Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup (Studi Semiotik Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011).

(1)

Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup

(Studi Semiotik Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya HidupMajalah Tempo Edisi 11-16

Januari 2011)

SKRIPSI

Oleh :

ERFAN ARDIANSYAH NPM. 0743010237

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011 


(2)

Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup

(Studi Semiotik Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari

2011)

Disusun Oleh :

ERFAN ARDIANSYAH NPM. 0743010237

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi NIP. 3 7006 94 0035 1

Mengetahui

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi NIP. 19550718 198302 2001


(3)

Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup

(Studi Semiotik Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid

Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari

2011)

Disusun Oleh :

ERFAN ARDIANSYAH NPM. 0743010237

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 13 Juni 2011

 

        PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. KETUA

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi Juwito, S.Sos, Msi

NPT. 3 7006 94 0035 1 NPT. 3 6704 95 00361

2. SEKRETARIS

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi NPT. 3 7006 94 0035 1

3. ANGGOTA

Zainal Abidin Achmad, MSi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP. 19550718 198302 2001


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan. Skripsi yang berjudul Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup.

Dari mulai melaksanakn hingga tersusunnya Skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat, terima kasih, serta penghargaan sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan pada penulis dalam menyelesaikan Skripsi dan melimpahkan begitu banyak kasih sayangnya pada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudiarto, MP selaku bapak Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, Ibu Dekan yang senantiasa memberikan saran-saran bijak.

4. Drs. Saifudin Zuhri, Dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar memberikan kesempatan pada penulis dalam menyusun Skripsi ini.

5. Drs. Juwito, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosoial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.


(5)

6. Ayah, Ibu, nenek, Tante Ita Terima kasih sudah banyak memberi perhatian, kasih sayang, fasilitas, dan juga dukungan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan segera.

7. Tidak lupa tengkyu for My bebbeeb Nia Tyta Sari yang slalu menyemangati dan mendorong saat aq lagi bad mood dan lemah “prikitiiiiuuuuu...”

8. Konco-konco seperjuangan... REAREO group (jok lupa nanti klo dah lu”s smua tetep cangkruk yo rek), Pasukan Yabaha (futsale jok leren tetep jalan terus) dan masih banyak teman angkatan 2007 yang lainya. Makasih banyak masa - masa indah yang sudah dilalui bersama, juga untuk sgala kritikan membangun yang diberikan pada penulis...

9. Trima kasih sebesar-besarnya juga buat Printerku Epson n Lappyku tanpa kalian aq gak bisa apa” :D “kikikikkk”..

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk kritik dan saran yang membangun bagi penulis sangat diharapkan dari pembaca, guna kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, dan semoga Allah meridhoi segala usaha kita “amien”.

Wassakamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

ABTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 15

1.3.Tujuan Penelitian ... 16

1.4.Manfaat Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1.Landasan Teori ... 17

2.1.1. Media Cetak ... 17

2.1.2. Majalah ... 18

2.1.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa ... 20

2.1.4. Rubrik ... 22


(7)

2.1.6. Kartun dan Karikatur ... 23

2.1.7. Karikatur Dalam Media Massa ... 27

2.1.8. Komunikasi sebagai Proses Simbolik ... 28

2.1.9. Komunikasi Non verbal ... 30

2.1.9.1. Fungsi Komunikasi Non verbal ... 31

2.1.10.Komunikasi Visual ... 32

2.1.11.PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) ... 34

2.1.12.LPI (Liga Primer Indonesia) ... 34

2.1.13.Kasus PSSI dan LPI ... 35

2.1.14.Font ... 39

2.1.14.1. Jenis-jenis Font ... 42

2.1.14.2. Karakteristik Jenis Font ... 43

2.1.15. Pemaknaan Warna ... 45

2.1.16. Pendekatan Semiotika ... 50

2.1.17. Semiotika Charles S. Pierce ... 52

2.1.18. Definisi Kartu Merah ... 56

2.1.19. Representasi ... 57

2.1.20. Definisi Perseteruan ... 59

2.1.21. Kerangka Berpikir ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

3.1.Metode Penelitian ... 62

3.2.Corpus ... 63


(8)

3.3.1.Ikon (Icon) ... 64

3.3.2.Indeks (Index) ... 64

3.3.3.Simbol (Symbol) ... 65

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.5.Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69

4.1.1.Gambaran Umum Majalah Tempo ... 69

4.2.Penyajian Data ... 71

4.2.1. Kasifikasi Tanda ... 72

4.2.2. Klasifikasi Tanda Pierce dalam Gambar Karikatur dalam Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 ... 73

4.3. Penggambaran Gambar Karikatur dalam Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11 – 16 Januari 2011 ... 74

4.4. Gambar Karikatur dalam Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 dalam Model Pierce... 75

4.5. Analisis Karikatur pada Karikatur Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 ... 79

4.5.1. Ikon (Icon) ... 79

4.5.2.Indeks (Index) ... 83


(9)

4.6.Makna Keseluruhan Representasi Perseteruan Dalam karikatur Nurdin Halid Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi

11-16 Januari 2011 dalam Model Triangel of Meaning Pierce.. 93

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 97

5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Pierce ... 54 Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Pierce ... 55 Gambar 2.3 : Bagan Kerangka Berpikir ... 58 Gambar 4.1 : Karikatur pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi

11-16 Januari 2011 Dalam Elemen Makna Pierce ... 76 Gambar 4.2 : Karikatur pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-

16 Januari 2011 Dalam Kategori Tanda Pierce ... 78 Gambar : Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro

Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo

Edisi 11-16 Januari 2011 ... 101  


(11)

ABSTRAKSI

ERFAN ARDIANSYAH, Representasi Perseteruan Dalam Karikatur

Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup

(Studi Semiotik Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011.

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata- kata dan gambar.

Kesimpulan yang didapat adalah bahwa persepakbolaan di tanah air masih carut marut karena ketua PSSI Nurdin Halid yang seharusnya bisa menyeleseikan masalah dengan yang terjadi saat itu malah kepala yang dingin meruwetkan masalah dengan memberi sanksi – sanksi yang terlalu berlebihan dimana sanksi itu juga berbau kontroversi.

Kata Kunci : Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro

Pada Rubrik Gaya Hidup

 

ABSTRACTION

ERFAN ARDIANSYAH, Representation of Controversion in the Nurdin Halid and Arifin Panigoro Caricature on Life Style Article (Semiotic Study About Representation of Controversion in the Nurdin Halid and Arifin Panigoro Caricature on Life Style Article at Tempo Magazine, January 11-16th 2011 Edition).

The objective of this study is to know about meaning that communicated in the Nurdin Halid and Arifin Panigoro Caricature on Life Style Article at Tempo Magazine, January

11-16th 2011 Edition.

Used theory was Charles Sanders Peirce who has divided between symbol and the correlation to be categories: there are icon and index, symbol. Used methodology in this study was based on Frame of Reference (based on science) and Field of Experience (based on

experience background).

Semiotic method in this study was qualitative descriptive, that is a method which easier to adaptation if the facts in this study are doubled, direct presenting about the researcher and the research object, more sensitive and be able to adaptation with too much effect on pattern values that would be faced. Data analysis technique in this study is descriptive method, the collecting data are in the form of words and pictures.

The conclusion obtained is that foot ball matter in this country is chaos because Nurdin Halid, PSSI Chief Executive Officer who has to able to resolve that problems, even he was add the problems by giving too much punishment where that punishment also has controversion.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, internet dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005: 128).

