Tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajar (studi deskriptif pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar-pribadi).

(1)

ABSTRAK

TINGKAT TANGGUNG JAWAB DALAM AKTIVITAS BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi)

Cangyan Intan Pariwara Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajar siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan mengetahui item-item mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan belajar-pribadi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 135 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar yang berjumlah 67 item dan disusun oleh peneliti (koefisiensi reliabilitas adalah 0,957), dikonstrukkan berdasarkan aspek tanggung jawab (Josephson, Peter, Dowd, 2003) yaitu berani menanggung konsekuensi, kontrol diri, merencanakan serta menentukan tujuan, memilih sikap positif,melakukan kewajiban, mandiri, mencapai hasil yang baik, bersikap proaktif, tekun, reflektif, dan memberi teladan yang baik..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkat kategori sangat tinggi (14 siswa 10,3%), tinggi (66 siswa 48,8%), dan sedang (55 siswa 40,7%). Hasil penelitian untuk sama di tingkat siswa skor item tanggung jawab terhadap aktivitas belajar dalam kategori sangat rendah tidak ada, item dengan kategori rendah sebanyak 3 item (4,4%), item dengan kategori sedang sebanyak 29 item (43,2%), item dengan kategori tinggi sebanyak 35 item (52,2%), dan item dengan kategori sangat tinggi tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disusunlah usulan topik-topik bimbingan belajar-pribadi untuk meningkatkan tanggung jawab dalam aktivitas belajar yaitu pengelolaan emosi, pengelolaan waktu belajar, dan pengendalian pikiran.


(2)

ABSTRACT

THE LEVEL OF RESPONSIBILITY IN LEARNING ACTIVITY (A Descriptive Study on the Eleventh Grade Students of SMA BOPKRI 2

Yogyakarta and Its Implication on the Suggested Topics for Private Learning Guidance)

Cangyan Intan Pariwara Sanata Dharma University 2017

The purpose of this research is to analyze the level of responsibility in learning activities among the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta and to figure out which items are identified as low level which can be used as the basis for proposing the private learning course topics.

The type of this research is descriptive quantitative research. The subjects of this research were one hundred and thirty five eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta academic year 2016/2017. The data gathering instrument used for collecting data was a questionnaire on the Responsibility in Learning consisting of 67 items and designed by the researcher (the reliability of the coefficient was 0.957), and constructed based on the responsibility aspects (Josephson, Peter, Dowd, 2003), namely courage to face the consequence, self-control, goal planning and setting, positive attitude, accomplishing responsibility, independent, success-driven, proactive, perseverance, reflective, and exemplary.

The result of this research showed that the level of responsibility among the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta 2016/2017 was very high (14 students or 10.3%), high (66 students or 48.8%), and medium (55 students or 40.7%). No items were categorized in the very low level; while 3 items (4.4%) were categorized in the low level. There were 29 items (43.2%) considered medium and 35 items (52.2%) were considered as high. Based on the result, suggested topics for private learning course was proposed to gain the responsibility in learning activity, such as emotional management, study-time management, and mind-control.


(3)

TINGKAT TANGGUNG JAWAB DALAM AKTIVITAS BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Cangyan Intan Pariwara 121114084

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

i

TINGKAT TANGGUNG JAWAB DALAM AKTIVITAS BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Cangyan Intan Pariwara 121114084

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO

“Lebih Baik Bertempur d

an Kalah Daripada Tidak Pernah Bertempus

Sama Sekali”

(Arthur Hugh Clough)

“Banyak Kegagalan Hidup Terjadi Kare

na Orang-Orang Tidak

Menyadari

Betapa Dekatnya Kesuksusesan Ketika Menyerah”

(Thomas Alfa Edison)

“Keberhasilan Adalah Kemam

puan untuk Melewati dan Mengatasi dari

Satu Kegagalan Ke Kegagalan Berikutnya Tanpa Kehilangan Semangat”


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang

dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

(1 Tesalonika 5:16-18)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus,

yang telah mendengarkan dan mengabulkan doa-doaku

kedua orang tuaku,

yang telah membesarkanku, mendidikku, mendampingiku dan


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

TINGKAT TANGGUNG JAWAB DALAM AKTIVITAS BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar-Pribadi)

Cangyan Intan Pariwara Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajar siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan mengetahui item-item mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan belajar-pribadi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 135 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar yang berjumlah 67 item dan disusun oleh peneliti (koefisiensi reliabilitas adalah 0,957), dikonstrukkan berdasarkan aspek tanggung jawab (Josephson, Peter, Dowd, 2003) yaitu berani menanggung konsekuensi, kontrol diri, merencanakan serta menentukan tujuan, memilih sikap positif,melakukan kewajiban, mandiri, mencapai hasil yang baik, bersikap proaktif, tekun, reflektif, dan memberi teladan yang baik..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkat kategori sangat tinggi (14 siswa 10,3%), tinggi (66 siswa 48,8%), dan sedang (55 siswa 40,7%). Hasil penelitian untuk sama di tingkat siswa skor item tanggung jawab terhadap aktivitas belajar dalam kategori sangat rendah tidak ada, item dengan kategori rendah sebanyak 3 item (4,4%), item dengan kategori sedang sebanyak 29 item (43,2%), item dengan kategori tinggi sebanyak 35 item (52,2%), dan item dengan kategori sangat tinggi tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disusunlah usulan topik-topik bimbingan belajar-pribadi untuk meningkatkan tanggung jawab dalam aktivitas belajar yaitu pengelolaan emosi, pengelolaan waktu belajar, dan pengendalian pikiran.


(12)

ix ABSTRACT

THE LEVEL OF RESPONSIBILITY IN LEARNING ACTIVITY (A Descriptive Study on the Eleventh Grade Students of SMA BOPKRI 2

Yogyakarta and Its Implication on the Suggested Topics for Private Learning Guidance)

Cangyan Intan Pariwara Sanata Dharma University 2017

The purpose of this research is to analyze the level of responsibility in learning activities among the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta and to figure out which items are identified as low level which can be used as the basis for proposing the private learning course topics.

The type of this research is descriptive quantitative research. The subjects of this research were one hundred and thirty five eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta academic year 2016/2017. The data gathering instrument used for collecting data was a questionnaire on the Responsibility in Learning consisting of 67 items and designed by the researcher (the reliability of the coefficient was 0.957), and constructed based on the responsibility aspects (Josephson, Peter, Dowd, 2003), namely courage to face the consequence, self-control, goal planning and setting, positive attitude, accomplishing responsibility, independent, success-driven, proactive, perseverance, reflective, and exemplary.

The result of this research showed that the level of responsibility among the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta 2016/2017 was very high (14 students or 10.3%), high (66 students or 48.8%), and medium (55 students or 40.7%). No items were categorized in the very low level; while 3 items (4.4%) were categorized in the low level. There were 29 items (43.2%) considered medium and 35 items (52.2%) were considered as high. Based on the result, suggested topics for private learning course was proposed to gain the responsibility in learning activity, such as emotional management, study-time management, and mind-control.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya, sehingga pada akhirnya skripsi dengan judul “Tingkat Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi)” dapat terselesaikan. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini..

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu yang telah disediakan dan atas segala arahan dan masukan yang telah sangat membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

5. Stefanus Priyatmoko selaku staf sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu peneliti dalam mengurus persyaratan administrasi untuk menyelesaikan skripsi.

