Peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran melalui pembelajaran dengan metode eksperimen pada siswa kelas VIII-A SMP Kanisius Juwana.

(1)

(2)

viii

ABSTRAK

Lulik Novika Yuliana. 2012. Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai Getaran Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Kanisius Juwana. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, JPMIPA, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal dan perubahan pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika dengan pokok bahasan getaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII-A di SMP Kanisius Juwana.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis (pretes) dan wawancara bertujuan untuk mengungkap pemahaman awal siswa. Dari hasil tes tertulis dan wawancara terungkap bahwa pemahaman awal siswa kurang begitu paham pengertian getaran dan periode dan siswa tidak memahami tentang konsep gaya pemulih, siswa tidak memahami konsep titik setimbang, siswa tidak memahami konsep konstanta pegas, siswa tidak memahami konsep amplitudo, siswa tidak memahami konsep frekuensi, siswa tidak memahami hubungan antara frekuensi dan periode. Pembelajaran yang dilakukan dikembangkan dari pemahaman awal siswa. Sesudah pembelajaran, dilakukan wawancara dan tes tertulis (posttest) untuk melihat perubahan pemahaman yang terjadi pada siswa. Sebagian besar siswa dapat memperbaiki konsep yang kurang benar menjadi benar, Hal itu terungkap dari hasil wawancara dan postes, bahwa terjadi perubahan konsep amplitudo, konsep frekuensi, konsep getaran, konsep periode tetapi siswa kurang memahami konsep gaya pemulih, konsep posisi setimbang, konsep tetapan pegas.

Hasil perhitungan menggunakan uji T-tes diperoleh t= -10.025 dengan signifikan α = 0.05 sehingga metode eksperimen dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman. Nilai rata-rata yang semula 22,4% naik menjadi 56,6% dengan kualifikasi dari tidak paham menjadi cukup paham.


(3)

ix

ABSTRACT

Lulik Novika Yuliana.2012. The Increasing of students Understanding about the Vibration Through the Studying of Experiment Method for the Grade VIII-A Students at Kanisius Junior High School in Juwana. A thesis.Yogyakarta: Physics Education, JPMIPA, FKIP, Sanata Dharma University.

This research aims to uncover the initial understanding and changes in the understanding of students in learning physics with the subject of vibration. This research was doing in SMP Kanisius class VIII-A Juwana

This research belongs to qualitatif descriptive and quantitative description. The instruments are written test ad interview test. Instrument used is a written test and interview. Written tests (pretes) and the interviewThe aim to express student initial understanding. From the interview and written test, it is revealed that first understanding of the students is not fully understood about the definition of vibration and period,and neither is the restoring force, the concept of balancing node, the spring constant, amplitude and frequency concept and the relationship between period and frequency concept. The studying is performed and developed from the students first understanding. After the studying is performed, the interview and written (posttest) tests are performed to know the changing of understanding which has happened to the students. Most of the students can correct the wrong concepts and make them to the right concepts. This matter is revealed from the interview and written. That happens change concept amplitude, concept frequency, concept vibration, concept period but students not understand concept the restoring force, concept position balances, concept spring constant.

The results of calculations using the T-test with t = 10.025 obtained significant α = 0.05 so experimental methods can help improve students ' understanding.

The result of this research showed that the lesson given could help increase the students comprehension. The beginning result of the test was 22.4% became 56.6% with qualification low understanding to enough understanding.


(4)

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN

PADA SISWA KELAS VIII-A SMP KANISIUS JUWANA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Lulik Novika Yuliana 071424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2012


(5)

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN

PADA SISWA KELAS VIII-A SMP KANISIUS JUWANA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Lulik Novika Yuliana 071424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2012


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

vi MOTO

Ber su k a ci t a l a h sen a n t i a sa . Tet a pl a h b er d o a .

M en g u ca pl a h syu k u r d a l a m seg a l a h a l k a r en a i t u y a n g d i per i n t a h k a n Tu h a n Al l a h m u d i d a l a m Kr i st u s

( 1 Tesa l o n i k a 5 : 1 5 - 1 7 )

D a l a m seg a l a h a l k a m i d i t i n d a s, n a m u n t i d a k t er jepi t , k a m i h a b i s a k a l n a m u n t i d a k pu t u s a sa , k a m i d i a n i a y a

n a m u n t i d a k d i t i n g g a l k a n sen d i r i a n , k a m i d i h em pa sk a n n a m u n t i d a k b i n a sa ( 2 Ko r i n t u s 4 :8 - 9 )

Tet a pl a h b er su k a c i t a w a l a u pen u h k esa k i t a n d a n ya k i n l a h seg a l a sesu a t u ya n g t er ja d i a k a n t er l ewa t i d a n


(11)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini aku persembahkan unt uk,

Tuhan Yesus Krist us dan Bunda M aria Yang menunt un set iap langkah hidupku, m endengar keluh kesah, dan selalu mem berikan kekuat an

Kedua orang t uaku, Engkau yang t elah m erelakan segalanya unt uk st udiku M alaikat ku, Irin Lorensi Tri M urniat i yang selalu menolongku

M .M . Kismiat i, t erim a kasih at as perhat ian dan doanya M .M. Endang Ruminingsih yang selalu memberikan nasihat berharga Cicilia Kum ara H adiyant i yang selalu memberikan senyuman kecil Bagiku mereka merupakan hart a t erbesar dalam hidupku atas kasih sayangnya,

cint a, kesabaran, pengorbanan, ket ulusan, dan kerjasam anya akan selalu ku kenang dalam hidupku….


(12)

viii

ABSTRAK

Lulik Novika Yuliana. 2012. Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai Getaran Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Kanisius Juwana. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, JPMIPA, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal dan perubahan pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika dengan pokok bahasan getaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII-A di SMP Kanisius Juwana.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis (pretes) dan wawancara bertujuan untuk mengungkap pemahaman awal siswa. Dari hasil tes tertulis dan wawancara terungkap bahwa pemahaman awal siswa kurang begitu paham pengertian getaran dan periode dan siswa tidak memahami tentang konsep gaya pemulih, siswa tidak memahami konsep titik setimbang, siswa tidak memahami konsep konstanta pegas, siswa tidak memahami konsep amplitudo, siswa tidak memahami konsep frekuensi, siswa tidak memahami hubungan antara frekuensi dan periode. Pembelajaran yang dilakukan dikembangkan dari pemahaman awal siswa. Sesudah pembelajaran, dilakukan wawancara dan tes tertulis (posttest) untuk melihat perubahan pemahaman yang terjadi pada siswa. Sebagian besar siswa dapat memperbaiki konsep yang kurang benar menjadi benar, Hal itu terungkap dari hasil wawancara dan postes, bahwa terjadi perubahan konsep amplitudo, konsep frekuensi, konsep getaran, konsep periode tetapi siswa kurang memahami konsep gaya pemulih, konsep posisi setimbang, konsep tetapan pegas.

Hasil perhitungan menggunakan uji T-tes diperoleh t= -10.025 dengan signifikan α = 0.05 sehingga metode eksperimen dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman. Nilai rata-rata yang semula 22,4% naik menjadi 56,6% dengan kualifikasi dari tidak paham menjadi cukup paham.


(13)

ix

ABSTRACT

Lulik Novika Yuliana.2012. The Increasing of students Understanding about the Vibration Through the Studying of Experiment Method for the Grade VIII-A Students at Kanisius Junior High School in Juwana. A thesis.Yogyakarta: Physics Education, JPMIPA, FKIP, Sanata Dharma University.

This research aims to uncover the initial understanding and changes in the understanding of students in learning physics with the subject of vibration. This research was doing in SMP Kanisius class VIII-A Juwana

This research belongs to qualitatif descriptive and quantitative description. The instruments are written test ad interview test. Instrument used is a written test and interview. Written tests (pretes) and the interviewThe aim to express student initial understanding. From the interview and written test, it is revealed that first understanding of the students is not fully understood about the definition of vibration and period,and neither is the restoring force, the concept of balancing node, the spring constant, amplitude and frequency concept and the relationship between period and frequency concept. The studying is performed and developed from the students first understanding. After the studying is performed, the interview and written (posttest) tests are performed to know the changing of understanding which has happened to the students. Most of the students can correct the wrong concepts and make them to the right concepts. This matter is revealed from the interview and written. That happens change concept amplitude, concept frequency, concept vibration, concept period but students not understand concept the restoring force, concept position balances, concept spring constant.

The results of calculations using the T-test with t = 10.025 obtained

significant α = 0.05 so experimental methods can help improve students ' understanding.

The result of this research showed that the lesson given could help increase the students comprehension. The beginning result of the test was 22.4% became 56.6% with qualification low understanding to enough understanding.


(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas segala cinta dan karunia-Nya sehingga danpenelitian dan penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi dengan judul “Peningkatan Pemahaman siswa Mengenai Getaran Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Kanisius” ini ditulis sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan moral maupun spiritual dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih kesabaran dan kerelaan waktu serta bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa dan selama mengerjakan skripsi.

2. Bapak Drs. Saverinus Domi. M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik . Terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi mahasiswa.

3. Segenap dosen FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen Pendidikan fisika yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah, serta staff non akademik terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis.


(15)

xi

4. Bapak Drs. Pius Yulianto, S.Si. Selaku kepala sekolah SMP Kanisius Juwana dan guru bidang studi fisika yang telah membantu penulis melakukan penelitian.