Dalam abad modern seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi sudah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk berbagai tujuan. Manusia membutuhkan informasi antara lain untuk mengikuti atau mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, mencerdaskan kehidupannya, memperlusa cara berpandangnya, juga lebih meningkatkan kedudukannya serta perannya di masyarakat.

Media massa adalah penyaji realita. Para pengelola media massa diibaratkan koki yang memproses peristiwa menjadi berita, feature, investigative reporting, artikel, dialog interaktif, gambar bergerak dan suara


(13)

fakta, akurasi, aktualitas, kaidah bahasa dan etika. Namun ia boleh memasukkan subjektivitas dengan menentukan mana yang diletakkan pada bagian yang “sangat penting” atau “tidak penting” agar mendapat perhatian dan minat khalayak (Pareno, 2005:6).

Saat ini pers merupakan media komunikasi massa yang dapat membantu memenuhi kebutuhan dalam informasi. Tetapi dalam upaya memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut pers tidak boleh kehilangan identitas sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers hendaknya jangan hanya berupaya untuk mendapatkan keuntungan finansial saja. Sebab pers tanpa idealisme dalam artian hanya mengejar keuntungan saja merupakan pertanda bahwa pers tidak beda dengan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan semata. (Effendy,2002:82).

Fungsi pers secara keseluruhan yaitu memberikan informasi, hiburan dan kontrol sosial. Selain sebagai penyedia informasi, fungsi pers sebagai kontrol sosial juga merupakan yeng terpenting karena pada hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat yakni dapat menjalankan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan maupun kritikan.

Kontrol sosial salah satunya dapat dilakukan dengan tampilan gambar kartun. Keberadaan kartun dalam surat kabar bukan berarti hanya melengkapi artikel atau tulisan-tulisan disurat kabar saja, tetapi juga memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena kartun mempunyai kekuatan dan karakter yang


(14)

sehingga pembaca tertarik untuk sekedar melihat atau bahkan bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang terkandung dalam gambar kartun tersebut.

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknis melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaiman tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini. juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:140).

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan secara sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang muncul disetiap penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun politik) atau editorial cartoon (kartun editorial), yang biasa digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah dalam versi gambar humor.

Menurut Pramoedjo (2008:13) adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau


(15)

sustu masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur merupakan kartun satire yeng terkadang malahan tidak menghibur, bahkan dapat membuat seseorang tersenyum kecut.

Karikatur (latin: cariccare) sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang didistrosikan, diplesetkan dan dipeletotkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni memeletotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di Eropa, Inggris sampai ke Ameika bersamaan dengan perkembangan media cetak pada masa itu Pramoedjo (2008:13).

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya muatan pesan verba dan pesan visual yang dituangkan kedalam karikatur terlalu banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi jelek, tidak komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui. Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari karikatur dengan serta merta sksn mengabaikan pesan sosial yang disampaikan oleh karikatur (http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/).

Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Di samping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak sasaran yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian,


(16)

analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda visual dan tanda verbal

dalam iklan layanan masyarakat (http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/).

Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian dapat ditemukan kejelasan mengenaipetimbangan-pertimbangan estetik pada karikatur dipandang dari hubungan antara tanda dan pesan.

Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui dasar keselarasan antara tanda verbal dengan tanda visual untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui hubungan antara jumlah muatan isi pesan (verbal dan visual) dengan tingkat kreativitas pembuatan desain karikatur.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksiknal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan


(17)

antara yang satu dengan yang lainnya http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/).

Setelah terhelatnya turnamen piala AFF (ASEAN Football Federation) 2010 media-media nasional sangat gencar memberitakan tentang agar ketua PSSI Nurdin Halid turun dari jabatannya karena sering melakukan tindakan yang kontroversial dan tidak bisa mengangkat prestasi tim yang berjuluk Tim Garuda ini dan tidak lama munculnya sebuah kompetisi baru yaitu LPI (Liga Primer Indonesia) dimana kompetisi yang di promotori oleh seorang pengusaha Arifin Panigoro ini disebut-sebut dijadikan liga tandingan buat ISL ditujukan sebagai tindakan kontra atas kinerja PSSI saat ini. Liga Primer Indonesia telah digelar dengan semangat menjadi alternatif kompetisi yang profesional dan mandiri tetapi mendapatkan hambatan dari PSSI seperti yang telah digambarkan pada karikatur pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo yang berjudulkan ”Menanti Gelagat Liga Tandingan”

Karena itu Peneliti tertarik untuk mengungkap makna-makna yang terdapat pada ilustrasi karikatur ketua umum PSSI Nurdin Halid dan pemrakarsa Liga Primer Indonesia (LPI) Arifin Panigoro dalam rubrik gaya hidup majalah Tempo. Majalah Tempo sendiri adalah sebuah majalah berita mingguan yang terbit perdananya pada april 1971 dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, Thailand. Dimodali Rp 20 juta oleh Yayasan Jaya Raya milik pengusaha Ciputra; digawangi oleh mereka para seniman yang mencintai pekerjaannya dan para wartawan berpengalaman


(18)

yang dipecat atau keluar dari tempat kerja sebelumnya: Ekspress, Kompas, dan lainnya.

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal

Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah

Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya yang biasa dikenal dengan LSI (Liga Sepak Bola Indonesia).

Daftar ketua umum

Soeratin (1930-1940)

Artono Martosoewignyo (1941-1949) Maladi (1950-1959)

Abdul Wahab Djojohadikoesoemo (1960-1964) Maulwi Saelan (1964-1967)

Kosasih Poerwanegara (1967-1974) Bardosono (1975-1977)

Moehono (1977)

Ali Sadikin (1977-1981) Sjarnoebi Said (1982-1983) Kardono (1983-1991) Azwar Anas (1991-1999)


(19)

Agum Gumelar (1999-2003) Nurdin Halid (2003-)

Menurut Srie Agustina Palupi dalam bukunya Politik dan Sepak Bola

di Jawa 1920-1942 orang-orang Indonesia mengenal sepakbola dari bangsa

Belanda yang datang ke Hindia Belanda untuk bekerja di instansi-instansi pemerintah kolonial. Awalnya sepakbola hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Belanda, lalu orang-orang-orang-orang Tionghoa, kemudian orang-orang-orang-orang bumiputra yang punya status sosial setaraf dengan bangsa Belanda. Selanjutnya, orang-orang bumiputra yang sudah paham akan sepakbola memperkenalkannya kepada masyarakat luas.

Sebenarnya, jauh sebelum Belanda datang ke negeri ini, orang-orang Indonesia sudah mengenal olahraga semacam sepak bola, yaitu sepakraga (sepak takraw). “Karena pengaruh sepakraga ini orang-orang asing menyebut sepakbola dengan istilah tersebut,” tulis Masmimar dalam bukunya Abidin, Penjetak Gol. Boleh dibilang, secara tidak langsung bangsa kita membentuk sebuah frasa kata yang ‘disetujui’ menir-menir Belanda itu. (http://www.indomp3z.us/showthread.php/19119-Sejarah-PSSI).

Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan

tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah


(20)

penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepakbola Asia.