6. Sri Sulastri. M.Pd. selaku Kepala SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada saya untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

7. Drs. Edi Sutrisno selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini.


(14)

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional Variabel ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Hakikat Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar... 11

1. Pengertian Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar ... 11

2. Macam-macam Tanggung Jawab ... 21

3. Aspek-aspek Tanggung Jawab ... 22

4. Faktor-faktor Perkembangan Tanggung Jawab ... 27


(16)

xiii

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 32

D. Kerangka Pikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 36

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 37

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41

1. Validitas Instrumen ... 41

2. Reliabilitas Instrumen ... 45

F. Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Tingkat Tanggung Jawab Siswa Dalam Aktivitas Belajar ... 53

2. Analisis Capaian Item Tingkat Tanggung Jawab Siswa Dalam Aktivitas Belajar dan Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Pribadi yang Sesuai ... 56

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

1. Tingkat Tanggung Jawab Siswa Dalam Aktivitas Belajar pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta... 58

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi Berdasarkan Item-item Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar Siswa yang Memiliki Skor Rendah ... 64

BAB V PENUTUP ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Keterbatasan ... 70

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 37 Tabel 3.2 Norma Skoring Kuesioner Tanggung Jawab Dalam Aktivitas

Belajar... 38 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tanggung Jawab Dalam Aktivitas

Belajar... 39 Tabel 3.4 Indeks Diskriminasi Item Kuesioner Tanggung Jawab Dalam

Aktivitas Belajar ... 42 Tabel 3.5 Hasil Uji Analisis Butir Kuesioner Tingkat Tanggung Jawab

Dalam Aktivitas Belajar ... 43 Tabel 3.6 Kriteria Gulford ... 46 Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tanggung Jawab Dalam Aktivitas

Belajar Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 48 Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Tingkat Tanggung Jawab Dalam

Aktivitas Belajar Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 50 Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Item Tanggung Jawab Dalam

Aktivitas Belajar Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 50 Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Tanggung Jawab Dalam

Aktivitas Belajar Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 52 Tabel 4.1 Penggolongan Tingkat Tanggung Jawab Dalam Aktivitas

Belajar (Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta) ... 53 Tabel 4.2 Penggolongan Item Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar

(Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta)... 56 Tabel 4.3 Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar-Pribadi ... 67


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Keterlambatan Siswa Kelas XI Bulan

Oktober-November Tahun 2015... 5 Gambar 4.1 Diagram Kategorisasi Tingkat Tanggung Jawab Dalam


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba ... 76

Lampiran 2 Tabulasi Data Uji Coba ... 83

Lampiran 3 Validitas Item ... 85

Lampiran 4 Hasil Reliability ... 91

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian ... 92

Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian ... 98

Lampiran 7 Surat Perizinan Penelitian Dinas Kota Yogyakarta ... 106


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Periode masa remaja akhir menurut dimulai pada usia 16-18 tahun (Hurlock, 2007: 206). Remaja pada tahap ini idealnya sudah menunjukkan kemampuan mengatur dirinya sendiri, sehingga apa yang menjadi tugasnya dapat terselesaikan dengan baik, dan mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya serta mempertanggungjawabkannya (Hurlock, 2007: 255). Sesuai tahap ini bukan hanya belajar untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri namun juga bertanggung jawab terhadap orang lain.

Jika pada tahap ini seorang remaja tidak dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan individu, ditolak oleh masyarakat, dan kesulitan pada tugas berikutnya (Setya, 2012: 7). Selain itu sebagai pelajar yang mempunyai aktivitas belajar di sekolah maupun di luar sekolah terkadang mengalami banyak permasalahan. Mulai dari motivasi belajar rendah, pergaulan bebas, membolos, tawuran, kurang disiplin, kurang dapat menyesuaian diri, kepercayaan diri rendah, minat belajar rendah, dan lain sebagainya.


(21)

Siswa saat ini sering kali melupakan dan kurang mengetahui akan tugas dan kewajiban di sekolah, contohnya perilaku membolos. Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik yang bersifat internal berupa faktor psikologis peserta didik yang berkaitan dengan motivasi peserta didik. Menurut Prayitno (2006: 141) penyebab utama peserta didik melakukan hal yang melanggar adalah karena gangguan psikologis. (Syah, 2011: 131) “Banyak faktor yang termasuk kedalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi perolehan pembelajaran peserta didik”. Menurut Syah (2011: 134) “Motivasi adalah keadaan internal organisasi baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu”. Jika tidak ada motivasi dalam diri peserta didik untuk belajar maka tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar tidak akan tercapai. Tidak ada motivasi untuk belajar maka akan ada dorongan bagi peserta didik untuk membolos. Menurut Kartono (2014: 125) minat belajar yang menurun akan membuat peserta didik untuk menjadi lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat non persekolahan, misalnya masalah seks, hidup santai, dan merokok. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar peserta didik, karena jika pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik dan kemungkinan peserta didik akan malas mengikuti pelajaran dan akhirnya membolos.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku membolos peserta didik, berupa faktor keluarga yang kurang perhatian yang membuat peserta didik berperilaku yang salah seperti bolos. (Purwanto, 2007: 161) Keluarga


(22)

adalah penentu kepribadian, keluargalah yang paling penting karena keluarga adalah kelompok sosial pertama yang menentukan perkembangan anak. Menurut Slameto (2010: 60) faktor keluarga yang mempengaruhi perilaku membolos peserta didik adalah: 1) cara orang tua mendidik, 2) relasi antar keluarga, 3) suasana rumah, 4) keadaan ekonomi keluarga, dan 5) keluarga brokenhome. Faktor sekolah yang memperngaruhi peserta didik seperti guru yang mengajar tidak menarik, sarana dan prasarana sekolah tidak lengkap Slameto (2010: 66) menyatakan bahwa dalam relasi (pendidik dan peserta didik) yang baik, peserta didik akan menyukai pendidiknya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga peserta didik berusaha mempelajari sebaik-baiknya.

Faktor lingkungan membuat peserta didik untuk bolos, seperti duduk di warung dan bermain kartu. Peserta didik tidak pernah mendapatkan teguran atau nasehat dari masyarakat ketika bolos, tetapi difasilitasi oleh masyarakat jika bolos sekolah. (Mudjiran, 2007: 181) Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik yang berasal dari lingkungan masyarakat adalah kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan peserta didik dan dalam mencegah pelanggaran tata tertib sekolah dan adanya contoh atau model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan peserta didik.

Motivasi siswa berprestasi juga akan berpengaruh pada tanggung jawabnya. (Morgan, dkk, 1995) Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang


(23)

dikerjakannya dan akan berusaha sampai berhasil menyelesaikannya, sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki tanggung jawab yang kurang terhadap tugas yang diberikan kepadanya dan bila mengalami kesukaran cenderung mengalahkan hal-hal lain diluar dirinya sendiri.

Sebagai calon tenaga pendidik khususnya guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah perlu memahami peristiwa yang terjadi di lapangan. Tenaga pendidik perlu memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terkait dengan tanggung jawab siswa di sekolah. Karena tanggung jawab dapat dilatih sejak dini melalui peran orang tua. Jika anak-anak mereka merusak kepercayaan atau memperlakukan orang lain dengan buruk, orang tua semacam ini kemungkinan besar akan menyatakan kekecewaan, kemarahan, menunjukan letak kesalahan, membangkitkan rasa tanggung jawab, serta menyuruh meminta maaf dan memperbaiki kesalahan anak-anak mereka dibandingkan dengan orang tua dari anak-anak yang tidak matang secara moral. Lain halnya jika sebagai tenaga pendidik tidak memperhatikan dan mengacuhkan hal tersebut dunia pendidikan dan para remaja saat ini akan menurunkan tahap perkembangan yang terhambat.

Berdasarkan pengamatan peneliti saat mengobservasi teman praktikan dan guru, mengawasi kelas saat diberikan tugas oleh guru serta pengalaman saat memberikan bimbingan klasikal siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 pada pelaksanaan Program


(24)

Pengalaman Lapangan (PPL), tercatat beberapa siswa menunjukkan perilaku yang kurang bertanggung jawab. Perilaku tersebut seperti, tidak memperhatikan guru, tidur saat pelajaran, membuat gaduh suasana kelas, menyalin pekerjaan teman, pergi ke kantin saat kegiatan, bermain handphone, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, ngobrol dengan teman, menceletup, melamun, mengganggu teman, dan lain sebagainya.