5. Bapak Drs. Sugeng, S.Pd, Selaku wakil kepala sekolah SMP Kanisius Juwana yang telah memberikan kerjasama untuk penelitian.

6. Seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Juwana atas kerjasama dan partisipasi dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta. Terima kasih atas cinta, doa, kepercayaan, serta kasih sayang yang kalian berikan untukku sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini .

8. Kakak Irin Lorensi Tri Murniati, Terima kasih atas doa dan perjuanganmu untukku selama ini sehingga aku dapat seperti ini.

9. Sahabat-sahabatku, Wahtini, Christin, Ephin, Khenil, Erni, Wawan, terima kasih atas persahabatannya selama ini.

10. Teman-temanku angkatan 2007, Suster Deti, Sumono, Tri Budi, Erni, Christin, Usi, Jane, Wawan, Angel, Vero, Yosephine, Eko, Wahtini. Terima kasih atas kebersamaannya.

11. Temen kosku, hana yang cerewet terima kasih atas kebersamaannya. 12. Semua pihal yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima

kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.


(16)

xii

Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 10 Oktober 2012

Penulis,


(17)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... . ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GRAFIK... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2


(18)

xiv BAB II DASAR TEORI

A. Konsep ... 4

B. Konsepsi ... 5

C. Pemahaman Konsep ... 5

D. Hasil Penelitian Tentang Getaran... 9

E. Teori Konstruktivisme ... 11

F. Pembelajaran dengan Eksperimen ... 12

G. Tes Sebagai Penilaian Hasil Belajar ... 14

H. Wawancara... 16

I. Bandul Sederhana ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22

B. Subyek Penelitian ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 22

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

D. Desain Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 25

G. Metode Analisa Data ... 27

a. Analisis Tes Tertulis ... 27

b. Analisis Tingkat Kesulitan Soal ... 29


(19)

xv

d. Analisis T-tes ... 30

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Penelitian ... 32

B. Data dan Analisis pretes ... 33

1. Data Tingkat Pemahaman ... 34

2. Data dan Analisis Tingkat Kesulitan Soal ... 35

3. Analisis Tingkat Kesulitan ... 36

4. Pemilihan Siswa Untuk Wawancara ... 37

5. Pemahaman Siswa berdasarkan wawancara ... 38

6. Rangkuman Pemahaman Awal Siswa ... 50

C. Desain Pembelajaran ... 50

D. Kegiatan Penelitian ... 55

E. Data Postes... 57

F. Analisis Pretes dan Postes ... 58

a. Perubahan Pemahaman ... 58

b. Analisis T-Tes ... 60

c. Data dan Analisis Tingkat Kesulitan Siswa ... 64

d. Pemilihan Siswa Untuk Wawancara ... 67

e. Perubahan Pemahaman Berdasarkan Wawancara... 67

G. Data Hasil Pretes, Postes, dan Wawancara ... 82

H. Rangkuman Postes ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87


(20)

xvi

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN ... 91


(21)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Persentase Tingkat Pemahaman Siswa... 35

Grafik 2 Persentase Tingkat Kesulitan Soal Pretes... 37

Grafik 3 Perubahan Kualifikasi Tingkat Pemahaman ... 60


(22)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil Penelitian Dengan Metode Berbeda ... 10 Tabel 2 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 26 Tabel 3 Ketentuan Bobot soal ... 27 Tabel 4 Klasifikasi Pemahaman Berdasarkan skor ... 29 Tabel 5 Kriteria Tingkat Kesulitan ... 30 Tabel 6 Nilai Pretes Siswa ... 34 Tabel 7 Data Tingkat Kesulitan Siswa ... 35 Tabel 8 Tingkat Kesulitan Siswa ... 36 Tabel 9 Nilai Postes Siswa ... 57 Tabel 10 Nilai Pretes dan Postes Siswa ... 58 Tabel 11 Perubahan Kualifikasi Tingkat Pemahaman ... 59 Tabel 12 Paired Samples Statistik ... 61 Tabel 13 Paired Samples Correlations ... 61 Tabel 14 Paired Samples Tes ... 62 Tabel 15 Perubahan Tingkat Kemudahan Soal ... 64 Tabel 16 Perubahan Tingkat Kesulitan Soal ... 66


(23)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Skor, Jumlah Skor, dan Persentase Kebenaran Pretes ... 90 Lampiran 2 Skor, Jumlah Skor, dan Persentase Kebenaran Postes ... 92 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 94 Lampiran 4 Soal dan Panduan Jawaban Pretes dan Postes ... 103 Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin dari Kampus ... 107 Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 108 Lampiran 7 Hasil Pekerjaan Siswa (Pretes) ... 109 Lampiran 8 Hasil Pekerjaan Siswa (Postes) ... 110 Lampiran 9 Wawancara dengan Nomor Absen 5 ... 111 Lampiran 10 Wawancara dengan Nomor Absen 11 ... 118 Lampiran 11 Wawancara dengan Nomor Absen 13 ... 125 Lampiran 12 Wawancara dengan Nomor Absen 18 ... 131 Lampiran 13 Wawancara dengan Nomor Absen 21 ... 137 Lampiran 14 Wawancara dengan Nomor Absen 28 ... 143 Lampiran 15 Panduan Eksperimen ... 148


(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pelajaran fisika dianggap sebagai hantu yang menakutkan, serta merupakan pelajaran yang membosankan dan tidak menarik karena di dalamnya berisi rumus-rumus yang dirasa sulit. Kurang minatnya siswa terhadap salah satu cabang ilmu pengetahuan ini turun temurun dari jaman dahulu yang menganggap fisika sebagai ilmu yang sulit. Beberapa menganggap bahwa rumus-rumus itu tidak ada gunanya, menghitung dan membuktikan rumus, memasukkan angka dalam persamaan, hal semacam itu dirasa sangat tidak aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa, sebagai proses kerjasama pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebagaimana peran guru adalah sebagai fasilitator, guru memiliki peran untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Menurut teori konstruktivis me, pengetahuan dianggap sebagai bentukan (konstruksi) siswa sendiri (Suparno,2006:13). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tinggal dimasukkan dalam pikiran siswa. Di sekolah guru fisika mengajarkan konsep-konsep fisika di kelas. Setiap siswa akan mendapat


(25)

perlakuan yang sama di kelas, materi sama, guru yang mengajar fisika juga sama. Dengan belajar siswa akan membentuk pengetahuannya sendiri.

menurut Von Glassersfeld ( Dalam Suparno,1996:133) dalam proses konstruksi diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan kemampuan untuk mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) akan kesamaan dan perbedaan, dan (3) seperti kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman karena pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalaman-pengalaman.

Metode eksperimen terbimbing merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar materi getaran pada bandul. Dengan model eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran melalui pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah pemahaman awal dan perubahan pemahaman siswa tentang getaran?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemahaman awal dan perubahan pemahaman siswa tentang getaran dari sebelum dilakukan pembelajaran dan sesudah dilakukan pembelajaran

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

a. Guru

Penelitian ini diharapakan untuk memberikan informasi akan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep pada getaran. b. Siswa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan siswa akan lebih memahami konsep-konsep pada getaran.

c. Peneliti

Sebagai bekal dan pengalaman mengajar bagi penulis untuk mengajar esok


(27)

4 BAB II DASAR TEORI

A. Konsep

Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil dari akomodasi dan asimilasi konsep dalam schemata. Konsep dalam fisika dapat berupa benda, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang mewakili ciri khusus yang terwakili oleh suatu benda atau symbol (Ausebel,dkk,1978 dalam berg, ed.1991:8). Menurut Neil Bolton (dalam Kartika Budi,1992:39) mengklasifikasikan konsep menjadi 3 kelompok yaitu konsep fisis, konsep logika matematik, konsep filosofis. Konsep fisis adalah konsep yang berkaitan langsung atau mengacu pada obyeknya (benda, besaran, proses dari benda atau besaran atau relasi antara besaran-besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam menangani obyek, misalnya konsep penjumlahan komutatif dan konsep perkalian. Konsep filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas atau sifat manusia, misalnya baik, jujur, bijaksana. Dalam proses pembelajaran fisika konsep dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi ) sifat-sifat dan atribut dari suatu obyek (Berg, 1991:8). Konsep sebagai gambaran mental yang terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik, konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk membedakan konsep yang satu dengan yang lain maka konsep itu harus mengungkapkan hakikat atau ciri yang mengungkapkan anggota-anggotanya.


(28)

B. Konsepsi

Konsepsi dapat didefinisikan sebagai tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep . Penafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi. Setiap orang mempunyai konsep yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman

orang tersebut mengenai konsep itu. Penafsiran konsep yang berbeda dengan penafsiran konsep yang telah disepakati para ahli fisika dinyatakan sebagai salah konsep atau miskonsepsi (Berg, 1991:10).