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Namun sejak PSSI di massa kepemimpinan Nurdin Halid masih belum bisa membawa Tim Merah Putih mengukir sejarah yang bisa dibanggakan malah sering melakukan tindakan indisipliner yakni Pada 13 Agustus 2007, Ketua Umum Nurdin Halid divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepakbola nasional. Karena alasan tersebut, Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI


(21)

saat itu), Ketua KONI, dan bahkan FIFA menekan Nurdin untuk mundur. FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum. Akan tetapi Nurdin bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara. http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia-

cite_note-fifa-8 Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin kembali menjabat sebagai ketua PSSI.memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia. Dari segi peraturan, PSSI pun melakukan perubahan yang bisa mengelabui FIFA agar 'mengizinkan' Nurdin Halid tetap memimpin roda organisasi. Nurdin telah menghilangkan kata 'pernah' dalam pasal 35 peraturan PSSI. Sekilas, pasal itu tidak berbeda dengan pasal 32 Statuta FIFA. Dalam pasal 32 Statuta FIFA tertulis orang yang pernah tersangkut masalah kriminal tidak bisa memimpin organisasi sepakbola. Namun di pasal 35, kata 'pernah' dihilangkan, sehingga berbunyi orang yang tersangkut masalah kriminal tidak bisa memimpin organisasi.

Akhir tahun 2009 dan awal 2010 merupakan puncak menurunnya prestasi sepakbola nasional. Indonesia gagal meraih hasil bagus di SEA Games 2009 lalu, dengan menjadi juru kunci penyisihan grup. Hasil


(22)

memalukan didapat ketika menelan kekalahan dari tuan rumah Laos 2-0, tim yang tak pernah bisa menang dari Indonesia. Demikian juga kegagalan timnas senior menembus putaran final Piala Asia 2011. Padahal, sejak tahun 1996, tim Merah Putih tidak pernah absen berlaga di kompetisi teratas Asia tersebut, dan kerap menghadirkan kejutan bagi tim-tim tangguh. Menjadikan peringkat Indonesia di FIFA pun terus mengalami penurunan drastis. Pada Desember tahun lalu, Indonesia masih berkisar di urutan 120-an, namun sekarang sudah berada di peringkat 137. (http://www.goal.com/id-ID/news/1390/pssi/2010/03/07/1822019/inilah-rapor-merah-nurdin-halid).

Padahal saat ini sudah terbukti adanya kebobrokan dalam periode kepemimpinan Nurdin Halid dan tidak dapat mengangkat prestasi PSSI di tingkat Internasional, diluar sana banyak sekali kecaman yang datang dari berbagai elemen masyarakat khususnya kecaman dari Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Malarangeng agar ketum PSSI tersebut turun dari jabatannya. Akan tetapi bagi Nurdin itu semua hanya kritik dari sebagian orang yang tidak menyukai dirinya. Dan sebenarnya tindakan seperti itu membuat bingung semua orang, apa yang masih diinginkan dan motivasi Nurdin untuk tetap bersikukuh dalam mempertahankan kursi teratas di PSSI tersebut dan tidak mau turun dari jabatannya yang sudah dua periode dipimpinnya, sayangnya yang tau itu cuma Nurdin sendiri.

Setelah dihelatnya turnamen piala AFF 2010 yang diselenggarakan dua tahunan tersebut ada kompetisi baru yakni Liga Primer Indonesia, disingkat LPI (bahasa Inggris: Indonesia Premier League) adalah kompetisi


(23)

sepak bola antar klub profesional di Indonesia yang diselenggarakan sejak 2011. LPI diselenggarakan oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan oleh PSSI. Karena tidak direstui PSSI, LPI menghadapi berbagai kontroversi terkait rencana penyelenggaraannya, diantaranya dasar hukum, ancaman PSSI terhadap klub, pemain, pelatih, dan perangkat pertandingan, serta perizinan Polri.

PSSI menganggap penyelenggaran LPI ilegal karena tidak memiliki izin dari asosiasi sepakbola tersebut. Akan tetapi pihak LPI menyatakan bahwa penyelenggaraan LPI tidak melanggar hukum karena sesuai dengan rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional yang dilaksanakan di Malang pada Maret 2010. Konsorsium LPI juga menyatakan sudah beberapa kali mencoba berkoordinasi dan meminta izin kepada PSSI, namun PSSI bersikap menutup diri terhadap penyelenggaraan LPI.

PSSI memaparkan secara panjang lebar alasan mengapa LPI melawan hukum, namun tidak pernah menjelaskan alasan mengapa mereka tidak merestui LPI, kecuali menyebut LPI sebagai "kompetisi ecek-ecek", "tarkam", dan "banci." LPI akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.

PSSI mengancam menghukum berat semua klub, pemain, dan perangkat pertandingan yang terlibat di liga ini. Diantara ancaman yang dilontarkan PSSI, klub Liga Super Indonesia yang terlibat LPI akan


(24)

didegradasi ke divisi satu. dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI. Empat klub LPI yang diancam menyatakan tidak takut dengan ancaman PSSI tersebut.

Pemain yang terlibat LPI juga diancam tidak dapat memperkuat timnas. Keputusan tersebut ditentang oleh beberapa pihak, termasuk Menpora, Anggota Komisi X DPR RI Angelina Sondakh, dan Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Meski PSSI mengeluarkan ancaman tersebut, Badan Tim Nasional tetap memanggil beberapa pemain dari klub-klub anggota LPI untuk seleksi timnas U-23 yang disiapkan untuk Sea Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012. (http://id.wikipedia.org/wiki/ Liga_Primer_Indonesia).

Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl juga menyatakan tidak akan memanggil pemain yang bermain di LPI dengan alasan "pemain yang tampil di kompetisi yang tidak diakui oleh FIFA, tidak bisa tampil di timnas." Padahal statuta FIFA hanya menyatakan bahwa "setiap orang yang memegang kewarganegaraan permanen yang tidak tergantung pada masa tinggal di negara tertentu memenuhi syarat untuk bermain mewakili tim nasional asosiasi negara itu.

Tidak cukup dengan klub dan pemain, pelatih klub-klub LPI diancam dicabut lisensinya. Selain itu, PSSI juga mengancam wasit yang terlibat dalam penyelenggaraan LPI dengan sanksi FIFA dan pencabutan lisensi.

Padahal terobosan kompetisi semacam ini tidak hanya ada di Indonesia melainkan terdapat pada negara-negara yang persepakbolaannya


(25)

lebih maju, misal English Primer League, Scottish Premier League, dan Italian Seri A.

Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro pada rubrik gaya hidup majalah Tempo. Di Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 16 januari 2011 mengilustrasikan sebuah karikatur yang menggambarkan ketua PSSI Nurdin Halid memakai baju yang biasa dikenakan oleh seorang wasit dengan membawa kartu berwarna merah yang diacungkan kepada ketua Liga Primer Indonesia Arifin Panigoro, sebagai tanda bahwa organisasi PSSI mempunyai kewenangan untuk tidak menyetujui keberadaan kompetisi Liga Primer Indonesia tersebut.

Tempo merupakan salah satu majalah yang mempunyai rubrik khusus dalam menyampaikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan pesan-pesannya yang kritis ini lebih banyak menyajikan topik-topik dalam bidang sosial politik dalam setiap kali penerbitannya. Akibat kekritikannya tersebut Majalah Tempo juga pernah dibredel pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat Tempo terus tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan Pers, Tempo berhasil bangkit dan menerbitkan kembali sirkulasinya pada tahun 1998 dan berhasil menjadi pemimpin untuk iondustri penerbitan di Indonesia serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar diseluruh Indonesia (www.tempointeractive.com).

Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda-tanda visual yang terkandung didalamnya.


(26)

Maka itu, pembahasan ini menggunakan kinerja kritis yang bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada. (Sobur, 2006:132).

Dngan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui dasar keselarasan antara tanda verbal dan tanda visual untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui hubungan antara jumlah muatan isi pesan (verbal dan vusual) dengan tingkat kreativitas pembuatan desain karikatur.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi yang bertujuan untuk melakukan sebuah studi semiotika untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Nurdin Halid dan Arifin Panigoro” pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Representasi Perseteruan dalam karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 januari 2011?”

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah Representasi Perseteruan dalam karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 januari 2011.


(27)

16   

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan peneliti ini dapat memberikan masukan atas wawasan serta bahan referensi bagi mahasiswa komunikasi pada jenis penelitian semiotika, serta seluruh mahasiswa pada umumnya agar dapat diaplikasikan untuk perkembangan ilmu komunikasi.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pihak Editor untuk menghasilkan karikatur yang lebih inovatif dan variatif dalam menggambarkan realitas kehidupan, cermin budaya masyarakat, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dangan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang menugutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih (kasali, 1992:99). Sedangkan iklan media cetak adalah pesan atau informasi tentang penawaran suatu produk atau jasa yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan media cetak seperti koran, majalah, brosur dan lain-lain.


(29)

2.1.2. Majalah

Majalah itu sendiri berbeda dengan media cetak lainnya misalnya seperti surat kabar, karena majalah dispesialisasikan untuk menjangkau konsumen tertentu majalah juga dibedakan atas majalah bulanan, majalah dwimingguan dan majalah mingguan. Yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya.

Majalah merupakan media cetak yang contentnya mengarah pada advertising, meskipun tidak secara penuh berisikan advertising, pada saat ini majalah telah memiliki segmentasi audiens nya sendiri. Seperti para penyuka olahraga tentunya akan cenderung membaca majalah olahraga,dan tidak tertarik untuk membaca majalah yang memiliki segmentasi audiens lainnya.

Kelebihan yang dimiliki oleh majalah dibandingkan radio dan televisi, ialah dikarenakan majalah merupakan media cetak,oleh sebab itu majalah bersifat timeless, tidak menuntut audiens untuk tergesa-gesa dalam mengnkonsumsi pesannya. Kelebihan lainnya, audiens lebih focus dalam menangkap dan menginterpretasikan informasi yang disampaikan oleh majalah.

Kekurangan majalah bila dikomparasikan dengan dua media elektronik televisi dan radio dalam segi aktualitasnya, dimana radio merupakan yang paling unggul dalam aktualitasnya menyampaikan pesan, dan televisi yang juga dengan keunggulannya (audio visual) dalam transmisi pesan yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan dengan proses produksi dari


(30)

ketiga media tersebut, radio yang dalam prosesnya lebih sederhana dibandingkan televisi dan majalah. (http://lutviah.net/2011/01/14/media-massa-majalah/).

Majalah umumnya berjilid, sampul depannya dapat berupailustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Mejalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Adanya keinginan yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan sehingga sangatlah penting bagi suatu majalah untuk mengelompokkan pembaca. Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara mengadakan rubrik untuk kelompok pembaca tertentu sebagai sasarannya. Majalah adalah terbitan berkalayang berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhi (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi dua jenis, yaitu :

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni.

b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.


(31)

2.1.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media masssa. Media massa secara universal memiliki fungsi memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendy, 2002 : 93). Karakteristik komunikasi massa menurut Rivers, Jensen dan Peterson (2004), menyebutkan bahwa :

1. Komunikasi massa sifatnya satu arah

2. Selalu ada proses seleksi karena setiap media memiliki khalayaknya 3. Mampu menjangkau khalayak secara luas

4. Media massa berusaha membidik sasaran tertentu

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi oleh sosial yang peka terhadap kondisi lingkungan

Bentuk-bentuk komunikasi massa ada 2, yaitu komunikasi media massa cetak atau pers yang meliputi surat kabar, sedangkan komunikasi media massa elektronik meliputi radio, TV, film dan lain-lain (Effendy, 2002:54).

Sebagai terbitan berkala, majalah selain sebagai penyampai dan penafsir pesan juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu masalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama, bahkan nyaris tidak terbatas selama masih ada peminatnya (Rivers, 2004:212).

Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar frekuensi penerbitan dan khalayak pembaca. Sedangkan frekuensi penerbitan di


(32)

Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali sebulan, tiga kali sebulan dan bahkan ada pula yang terbit triwulanan.

Klasifikasi majalah menurut khalayak pembaca umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Majalah Konsumen yakni majalah yang diarahkan pada para konsumen yang akan langsung membeli barang-barang konsumsinya. Majalah-majalah jenis ini dijual secara eceran, langganan, dan di toko-toko buku. 2. Majalah Bisnis yakni majalah yang ditujukan untuk kepentingan kalangan

bisnis.

3. Majalah Pertanian yakni majalah yang ditujukan kepada para petani atau peminat dibidang pertanian atau perkebunan.

Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen-segmen demografis, misalnya majalah anak-anak, remaja, pria, wanita, wanita dewasa ataupun pria dewasa, dan secara geografispsikografis dan segi kebijakan editorial. Dari segi kebijakan editorial dapat dibedakan antara Majalah Berita (Tempo, Editor), Majalah Umum (Intisari), Wanita (Femina, Kartini), Bisnis (Swasembada, Warta Ekonomi) dan Spesial Interest (ASRI) dan lain-lain.

Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya sebagaii alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi dan budaya. Dari media itu kita bisa tahu mengenai apa yang wajar atau disetujui, apa yang salah dan apa yang benar, apa yang semestinya diharapkan sebagai individu, kelompok atau bangsa lain. Majalah memang dianggap sebagai


(33)

media massa, meskipun demikian masih tercatat ada ratusan majalah khusus

(spesial interest magazine), yang masing-masing ditujukan untuk khalayak

yang memiliki perhatian dan gaya hidup khusus (Shimp, 2003:517).

2.1.4 Rubrik

Pengertian rubrik menurut Arfina dalam kamus lengkap bahasa Indonesia adalah kepala karangan dalam surat kabar atau ruangan khusus dalam koran (majalah, dsb).

2.1.5 Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984 :252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan


(34)

Mowen (2002: 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001: 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

2.1.6 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.


(35)

Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dkritik justru tersenyum (Sobur, 2006:140).

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikaturnya dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampainnya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140).

Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur punya fungsi yang cukup banyak. Ketika membaca koran atau majalah terutama pada edisi-edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga punya daya tarik tersendiri. Bahkan bisa menjadi ciri khas dari media tersebut. Dan selain di majalah atau koran lukisan yang mengandung pesan tertentu ini juga sering muncul di media lain.

Adapun fungsi dari karikatur ini antara lain adalah :

1. Hiburan : Ketika membaca artikel di majalah atau koran orang sering merasa bosan dan jenuh. Untuk menghilangkan rasa yang tidak nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada untuk menyegarkan pikirannya kembali.

2. Hobi : Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar dengan kegiatan melukis. Karena membuat karikatur juga tidak berbeda jauh dengan


(36)

melukis atau membuat gambar. Bisa dikatakan perbedaannya cukup kecil sekali.