Gambar 1.1

Diagram Keterlambatan Siswa Kelas XI Bulan Oktober-November Tahun 2015

Selain itu, dari data rekap keterlambatam bulan Oktober 2015 menunjukan sebanyak 70 siswa datang terlambat dan bulan November 2015 menunjukan sebanyak 99 siswa datang terlambat dari jumlah total 137 siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Huzaifah, Papa (2009: 3) yang menyatakan bahwa, kenyataan yang dilihat saat ini, siswa-siswi yang tidak meghiraukan tata tertib atau disiplin yang ada di lingkungan sekolah sasalah satunya antara lain: seperti siswa datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang


(25)

diberkan sekolah dirumah, tidak memakai seragam sekolah sesuai peraturan yang ditetapkan, dan lain sebagainya.

Melihat hal seperti itu perlu adanya dorongan yang kuat dalam memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan saat ini, memang sulit jika kita hanya berpegang pada teori-teori yang kita miliki namun perlunya kerja praktik lapangan sehingga kita dapat mengalami hal-hal yang dapat dan perlu dilakukan jika teori tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini penting karena jika mengetahui tingkat tanggung jawab siswa yang rendah akan diberikan bimbingan yang sesuai dengan topik-topik tanggung jawab yang mengacu pada bimbingan belajar dan pribadi.

Perilaku tanggung jawab siswa di sekolah bermacam-macam dan perlu mengadakan need assement guna mengetahui dan mengerti permasalahan yang terjadi terkait dengan tanggung jawab siswa. Maka dari itu peneliti tertarik mengangkat Judul “Tingkat Tanggung Jawab Siswa Dalam Aktivitas Belajar (studi deskriptif pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar-pribadi)” dalam pemenuhan tugas akhir dan untuk mengetahui tingkat tanggung jawab dari yang tinggi, sedang dan rendah sehingga kita dapat memberikan bimbingan yang tepat. Selain itu remaja perlu memiliki tanggung jawab agar dapat membentuk karakter diri yang bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Bimbingan yang bermutu dan dapat diterima oleh para siswa dan mampu mengoptimalkan tugas perkembangan siswa yang sesuai. Seorang yang bertanggung jawab


(26)

nantinya akan berani menanggung konsekuensi, mempunyai kontrol diri, merencanakan serta menentukan tujuan, memilih sikap positif, melakukan kewajiban, mandiri, mencapai hasil yang baik, bersikap proaktif, dan tekun. Penelitian ini berguna bagi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam memahami perilaku tanggung jawab khususnya terhadap aktivitas belajar siswa. Dari informasi tersebut di sekolah dapat memberikan bimbingan dan meningkatkatkan perilaku tanggung jawab dalam aktivitas belajar.

Pentingnya penelitian ini untuk SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yaitu mengetahui tingkat tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar sehingga jika tingkat tanggung jawabnya tinggi akan dipertahankan sikap-sikap dan perilaku-perilaku yang mencerminkan tanggung jawabnya sesuai dengan ajaran dan norma di sekolah. Namun, jika tanggung jawabnya rendah akan mengetahui hal apa saja yang akan dilakukan oleh guru BK, guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan steakholder yang lainnya guna meningkatkan tanggung jawabnya.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat berbagai hambatan yang terjadi dalam lingkungan institusi pendidikan saat ini. Siswa-siswi kurang mencerminkan perilaku yang dalam mendukung kegiatan belajarnya. Perilaku-perilaku tersebut dapat kategorikan tinggi yaitu tidak memperhatikan guru, membuat gaduh suasana kelas, menyalin pekerjaan teman, bermain handphone, tidak menyelesaikan


(27)

tugas yang diberikan oleh guru, ngobrol dengan teman, menceletup, melamun, mengganggu teman, dan datang terlambat. Perilaku yang lain muncul namun masih dikategori sedang yaitu mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, pergi ke kantin saat kegiatan belajar berlangsung. Dari perilaku tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa-siswa menunjukan sikap tanggung jawab yang rendah sebagai seorang pelajar.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai batasan-batasan tertentu yang perlu diketahui. Batasan tersebut membahas seberapa tinggi tingkat tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa tinggi tingkat tanggung jawab siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dalam aktivitas belajar?

2. Item-item instrumen mana sajakah yang skornya rendah sehingga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan topik bimbingan belajar-pribadi pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017?


(28)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar pada siswa-siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Mengetahui item-item instrumen yang skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik bimbingan belajar-pribadi pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi dan menambah wawasan mengenai tingkat tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Wawasan baru ini dapat dijadikan informasi dalam pengetahuan teori tentang tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar untuk memberikan bimbingan belajar-pribadi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai dasar untuk memberikan layanan bimbingan klasikal mengenai bimbingan belajar dan pribadi tentang topik tanggung jawab dalam aktivitas belajar di sekolah.


(29)

b. Bagi peneliti

Penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian kuantitatif dalam Bimbingan dan Konseling guna mengetahui tingkat tanggung jawab siswa dalam aktivitas belajar di sekolah.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajarnya.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Tanggung jawab adalah melakukan tindakan dengan penuh kesungguhan, melaksanakan kewajiban dan dapat menanggung akibat yang terjadi atau sanksi yang ditentukan atas perbuatannya yang mencakup berani menanggung konsekuensi, kontrol diri, merencanakan serta menentukan tujuan, memilih sikap positif,melakukan kewajiban, mandiri, mencapai hasil yang baik, bersikap proaktif, tekun, reflektif, dan memberi teladan yang baik..

2. Aktivitas belajar adalah proses kegiatan pada suatu interaksi antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan guna menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku (membaca, mengamati, mendengar, mencoba, dan memahami)

3. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.


(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian mengenai pengertian tanggung jawab dalam aktivitas belajar, macam-macam tanggung jawab, aspek-aspek tanggung jawab, faktor-faktor perkembangan tanggung jawab, dan pengertian layanan bimbingan belajar-pribadi, kajian penelitian, dan kerangka berpikir.

A. Hakikat Tanggung Jawab Dalam Aktivitas Belajar 1. Pengertian Tanggung Jawab dalam Aktivitas belajar

Dalam bahasa Inggris tanggung jawab disebut responbility. Responbility mempunyai dua akar kata response dan ability yang diartikan kurang lebih adalah kemampuan untuk memberi tanggapan atau respon, seperti tidak menyalahkan keadaan (Covey, 1994:61). Kemampuan dan kemauan untuk memberikan respon ini merupakan hasil dari kesadaran. Selanjutnya menurut pendapat Mustari (2014: 19-22) bahwa “tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan”. Jika kita lihat bahasa Inggrisnya, untuk ‘bertanggung jawab’ (responsible) berarti kita bersedia ‘menjawab’ (respond). Demikian kata Erich Fromm dalam bukunya The Art of Loving. “menjawab” atau “merespons” itu tergantung pada keinginan masing-masing individu. Dengan demikian,


(31)

bertanggung jawab adalah disebabkan seseorang itu memilih untuk bertindak atau berbicara atau mengambil posisi tertentu.

Lewis (2004: 385-396) mendefinisikan “tanggung jawab itu sebagai kesediaan seseorang untuk mengerjakan tuganya dengan sebaik-baiknya dengan segala konsekuensi yang menyertainya”. Hal ini tampak dalam perilakunya yang dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu, karena ia mempunyai perencanaan dan tujuan yang baik, ketekunan dan niat yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lewis (2008: 78-80) menyatakan bahwa, tanggung jawab memiliki tiga aspek yaitu: aspek pribadi, sosial dan moral.

Aspek pribadi tanggung jawab adalah kesedian menerima apa yang menjadi kewajibannya dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu individu menggunakan seluruh kemampuannya ini melaksanakan kewajibannya dengan baik. Selanjutnya aspek sosial dalam tanggung jawab dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan hak dan kewajibannya. Sehingga ia mampu untuk bersikap adil, menghormati, dan menghargai orang lain, serta rela berbagi dengan orang lain. Sebagai contohnya, seorang siswa pandai dalam pelajaran Kimia dengan senang hati membantu teman yang kurang mampu dalam bidang mata pelajaran itu. Sedangkan aspek moral diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk menghormati mahkluk hidup lain dan menjaga lingkungannya.


