archipelago", Jakarta

1995 "Seni Rupa Foto Kata Hati" di Yogya, Jakarta, Solo, Surabaya dan Makasar (Solo Exhibition)

1997 "Worlds And Zone ", Bentara Budaya Yogyakarta dan TC Gallery Jakarta (Bersama fotografer Hungaria, Szuszana Kemenesi)

1999 "Pameran Simpang Empat" Bentara Budaya Yogyakarta (Empat Fotografer)

2001 Pameran Senirupa Bienalle Yogyakarta (Selected Artist)

"Pameran Bersembilan", Galeri 9 Yogyakarta ( Bersama Darwis Triadi, Davy Linggar Dll )

2003 "Yogja Berhati Iklan", Bentara Budaya Yogyakarta (JPPJ) 2004 "Pasar Tradisional", Bentara Budaya Yogyakarta (JPPJ)

Bentara Budaya Yogyakarta "Disini Akan Dibangun Mall" (Kerupuk Yogya)

"Different Angles", Café Lorkali Yogyakarta

2005 "Different Angles Of Indonesia", Photographers‟ Gallery Singapore (7 Fotografer)

CP Biennalle, Jakarta (Bersama Kelompok Kerupuk)

"Waton Urip" Di Bentara Yogyakarta, Rumah Seni Yaitu Semarang (Solo Exhibition)

2006 "Waton Urip" Di Perpustakaan Umum Kota Malang (Solo Exhibition)

2007 Biennale Senirupa Yogyakarta

2008 Pameran Manifesto Di Galerry Nasional Indonesia, Jakarta 2009 Toys – Perlawanan Kaum Tertindas di Biennale Senirupa

Yogya


(62)

Gallery Baru, Surabaya

Beyond Photography – Ciputra Marketing Gallery, Jakarta "Artefak", Malioboro Mall, Yogyakarta (Solo Exhibition) 2016 Pameran bersama X Photographer seluruh dunia di Tokyo

Selain aktivitas pameran, Agus Leonardus juga sering diundang sebagai juri dalam lomba- lomba seni terutama fotografi, diantaranya :

Tabel III: Aktivitas Penjurian Agus Leonardus

Tahun Aktivitas penjurian

1978 - 2011 Juri tetap Garuda Indonesia International Photo Contest 1978 - sekarang Juri tetap Salon foto Indonesia

1978 - sekarang Juri dalam berbagai Lomba foto Nasional, Internasional. Juri di Salon foto Internasional.

Sebagai seorang seniman, Agus Leonardus juga menorehkan beberapa prestasi nasional maupun internasional, yaitu seperti yang dikemukakan dalam tabel di bawah ini :

Tabel IV: Prestasi Yang Pe rnah Dicapai Agus Leonardus

Tahun Prestasi

1982 Memperoleh Licentiateship dari Royal Photographic Society Of Great Britain

1985 Memperoleh Gelar Artiste dari Federation Internasionale Del’art Photographique, Belgia.

1987 Satu fotonya terpilih untuk dibesarkan di Kodak Pavillion Professional Photographers‟ Showcase EPCOT Center Walt Disney World, Florida US

1990 Memperoleh Gelar 1 Bintang Artis FPSI (Federasi Perkumpulan Seni foto Indonesia)

1994 Fotografer Yang Pertama Kali Memperoleh Gelar 2 Bintang Artis FPSI (Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia) 1996 Fotografer Yang Pertama Kali Memperoleh Gelar 3 Bintang


(63)

2001 Fotografer Yang Pertama Kali Memperoleh Gelar 4 Bintang Artis FPSI (Federasi Perkumpulan Seni foto Indonesia) 1990 - sekarang Pemegang Gelar Prestasi Tertinggi Di Federasi Perkumpulan

Seni foto Indonesia

Tidak hanya itu saja Agus Leonardus berpengalaman mengelola usaha AF Photography Tours serta aktif dalam menyumbang gagasan di dunia seni khususnya fotografi. Seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel V: Pengalaman Aktif dalam dunia fotografi

Tahun Aktifitas

1978 Menjadi anggota HISFA (Himpunan Seni foto Amatir Yogyakarta)

1985 Mendirikan Indonesia Slide Club

1985 - 1989 Menyelenggarakan Lomba dan Pameran Slide Internasional 1989 - 1990 Fotografer lepas Majalah Tempo

1989 Tergabung dalam 45 fotografer dunia dalam proyek buku "A Voyage Through The Archipelago"

1993 - 1995 Staf Ahli Majalah Fotomedia 1995 - sekarang produksi Postcard

2004 Mendirikan Nineart Publishing menerbitkan buku-buku seni dan fotografi

2008 - sekarang Programmer system pendidikan di Nikon School Indonesia 2008 - sekarang Menulis fotografi untuk buku, majalah, koran dan bulletin.