C. Pemahaman Konsep

Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing anak untuk memahami konsep yang diajarkan. Langkah awal dari menanamkan suatu konsep kepada siswa adalah memahami definisi konsep tersebut secara benar sesuai hakikat dan peruntukkannya. Hal ini sangat penting karena suatu konsep akan fungsional, dalam arti dapat dipakai untuk memecahkan berbagai macam masalah bila konsep tersebut telah didefinisikan dengan jelas dan benar. Seorang anak dikatakan paham atau mengerti bila mampu menangkap dan menggunakan suatu konsep dengan baik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan apakah siswa telah menangkap suatu konsep pada pokok bahasan yang diajarkan oleh guru sesuai dengan konsep ilmiah. Pemahaman merupakan hasil belajar pada taraf kognitif siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan dapat menjelaskan konsep tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri


(29)

Mengacu Taksonomi Blom (Dalam Kartika Budi, 2007:22), kompetensi mencakup tiga domain (ranah), yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan), (2) domain afektif (sikap), dan (3) domain psikomotorik (keterampilan)

a) Domain Pengetahuan

Domain pengetahuan mengacu pada seberapa banyak pengetahuan yang berhasil diperoleh, dikuasai, dan dipahami dan seberapa jauh siswa mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang relevan. Domain pengetahuan dinyatakan dengan pemahaman konsep dan penerapan. Bloom mengklasifikasikan ranah pengetahuan atas 6 aspek, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan (aplikasi), (4) analisis, (5) sintesis, (6) evaluasi  Aspek pengetahuan atau ingatan mengacu pada kemampuan siswa mengingat kembali, memunculkan kembali, menyatakan kembali, apa yang pernah dilihat, didengar, dan dilakukan.

 Aspek pemahaman mengacu pada sejauh mana siswa memahami konsep , prinsip, hukum, dan teori yang dipelajari. Beberapa indikator yang menunjukkan bahwa seseorang memahami konsep antara lain (a) mampu menjelaskan maknanya, mampu menyatakan penegrtian dengan kata-kata atau kalimatnya sendiri, dapat membedakan konsep yang benar dan yang salah.

 Aspek penerapan mengacu pada kemampuan siswa menerapkan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang telah dipahaminya utnuk


(30)

memecahkan masalah baru, atau memecahkan masalah baru yang sama seperti yang dihadapi ketika konsep dibangun dalam situasi baru.

 Aspek analisis mengacu pada kemampuan siswa mengidentifikasi bagian-bagian yang membangun kesatuan atau keseluruhan. Kemampuan analisis tampak nyata dalam memecahkan soal yang kompleks yang meliputi sub-sub masalah.

b) Domain Sikap

Dalam pembelajaran Sains (IPA, Fisika, Kimia, Biologi) yang dimaksud sikap adalah sikap keilmuwan (sikap ilmiah), yaitu sikap yang dimiliki para ilmuwan yang melandasi kerja penelitian sehingga mengasilkan konsep-konsep, hukum-hukum, penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu maupun teknologi.

c) Domain Keterampilan (Psikomotorik)

Keterampilan dapat dibedakan atas (1) keterampilan mental dan (2) keterampilan fisikal. Keterampilan mental merupakan keterampilan yang berkaitan dengan kerja otak, yaitu kemampuan untuk berfikir, keterampilan tersebut misalnya keterampilan melakukan perhitungan, keterampilan menarik kesimpulan, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan menganalisis data, keterampilan menafsirkan grafik.

Keterampilan fisikal adalah keterampilan yang berkaitan dengan kerja fisik (atau anggota badan). Misalnya: merangkai alat, mengoperasikan alat, membaca hasil pengukuran.


(31)

Untuk memutuskan seseorang siswa memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut.Menurut Kartika Budi (2007:23) kriteria atau indikator-indikator tersebut antara lain, (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum, (4) menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu system bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam satu pokok bahasan.

Seseorang dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila: 1) dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata sendiri, 2) dapat menjelaskan perbedaan antara konsep-konsep yang lain, 3) menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep yang lain, 4) menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari ( Berg, 1991:11 )

Menurut Suparno (2000:19) proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan konsep yang pertama


(32)

adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Proses yang kedua yaitu, proses pembetulaan yang konsep yang salah, perlu menyediakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomalia bagi siswa.

Pertama siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat, atau salah, atau tidak cocok dengan dengan situasi yang ada. Beberapa peneliti, ahli, dan pendidikan fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti membantu perubahan konsep.

Beberapa metode itu antara lain:

1. Bridging analogi ( Anologi Penghubung ) 2. Simulasi Komputer

3. Wawancara diagnosis 4. Diskusi Kelompok 5. Peta Konsep 6. Problem Solving

7. Percobaan atau Pengalaman Lapangan 8. Pertanyaan Terus-menerus di Kelas

D.Hasil Penelitian tentang getaran

Berikut adalah hasil penelitian terdahulu dan tempat yang berbeda: Penelitian ini merupakan hasil penelitian dari Setyawan dan Bumbungan. Setyawan menggunakan metode eksperimen terbimbing sedangkan


(33)

Bumbungan menggunakan metode eksperimen dan LKS. Subyek Penelitian SMP kelas VIII.

Konsep Metode eksperimen terbimbing

Metode Eksperimen dan LKS

Penelitian I Penelitian II Getaran

96 % 15.79%

Periode

96% 26.31%

Frekuensi

83% 5.26%

Amplitudo

71% 26.31%

Hubungan periode dan frekuensi

63% 5.30%

Tabel.1. Hasil Penelitian dengan Metode berbeda

Dari table diatas, pada penelitian I menggunakan metode eksperimen terbimbing sedangkan pada penelitian II menggunakan eksperimen terbimbing dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Dari kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran akan mempengaruhi konsep pemahaman siswa. Selain pengaruh metode, peran guru dalam pembelajaran juga akan berpengaruh. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Mengajar adalah lebih merupakan kegiatan yang membantu siswa sendiri membangun pengetahuannya. Maka peran guru fisika bukanlah untuk menstransfer pengetahuan yang telah ia punyai kepada siswa, tetapi lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara cepat dan efektif.


(34)

Secara garis besar fungsi sebagai mediator dan fasilitator ari guru dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

 Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa ambil tanggung jawab dalam membuat perencanaan belajar, melakukan proses belajar, dan membuat penelitian.

 Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya

 Menyediakan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa.

 Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan memper-tanyakan apakah pengetahuan siswa itu dapat digunakan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.

E. Teori Konstruktivisme

Menurut filsafat konstruktivisme pengetahuan dianggap sebagai bentukan (konstruksi) siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tinggal dimasukkan dalam pikiran siswa, tetapi sesuatu proses yang harus digeluti, dipikirkan, dan dikonstruksikan oleh siswa. Tanpa keaktifan siswa mencerna, mendalami, dan merumuskan sendiri, siswa itu tidak akan memperoleh pengetahuan (Suparno, 2006).


(35)

Guru bukan maha tahu, dan siswa dapat belajar sendiri. Maka yang harus aktif belajar, yang harus mengulang bahan, yang mengolah bahan, adalah siswa. Siswa harus aktif bertanya, aktif mengerjakan sesuatu bahan ,aktif membuat laporan, aktif mengungkapkan gagasannya. Misalnya dalam pembelajaran fisika, siswa terlibat aktif dalam membuat hipotesis, mengerjakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan apakah hipotesisnya cocok atau tidak dengan hasil percobaan yang dilakukan.

F. Pembelajaran dengan Eksperimen

Menurut Suparno (2007 :78 ) Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pegecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Jadi metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli.

Metode Eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas.

1) Eksperimen Terbimbing

Eksperimen terbimbing seluruh jalan percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan,


(36)

apa yang diamati dan diukur semuanya ditentukan sejak awal. Maka siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan dibuat.

Untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru mempunyai peran yang sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:

 Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa

 Merencananakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya.

 Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat siswa mencoba semua siap dan lancar.  Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar

alat dapat jalan dengan baik.

 Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan.

Dalam eksperimen selain guru, siswa juga mempunyai peran dalam proses pembelajaran, dalam percobaan . siswa antara lain akan melakukan tindakan berikut:


(37)

 Mencari alat yang dipergunakan

 Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan  Mulai mengamati jalannya percobaan

 Mencatat data yang diperlukan

Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpuan dari data yang ada

2). Eksperimen bebas

Eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk pelaksaan pecobaan secara rinci. Siswa harus lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisis serta disimpulkan. Guru hanya memberikan.

Keuntungan dengan percobaan bebas adalah siswa ditantang untuk merencanakan percobaan sendiri tanpa banyak dipengaruhi arahan guru. Dengan demikian, akan tampak bagaimana keativitas, kepandaian, dan kemampuan siswa dalam memecahkan tugas yang diberikan guru.

G. Tes Sebagai Penilaian Hasil Belajar

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan,tulisan (tes tulisan), atau tes perbuatan (tes


(38)

tindakan). (Nana Sudjana,1989:35). Secara umum tes digunakan untu menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkaitan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Ada dua jenis tes yang sering digunakan utnuk mengukur hasil belajar siswa, yaitu tes esai dan tes objektif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tes esai sebagai alat ukurnya.

Secara umum tes esai adalah berupa pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dalam hal inilah kekuatan tes esai dari alat penilaian lainnya, karena dalam tes esai menuntut siswa dalam mengeksplorasi gagasannya melalui tulisan. Walaupun begitu tes esai tetap mempunyai kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan tes esai

Kelebihan tes esai adalah sebagai berikut: a. Dapat mengukur aspek kognitif yang tinggi

b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara tertulis dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis


(39)

d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving)

e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soal sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.

Tes esai juga memiliki kelemahan atau kekurangan antara lain adalah:

a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat

pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.

c. Tes ini biasanya kuarang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlahnya relative besar.