3. Kritik : Saat ini banyak orang yang merasa jenuh dengan kehidupan sosial atau lingkungan di sekitarnya. Karena apa yang dilihatnya sering tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada. Dan untuk melakukan prostes atau sindiran terhadap situasi ini beberapa orang membuat karikatur sebagai media untuk menggambarkan isi hatinya tersebut.

Agar bisa menjadi karikatur yang baik, seorang pelukis atau yang punya kegemaran dan hobi ini perlu memperhatikan beberapa hal yang antara lain adalah :

1. Tema : Ketika membuat karikatur pilihlah tema yang saat ini sedang menjadi topik atau bahan perbincangan hangat di masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang untuk menikmati atau melihat hasil karya kita tersebut.

2. Pembuatan gambar : Gambar atau lukisan yang dibuat untuk membuat karikatur perlu teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda dengan lukisan yang dibuat untuk hiasan atau pajangan di dinding. Yang terpenting adalah justru terletak pada karakter lukisan yang dibuat. Usahakan agar terkesan kuat sehingga pesan yang disampaikan bisa kena.

3. Ekspresi : Ini merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena letak keistimewaannya juga ada pada ekspresi ini. Terutama untuk wajah. Selain itu bentuk tubuh juga harus


(37)

diperhatikan dengan seksama. Semua harus mengandung kelucuan dan keunikan. Jadi bukan terletak pada ukuran skalanya.

4. Kalimat : Karikatur yang baik adalah ketika kita bisa meminimalkan penggunaan kalimat. Karena kekuatan dari lukisan jenis ini terletak pada pesan dan karakter gambar yang di buat. Bila terlalu banyak kalimat orang justru akan tertarik. Karena ini bukan bacaan humor atau cerita bergambar. Namun suatu pesan yang ingin disampaikan melalui bentuk lukisan yang lucu dan unik.

5. Media : Misalnya kita membuat karikatur untuk media atau majalah maupun koran politik. Maka jenis pesan yang disampaikan juga harus bersinggungan dengan kehidupan politik terkini. Demikian pula bila kita ingin menunjukan karya tersebut pada mahasiswa contohnya. Maka buatlah kritik seputar kehidupan kampus beserta segala yang ada di dalamnya.

Kartun sendiri merupakan produk keahlian kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat karyun dari sudut ini. juga cara dia mengkritik secara langsung membuat orang justru tersenyum. (Sobur, 2003:140).

Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat ditangkap pikiran orang, tapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara


(38)

lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat diterima oleh semua kalangan mulai dari rakyat yang buta huruf sampai intelektual yang sarat dengan cara pandang kritis. Menurut ketua PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) Pramono, kartun yang baik antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan befikir dan perenungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula. (Bintoro, 2002).

2.1.7 Karikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain sebagainya. komunikasi massa merupakan komunikasi diman penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa. baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. karikatur penuh dengan perlambang-lambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.


(39)

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech (komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung). Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti hummor, gosip, diskusi, argumen, intrik, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol-simbol linnya (Bintoro dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu kehlian karikatiris adalah bagaimana dia memilih topik-topik isu yang tepat dan yang masih hangat.

2.1.8 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalaj penggunaan lambang. Lambang atau symbol adalah sesuatu yang diguanakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal dan objek yang maknanya disepakati bersama. Misalnya memasang bendera dihalaman


(40)

rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada Negara. (Mulyana, 2001:83-84).

Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep) yang memiliki arti penting lainnya. (makna budaya yang diinginkan). Keberadaan symbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Bendera warna kuning dipasang disuatu tempat adalah symbol yang memiliki arti bahwa ada orang yang meninggal di daerah tersebut.

Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide, makna dan nilai yang ada pada diri mereka (Sumarwan, 2002: 181). Lambang atau simbol adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dan obyek dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikan. Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah merepresentasikan indeks lainnya. Istilah lain menyebutkan indeks adalah sinyal (signal) yang dalam bahasa sehari-hari juga biasa disebut gejala. Indeks muncul berdasarkan hubungan sebab akibat yang mempunyai kedekatan eksistensi, seperti awan gelap adalah indeks akan turun hujan.

Penggunaan lambang dalam kehidupan bermasyarakat merupakan suatu kelaziman yang tidak dapat dipisahkan, apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata baik secara lisan atau tulisan, isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan dan sebagainya,


(41)

semua itu bisa menjadi lambang. Lambang ada dimana-mana; majalah yang kita baca, berita tv, lagu yang didengar, spanduk dipinggir jalan, gambar yang dimajalah dan koran (Mulyana, 2001:98).

Lambang atau simbol merupakan sesuatu yang digunakan untuk menunjuk suatu lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang.

2.1.9 Komunikasi Non Verbal

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harusmenyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonoverbal sungguh-sungguh bersifat nonverbal. (Mulyana, 2001:312).

Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. (Mulyana, 2001:309).

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi beberapa bagian, antara lain:

a. Isyarat Tangan

Isyarat tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun


(42)

isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya jadi boleh berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda, namun maksudnya sama.

b. Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.

c. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

2.1.9.1. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dalam mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing dan sebagainya) namun juga melalui berperilaku non verbal. Pentingnya pesan non verbal ini misalnua dilukiskan dalam frasa “ bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya”. Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung atau sedih.


(43)

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi secara keseluruhan kita mengirim banyak pesan menyertai tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana, 2000:308).

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal 2. memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal

3. perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri

4. perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal (Mulyana, 2000:314).

2.1.10 Komunikasi Visual

Sejak awal sejarah terjadinya manusia di alam raya ini, komunikasi antar manusia adalah bagian penting dalam komunikasi. Komunikasi visual yang dalam bentuk kehadirannya seringkali perlu ditunjang dengan suara, pada hakikatnya dalah suatu bahasa, lembaga atau kelompok mayarakat tertentu kepada yanag lain (Pirous dlam Tinaburko, 2003:31-32).

Sebagai bahasa, maka efektivitas penyampaian pesan tersebut menjadi pemikiran utama seorang pendesain komunikasi visual. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi


(44)

visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Hampir disegala sektor kegiatan, lambang-lambang atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda , corporate

identity, sampai berbagai display produk dipusat pertokoan dengan aneka

daya tarik.

Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual yang di dalamnya terkandung struktur rupa, seperti: garis, warna dan komposisi.

Keberadaannya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non-verbal, ia dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan maupun ucapan.

Di dalam rancanagan grafis yang kemudian berkembang menjadi desain komunikasi visual banyak manfaatnya daya dukung gambar sebagai gambar sebagai lambang visual pesan guna mengefektifkan komunikasi. Upaya pendayagunaan lambang-lambang visual berangkat dari premis (dasar pemikiran) bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal demikian ada klanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal.

Maka dalam berkomunikasi diperlukan sejumlah pengetahuan yang memadai seputar siapa publik yang dituju dan bagaimana cara sebaik-baiknya berkomunikasi dengan mereka. Semakin baik dan lengkap pemahaman kita terhadap hal-hal tersebut maka akan semakin mudah untuk menciptakan bahasa yang komunikatif (Hadi dalm Tinaburko, 2003:32-33).


(45)

2.1.11 PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia)

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya yang saat ini dikenal ISL (Indonesia Super League) dengan pimpinan tertinggi dipegang oleh Nurdin Halid.

2.1.12 LPI (Liga Primer Indonesia)

Liga Primer Indonesia, disingkat LPI (bahasa Inggris: Indonesia Premier League) adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional di Indonesia Pada Oktober 2010, Liga Primer Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia dideklarasikan di Semarang oleh Konsorsium dan 17 perwakilan klub. LPI diselenggarakan oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan oleh PSSI.