(32)

Agar dapat memahami tanggung jawab remaja harus memiliki pemahaman akan perannya. Pemahaman akan peran remaja yaitu peran remaja di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat. Hal ini akan membantu dan menumbuhkan tanggung jawab dalam melakukan hal-hal yang menjadi kewajiban dan tugasnya. Misalnya remaja berperan sebagai siswa di sekolah yang mempunyai tugas dan kewajiban belajar, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, mengerjakan tugas dengan baik, menaati tata tertib yang berlaku, menghormati guru dan lain sebagainya. Dengan hal tersebut harapannya siswa dapat memahami peran sebagai siswa dan menjalankan kewajibanya dengan baik.

Menurut Adiwiyoto (2001: 2-3) tanggung jawab adalah kemampuan untuk menanggapi. Secara umum kata itu juga berarti mengambil keputusan yang patut dan efektif. Patut artinya menetapkan pilihan yang terbaik dalam batas-batas norma sosial dan harapan yang umum diberikan, untuk meningkatkan hubungan antarmanusia yang positif, serta keselamatan, keberhasilan, dan kesejahteraan mereka sendiri, sedangkan tanggapan yang efektif adalah tangapan yang memampukan anak mencapai tujuan yang hasil akhirnya adalah makin kuatnya harga diri mereka.

Berdasarkan uraian pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa tanggung jawab adalah tindakan yang harus dilaksanakan oleh seseorang dalam menanggung segala akibat yang terjadi atau sanksi yang akan ditentukan atas perkataan dan perbuatan yang telah dilakukan.


(33)

Menurut Syah (2003:68) “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Lalu menurut Cronbach (1960) (dalam Khodijah, 2014: 48) dalam bukunya yang berjudul Educational Psichology learning is shown by a change in behavior as a result experience” (belajar ditujukan oleh perubahan perilaku sebagai pengalaman). Kegiatan interaksi lingkungan yang menghasilkan pengalaman akan merubah dan menghasilkan suatu tingkah laku yang melibatkan proses berpikir seseorang

Menurut Harold (1995) (dalam Khodijah, 2014: 47-48) “learning is to observe, to read, to imitate, to tray something themselves, to listen, to follow direction” (belajar adalah mengamati, membaca, mengitimidasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk). Kegiatan belajar tersebut merupakan usaha yang berkaiatan satu dengan yang lainnya guna mencapai pemahaman materi ilmu pengetahuan.

Menurut (Lester D. Crow dan Alice Crow, 1958 dalam Khodijah, 2014: 48) “belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan dan upaya -upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau penyesuaikan situasi yang baru”. Perubahan pada seseorang terjadi karena melakukan kebiasaan yang diulang-ulang dan berbagai usaha untuk mencapai keadaan yang baru dalam menemukan hal baru. Khodijah (2014:50-51) menyimpulkan belajar adalah:


(34)

1. Belajar adalah sebuah proses memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru;

2. Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman interaksi sosial;

3. Hasil belajar ditunjukan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik actual maupun potensial); dan

4. Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.

Kegiatan belajar dalam dunia pendidikan tidak lepas peran seorang pengajar yaitu guru. Guru sangat berperan penting dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Karena siswa di sekolah adalah obyek dan subyek dari kegiatan pengajaran. Sehingga proses belajar adalah perubahan yang terjadi setelah aktivitas belajar berakhir. Djamarah dan Zain (2012: 38) Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau obyek didik, siapa yang diajar. (Nana Sudjana, 1991: 1) Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anank didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Djamarah dan Zain (2010: 39) Akhirnya, bila hakikat belajar adalah


(35)

“perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010: 23). Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu saling berkaitan. Lebih lanjut lagi Piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berpikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir (Sardiman, 2010: 110). Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Rosalia, 2005 dalam Rosidin 2011: 7).

Proses belajar dilaksanakan oleh individu dengan dibantu pendidik untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tertentu tersebut dalam proses pembelajaran diusahakan sedemikian rupa oleh guru dengan cara diorganisasikann dalam bentuk metode dan model pembelajaran agar dapat lebih mudah dipahami dan dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, pada


(36)

dasarnya aktivitas belajar memiliki beberapa komponen atau unsur yang selalu menyertainya (Irham dan Wiyani, 2014: 119). Ada pun aktivitas yang dilakukan individu untuk menjadi lebih baik dalm mempelajari dan memahami suatu materi pelajaran maka dikatakan ia melakukan aktivitas belajar. Namun demikian, menurut Soemanto (2006: 107-113), terdapat beberapa aktivitas yang secara umum disebut sebagai aktivitas belajar sebagai berikut.

a. Mendengarkan

Mendengarkan merupakan salah satu bentuk aktivitas belajar. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran selalu ada guru yang memberikan meteri dengan ceramah, proses presentasi, diskusi, seminar, dan sebagainya.

b. Memandang, memerhatikan, atau mengamati

Memandang, memerhatikan, dan mengamati merupakan aktivitas belajar. Namun demikian, tidak semua kegitan memandang merupakan aktivitas belajar. Hal ini disebabkan belajar memiliki tujuan sehingga apabila kegiatan memandang, memerhatikan, dan mengamati dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, dikatakan melakukan aktivitas belajar.

c. Meraba, mencium, dan mencecap

Meraba, mencium, dan mengcecap merupakan aktivitas belajar. Sama dengan proses lainya, meraba, mencium, dan mencecap baru dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar bila didorong oleh kebutuhan untuk


(37)

mengetahui, mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan melakukan perubahan perilakau, baik secara kognitif maupun psikomotorik. d. Menulis atau mencatat

Aktivitas menulis atau mencatat termasuk dalam aktivitas belajar. Mencatat akan dikategorikan dalam aktivitas belajar apabila individu menyadari akan tujuannya mencatat serta ada manfaat dari apa dicatatnya untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu.

e. Membaca

Membaca merupakan salah satu bentuk aktivitas belajar. Hal ini disebabkan dalam membaca selalu diawali dengan memerhatikan judul-judul bab, topik pembahasan, dan sebagainya serta menentukan topic yang relevan untuk dipelajari.

f. Membuat ringkasan atau ikhtisar dan menggarisbawahi

Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar merupakan bentuk aktivitas belajar. Hal ini disebabkan untuk membuat sebuah ikhitisar, siswa perlu membaca materi secara keseluruhan.

g. Menyusun paper atau kertas kerja

Kegiatan membuat paper atau kertas kerja dimasukan pada aktivitas belajar apabila prosesnya dikerjakan sendiri oleh individu siswa. Hal ini disebabkan untuk membuat sebuah paper maka diperlukan rumusan atau pokok bahasan tertentu yang secara tidak langsung menuntu individu mencari, membaca, dan memahami sumber-sumber bahan tersebut terlebih dahulu sebelum menuliskannya.


(38)

h. Mengingat

Kegiatan mengingat akan dimasukan dalam kategori aktivitas belajar apabila proses mengingat tersebut didasari atas kebutuhan dan kesadaran siswa untuk mencaoai tujuan-tujuan belajar lebih lanjut, seperti agar dapat mengerjakan soal-soal ujian sehingga nilainya baik dan dapat lulus untuk segera melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

i. Latihan atau praktik

Kegiatan praktik merupakan aktivitas belajar. Hal ini disebabkan selama proses belajar akan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, hasil dari aktivitas praktik tersebut berupa pengalaman yang secara tidak langsung akan mengubah individu baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik sehingga ia dikatakan telah belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi yang terjadi pada seseorang terhadap obyek tertentu melalui kegiatan membaca, mengamati, mendengar, mencoba, dan memahami untuk mencapai tujuan meraih pengertian yang melibatkan pikiran dan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Ketika seseorang menemukan hal baru yang belum pernah diketahuinya berarti telah terjadi proses belajar.

Siswa memiliki kewajiban belajar yang harus dikerjakan. Belajar merupakan kegiatan penting guna mendukung pencapaian hasil belajar


(39)

yang memuaskan. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab pribadi siswa di sekolah untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya. Sehingga melalui tanggung jawab yang dimiliki siswa akan menyadari perbuatan yang semestinya dilakukan baik di sekolah, di lingkungan, dan di keluarga.