H. Wawancara

Sebagai alat penilaian, wawancara digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkap jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Melalui wawancara data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi. Sebaliknya, jawaban yang belum jelas bisa diminta lagi dengan lebih


(40)

terarah dan lebih bermakna asal tidak mempengaruhi dan mengarahkan jawaban siswa.

Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikan ke alternative jawaban yang telah dibuat. Sedangkan wawancara bebas,jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan jawabannya.

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yaitu:

1. Tahap awal pelaksanaan wawancara. Tahap ini bertujuan untuk mengkondisikan situasi wawancara.

2. Penggunaan pertanyaan. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. 3. Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara.

I. Bandul sederhana

Bandul Sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa, yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat dimulur. Jika bandul ditarik ke samping dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun pada dalam bidang vertical karena pengaruh gaya gravitasi. Geraknya merupakan gerak osilasi dan periodik.

( Halliday,1987:459)


(41)

Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak periodic. Pergeseran partikel yang bergerak selalu dapat dinyatakan dalam fungsi sinus, dan cosinus. Pernyataan yang memuat fungsi diberi istilah harmonik, maka gerak periodik sering disebut gerak harmonic.

Jika suatu partikel dalam gerak periodic bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, geraknya disebut gerak osilasi atau vibrasi

(getaran) b. Periode

Periode (T) suatu gerak harmonik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan lengkap dari geraknya, yaitu satu getaran penuh atau satu putaran (cycle).

c. Frekuensi

Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran atau putaran tiap satuan waktu. Frekuensi merupakan kebalikan dari periode.

f

=

Satuan frekuensi adalah putaran (cycle) per detik, atau hertz (Hz). d. Simpangan

Simpangan adalah jarak benda dari titik seimbangnya. Simpangan paling besar disebut amplitude. Periode ayunan sederhana tergantung pada panjang tali, tetapi tidak tergantung pada massa beban dan amplitude getaran.


(42)

Semua pegas memiliki panjang alami dimana pada keadaan ini pegas tidak memberikan gaya pada pada massa m, dan posisi massa di titik ini disebut titik setimbang. Jika benda menyimpang ke kanan pada keadaan terentang, gaya yang dilakukan pegas akan berarah ke kiri atau jika massa dipindahkan ke kiri, gaya yang diberikan pegas berarah ke kanan. Oleh sebab itu, gaya ini merupakan ‘Gaya Pemulih’ karena selalu mempercepat partikel ke arah titik seimbangnya. Besarnya gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (Giancoli, 2001:365).

Gb.1.1.Osilasi Pegas secara horizontal

pada pegas yang digantungkan vertikal, gravitasi bekerja pada benda bermassa yang dikaitkan pada ujung pegas. Akibatnya, walaupun tidak ditarik ke bawah, pegas dengan sendirinya meregang sejauh x0.


(43)

Pada keadaan ini benda yang digantungkan pada pegas berada pada posisi setimbang.

Berdasarkan h

ukum II Newton

, benda berada dalam keadaan setimbang jika gaya total = 0. Gaya yang bekerja pada benda yang digantung adalah gaya pegas (F0 = -kx0) yang arahnya ke atas dan

gaya berat (w = mg) yang arahnya ke bawah. Total kedua gaya ini sama dengan nol.

Jika kita meregangkan pegas (menarik pegas ke b awah) sejauh x, maka pada keadaan ini bekerja gaya pegas yang nilainya lebih besar dari pada gaya berat, sehingga benda tidak lagi berada pada keadaan setimbang (perhatikan gambar di bawah).

Gb.1.2.Osilasi pegas vertikal

Tanda minus pada gaya menunjukkan bahwa gaya pemulih selalu mempunyai arah yang berlawanan dengan simpangan x.


(44)

Makin besar nilai k, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk merengangkan pegas sejauh jarak tertentu, sehingga makin kaku pegas makin besar konstanta pegas x.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantatif dan kualitatif. Dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk skor atau angka yang memberikan penjelasan dan mendeskripsikan perubahan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul dan peningkatan pemahaman yang terjadi.

Kualitatif merupakan pengumpulan data yang bisa berupa tulisan, dan benda yang dikumpulkan peneliti untuk menjelaskan persoalan yang sedang dialami dan data secara kualitatif dapat menjadi dasar untuk analisis dan penyimpulan

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Keluarga Juwana.

2. Sampel

Sampel siswa- siswi kelas VIII B SMP Kanisius Keluarga Juwana.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : April-Mei 2012

Tempat Penelitian : SMP Kanisius Keluarga Juwana

D. Desain Penelitian

Penelitian ini mencakup 3 tahap,yaitu: 1. Pra-Pembelajaran


(46)

a. Pada tahap ini siswa akan diberikan pengertian tentang kegiatan yang akan dilakukan (mempersiapkan instrument yang akan digunakan).

b. Memberikan soal pretes pada siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan masalah yang dihadapi siswa. Setelah diperoleh hasil pretes, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

2. Proses Pembelajaran

a. Peneliti memberikan pengantar tentang materi yang akan diberikan dan memberikan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran.

b. Siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

3. Setelah Pembelajaran

a. Siswa diberikan soal postes. Dari hasil postes dapat dilihat pemahaman siswa awal dan pemahaman akhir siswa setelah menggunakan eksperimen terbimbing setelah pembelajaran. Dari data pretes dan postes akan digunakan untuk membandingan perubahan pemahaman yang terjadi.

b. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa. Wawancara yang kedua digunakan untuk mengetahui perubahan pemahaman yang terjadi pada siswa.


(47)

dianalisis dianalisis

Gb. 1.2. Desain Pembelajaran

Wawancara 2 Wawancara

1

Perubahan Pemahaman Menyusun

Pretes

Data Pretes

Pemahaman awal

Pelaksanaan pembelajaran

dengan eksperimen

Postes Data

postes

Pemahaman akhir


(48)

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang digunakan peneliti dalam proses pembelajaran.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan ( RPP )

Bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah

1) identifikasi yang meliputi: Mata Pelajaran, Satuan Pendidikan, Kelas, Semester, Metode Pembelajaran, dan Alokasi waktu. 2) Kompetensi Dasar

3) Indikator Hasil Belajar 4) Materi Pembelajaran 5) Langkah-langkah kegiatan 6) Sumber Pembelajaran 7) Penilaian

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen Pengumpulan Data adalah instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang diberikan yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini instrument tersebut adalah soal pretes, soal postes, dan wawancara. a. Pretes

Penelitian ini menggunakan pretes (tes awal) agar peneliti mengetahui konsep awal siswa mengenai getaran pada bandul


(49)

sederhana dan permasalahan yang dihadapi siswa sebelum menggunakan metode eksperimen terbimbing

b. Postes

Postes (tes akhir) yaitu soal yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Postes bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul.

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes

Indikator Hasil Belajar Soal Jumlah Soal

Dapat mendefinisikan getaran 1(1) 1

Dapat mendefinisikan periode dan menggunakan dalam menyelesaikan persoalan sederhana

2(1) , 3(1),6(1) ,12b(1)

4 Dapat mendefinisikan amplitude dan

menggunakannya dalam menyelesaikan persoalan sederhana.

5(1), 11(1),12c(1) 3

Dapat mendefinisikan frekuensi dan menggunakannya dalam menyelesaikan persoalan sederhana.

4(1),12a(1) 2

Dapat menunjukkan hubungan periode-frekuensi dan menggunakan konsep periode-frekuensi dalam menyelesaikan soal sederhana.

8(1), 1

Dapat menjelaskan pengertian keadaan

setimbang pada gerak harmonik. 7(1)

1 Dapat mendefinisikan hubungan antara

gaya, konstanta pegas, dan pertambahan panjang pegas dalam persoalan

sederhana.

9(1)

1

Dapat mendefinisikan adanya gaya pemulih pada bandul sederhana.

10(1) 1


(50)

c. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran menggunakan metode eksperimen.

G. Metode Analisa Data

a. Analisis Tes Tertulis

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan penentuan skor dengan masing-masing soal memiliki bobot yang berbeda. Untuk jawaban soal no. 1, 2, 3, 4,5,8,11. bila jawaban benar maka skor maksimal 2. Untuk soal no 6, 7, 9, 10,12. bila jawaban benar maka skor maksimal 3. sedangkan untuk jawaban siswa yang salah atau tidak menjawab maksimalnya adalah nol. Berikut adalah penentuan bobot tiap soal. Persentase skor yang diperoleh siswa akan menunjukkan tingkat pemahaman siswa.