Sebagaimana dijelaskan oleh pihak Liga Primer Indonesia (LPI), kompetisi ini dibuat juga dalam rangka menciptakan kemandirian klub-klub


(46)

sepak bola di Indonesia agar tidak selalu bergantung pada dana APBD daerah masing-masing. Mereka ingin klub-klub di Indonesia benar-benar profesional. Selama ini dengan mengikuti kompetisi ISL atau liga Indonesia yang dikelola PSSI, klub tidak mendapatkan penghasilan sebagaimana yang didapat klub-klub Eropa, seperti Liga Inggris, Italia, Spanyol dll. Konon LPI yang dikelola Pengusaha Arifin Panigoro bersama beberapa pengusaha Indonesia ini akan memberikan dana awal sebesar Rp 30 Miliar untuk setiap klub yang bergabung dengan LPI. Perbedaan lainnya, LPI dan kompetisi di Eropa dimiliki oleh pesertanya sehingga seluruh keuntungan yang didapat dari kompetisi itu dikembalikan ke peserta. Sementara kompetisi di Indonesia, klub tidak mendapatkan keuntungan finansial apa pun dengan mengikuti kompetisi tersebut kecuali hanya mendapat subsidi dalam jumlah kecil dari dana sponsor. Selama ini, klub sangat bergantung kepada APBD, yang merupakan uang rakyat. Liga Primer Indonesia mampu menyelamatkan uang negara sebesar Rp 600 miliar setiap tahunnya. (http:// liga-primer-indonesia-lpi-revolusi-sepak-bola-nasional/).

2.1.13 Kasus PSSI dan LPI

PSSI di massa kepemimpinan Nurdin Halid masih belum bisa membawa Tim Merah Putih mengukir sejarah yang bisa dibanggakan malah sering melakukan tindakan indisipliner yakni Pada 13 Agustus 2007, Ketua Umum Nurdin Halid divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang


(47)

pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepakbola nasional. Karena alasan tersebut, Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI saat itu), Ketua KONI, dan bahkan FIFA menekan Nurdin untuk mundur. FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum. Akan tetapi Nurdin bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara. 

Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin kembali menjabat sebagai ketua PSSI.memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia. Dari segi peraturan, PSSI pun melakukan perubahan yang bisa mengelabui FIFA agar 'mengizinkan' Nurdin Halid tetap memimpin roda organisasi. Nurdin telah menghilangkan kata 'pernah' dalam pasal 35 peraturan PSSI. Sekilas, pasal itu tidak berbeda dengan pasal 32 Statuta FIFA. Dalam pasal 32 Statuta FIFA tertulis orang yang pernah tersangkut masalah kriminal tidak bisa memimpin organisasi sepakbola. Namun di pasal 35, kata 'pernah' dihilangkan, sehingga berbunyi orang yang tersangkut masalah kriminal tidak bisa memimpin organisasi.

Akhir tahun 2009 dan awal 2010 merupakan puncak menurunnya prestasi sepakbola nasional. Indonesia gagal meraih hasil bagus di SEA


(48)

Games 2009 lalu, dengan menjadi juru kunci penyisihan grup. Hasil memalukan didapat ketika menelan kekalahan dari tuan rumah Laos 2-0, tim yang tak pernah bisa menang dari Indonesia. Demikian juga kegagalan timnas senior menembus putaran final Piala Asia 2011. Padahal, sejak tahun 1996, tim Merah Putih tidak pernah absen berlaga di kompetisi teratas Asia tersebut, dan kerap menghadirkan kejutan bagi tim-tim tangguh. Menjadikan peringkat Indonesia di FIFA pun terus mengalami penurunan drastis. Pada Desember tahun lalu, Indonesia masih berkisar di urutan 120-an, namun sekarang sudah berada di peringkat 137. (http://www.goal.com/id-ID/news/1390/pssi/2010/03/07/1822019/inilah-rapor-merah-nurdin-halid).

Padahal saat ini sudah terbukti adanya kebobrokan dalam periode kepemimpinan Nurdin Halid dan tidak dapat mengangkat prestasi PSSI di tingkat Internasional, diluar sana banyak sekali kecaman yang datang dari berbagai elemen masyarakat khususnya kecaman dari Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Malarangeng agar ketum PSSI tersebut turun dari jabatannya. Akan tetapi bagi Nurdin itu semua hanya kritik dari sebagian orang yang tidak menyukai dirinya. Dan sebenarnya tindakan seperti itu membuat bingung semua orang, apa yang masih diinginkan dan motivasi Nurdin untuk tetap bersikukuh dalam mempertahankan kursi teratas di PSSI tersebut dan tidak mau turun dari jabatannya yang sudah dua periode dipimpinnya, sayangnya yang tau itu cuma Nurdin sendiri.

Setelah dihelatnya turnamen piala AFF 2010 yang diselenggarakan dua tahunan tersebut ada kompetisi baru yakni Liga Primer Indonesia,


(49)

disingkat LPI (bahasa Inggris: Indonesia Premier League) adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional di Indonesia yang diselenggarakan sejak 2011. LPI diselenggarakan oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan oleh PSSI. Karena tidak direstui PSSI, LPI menghadapi berbagai kontroversi terkait rencana penyelenggaraannya, diantaranya dasar hukum, ancaman PSSI terhadap klub, pemain, pelatih, dan perangkat pertandingan, serta perizinan Polri.

PSSI menganggap penyelenggaran LPI ilegal karena tidak memiliki izin dari asosiasi sepakbola tersebut. Akan tetapi pihak LPI menyatakan bahwa penyelenggaraan LPI tidak melanggar hukum karena sesuai dengan rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional yang dilaksanakan di Malang pada Maret 2010. Konsorsium LPI juga menyatakan sudah beberapa kali mencoba berkoordinasi dan meminta izin kepada PSSI, namun PSSI bersikap

menutup diri terhadap penyelenggaraan LPI. (http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Primer_Indonesia

cite_note-menutup_diri-9). 

PSSI memaparkan secara panjang lebar alasan mengapa LPI melawan hukum, namun tidak pernah menjelaskan alasan mengapa mereka tidak merestui LPI, kecuali menyebut LPI sebagai "kompetisi ecek-ecek", "tarkam", dan "banci." LPI akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.


(50)

PSSI mengancam menghukum berat semua klub, pemain, dan perangkat pertandingan yang terlibat di liga ini. Diantara ancaman yang dilontarkan PSSI, klub Liga Super Indonesia yang terlibat LPI akan didegradasi ke divisi satu. dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI. Empat klub LPI yang diancam menyatakan tidak takut dengan ancaman PSSI tersebut. Pemain yang terlibat LPI juga diancam tidak dapat memperkuat timnas. Keputusan tersebut ditentang oleh beberapa pihak, termasuk Menpora, Anggota Komisi X DPR RI Angelina Sondakh, dan Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Meski PSSI mengeluarkan ancaman tersebut, Badan Tim Nasional tetap memanggil beberapa pemain dari klub-klub anggota LPI untuk seleksi timnas U-23 yang disiapkan untuk Sea Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012. (http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Primer_Indonesia).

Tidak cukup dengan klub dan pemain, pelatih klub-klub LPI diancam dicabut lisensinya. Selain itu, PSSI juga mengancam wasit yang terlibat dalam penyelenggaraan LPI dengan sanksi FIFA dan pencabutan lisensi.