Memiliki rasa bertanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. Kegiatan belajar diperlukan tanggung jawab pribadi yang besar (Clemes, Bean dalam Anton Adiwiyoto, 2001: 85). Siswa mempunyai tanggung jawab pribadi adalah jika mampu memperoleh hasil yang dilakukan oleh dirinya sendiri dengan dukungan dari dalam dirinya. Misalnya siswa mendapatkan nilai terbaik dalam mata pelajaran IPA bukan karena faktor kebetulan saja, melainkan karena ketekunan yang dilakukannya. Ketekunan dalam mendapatkan nilai terbaik tersebut merupakan rasa tanggung jawab belajar yang dimiliki begitu besar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab dalam aktivitas belajar adalah melakukan tindakan dengan penuh kesungguhan, melaksanakan kewajiban dan dapat menanggung akibat yang terjadi atau sanksi yang akan ditentukan atas perkataan dan perbuatan yang telah dilakukan dalam interaksi yang terjadi pada seseorang terhadap obyek tertentu dengan kegiatan (membaca, mengamati, mendengar, mencoba, dan memahami) yaitu menyelesaiakan pekerjaan yang diberikan oleh guru melalui tugas tertentu.


(40)

2. Macam-macam Tanggung Jawab

Manusia mempunyai tujuan dalam kehidupannya, yang mempunyai usah-usaha. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu (Muttaqien, 2013)

a. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang telah diatur sedemikian rupa dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam-macam agama.

b. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.

c. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, istri, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota


(41)

keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga.

d. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

e. Tanggung jawab kepada Bangsa/Negara suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.

3. Aspek-aspek Tanggung Jawab

Secara lebih mendalam lagi (Josephson, Peter, Dowd (2003: 103-104) bahwa tanggung jawab mempunyai beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut hanya berlaku untuk remaja, diantaranya sebagai berikut:


(42)

a. Berani menanggung konsekuensi

Remaja yang bertanggungjawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas pilihannya, termasuk berani menghadapi akibat yang akan ditimbulkan jika individu tidak mampu menyelesaiakan tugasnya atau melakukan tindakan yang mempunyai resiko. Setiap individu mengetahui dan menyadari akan tindakan yang dilakukannya mempunyai resiko yang buruk dan hal yang baik serta mau menanggung konsekuensi atas tindakan dan pilihannya.

b. Kontrol diri

Individu yang mempunyai kontrol diri berarti mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar sehingga dapat bertindak dengan benar, Borba (2008). Remaja yang bertanggungjawab memilki kontrol diri yang kuat akan bernai menolak pada hal-hal yang dapat merugikan dan tidak bermanfaat. Sebagai contoh, jika ada guru mata pelajaran yang memberikan tugas untuk mengerjakan lembar kerja siswa, ketika di dalam kelas beberapa siswa mengajak untuk keluar pergi ke kantin. Seorang siswa yang mempunyai kontrol diri akan menolak dan menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan. Kontrol diri membantu siswa untuk mengendalikan perilakunya, guna bertindak dan berbuat secara benar. Kontrol diri juga


(43)

berkaitan dengan mengendalikan emosi yang terjadi dari dalam diri.

c. Merencanakan dan menentukan tujuan

Menentukan tujuan dan perencanaan merupakan hal penting yang harus dibuat sebelum seseorang melakukan tindakan dalam mencapai suatu tujuan. Tujuan akan berjalan lancar dan sesuai harapan bila mana sudah membuat suatu langkah atau hal-hal apa saja yang akan dilakukan. Sebagai siswa di sekolah yang mempunyai tugas-tugas dalam belajar dapat membuat suatu rencana dan tujuan agar keinginannya tercapai. Hal ini adalah salah satu perilaku tanggung jawab seorang siswa dalam menjalankan kewajibannya di sekolah.

d. Memilih sikap positif

Remaja yang bertanggungjawab akan memilih sikap positif karena dapat mengendalaikan emosinya, dan dengan demikian, dapat menciptakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Sikap positif seperti: kejujuran, optimis, jujur, penuh semangat, kratif, dan gigih. Sikap negatif seperti: putus asa, pesimis, curiga, egois, dan tidak jujur. Sikap-sikap positif tersebut akan mendukung perilaku-perilakuya yang bertanggung jawab. Misalnya seorang siswa kurang dalam hal mengerjakan soal-soal bahasa Inggris, dengan sikap semangat, mau berusaha, mendorongnya untuk menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan


(44)

e. Melakukan kewajiban

Remaja yang bertanggung jawab akan melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Memenuhi kewajibannya pada saat harus melakukannya; mematuhi komitmennya dan memenuhi kewajibannya. Seorang remaja mengetahui apa yang menjadi kewajiabannya dan melakukannya dengan baik. Misalnya jika ada guru memberikan tugas untuk mendiskusikan topik permasalahan pada mata pelajaran Sosiologi, siswa mengetahui bahwa tugas tersebut adalah suatu tugas yang sepatutnya dikerjakan guna mencapai perubahan dalam belajarnya.

f. Mandiri

Mandiri merupakan bagian dari sikap tanggung jawab. Nuryoto (1992: 51) mengartikan bahwa sikap mandiri sebagai kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha dan melakukan sesuatu sendiri tanapa bantuan orang lain. Sehingga remaja berani mengambil keputusannya sendiri tanap tergantung oleh orang lain, dengan demikian mampu memebuhi tanggung jawabnya. Misalnya siswa yang diberikan tugas mampu menyelesaikan tugasnya dengan usahanya sendiri tanpa melihat hasil pekerjaan teman yang lainnya.


(45)

g. Mencapai hasil yang baik

Remaja yang bertanggung jawab akan mengerjakan tugas-tuganya secara baik tanpa bertindak asal-asalan. Remaja yang mengetahui tugas-tugasnya akan menyelesaikan dengan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai hasil yang baik. h. Bersikap proaktif

Proaktif maksudnya kita bertanggung jawab atas pilihan-pilihan dan kebebasan dalam memilih berdasarkan prinsip serta nilai bukan berdasarkan keinginan dalam hati saja. Remaja yang proaktif akan mengambil tindakan-tindakan untuk menemukan jalan keluar suatu hambatan atau kesulitan. Misalnya siswa kesulitan menemukan jawaban dari soal yang diberikan oleh guru, siswa akan berusaha mencari jawaban dengan bertanya teman yang lebih memahami, bertanya guru, mencari suumber-sumber belajar yang mendukung pengerjaann soal tersebut.

i. Tekun

Tekun berarti rajin, bersungguh-sungguh, dan gigih. Remaja yang bertanggung jawab akan menyelesaikan tugas-tuganya dengan penuh usaha yang muncul dari dalam dirinya tanpa terpengaruh hal-hal yang dapat mengganggunya.


(46)

j. Reflektif

Berarti mampu menemukan kembali suatu nilai dari peristiwa yang pernah dialaminya. Pribadi yang bertanggung jawab selalu berpikir ke depan sebagai antisipasi kemungkinan konsekuensi pilihannya. Seorang pribadi yang bertanggung jawab juga memikirkan kembali apa yang telah dilakukannya dan tidak lakukan, agar lebih paham atas sebuah pilihan.

k. Memberi teladan yang baik

Berarti memberikan suatu contoh perilaku yang pantas (patut, layak, wajar) sehingga dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Pribadi yang bertanggung jawab paham bahwa tindakannya sering memengaruhi nilai dan perilaku orang lain.

4.

Faktor-faktor Perkembangan Tanggung Jawab

Sukmaningrum (2005: 3-4) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menghambat perkembangan tanggung jawab remaja yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Keluarga

Keluarga adalah bagian penting bagi bagi siswa untuk mengembangkan sikap tanggung jawab. Mempunyai peranan dalam mengasuh dan memberikan bimbingan dengan baik. Peran keluarga menciptakan sikap tanggung jawab sangat dibutuhkan agar anak mengerti arti tanggung jawab dalam kehidupnya. Sejalan dengan itu Musa (2006: 3-4) berpendapat bahwa, keluarga mejadi


(47)

kunci utama bagi anak tumbuh menjadi remaja yang memiliki tanggung jawab. mulai sejak sejak dini orang tua mendidik, melatih, dan memberi kesempatan kapada anak untuk mulai memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Sekolah

Sekolah adalah tempat bagi para siswa untuk belajar mencari ilmu pengetahuan. Sekolah mempunyai struktur organisasi yang jelas dalam proses kegiatan belajar-mengajar dan mengajarkan ilmu budi pekerti. Ilmu budi pekerti berkaitan tentang sikap dan perilaku siswa yang baik sesuai perkembangan seorang siswa.