Tabel 3. Ketentuan Bobot Skor

No. Soal Indikator Bobot

1 Dapat mendefinisikan getaran 2 2 Dapat mendefinisikan periode dan

menggunakan dalam menyelesaikan persoalan sederhana

2

3 Dapat mendefinisikan amplitude dan menggunakannya dalam

menyelesaikan persoalan sederhana

2

4 Dapat mendefinisikan frekuensi dan menggunakannya dalam


(51)

menyelesaikan persoalan sederhana 5 Dapat mendefinisikan amplitude dan

menggunakannya dalam

menyelesaikan persoalan sederhana

2

6 Dapat mendefinisikan periode dan menggunakan dalam menyelesaikan persoalan sederhana

3

7 Dapat menjelaskan pengertian keadaan setimbang pada gerak harmonik

3

8 Dapat menunjukkan hubungan periode-frekuensi dan menggunakan konsep periode-frekuensi dalam menyelesaikan persoalan sederhana

2

9 Dapat mendefinisikan hubungan antara gaya, konstanta pegas, dan pertambahan panjang pegas dalam persoalan sederhana

3

10 Dapat mendefinisikan adanya gaya pemulih pada bandul sederhana

3 11 Dapat mendefinisikan amplitude dan

menggunakannya dalam

menyelesaikan persoalan sederhana

2

12 Dapat mendefinisikan periode dan menyelesaikan persoalan sederhana, Dapat mendefinisikan frekuensi dan menggunakannya dalam

menyelesaikan persoalan sederhana, Dapat mendefinisikan amplitude dan menggunakan dalam menyelesaikan persoalan sederhana

3

Total Skor 29

Maka skor maksimal yang diberikan adalah 29 dan skor minimal adalah 0. Untuk menentukan baik atau tidaknya jawaban siswa maka skor dinyatakan dalam bentuk prosentase skor. Kriteria yang dipakai


(52)

menggunakan passing score 56% dianggap memiliki tingkat penguasaan kompetensi minimal dan diberi nilai cukup (Masidjo,1985:40 ).

Berikut ini klasifikasi pemahaman siswa berdasarkan skor yang diperoleh.

Tabel 4. Klasifikasi pemahaman berdasarkan skor. Persentase skor

(%)

Nilai Huruf Tingkat Pemahaman

81-100 A Sangat Baik

66-80 B Baik

56-65 C Cukup

46-55 D Kurang

<46 E Sangat kurang

Persentase skor = 100%

Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui pemahaman siswa tentang getaran pada bandul.

b. Analisis Tingkat Kesulitan soal

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyak siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran, yang disingkat IK. Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.00

(Masidjo,1995: 189) IK =


(53)

IK = Indeks kesukaran

B = Jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item N = Kelompok Siswa

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran tersebut adalah sebagai berikut ( Masidjo, 1995: 192)

Tabel 5. Kriteria Tingkat kesulitan Soal

No. IK Kualifikasi

1. 0.81-1.00 Mudah sekali

2. 0.61-0.80 Mudah

3. 0.41-0.60 Sedang

4. 0.21-0.40 Sukar

5. 0.00-0.20 Sukar sekali

c. Analisis Wawancara

Hasil wawancara dianalisis untuk mengungkap pemahaman awal, dan perubahan pemahaman yang terjadi pada siswa. Hasil wawancara, jawaban soal pretes dan postes siswa dapat memberikan perubahan pemahaman pada siswa.

d. Analisis T-T es

T-test digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pretest dan posttest. Kelompok dependent adalah kelompok yang saling tergantung, berkaitan, atau


(54)

bahkan sama ( Suparno, 2006:71). Dengan menggunakan program SPSS kita dapat membandingkan hasil pretest dan postest. Langkah-langkah analisis data dengan program SPSS :

a. Buka proram SPSS b. Masukkan data

c. Klik menu Analyze, pilih Compare Means

d. Pilih Paired Sample T-Test

e. Memasukkan nilai pretes dalam variabel 1 dan posstes ke dalam variabel 2. Pilih Options sehingga muncul kotak dialog options. Dalam kasus ini akan digunakan selang kepercayaan 95% sesuai default (standar).

f. Pilih Continue, untuk melanjutkan analisis. Kemudian pilih Ok

untuk melihat hasil analisis.


(55)

32

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A.Pelaksanaan Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April 2012. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti melakukan observasi kelas dan observasi laboratorium. Kelas yang diobservasi adalah kelas VIII-A. Observasi kelas dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan peneliti menjalin komunikasi antara siswa dan peneliti. Sedangkan observasi laboratorium dilakukan untuk mengetahui peralatan laboratorium yang ada di sekolah yang dapat digunakan untuk melakukan eksperimen. Observasi dilakukan pada satu kali pada saat jam pelajaran fisika. Setelah observasi, peneliti melakukan pretes kepada siswa.

Data pretes yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Hasil pretes digunakan untuk merancang rencana pembelajaran, rencana pembelajaran ditekankan pada konsep siswa yang kurang paham. Pembelajaran menggunakan eksperimen dilakukan peneliti sebanyak 2 kali pertemuan, dimana satu kali pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yaitu selama 90 menit. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian.

Observasi : 3 April 2012 Pretes : Senin, 9 April 2012


(56)

Wawancara : Selasa 10 April 2012, Rabu 11 April 2012, Kamis 12 April 2012.

Mengajar : Jumat 20 April 2012, Sabtu 21 April 2012. Postes : Senin 23 April 2012

Wawancara : Selasa 24 April 2012, Rabu 25 April 2012

B. Data Dan Analisis Pretes

Data berisi mengenai pemahaman siswa tentang getaran pada bandul dalam bentuk skor diperoleh siswa melalui tes yang dikerjakan sebelum pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran (postes). Selain berupa nilai, data juga diperoleh melalui wawancara yang dilakukan oleh 6 siswa.

Pengambilan data pretes dan postes diikuti oleh 28 siswa kelas VIII-A SMP Kanisius Keluarga Juwana. Jumlah soal yang digunakan pada soal pretest berjumlah 12 soal. Hasil tes digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami tentang konsep-konsep dari getaran pada bandul dan pegas atau belum. Setiap soal memiliki variasi yang bobot yang berbeda. Semakin sulit soal maka bobot soal tersebut akan semakin besar.


(57)

1. Data Tingkat Pemahaman

Tabel 6. Nilai pretes Siswa No. No siswa Nilai

Pretes

Persentase skor (%)

Tingkat Pemahaman

1 23 5 17.2 Sangat Kurang

2 1 6 20.7 Sangat Kurang

3 6 13 44.8 Sangat Kurang

4 7 11 37.9 Sangat Kurang

5 21 6 20.7 Sangat Kurang

6 27 8.5 29.3 Sangat Kurang

7 13 1.5 5.2 Sangat Kurang

8 26 5 17.2 Sangat Kurang

9 17 4 13.8 Sangat Kurang

10 16 4.5 15.2 Sangat Kurang

11 5 2 6.9 Sangat Kurang

12 2 7 24.1 Sangat Kurang

13 10 8 27.6 Sangat Kurang

14 25 6 20.7 Sangat Kurang

15 15 4 13.8 Sangat Kurang

16 11 2 6.9 Sangat Kurang

17 9 8 27.6 Sangat Kurang

18 8 4 13.8 Sangat Kurang

19 12 4.5 15.5 Sangat Kurang

20 20 8 27.6 Sangat Kurang

21 22 4 13.8 Sangat Kurang

22 14 5 17.2 Sangat Kurang

23 4 8 27.6 Sangat Kurang

24 24 1.5 5.2 Sangat Kurang

25 3 2 6.9 Sangat Kurang

26 28 18 62.1 Baik

27 18 11 38.0 Sangat Kurang

28 19 4 13.8 Sangat Kurang

Sebanyak 28 siswa yang mengikuti pretes. Setiap siswa mengerjakan soal dengan jumlah 12 soal. Dengan skor maksimal 29 dan memiliki bobot yang berbeda. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 1.5 dan skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 18. Sebanyak 27 siswa


(58)

memiliki tingkat pemahaman soal yang sangat kurang dan sebanyak 1 siswa mengalami tingkat pemahaman yang baik. Rata-rata nilai pretes siswa adalah 6.5 atau sebesar 23.2% , dapat dikatakan pemahaman siswa sangat kurang.

2. Data dan analisis tingkat kesulitan soal

Tabel.7. Data tingkat kesulitan soal pretes

No. No.soal % pemahaman Indeks kesukaran Tingkat Kesulitan

1 1 44.6 0.45 Sedang

2 2 25.9 0.26 Sukar

3 3 51.8 0.52 Sedang

4 4 48.2 0.48 Sedang

5 5 36.6 0.37 Sukar

6 6 16.1 0.16 Sukar Sekali

7 7 5.4 0.05 Sukar Sekali

8 8 31.3 0.31 Sukar

9 9 1.2 0.01 Sukar Sekali

10 10 0.0 0 Sukar Sekali

11 11 3.6 0.02 Sukar Sekali

12 12 30.4 0.30 Sukar

Grafik 1 . Grafik Persentase tingkat Pemahaman soal

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

T in g k a t P e m a h a m a n No soal

Grafik Tingkat Pem aham an Siswa


(59)

Dari hasil pretes, soal yang mendapat skor tertinggi adalah soal no. 3 dengan persentase skor 51.8 %, soal ini meminta siswa untuk menyebutkan pengertian dari periode. Sedangkan soal yang mendapat skor terendah adalah soal no. 10 dengan persentase 0%, pada soal ini siswa diminta untuk memberikan pendapat faktor yang menyebabkan bandul bergerak akan kembali pada keadaan semula.

3. Analisis tingkat kesulitan

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab dengan benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran, yang dsingkat IK.

Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.00 (Masidjo, 1995:189).

Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesulitan soal pretes. Tabel 8. Tingkat Kesulitan Siswa

No. No. soal Kualifikasi Frekuensi Persentase %

1 1,3,4 sedang 3 25

2 2,5,8,12 sukar 4 33.3


(60)

Grafik 2. Tingkat Kesulitan Soal pretes

Berdasarkan grafik diatas sebanyak 3 soal yaitu soal nomor 1,3,4 mempunyai tingkat kesulitan sedang dengan persentase 25 %. Soal tersebut berhubungan dengan pengertian dari getaran, periode,dan frekuensi.