2.1.14 Font

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaanya senangtiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetikanya, kenyamanan keterbacaanya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya.


(51)

Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “font” atau “typeface” adalah salah satu elemen terpenting dalam desain grafis karena huruf merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estentiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmofir-atmofir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

Setiap bentuk dan huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.

Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan daris sekunder (secondary stroke). Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok garis tegak-datar; EFHIL


(52)

3. Kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU 4. Kelompok garis lengkung; COQS

Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU 2. Ruang negatif bersudut persegi empat, EFHILT 3. Ruang negatif beruang persegi tiga, AKMNVWXTZ

4. Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam pengertian bahwa dalam prhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk bundar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.


(53)

2.1.14.1 Jenis –Jenis Font

Font terbagi dalam 4 jenis, yaitu Sherif, Sans Serif, Script dan Decotative. Masing-masing font memiliki karakteristik tersendiri dan kegunaannya masing-masing juga berbeda.

1. Serif : huruf yang memiliki kait/serif (sedikit menjoroj keluar) pada bagian ujung atas atau bawahnya. Huruf Sanserif (tanpa kait), tidak memiliki kait/hook, hanya terdiri dari batang dan tangki. Contoh Times, Souvenir, Palatino.

2. Sans Serif : huruf yang tidak memiliki kait/serif pada ujung atas maupun bawahnya. Jadi huruf ini tdiak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Contoh : Arial, Tohoma, Helvetica, Futura

3. Script : huryf yang bentuknya mempunyai tulisan tangan manusia. Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadidan akrab. Contoh: Commercial Script, Sheley Volante, English Vivance, Brush Script. 4. Decorative: huruf yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi di atas. Huruf jenis ini adalah pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dkoratif dan ornamental. Huruf Dekoratif setiap


(54)

huruf dibuat secara detail, komplek dan rumit, contoh canteburry, Augsburger

Dalam pemilihan jenis huruf atau karakter huryf, yang senangtiasa harus diprthatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya, agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan diterima oleh masyarakat.

2.1.14.2 Karakteristik Jenis Font

Ada beberapa jenis font dan karakteristiknya. Natara font satu dengan font yang lain sangat berbeda, seperti contohnya:

1. Times New Roman

Karakter jenis Time New Roman cenderung menciptakan kesan yang lebih serius, paling mudah dibaca untuk volume type yang besar, kecepatan dan keakuratan membaca akan jauh lebih tinggi, terbukti kebanyakan buku dan surat kabar menggunkan type ini karena lebih jelas dan paling umum untuk digunakan sebagai headline dan judul. Karakteristik Times termasuk tipe transsisional, tingkat kontrasnya perbedaan ketebalan antara stroke yang tebal dan tipis cukup tinggi. Time New Roman adalah jenis serif yang sering anda lihat di surat kabar atau majalah. Font ini didesain untuk kemudahan membaca pada media cetak, demikian juga pada layar monitor. Selain itu font ini digunakan untuk tulisan resmi dan sudah umum digunakan


(55)

untuk membuat tulisan resmi ketik komputer. Hurufnya jelas, tidak ribet dan jelas dibaca.

2. Arial

Adalah jenis huruf sans serif yang sering digunakan dalam Web. Terlihat lebih sederhana dan lebih mudah dibaca pada berbagai ukuran. Ada beberapa kekurangan pada font ini, salah satunya adalah sulitnya membedakan antara huruf i capital dan L kecil (I dan I). Biasanya digunakan untuk menulis dokumen-dokumen resmi dan surat kabar. Font ini bersifat resmi dan ukurannya besar dan jelas. (http://en.wikipediaa.org/wiki/Arial)

3. Verdana

Verdana dibuat khusus agar sebuah teks dapat ibaca dengan mudah dan jelas walauoun dengan ukuran yang cukup kecil. Hal ini dapat terjadi karena font verdana di desain mempunyai jarak antara huruf yang melebihi font Sans Serif, sehingga lebih mudah dibaca. Vernada juga sering dipiliholeh web designers yang ingin menulis teks dengan jumlah yang cukup banyak di dlam space yang cukup kecil.font ini cukup mudah dibaca karena ukurannya memang lebih besar dari pada font yang lain.

4. Snap ITC

Jenis huruf ini memiliki nilai seni yang tinggi karena jenis huruf ini sering digunakan dalam pembuatan stiker, pamflet ataupun brosur yang lainnya. Bentuk huruf yang ini sangatlah bagus dan cocok


(56)

untuk keperluan hiburan misalnya saja dalam pendkorasian ataupun undangan yang sifatnya kurng resmi. Jenis huruf seperti yang tidak formal ini cocok digunakan unuk mendesain berbagi keperluan.

5. Comic Sans

Huruf ini mempunyai karakteristik informal sehingga terkesan bersahabat, namun jarang dipegunakan di web karena di anggap kurang profesional dan tidak formal.

Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi lebih menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain. Misalnya, pada desain brosur kecantikan, kita menggunakan font yang tipis dan luwes, sesuai dengan kepribadian target market yang dituju, yaitu wanita.

Jenis font bisa di ibaratkan jenis suara yang berbicara pada desain. Font dengan gya tebal akan terasa seperti suara lelaki dan bersuara berat. Font berbentuk kaku dan kotak-kotak akn terasa seperti robot atau mesin yangberbicara, dan seterusnya. Masing-masing font

mempunyai jenis suara tersendiri. (http://id.wikipedia.org/wiki/huruf_digital_(font))

2.1.15 Pemaknaan Warna

Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal pada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta kemampuan produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis (Shim, 2003:308).


(57)

Dalam kegiatan periklanan, teknik pewarnaan memiliki peranan penting dalam menentukan respon konsumen terhadap iklan warna merupakan salah satu aspek penting dari komunikasi visual. Konsumen bisa sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah iklan hanya karena teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan dapat meningkatkan daya jual dari sebuah produk. Selain dapat menarik perhatian warna juga bisa juga digunakan untuk meningkatkan konsumen terhadap sebuah produk tertentu.

Para teoritis bahasa mengemukakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata, seperti: merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003, 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari halyang bersifat buruk dan negatif, misal: daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti:murni, bersih, suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negatif dan warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001:25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang suatu hal, misalkan warna merah berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata merah


(58)

digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari segi intuasi.(Mulyana, 2001:376).

Warna menurut Hoed dan Beny Hoendoro 1992. Dalam bukunya ”periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai niali ketertariakn tersendiri dibenak khalayak, diantaranya:

1. Merah

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Orange

Orange merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, daya tahan, kegembiraan, tekanan sosial, modal kecil, ketertarikan dan independent, ketidak-tahuan, melempem, keunggulan, kerahasiaan.

3. Kuning

Warna kuning bersifat menonjol, semangat, untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses.


(59)

Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian.

4. Merah Muda

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, kegembiraan dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi

5. Hijau

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, kebangkitan, kesegaran, rujukan, kokoh, tegak, mempertahankan miliknya, keras kepala.

6. Biru

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif,, keamanan,, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijkan, cinta, kesedihan, kestabilan, ketenangan, persahabatan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide. Warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi. 7. Biru Muda

Warna biru muda melambangkan sifat yang teguh dan kokoh. Tetapi biasanya sedikit keras kepala, serta sering berbangga diri dan memiliki pendirian yang tetap.