Sekolah mempunyai peran dalam menumbuhkan tangung jawab dalam diri siswa melalui pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di sekolah. Tugas-tugas itu melatih siswa tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Tugas-tugas yang harus diselesaikan, menuntut siswa untuk mengatur waktu, membuat perencanaan dalam menyelesaikan tugas-tugas itu sehingga dapat diselesaikan dan dapat dikumpulkan tepat pada waktunya.

c. Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran dalam menghambat dan mengembangkan tanggung jawab dalam diri remaja. Remaja sering


(48)

kali menjalani kehidupan sosial kurang secara penuh terlibat. Hal ini menjadi perhatian khusus bahwa peran remaja di masyarakat sangat penting dalam menciptakan tanggung jawabnya di lingkungan sekitar. Pemikiran masyarakat terhadap remaja sebagai orang yang mempunyai arti dalam masyarakat akan membantu dalam mengembangkan tanggung jawab pada diri remaja, misalnya dalam kehidupan bermasyarakat remaja mulai dilibatkan untuk ikut kerja bakti, dalam kegiatan penghijauan lingkungan, dalam menyelenggarakan perayaan peringatan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Keterlibatan dan peran yang diberikan masyarakat pada remaja, akan sangat membantu dalam mengembangkan tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat.

Menurut pendapat Sudani, dkk (2013: 3) pada dasarnya, perilaku tanggung jawab belajar siswa yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu: (1) kurangnya kesadaran siswa tersebut akan pentingnya melaksanakan hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawabnya, (2) kurang memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, dan (3) layanan bimbingan konseling yang dilakukan oleh Guru BK dalam menangani perilaku tanggung jawab belajar secara khusus belum terlaksana secara optimal di kelas.


(49)

B. Hakikat Bimbingan Belajar-Pribadi

Menurut Winkel dan Hastuti (2004:118), bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perwatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Setiap manusia mengetahui dari pengalamn sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat terselesaikan, dan taraf penderitaan batin yang dialami bila timbul problem dalam pergaulan sosial. Siswa remaja berhadapan dengan Aku-nya yang lain dari pada sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira; ingin membangun cita-cita, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.

Sehingga muncul Bimbingan pribadi sosial yang diberikan di jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sebagaian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagain lagi melaui bimbingan individual Winkel dan Hastuti (2004: 118 - 119), serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh

siswa remaja dan mahasiswa, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang tata cara bergaul yang baik. Termasuk di sini apa yang disebut sex education, yang tidak hanya mencakup penerangan seksual, tetapi pula corak pergaulan antara jenis kelamin.


(50)

2. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan manusia.

3. Pengumpulan data relevan untuk mengenal kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaaan kesehatan.

(Winkel dan Hastuti, 2004: 115) Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di situasi institusi pendidikan. Suatu program bimbingan di bidang belajar akan memuat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan. 2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama

mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok.

3. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih beraneka ragam kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

4. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup; dan pengumpulan data tentang


(51)

program studi di pergurungan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan di surat kabar, dan sebagainya.

5. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya.

6. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efesien dan efektif.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada variabel penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang mengacu pada variabel tanggung jawab. Penelitian ini dilakukan oleh saudari Dinia Ulfa, mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang dengan judul “Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar dengan Layanan Konseling Individual Berbasis Self-Management pada Siswa Kelas XI di SMK Negeri Pemalang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian, didapat hasil data empiris tentang gambaran tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pemalang sebelum diberikan layanan konseling individual berbasisi self-management, gambaran tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI SMK


(52)

Negeri 1 Pemalang setelah diberikan layanan konseling individual berbasisi self-management, dan peningkatan tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pemalang melalui layanan konseling individual berbasis self-management.

Dari hasil perhitungan analisis deskriptif dapat diketahui bahwa sebelum diberikan layanan konseling individual berbasis self-management, 6 siswa masuk dalam kriteria rendah. Rata-rata persentase dari 6 siswa sebelum diberikan layanan konseling yaitu sebesar 50,35%, masuk dalam kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan konseli belum mempunyai kesadaran untuk bersikap tanggung jawab dalam belajar yaitu dengan melakukan tugas secara rutin, mengetahui alasan belajar, tidak menyalahkan orang lain, mampu menentukan pilihan kegiatan belajar, melakukan tugas sendiri dengan senang hati, bisa membuat keputusan yang berbeda dalam kelompok, adanya minat untuk belajar, menghormati dan menghargai aturan sekolah, dapat konsentrasi dalam belajarnya, dan memiliki rasa tanggung jawab dengan prestasi di sekolah. Berdasarkan hasil pre test tersebut siswa perlu mendapatkan treatment lebih lanjut terkait dengan masalahnya.

Gambaran tanggung jawab belajar siswa berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, dapat diketahui bahwa setelah diberikan layanan konseling individual berbasis self-management, terjadi perubahan kriteria tanggung jawab belajar pada 6 siswa tersebut masuk dalam kriteria tinggi dengan rata-rata persentase sebesar 74,49%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi


(53)

treatment sebanyak 6 kali terjadi peningkatan sebesar 24,14%. Hal ini juga terlihat selama proses konseling bahwa siswa mulai bisa merubah kebiasaan mereka untuk mampu melakukan tugas secara rutin, mengetahui alasan belajar, tidak menyalahkan orang lain, mampu menentukan pilihan kegiatan belajar, melakukan tugas sendiri dengan senang hati, bisa membuat keputusan yang berbeda dalam kelompok, adanya minat untuk belajar, menghormati dan menghargai aturan sekolah, dapat konsentrasi dalam belajarnya, dan memiliki rasa tanggung jawab dengan prestasi di sekolah.

D. Kerangka Pikir

Peneliti memilih metode kuantitatif deskriptif untuk mengetahui tingkat tanggung jawab siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta . Dengan harapan penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajar guna memberikan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Tanggung jawab terhadap penyelesaian aktivitas belajar adalah kesadaran siswa dalam melaksanakan kewajiban yang sepantasnya dikerjakan. Tugas-tugas seperti pekerjaan individu menjadi tanggung jawab siswa dalam berproses mencapai sebuah perubabahan dalam belajar. Siswa akan bertanggung jawab jika memiiki aspek-aspek tanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar. Pada dasarnya tanggung jawab dan tugas siswa sangat berkaitan, siswa dapat dikategorikan siswa yang


(54)

bertanggung jawab terhadap sekolahnya salah satunya ketika ia mengerjakan tugasnya dengan baik, namun sebaliknya apabila siswa tersebut tidak mengerjakan tugasnya maka ia dapat dikatakan sebagai siswa yang tidak bertanggung jawab. Jika siswa telah memiliki sikap tanggung jawab akan bertindak baik sesuai dengan kewajibannya, namun jika siswa tidak memiliki tanggung jawab akan menghambat penyelesain tugas-tugasnya dan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan.


(55)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subyek penelitian, variabel penelitian, waktu dan tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi dan reliabilitas instrumen dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005: 447). Statistik deskriptif adalah statistic yang berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data sehingga mudah dipahami. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data (Siregar, 2014: 2)

Prosedur pemecahan masalah pada metode ini adalah dengan cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survei dan studi pengembangan (Siregar, 2014: 108).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dari 7 kelas dengan total jumlah sebesar


(56)

153 orang. Dari 153 siswa, 141 siswa yang ikut serta dalam pengisian kuesioner; sedangkan siswa lainnya tidak hadir pada saat pengumpulan data. Kuesioner telah tertulis bahwa siswa harus mengisi setiap item, namun dalam hasil pengolahan kuesioner 6 siswa yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga data dari 6 orang siswa itu tidak dapat diolah. Akhirnya, jumlah keseluruhan subjek penelitian sebesar 135 siswa.