Soal yang mempunyai tingkat kesulitan sukar adalah soal nomor 2,5,8,12 dengan persentase 33.3%. Soal ini berhubungan dengan penerapan hubungan antara waktu dan banyaknya putaran, pengertian amplitudo, perhitungan periode dan frekuensi, pemecahan masalah dengan memperhitungkan ( periode, frekuensi, dan amplitudo ).

Soal yang mempunyai tingkat kesulitan sukar sekali adalah soal nomor 6,7,8,9,10,11 dengan persentase 41.7%. Soal ini berhubungan dengan frekuensi dan periode, pengertian posisi setimbang, tetapan pegas, gaya pemulih, penerapan amplitudo.

4. Pemilihan siswa untuk wawancara

Wawancara dilakukan kepada 6 orang anak, maka perlu diklasifikasikan terlebih dulu berdasarkan hasil pretes. Pretes diikuti oleh 28 siswa. Hasil pretes terendah adalah 1 dan tertinggi adalah 20.

3 4 5 0 2 4 6

sedang sukar Sukar sekali

ju m la h so al Kualifikasi Grafik tingkat kesulitan soal


(61)

Untuk pemilihan wawancara ini diambil 4 siswa yang memiliki nilai terendah dan 2 orang yang memilik i nilai tertinggi.

Berikut adalah siswa yang diwawancara. a. Siswa nomor 24

b. Siswa nomor 13 c. Siswa nomor 5 d. Siswa nomor 11 e. Siswa nomor 28 f. Siswa nomor 18

5. Pemahaman siswa berdasarkan wawancara

Berikut adalah analisis soal mulai dari soal yang persentase skornya terendah sampai ke total yang persentasenya tertinggi.

a. Soal nomor 10

( pemahaman tentang gaya pemulih )

Apa yang menyebabkan bandul saat digerakkan akan kembali pada keadaan semula?

Pada soal nomor 10, skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 0 dan persentase skor adalah 0%. Pada soal ini siswa diminta untuk memberikan pendapat pengaruh bandul yang bergerak akan kembali pada keadaan semula. Dari persentase skor yang diperoleh 0% , dapat diketahui bahwa siswa tidak paham tentang gaya pemulih.

Dari wawancara terungkap bahwa siswa tidak paham tentang adanya gaya yang menyebabkan benda bergerak.


(62)

Berikut adalah hasil wawancara pada soal nomor 10 ( Wawancara dengan nomor absen 28 )

P: Soal 10 ini, bagaimana pendapatmu?

S: ( Siswa membaca soal ) dan berpikir sejenak. P: Menurutmu, apa yang menyebabkan bandul bergerak

akan kem bali pada keadaan semula? S: Adanya gaya.

P: Gaya, apa? S: Gaya tekanan.

Sedangkan dari wawancara dengan nomor absen 5 P: Mengapa bandul yang bergerak kembali pada keadaan semula? S: hehehe.. ( siswa tertawa ), seingatku aku jawab gaya pegas. P: Apa alasan kamu menjawab gaya pegas?

S: Kalau itu aku ga tau lah mbak.kan aku kemarin ngawur.

Dari wawancara dengan siswa nomor absen 28 dan 5 dapat diketahui bahwa siswa tidak paham tentang pengaruh gaya pemulih yang menyebabkan bandul akan kembali pada keadaan awal. Hal yang sama terjadi pada siswa nomor absen 24,13,11,18.

Dari analisis tes tertulis dan wawancara terlihat bahwa siswa tidak paham tentang adanya gaya yang menyebabkan benda bergerak.

b. Soal nomor 9

( kemampuan menerapkan satuan tetapan pegas )

Sebuah pegas panjangnya mula-mula 15 cm. Bila diberi beban 10 N panjang pegas menjadi 20 cm. Berapakah tetapan pegas itu dalam SI ?

Pada soal nomor 9 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 1 dan persentase skornya adalah 1.2% . Soal tersebut meminta siswa untuk menghitung tetapan pegas dalam satuan SI. Dari persentase skor yang didapat yaitu 1.2% ,siswa tidak paham tentang aplikasi tetapan pegas dalam soal.


(63)

Berikut ini adalah hasil wawancara pada soal nomor 9. ( wawancara dengan absen nomor 11 )

P: Apa simbol untuk panjang untuk soal ini? S: Ini panjang simbolnya m ( meter ).

P: Trus, kalau soal ini. Newton ini,satuan dari apa? S: ( siswa tertawa ) itu ya satuan gaya to mbak. P: Trus, Apa satuan dari tetapan pegas dalam SI? S: Satuannya ya meter lah mbak.

Sedangkan untuk wawancara dengan absen nomor 18 P: Apa satuan dari tetapan pegas?

S: newton per meter

Dari hasil wawancara dengan nomor absen 11 dan 18 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menerapkan aplikasi tetapan pegas dalam menyelesaikan soal. Hal yang sama terjadi pada nomor absen 24,13,5,28.

Hasil wawancara dan tes tertulis, siswa tidak paham dalam menerapkan satuan tetapan pegas dalam SI.

c. Soal nomor 11

( pemahaman konsep amplitudo )

Perhatikan pada gambar beban yang digantung pada pegas

Pada huruf A-B diatas disebut ...

Dari soal nomor 11 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 2 dan persentase skornya adalah 3.6%. Soal tersebut meminta siswa untuk menganalisis gambar dari soal. Dari persentase skor yang didapat adalah 3.6% , siswa tidak paham dalam menganalisis gambar.


(64)

Berikut adalah hasil wawancara pada soal nomor 11 ( wawancara dengan nomor absen 24 )

P: No 11 ini menurutmu gambar apa? S: Itu gambar jarak mbak,

P: Apa alasan kamu, menyimpulkan jarak. S: Kan, ini bisa BA trus ke AC.

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 13 P: Kalau dari B ke A ini, menurutmu gambar apa?

S: Kemarin soal itu saya ga bisa mbak, kayaknya tidak saya isi.

Dari hasil wawancara dengan nomor absen 24 dan 13 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menganalisis gambar. Hal yang lain terjadi pada nomor absen 5,11,18

Dari hasil wawancara siswa dengan nomor absen 28 tidak sesuai dengan hasil tertulis. Saat wawancara siswa dengan nomor absen 28 siswa paham sedangkan saat tertulis siswa ini tidak paham.

d. Soal nomor 7

( pemahaman konsep posisi setimbang )

Saat kita merentangkan atau menekan pegas,maka pegas akan kembali pada pada posisi setimbang. Apa yang dimaksud dengan posisi setimbang?

Pada soal nomor 7 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 4.5 dan persentase 5.4%. Soal ini meminta siswa untuk memberikan jawaban dari pengertian posisi setimbang. Dari persentase skor yang didapat adalah 5.4%, siswa tidak paham dalam memberikan pengertian posisi setimbang.

( wawancara dengan nomor absen 18 )

P: Nomor 7 ini ( sambil menunjuk soal ), kemarin kamu menjawab apa? S: hee…( siswa tertawa ) bentar tak ingat-ingat dulu.

P: Udah lupa ya.


(65)

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 11 P: Apa maksud dari posisi setimbang?

S: Posisi setimbang itu kayak apa toh mbak.

P: hehee ( tertawa ) kok malah balik bertanya. Misalnya pegas ini aku tarik kan trus lalu kembali lagi kayak semula

S: owww..berarti posisi setimbang itu gaya yang membuat beban itu kembali. Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 18 dan 11 terungkap bahwa siswa tidak paham dengan konsep posisi setimbang. Begitu juga dengan siswa dengan nomor absen 5,13,24.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa nomor absen 28, siswa ini paham dalam memahami konsep posisi setimbang.

e. Soal nomor 6

( kemampuan siswa menerapkan hubungan frekuensi dan periode dalam menyelesaikan soal )

Frekuensi ( f ) sebuah getaran 50 Hz. Periodenya adalah…..

Pada soal nomor 6 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 13.5 dan persentase skor adalah 16.1%. Soal tersebut meminta siswa untuk menghitung periode. Dari persentase skor yang didapat yaitu 16.1%, siswa tidak paham menerapkan hubungan antara frekuensi dan periode.

Berikut ini adalah hasil wawancara pada soal nomor 6. ( wawancara dengan nomor absen 13 )

P: Berapakah periodenya, jika sudah diketahui frekuensi? S: 25

P: itu darimana, terus kemarin pakai rumus yang mana S: Ngawur-ngawuran. Ga tau itu benar tidak

P: Berarti tidak yakin


(66)

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 24 P: Kemarin, berapa hasil untuk nomor 6 ini?

S: Aku lupa e mbak, kemarin kayaknya ga saya jawab.

Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 13 dan 24 terungkap bahwa siswa tidak paham dengan konsep posisi setimbang. Begitu juga dengan siswa dengan nomor absen 5,11,18.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa nomor absen 28, siswa ini paham dalam menerapkan hubungan periode dan frekuensi dalam menyelesaikan soal.

f. Soal nomor 2

( pemahaman siswa menerapkan konsep periode )

Sebuah ban sepeda berputar dalam waktu 2 sekon untuk sekali putaran. Hal ini berarti periode putarannya adalah…………

Pada soal nomor 2 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 14.5 dan persentase skor adalah 25.9 % . Soal tersebut meminta siswa untuk mencari periode putaran dalam soal. Dari persentase skor yang didapat yaitu 25.9 %, siswa tidak paham dalam mencari periode putaran.