Desain buku / katalog foto di Nikon School Indonesia 2012 mendirikan AF Photography Tours

2015 Mendirikan Museum Fotografi Agus Leonardus di Yogyakarta

Pengalaman mengajar dan kegiatan dalam dunia pendidikan yang pernah dilakukan oleh Agus Leonardus adalah sebagai berikut:


(64)

Tabel VI : Pengalaman Mengajar

Tahun Aktifitas

1997 - 2008 Ikut mendirikan, menyusun kurikulum dan mengajar Fotografi di ADVY ( Akademi Desain Visi Yogyakarta) 1997 - 2000 Ketua Program Studi Fotografi di ADVY (Akademi Desain

Visi Yogyakarta)

1999 - 2000 Mengajar Fotografi di Institut Seni Indonesia 2008 - sekarang Mengajar di Nikon School Indonesia

Agus Leonardus juga pernah menjadi seorang penulis buku, berikut beberapa buku yang ditulis oleh Agus Leonardus :

Tabel VII : Buku yang Pernah Ditulis Agus Leonardus

Tahun Buku

2005 "Waton Urip" (Agus Leonardus, Sindhunata, Ong Hari Wahyu)

2006 "Djogdjakarta in my Nokia" (sponsored by Nokia Indonesia) "Memotret dengan Kamera HP" (Gramedia)

1989 "Indonesia Through The Archipelago" (45 fotografer dunia) 2014 "Indonesia X Fotografi" (4 fotografer)

2015 "What a Wonderful World" (Fotografi untuk motivasi dan therapy)

Agus Leonardus memiliki kemampuan dalam berbagai jenis fotografi salah satunya adalah human inerest. Karya fotografi human interest-nya menangkap suatu cerita dari apa yang dilihatnya, baik yang merupakan interaksi manusia dengan manusia maupun interaksi manusia dengan lingkungannya.


(65)

B. Karya Agus Leonardus 1. Cari Kutu

Cari Kutu

Gambar IX: Fotografi human interest Karya Agus Leonardus Sumber : Dokumentasi Pribadi Agus Leonardus Keterangan teknis

Camera FUJIFILM X10

Focal Lenght 9 mm

Shutter Speed 1/150 sec

Diafragma f/5

ISO 640

a. Deskripsi karya

Karya di atas berjudul Cari Kutu, karya ini memperlihatkan salah satu sudut kampung di Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dipotret pada siang hari menjelang sore pukul 15.12 WIB. Sesuai dengan judul yang diberikan, Agus Leonardus mampu merekam suasana akrab dalam foto human interest dengan


(66)

menyajikan detail-detail dalam fotonya, seperti detail manusia yang sedang melakukan kegiatan mencari kutu, detail sekumpulan binatang, dan batuan yang ada disekitarnya.

Kesan kehangatan terlihat dengan adanya orang dan binatang yang berkumpul dalam karya ini. Dalam foto ini juga terdapat tiga ekor anak anjing dan seekor babi yang sedang bermain menambah kesan akrab dimana antara manusia dan binatang juga bisa hidup saling berdampingan tanpa harus mengganggu satu dengan lainnya, namun dalam karya di atas ada sisi kelucuan, dimana tidak hanya manusia yang mencari kutu namun binatangpun dapat melakukan itu.

Dengan angle yang diambil oleh Agus Leonardus yaitu sebatas mata manusia, menempatkan dua objek yang berbeda namun masih dalam satu konteks yang sama secara berdampingan, sehingga menghasilkan sebuah keseimbangan pada gambar. Tiga orang yang berkumpul melakukan kegiatan mencari kutu mempunyai kesamaan konteks dengan tiga ekor anjing dan satu babi pada foto yang sama-sama berkumpul. Kesan seimbang tercipta karena Agus Leonardus menggunakan pedoman juxtaposition dalam karya ini.

Suasana sebuah kampung yang nyaman tampak dengan adanya sebuah bangunan rumah yang sederhana terbuat dari bambu dan beratapkan jerami, ditambah adanya batuan yang berada di halaman rumah. Ditempatkannya objek pada foto yang tidak begitu ramai dengan sekumpula n binatang yang bebas bermain di halaman rumah membuat kesan nyaman dalam suasana kampung.


(1)

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : Segitiga, 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih

Komposisi : 1/3 bidang, arah pandang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih

Komposisi : berat visual, 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih

Komposisi : berat visual, 1/3 bidang, arah pandang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang


(2)

136

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih

Komposisi : 1/3 bidang, arah pandang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : potret, 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : 1/3 bidang

Keterangan : Tidak Terpilih Komposisi : Segitiga, 1/3 bidang

Keterangan :

Terpilih : Merupakan karya fotografi Human Interest Agus Leonardus yang menjadi objek penelitian.

 Tidak Terpilih : Merupakan karya fotografi Human Interest Agus Leonardus yang menjadi objek penelitian.


(3)

(4)

(5)

(6)