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

No Kelas Jumlah

1. XI BAHASA 6

2. XI IPA 1 23

3. XI IPA 2 26

4. XI IPS 1 19

5. XI IPS 2 20

6. XI IPS 3 19

7. XI IPS 4 22

Total 135

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data ini dilaksanakan pada tanggal 07-08 September 2016, 24 September 2016, 30 September 2016, dan 01 Oktober di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui pemberian pernyataan-pernyataan tertulis kepada responden melalui kuesioner dengan mengikuti model skala Likert.


(57)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tanggung jawab terhadap aktivitas belajar yang bersifat tertutup karena pilihan alternatif untuk semua item sudah disediakan. Kuesioner dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan yang mengungkap aspek-aspek tanggung jawab dalam aktivitas belajar dengan skala Likert. Item-item kuesioner terdiri atas dua macam pernyataan, yaitu pernyataan favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang isinya menunjukkan tanggung jawab. Sedangkan pernyataan unfavourable dalah peryataan yang isinya menunjukkan tidak adanya tanggung jawab.

Ada empat alternatif jawaban dalam kuesioner yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan pengalaman dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberi tanda centang (√)

Tabel 3.2 Norma Skoring

Kuesioner Tanggung Jawab dalam Aktivitas Belajar Alternatif Jawaban Skor favourable Skor unfovourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3


(58)

Berikut ini juga dipaparkan kisi-kisi kuesioner tanggung jawab terhadap aktivitas belajar yang digunakan dalam penelitian ini:

Table 3.3 Kisi-kisi Kuesioner

Tanggung Jawab dalam Aktivitas Belajar

Aspek Indikator No item Jmlh

Fav Unfav Berani menanggung

konsekuensi Berarti berani

menanggung resiko atas pilihannya, termasuk berani menghadapi akibat yang akan

ditimbulkan jika individu tidak mampu

menyelesaikan tugasnya

1. Berani menanggung apa yang telah diperbuat ketika tidak mendengarkan penjelasan dari guru

4, 18 3, 34 4 2. Bersedia menanggung

resiko yang timbul jika tidak mengerjakan tugas

1, 68 19, 45 4

Kontrol diri Berarti mampu

mengendalikan pikiran, perasaan, perilakunya yang berasal dari dalam diri maupun dari luar.

1. Mampu mengendalikan perasaan ketika mengikuti kegiatan belajar

20 69 2

2. Mampu mengendalikan

pikiran 2, 35 70, 77 4

3. Mampu mengendalikan

perilaku 21 46 2

Merencanakan dan menentukan tujuan Merencanakan berarti mampu membuat langkah-langkah yang bisa diambil dalam mencapai suatu hasil tertentu, sedangkan menentukan tujuan berarti mampu

menetapkan sasaran yang hendak dicapai.

1. Ketika ada tugas yang diberikan guru dikerjakan dengan tepat dan

terselesaikan.

72 36 2

2. Menentukan cara-cara menyelesaikan tugas belajar.

71 22 2

3. Menentukan target-target yang realistis untuk

mencapai tujuan. 6, 37 23, 47 4 Memilki sikap positif

Berarti mampu

mengendalikan emosinya seperti: kejujuran, optimis, jujur, penuh semangat, kratif, dan gigih. Sikap negatif seperti: putus asa, pesimis, curiga, egois, dan tidak jujur

1. Ketika tugas diberikan oleh

guru dikerjakan secara jujur 24 7 2 2. Tugas yang diberikan

dikerjakan dengan penuh semangat.

48 61 2

3. Optimis dengan hasil yang hendak dicapai


(59)

Aspek Indikator No item Jmlh Fav Unfav

Melakukan kewajiban Berarti harus melakukan; mematuhi komitmennya dan memenuhi

kewajibannya.

1. Melaksanakan aktivitas belajar yang berlangsung di kelas

39, 50 9, 62 4 2. Mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru 5, 63 66, 78 4 Mandiri

Berarti kemampuan untuk mengurus diri sendiri, melakukan sesuatu sendiri tanpa bergantung orang lain, dan mengambi keputusan sendiri.

1. Menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

51, 52, 73

26, 40, 64

6 2. Ketika kegiatan belajar

akan berlangsung sudah menyiapkan keperluan

yang dibutuhkan 10, 74 12, 65 4

Berusaha mencapai kesempurnaan

Berarti memperoleh hasil yang terbaik dengan berusaha keras

1. Berusaha mengikuti aktivitas belajar dengan

hasil yang baik 11, 27, 56

41,

53, 75 6

Bersikap proaktif Berarti mampu mengambil tindakan-tindakan untuk

menemukan jalan keluar suatu hambatan atau kesulitan

1. Berinisiatif melakukan sesuatu yang mendukung proses belajar di sekolah

28, 54 13, 33 4 2. Mencari materi yang

mendukung dalam kegiatan

belajar 42 57 2

Tekun Berarti rajin,

bersungguh-sungguh, dan gigih dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan dan hambatan.

1. Mampu berusaha secara sungguh-sungguh dan giat dalam mengikuti pelajaran

32, 58 76

14,

43, 67 6

Reflektif Berarti mampu menemukan kembali suatu nilai dari peristiwa yang pernah dialaminya.

1. Menemukan hikmah dalam kegagalan mencapai hasil belajar

29 59 2

2. Mensyukuri sesuatu yang telah didapat pada kegiatan belajar selama ini.

31, 55 15, 60 2 Memberi teladan yang

baik

Berarti memberikan suatu contoh perilaku yang pantas (patut, layak, wajar) sehingga dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

1. Memberi bantuan kepada teman yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

16, 44 17, 30 4


(60)

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2005: 293). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah sejauh mana item-item dalam skala mencakup keseluruhan kawasan objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi skala mencerminkan aspek yang hendak diukur dengan melihat konstruk teoritik dari aspek-aspek yang ada pada variabel yang akan diukur (Azwar, 1999: 52). (Suryabrata, 2008: 61) mengatakan bahwa validitas isi ditentukan dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (penilaian professional). Instrumen tingkat tanggung jawab terhadap aktivitas belajar dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek tanggung jawab terhadap aktivitas belajar kemudian validasi item dilakukan oleh Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si.

Guna mendukung validitas item, penelitian ini mengunakan data empirik dan menganalisis butir item secara kuantitatif dengan perhitungan korelasi item skor dengan skor total dan menggunakan teknik analisis korelasi Pearson Product Moment dengan rumus:

� = �Σxy − Σx Σy

√ �Σ 2 Σ 2 �Σ 2 Σ 2


(61)

� = Koefisien Korelasi Antara X Dan Y N = Jumlah Subyek

∑ = Jumlah Perkalian Antara Skor X Dan Skor Y � = Jumlah Skor Total X

� = Jumlah Skor Y

2 = Jumlah Dari Kuadart X 2 = Jumlah Dari Kuadrat Y

Skor korelasi item dengan skor total bergerak antara 0,00-1. Semakin tinggi nilai korelasi item dengan skor total skala, maka semakin bagus daya beda item tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai korelasi item-skor total, semakin rendah daya beda item tersebut. Apabila daya beda bernilai – (minus), maka item tersebut tidak bisa membedakan antara invidu yang memiliki atribut atau tidak, malah item tersebut memberikan informasi yang salah (Jelpa, 2015: 93) maka nilai indeks diskriminasi item dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.4

Indeks Diskriminasi Item

Kuesioner Tanggung Jawab dalam Aktivitas Belajar

Nilai Klasifikasi

≥ 0,3000 Diterima

0,250 – 0,299 Dipertimbangkan

≤ 0,249 Tidak disarankan


(62)

Berikut ini disajikan rincian kisi-kisi kuesioner setelah uji diskriminasi item.