( wawancara dengan nomor absen 18 ) P: Apa rumus yang digunakan untuk soal ini? S: Kalau saya pakai rumus asal-asalan mbak,kemarin. P: Kok bisa, maksudnya gimana rumus asal-asalan.

S: Pokoknya asal-asalan pokok e kan tadi soalnya pakai ban, kan ban lingkaran jadi saya jawab melingkar jadi saya jawab lingkaran

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 11

P: Kemarin, bagaimana kamu menjawab soal ini ( sambil menunjuk gambar ) S: Wah kalau soal ini tidak saya jawab mbak.,eeeee ( siswa tertawa )

Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 18 dan 11 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menerapkan konsep periode


(67)

dalam penyelesaian soal. Begitu juga dengan siswa dengan nomor absen 24,13,5.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa nomor absen 28, siswa ini paham dalam menerapkan konsep periode dalam menyelesaikan soal.

g. Soal nomor 5

( Pemahaman konsep amplitudo ) Amplitudo adalah………

Pada soal nomor 5 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 20.5 dan persentase skor adalah 36.6% . Soal tersebut meminta siswa untuk menjelaskan pengertian dari amplitudo. Dari persentase skor yang didapat yaitu 36.6%, siswa tidak paham dalam menjelaskan pengertian dari amplitudo.

Berikut adalah hasil wawancara soal nomor 5 ( wawancara dengan nomor absen 28 )

P: Amplitudo menurut pendapat kamu itu apa? S: jarak terjauh dari titik seimbang.

P: kalau titik setimbang itu seperti apa? S: Titik setimbang itu titik dimana nilainya 0

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 5 P: Apa itu amplitudo?

S: jarak simpangan

P: Kalau simpangan itu kayak gimana? S: Kalau simpangan ya geraknya seperti bandul P: maksudnya?

S: Ya, pokok e seperti bandul,mbak.

Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 28 terungkap bahwa siswa paham dalam memberikan pengertian amplitudo Sedangkan


(68)

dengan nomor absen 5,11,13,18 siswa ini tidak paham dalam menjelaskan pengertian amplitudo.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa dengan nomor absen 28, paham dalam menjelaskan pengertian amplitudo.

h. Soal nomor 8

( pemahaman siswa menerapkan aplikasi frekuensi dan periode ) Penggaris digetarkan 120 getaran dalam waktu 1 menit. Berapakah frekuensi dan periodenya………

Pada soal nomor 5 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 17.5 dan persentase skor adalah 31.3% . Soal tersebut meminta siswa untuk menerapkan aplikasi frekuensi dan periode. Dari persentase skor yang didapat yaitu 31.3 %, siswa tidak paham dalam menerapkan aplikasi frekuensi dan periode.

Berikut adalah wawancara dengan nomor absen 24 P: Kalau nomor 8 ini, rumusnya pakai rumus apa?

S: Hmm..sebentar mbak, saya ga bisa mbak. P: Coba dicoret-coret dulu di kertas S: Lupa, mbak

P: Ayo, lupa apa ga bisa ( sambil tertawa ) S: hehee ( siswa tertawa ), mbak kok tau saja

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 18 P: Kalau dari soal ini 120 getaran itu apa?

S: Ya getarannya bu, yang menit itu kemarin saya jadikan detik dulu P: Ya,terus rumusnya pakai yang apa.

S: kalau yang mencari frekuensi kemarin saya cari getaran dibagi jumlah waktu jadi hasilnya 2 Hz.

P: Trus mencari periode,bagaimana?

S: Kalau periode pakai rumus T= n/t, Hasilnya kok sama ya mbak.

Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 24 dan 18 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menerapkan aplikasi


(69)

frekuensi dan periode Sedangkan dengan nomor absen 5,11,13 siswa ini tidak paham dalam menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi

Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa dengan nomor absen 28, siswa ini paham dalam menerapkan aplikasi frekuensi dan periode.

i. Soal nomor 12

( Pemahaman siswa menerapkan aplikasi frekuensi, periode, dan amplitudo )

Sebuah benda bergetar di antara dua titik yang berjarak 20 cm. Benda itu melakukan 40 getaran dalam waktu 25 sekon. Hitunglah:

a. Frekuensi getaran dalam Hz………

b. Periode getaran dalam sekon………

c. Amplitudo getaran dalam cm………..

Pada soal nomor 12 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 17 dan persentase skor adalah 30.4% . Soal tersebut meminta siswa untuk menerapkan aplikasi frekuensi, periode, dan amplitudo. Dari persentase skor yang didapat yaitu 30.4 %, siswa tidak paham dalam menerapkan aplikasi frekuensi, periode, dan amplitudo.

Berikut adalah wawancara dengan nomor absen 13 P: Untuk nomor 12, rumus mencari frekuensinya bagaimana?

S: 40 itu kan getaran mbak, trus getaran itu saya bagi dengan waktu. P: terus yang mencari periode dengan amplitudo. Bagaimana? S: Lha itu maksudnya gimana ya, mbak.hee…( siswa tertawa )

P: Kamu disuruh mencari frekuensi, setelah tahu nilai dari frekuensi baru kamu mencari nilai periode.

S: Owalah…gitu to mbak. Aku kok ga tahu ya.

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 11

P: Soal ini (peneliti sambil menunjuk soal), yang 20 cm itu termasuk apa? S: Gak mudeng, aku mbak.


(70)

S: Mbak, soal yang ini saya ga tau e mbak.

Dari wawancara dengan siswa dengan nomor absen 13 dan 11 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menerapkan aplikasi frekuensi, periode, dan amplitude. Begitu juga dengan nomor absen 5,18,24. siswa ini tidak paham dalam menjelaskan pengertian amplitudo. Dari hasil wawancara dan tes tertulis untuk siswa dengan nomor absen 28, siswa ini paham dalam menerapkan aplikasi frekuensi, periode dan amplitudo.

j. Soal nomor 1

( Pemahaman siswa konsep getaran ) Getaran adalah ………

Pada soal nomor 1 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 25 dan persentase skor adalah 44.6%. Soal tersebut meminta siswa untuk memberikan pengertian dari getaran. Dari persentase skor yang didapat yaitu 44.6%, siswa tidak paham dalam menjelaskan pengertian dari getaran.

Berikut ini adalah hasil wawancara pada soal nomor 1 ( wawancara dengan nomor absen 13 )

P: Menurut kamu pengertian getaran itu apa?

S: Getaran itu gerak bolak balik dari satu tempat ke tempat lain. P: Maksudnya, bagimana?

S: Misalnya dari titik ini ( siswa menggambar bandul ), titik awal ke titik akhir. Sedangkan wawancara dengan nomor absen 5

P: Getaran itu, seperti apa kalau dalam bandul?

S: Gerak bolak balik, pokoknya kayak gerakan bandul itu mbak. P: Emang kalau bandul itu gimana gerakannya


(71)

Dari hasil wawancara dengan nomor absen 13 terungkap bahwa siswa tidak paham dalam menjelaskan pengertian dari getaran, sedangkan siswa dengan nomor absen 5 siswa hanya menyebutkan gerak bolak balik tanpa memberikan keterangan yang jelas. Begitu juga dengan nomor absen 11,18,24.

Dari Hasil wawancara dan tes tertulis, siswa dengan nomor absen 28 tidak sikron. Hasil wawancara siswa dengan nomor absen 28 ini paham sedangkan hasil tes tertulis siswa ini tidak paham.

k. Soal nomor 3

( Pemahaman siswa konsep periode ) Periode adalah……

Pada soal nomor 3 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 29 dan persentase skor adalah 51.8 %. Soal tersebut meminta siswa untuk menjelaskan pengertian dari periode. Dari persentase skor yang didapat yaitu 51.8%, dapat dikatakan bahwa siswa kurang paham menjelaskan pegertian dari periode.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan pada soal nomor 3 ( wawancara dengan nomor absen 18 )

P: Pengertian periode pada bandul itu seperti apa?

S: Periode itu nek menurutku itu waktu saat benda bergetar P: Kalau bergetar itu ada waktunya tidak

S: Ya, ga ada leh mbak. kan kalau bergetar itu tidak ada waktu yang mempengaruhi .

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 24 P: Periode itu seperti apa?

S: Periode itu waktu saat benda bergerak P: Kalau benda bergerak butuh waktu tidak S: Ada, tapi dikit banget. Eeee benar ga mbak


(72)

Dari hasil wawancara dengan nomor 18 dan 24 terumgkap bahwa siswa tidak paham dalam menjelaskan pengertian dari periode, begitu pula dengan nomor absen 5,11. siswa ini tidak paham dalam menjelaskan pengertian periode.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis, siswa dengan nomor absen 13 dan 28, siswa ini paham dalam menjelaskan pengertian dari periode.

I. Soal nomor 4

( Pemahaman konsep frekuensi ) Frekuensi adalah……

Pada soal nomor 4 skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 27 dan persentase skor adalah 48.2% . Soal tersebut meminta siswa untuk menjelaskan pengertian dari frekuensi. Dari persentase skor yang didapat adalah 48.2%, siswa kurang paham dalam menjelaskan pengertian dari frekuensi.

Berikut adalah hasil wawancara pada soal nomor 4 ( wawancara dengan nomor absen 5 )

P: Pengertian dari frekuensi, itu apa? S: heee.. ( sambil tertawa ) lupa aku kok P: Emang ga ada bayangannya ya.

S: Wong aku lupa kok mbak, beneran ki mbak!

Sedangkan wawancara dengan nomor absen 28 P: Masih ingat kan kemarin kamu ngerjakan soalnya.

S: Yang mana,mbak.

P: Ini, soal pengertian frekuensi. Menurut kamu frekuensi itu apa? S: Frekuensi itu banyaknya getaran tiap sekon

Dari hasil wawancara dengan nomor absen 5 siswa tidak paham dalam menjelaskan pengertian dari periode. Begitu pula dengan nomor


(73)

absen 11,13,18,24. Sedangkan dengan nomor absen 28, siswa ini paham dalam menjelaskan pengertian frekuensi.

Dari hasil wawancara dan tes tertulis siswa dengan nomor absen 28, terlihat bahwa siswa ini paham dalam menjelaskan pengertian dari frekuensi.

6. Rangkuman Pemahaman awal siswa

Secara umum berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara siswa, siswa dapat menjelaskan pengertian getaran dan periode, siswa menyatakan bahwa getaran adalah gerak bolak balik sedangkan pengertian dari periode, siswa hanya menjawab waktu getaran. Namun demikian, dari jawaban siswa, siswa kurang begitu paham menjelaskan pengertian getaran dan periode.

Dari tes tertulis dan wawancara terungkap bahwa siswa tidak memahami tentang konsep gaya pemulih, siswa tidak memahami konstanta pegas, siswa tidak memahami titik setimbang, siswa tidak memahami konsep amplitudo, siswa tidak memahami konsep frekuensi, siswa tidak memahami hubungan antara frekuensi dan periode. Berdasarkan hasil pretes dan wawancara yang telah dilakukan maka desain pembelajaran difokuskan pada konsep yang kurang dipahami dan tidak dipahami siswa.

C.Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran disusun berdasarkan rangkuman pemahaman awal siswa. Desain pembelajaran dibuat untuk membantu siswa


(74)

mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa berupa eksperimen.

a. Hari pertama pembelajaran ( 2 x 45 menit )

Eksperimen untuk membangun pengetahuan siswa tentang pengertian getaran, amplitudo, dan simpangan, frekuensi, periode.

Berikut ini adalah desain pembelajaran untuk membangun pemahaman siswa tentang pengertian getaran, simpangan, amplitudo.

Kegiatan 1

Tujuan: Dapat mendefinisikan getaran

Alat dan bahan: Statip, tali, mistar, beban

Langkah Kerja

1. Buat sebuah ayunan sederhana dengan mengikat beban pada statip yang disediakan. Ikat sebuah beban pada seutas tali ringan), Kemudian gantungkan tali secara vertical.

2. Dari kedudukan seimbang p tariklah beban ke q, kemudian lepaskan . Amati gerakan beban.

Pertanyaan:

a. Apakah gerak beban tergolong sebagai getaran? Jika ya, sebutkan gerak mana yang dimaksud dengan satu getaran! ………


(75)

……….

b. Apa yang dimaksud dengan simpangan?

……… c. Apa yang dimaksud dengan amplitudo?………

Berikut adalah desain pembelajaran untuk membangun pemahaman tentang frekuensi, periode dan hubungan periode dan frekuensi.

Kegiatan 2

Tujuan : Menyelidiki pengaruh hubungan periode dan frekuensi Alat dan bahan:

Langkah Kerja

1. Gantunglah beban dengan menggunakan tali. Letakkan beban pada posisi setimbang

Q

P 5 cm

1. Setelah benda pada posisi setimbang, beban yang digantung dan simpangkan beban sejauh 5 cm, kemudian lepaskan.

2. Hitunglah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan 10 getaran.


(76)

3. Ulangilah seperti langkah diatas, tetapi dengan jumlah getaran yang lain misal: 15, 20, 25,dst.

4. Catatlah hasil pengamatanmu pada kolom berikut ini. No Jumlah

getaran

Waktu untuk jumlah getaran (s)

Periode

(s)

Frekuensi

( )

( Hz ) 1 10

2 15 3 20

Pertanyaan:

1. Berapa nilai rata-rata periode dari percobaan?... 2. Berapa nilai rata-rata frekuensi dari percobaan?... 3. Apakah kesimpulan kalian?...

b. Hari kedua pembelajaran ( 2 x 45 menit )

Pembelajaran pada hari kedua, siswa kembali pada kelompok masing-masing. Untuk pembelajaran yang kedua siswa belajar tentang gaya pemulih dan posisi setimbang

Berikut adalah desain pembelajaran untuk membangun pemahaman tentang hubungan gaya pemulih dan posisi setimbang.


(1)

Kegiatan 3

Tujuan : Menyelidiki hubungan antara periode dan massa benda.

Alat dan Bahan

 Statip

 Tali 100 cm

 Mistar

 Beban

 Stopwatch Langkah Kerja:

a. Gantunglah beban dengan menggunakan tali. Letakkan beban pada posisi setimbang.

P Q

5cm

Gb. 1.3. Bandul yang digerakkan

b. Setelah benda pada posisi setimbang, beban yang digantung dan

simpangkan beban sejauh 5 cm, kemudian lepaskan.

c. Gunakanlah beban dan gerakkan beban selama 10 sekon

d. Ulangilah seperti langkah diatas, tetapi dengan beban yang berbeda-beda.


(2)

1. 5 2. 10 3. 15

Pertanyaan:

1. Berapakah nilai rata-rata periode dari percobaan kalian?

………

……

2. Apakah kesimpulan kalian?

………

………

Kegiatan 4

Tujuan : Menyelidiki pengaruh simpangan benda terhadap periode

Alat dan Bahan:

 Mistar

 Stopwatch

 Tali 100 cm

 Beban/ Bandul Langkah Kerja:

a. Dengan mengantungkan benang, gantungkan beban pada seperti pada


(3)

P Beban

4cm

Gb.1.4. Ayunan Matematis

b. Beban yang digantung disimpangkan 4 cm pada posisi setimbang. Posisi P

merupakan titik seimbang. Kemudian lepaskan beban.

c. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk melakukan 15 getaran.

d. Ulangi langkah no. 2 dan 3 dengan simpangan yang berbeda-beda.

e. Catatlah hasil pengamatanmu dalam tabel di bawah ini.

No. Simpangan ( cm ) Waktu untuk 15 getaran ( s )

Waktu untuk satu getaran ( s ) 1. 4

2. 6 3. 8

Pertanyaan:

1. Berapa nilai rata-rata periode dari percobaan di atas?

………

….

2. Percobaan tersebut dilakukan dengan mengubah simpangan beban. Dari hasil nilai periode dari getaran tersebut , Apakah simpangan


(4)

………

Kegiatan 5

Tujuan: Membuktikan hubungan Gaya dan Simpangan pada pegas.

Alat dan Bahan:

 Mistar

 Pegas

 beban Langkah Kerja:

b. Gantungkan sebuah benda pada ujung bawah pegas.Ukurlah panjang pegas sebelum diberi beban.( Xo )

Gb. 1.5.Pegas

c. Ukur pertambahan panjang pegas setelah digantungi beban. Catat sebagai

(x1)

d. Pada keadaan setimbang, tariklah benda ke bawah .

e. Lepaskan benda itu. Amati yang terjadi.

f. Hitunglah konstanta pegas.


(5)

No Massa (kg) X = X1-XO ( m ) k = (N/m)

1. 2. 3.

g. Setelah menghitung konstanta pegas, Buktikanlah besarnya F sebanding

dengan simpangan. Gunakan rumus F = K.x, Berapakah nilai Gaya dan

simpangan.

………

………

h. Bagaimana kesimpulan kalian tentang hasil percobaan di atas?

………


(6)

Gambar 1. Siswa mengerjakan Soal Pretes

Gambar 2. Siswa melakukan percobaan


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE CTL PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Pemahaman Pembelajaran IPA Melalui Metode CTL Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 05 Tahun 2014 /2015.

0 2 15

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEPBELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE Peningkatan Pemahaman Konsep Belajar Matematika Siswa Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving (Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo).

0 2 16

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI SIKAP DEMOKRATIS DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai Sikap Demokratis Dalam Pembelajaran PKN Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Learning Model Numbered Heads To

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMAHAMAN KONSEP GERAK TUMBUHAN MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING DENGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMAHAMAN KONSEP GERAK TUMBUHAN MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING DENGAN MEDIA ANIMASI PADA SISWA KELAS VIII A SMP

0 1 14

Peningkatan pemahaman siswa mengenai besaran satuan dan pengukuran melalui pembelajaran dengan metode TGT (Team Game Tournaments) pada siswa kelas VIIA SMPN 1 Golewa.

0 2 197

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN LKS OPEN-ENDED QUESTIONS DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 MAESAN

0 0 3

PERUBAHAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA MENGENAI GAYA KE ATAS PADA ZAT CAIR MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING

0 0 150

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh G

0 0 194

Pembelajaran getaran dan gelombang untuk siswa kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dibandingkan dengan metode ceramah - USD Repository

0 3 166

Peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran melalui pembelajaran dengan metode eksperimen pada siswa kelas VIII-A SMP Kanisius Juwana - USD Repository

0 0 177