Tabel 3.5

Hasil Uji Analisis Butir Kuesioner

Tingkat Tanggung Jawab dalam Aktivitas Belajar

Aspek Indikator No item rit

0.30 rit<0,30 Fav Unfav

Berani menanggung konsekuensi

Berarti berani menanggung resiko atas pilihannya, termasuk berani menghadapi akibat yang akan ditimbulkan jika individu tidak mampu menyelesaiakan tugasnya

1. Berani menanggung apa yang telah diperbuat ketika tidak mendengarkan penjelasan dari guru

4, 18 3, 34 3, 4, 18 34

2. Bersedia

menanggung resiko yang timbul jika tidak mengerjakan tugas

1, 68 19, 45 19, 68 1, 45

Kontrol diri Berarti mampu mengendalikan pikiran, perasaan, perilakunya yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. 1. Mampu mengendalikan perasaan ketika mengikuti kegiatan belajar

20 69 20, 69 -

2. Mampu mengendalikan pikiran

2, 35 70, 77 2, 77 35, 70

3. Mampu

mengendalikan perilaku

21 46 21, 46 -

Merencanakan dan menentukan tujuan Merencanakan berarti mampu membuat langkah-langkah yang bisa diambil dalam mencapai suatu hasil tertentu, sedangkan menentukan tujuan berati mampu menetapkan sasaran yang hendak dicapai.

1. Ketika ada tugas yang diberikan guru dikerjakan dengan tepat dan

terselesaikan.

72 36 36, 72 -

2. Menentukan cara-cara menyelesaikan tugas belajar.

71 22 22,71 -

3. Menentukan target-target yang realistis untuk mencapai tujuan.

6, 37 23, 47 6, 23, 37, 47

-

Memilki sikap positif

Berarti mampu

1. Ketika tugas diberikan oleh guru dikerjakan secara


(63)

mengendalikan emosinya seperti: kejujuran, optimis, jujur, penuh

semangat, kratif, dan gigih. Sikap negatif seperti: putus asa, pesimis, curiga, egois, dan tidak jujur

jujur 2. Tugas yang

diberikan dikerjakan dengan penuh semangat.

48 61 48, 61 -

3. Optimis dengan hasil yang hendak dicapai

25, 49 8, 38 38, 49 25, 8

Melakukan kewajiban Berarti harus melakukan; mematuhi komitmennya dan memenuhi kewajibannya. 1. Melaksanakan aktivitas belajar yang berlangsung di kelas

39, 50 9, 62 9, 38, 50, 62

-

2. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

5, 63 66, 78 5, 63, 66, 78

-

Mandiri

Berarti kemampuan untuk mengurus diri sendiri, melakukan sesuatu sendiri tanpa bergantung orang lain, dan mengambi keputusan sendiri.

1. Menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

51, 52, 73 26, 40, 64 26, 40, 51, 52, 64, 73 -

2. Ketika kegiatan belajar akan berlangsung sudah menyiapkan keperluan yang dibutuhkan

10, 74 12, 65 10, 65, 74

12

Berusaha mencapai kesempurnaan Berarti memperoleh hasil yang terbaik dengan berusaha keras

1. Berusaha mengikuti aktivitas belajar dengan hasil yang baik 1, 27, 56 41, 53, 75 11, 27, 41, 53, 56, 75 - Bersikap proaktif Berarti mampu mengambil tindakan-tindakan untuk menemukan jalan keluar suatu hambatan atau kesulitan 1. Berinisiatif melakukan sesuatu yang mendukung proses belajar di sekolah

28, 54 13, 33 28, 33, 54

13

2. Mencari materi yang mendukung dalam kegiatan belajar

42 57 42, 57 -

Tekun Berarti rajin,

bersungguh-sungguh, dan gigih dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan dan hambatan.

1. Mampu berusaha secara sungguh-sungguh dan giat dalam mengikuti pelajaran 32, 58 76 14, 43, 67 14, 32, 43, 58, 67, 76 -


(64)

Reflektif Berarti mampu menemukan kembali suatu nilai dari peristiwa yang pernah dialaminya.

1. Menemukan hikmah dalam kegagalan mencapai hasil belajar

29 59 29, 59 -

2. Mensyukuri sesuatu yang telah didapat pada kegiatan belajar selama ini.

31, 55 15, 60 15, 55, 60

31

Memberi teladan yang baik

Berarti memberikan suatu contoh perilaku yang pantas (patut, layak, wajar) sehingga dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

1. Memberi bantuan kepada teman yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

16, 44 17, 30 16, 30, 44

17

Jumlah 67 11

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukur (Furchan: 2005). Jadi, reliabilitas menunjukan apakah instrumen yang bersangkutan secara konsisten menghasilkan data yang benar-benar dapat dipercaya.

Pengujian reliabilitas instrument penelitian ini dilakukan dengan teknik atau pendekatan konsistensi internal dengan perhitungan menggunakan formula Alpha Cronbach. Adapun rumus koefesien Alpha Cronbach (a) (Nurgiyantoro, Burhan dkk, 2000) adalah sebagai berikut:

��

2

=

∑ ��2−∑ �� 2


(65)

Keterangan rumus:

��2 : Varians butir pertanyaan ke-n (misalnya ke-1, ke-2, dan seterusnya)

∑�� : Jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke-n

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan data telah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistic Programme for Sosial Science) versi 17.0 for Windows, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas item rit≥0,3 yaitu ada 67 item dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu: 0,957.

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan menggunakan kriteria Gulford Masidjo (1995:209) seperti yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 3.6 Kriteria Gulford

No Koefesien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91 – 1, 00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,42 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0,40 Rendah

5. Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria Gulford realibilitas instrumen masuk dalam kriteria sangat tinggi. Artinya instrumen ini memilki keajegan yang sangat tinggi.


(66)

F. Analisis Data

Sugiyono (2013: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan. Untuk penelitian ini tidak mengunakan rumusan hipotesis, sehingga langkah terakhir tidak dilakukan. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data:

1. Menentukan Skor dan Pengolahan

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukan ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subyek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS versi 17.0.

2. Uji Normalitas

Menurut Nurgiyantoro dkk (2000:110) uji mormalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal.


(67)

Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika signifikansi lebih besar 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi normal dengan hasil uji normalitasnya menujukan nilai signifikan 0,219>0,05.

3. Menentukan Kategori

Pengkategorian tingkat tanggung jawab terhadap aktivitas belajar siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan tinggi.

Norma kategorisasi disusun berdasarkan pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009) yang mengelompokan tingkat tanggung jawab terhadap aktivitas belajar siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ke dalam lima kategorisasi: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3.7

Norma Kategorisasi Tingkat Tanggung Jawab dalam Aktivitas Belajar Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Perhitungan Kategorisasi

μ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi

μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ Tinggi

μ – 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ Sedang

μ – 1,5 σ < X ≤ μ – 0,5 σ Rendah


(68)

Keterangan:

Xmaksimal teoritik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalan skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalan skala.

Range : rentangan skor skala.

σ (Standar deviasi) : luas jarak rentang yang dibagi menjadi 6 satuan deviasi standar.

μ (Mean teoretik) : rata-rata teoretis dari skor maksimun dan minimum.

4. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X maksimum teoretik. X maksimum teoretik, standar deviasi, dan mean teoretik. Kategorisasi tinggi rendahnya tanggung jawab terhadap aktivitas belajar siswa pada kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta secara keseluruhan (dengan item total = 67) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum : 67 x 4 = 268 Xminimum : 67 x 1 = 67 Range : 268 – 67 = 201

σ (teoretik) : 201 : 6 = 33,5 => dibulatkan jadi 34


(1)

102 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

104 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

106

LAMPIRAN 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat tanggung jawab belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 6 119

Kemampuan mengelola waktu belajar siswa (studi deskriptif pada siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar).

0 0 101

Tingkat konformitas siswa : studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 2 121

Tingkat kebiasaan belajar para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar klasikal.

0 4 88

Tingkat konformitas siswa studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 0 119

Tingkat tanggung jawab dalam aktivitas belajar (studi deskriptif pada siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan belajar pribadi)

11 71 124

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN SKRIPSI

0 0 115

STUDI TENTANG KEBIASAAN BELAJAR PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

0 0 107

TINGKAT KEBIASAAN BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR KLASIKAL

0 0 86

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

0 0 102