(60)

8. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesedihan, keamanan, rebilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, praktis, bosan, profesional, diam, kualitas.

9. Putih

Putih melambangkan posesif, ketetapan, ketidak bersalahan, steril, mati, kedamaiaan, pencapaian tertinggi, kebersihan, keperawanan, lugu, murni, ringan, netral, cahaya, persatuan, kesempurnaan.

10.Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekayaan, perasaan yang dalam, kejahatan, formalitas.

11.Ungu/Jingga

Ungu/jingga memiliki makna spiritual, misteri, kebangsawanan, tranformasi, kekasaran, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, telepati, imajenasi, intuisi, mimpi, kekayaan, feminim, artistik, kuno dan romantik.

12.Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang terkesan paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita kuat, dan juga memberikan rasa nyaman dan hangat.


(61)

2.1.16 Pendekatan Semiotika

Kata ”Semiotika” berasal dari Yunani yang berarti tanda. Semiotika sendiri berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dab poetika. Semiotik adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana. ”kata” adalah tanda, demikian gerak isyarat, lalu lanpu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat dijadiakan tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan informasi baik secara verbal maupun non-verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan pemaksaan oleh peneriam tanda akan makana informasi atau pesan dari pengiriman pesan. Semeotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bahasa. Dalam perkembangannya klemudian semeotika masuk dalam semua segi kehidupan manusia. Derinda (dalam Kurniawan, 2008:34) memiliki pendapat bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa.”there is nothing outside language:. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai ”teks” atau ”tanda”. Dalam konteks ini tanda memerankan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga: ”manusia yang tak mampu mengenali sebuah tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008).

Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan ahli terkemuka dalam semiotik a modem Amerika menegaskan bahwa, manusia dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang dapat dimanfaatkan dalam seni rupa berupa tanda


(62)

visual yang bersifat non-verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti garis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya. Tanda-tanda bersifat verbal adalah objek yng dilukiskan seperti objek mnusia, binatang, alam, imajinasi, atau hal-hal abstrak lainya. Apapun alasanya untuk berkarya, karyanya adalah hal yang kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media antara perupa (seniman) dengan pemerhati ataupun penonton. Seniman dan desainer membatasi bahasa rupa dalam segitiga, estetis-simbolis-bercerita.Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imajinasi mencangkup makna yng luasbaik imaji yng kasat mata maupun yang ada khayalnya.

Menurut John Fiske, pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama yaitu membahas tiga area penting, yaitu:

1. Sign atau tanda itu sendiri Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung didalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubungan dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai kontruksi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah menciptakannya.

2. Codesi atau kode Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengekploitasikan media komunikasi yang sesuai dengan tranmisi pesan mereka.


(1)

merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada kalayak dalam keseluruhan pesan visual dan di dukung oleh pesan verbal dapat mempunyai suatu makna secara denotatif yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi didalam persepak bolaan di Indonesia saat ini yakni sering adanya tindakan kontroversial yang dilakukan oleh ketua umum PSSI Nurdin Halid sehingga membuat gerah seluruh elemen masyarakat Indonesia meminta agar Nurdin segera turun dari kursi kepemimpinan tersebut. Dan muncullah nama Arifin Panigoro dengan membawa nama LPI (Liga Primer Indonesia) sebagai tindakan protes terhadap kepengurusan PSSI yang tidak pernah menunjukkan energi positif. Tetapi dari pihak PSSI tidak tinggal diam saja dengan apa yang dilakukan Arifin itu, pihak PSSI mendesak agar Liga Primer Indonesia tidak bergulir di Indonesia dengan berbagai cara memberi beberapa sanksi-sanksi yang juga berbau kontroversial.

Dengan Demikian dapat dikatakan bahwa Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 merupakan referensi dari fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Dipilihnya tampilan ilustrasi demikian karena dianggap dapat mewakili keseluruhan hal dari isi yang terdapat di dalam rubrik majalah Tempo. Dengan didukung gambar yang serasi serta judul yang membuat orang berfikir dan penasaran, tampilan Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011, diharapkan mampu menyampaikan pesan yang diinginkan komunikator dalam hal ini adalah majalah Tempo.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari


(3)

2011, berdasarkan kategori tanda Charles Sanders Pierce yang dibedakan atas ikon, indeks, simbol pada korpus penelitian ini maka peneliti memaknai visualisasi ilustrasi cover rubrik majalah tempo edisi 11-16 Januari 2011 secara umum mengkomunikasikan bahwa dari pihak PSSI tetap melarang Liga Primer Indonesia menggulirkan kompetisi di Indonesia meskipun LPI sudah menjelaskan konsep kompetisi yang profesional dan mandiri. Salah satunya tidak lagi menganjurkan klub untuk menggunakan uang APBD lagi. Tapi tidak ada satupun dari kedua kubu untuk mengalah dan memberikan toleransi. Dari pihak LPI masih saja tetap bersemangat untuk melawan keputusan dari PSSI, sedangkan dari pihak PSSI malah menambahkan sanksi – sanksi yang lebih berat lagi.

5.2. Saran

Dari hasil Representasi Perseteruan Dalam Karikatur Nurdin Halid Arifin Panigoro Pada Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 mengandung permasalahan yaitu pihak PSSI menentang keberadaan Liga Primer Indonesia karena dianggap LPI tidak berjalan dibawah naungan FIFA tetapi dalam penilaian masyarakat Liga Primer Indonesia akan menjadi liga tandingan buat ISL (Indonesia Super League) kompetisi yang didirikan oleh PSSI. Dengan segala cara telah dilakukan PSSI untuk mencegah Liga Primer Indonesia bergulir akan tetapi dari pihak LPI masih ngotot untuk tetap menjalankan komp[etisi tersebut. Saran dari peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah persepak bolaan di Indonesia masih membutuhkan pemimpin baru yang bisa membawa persepakbolaan Indonesia menjadi maju bukan malah menjadikan ajang politik dan mencari keuntungan semata. Karena gaya kepemimpinan Nurdin kurang bijaksana dalam membuat keputusan ,


(4)

99   

Nurdin kerap sekali memakai emosinya dari pada memakai akal pikir yang sehat. Dan juga masih banyak oknum – oknum yang membawa urusan sepak bola ke ranah politik itu agar segera dibrantas karena mereka tidak mungkin bisa fokus mengangkat prestasi persepakbolaan kita.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Effendy, Onong Uchana, 2002, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Fiske, John, 1996, Introduction to Communication Studies, London dan New York : Methulu

Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga

Kasali, Renald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Kurniawan, 2000, Semiologi Roland Barthes, Magelang, Indonesia

Mulyana, Dedi, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Penerbit Remaja Rosadakarya, Bandung

Mulyana, Dedi, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Penerbit Remaja Rosadakarya, Bandung

Pramono, Pramoedjo, 2008, Kiat Mudah Membuat Karikatur, Penerbit Creative Media, Jakarta

Shimp, Terence. A, 2003, Periklanan Promosi (Komunikasi Pemasaran Terpadu), Jilid I Edisi 5, Erlangga, Jakarta

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Semiotik dan Framing, PT. Rosadakarya, Bandung

Sobur, Alex, 2003, Semiotik Komunikasi, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung Sobur, Alex, 2006, Semiotik Komunikasi, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung Sugiharti, 2000, Komunikasi Massa, Penerbit Citra Media, Jakarta


(6)

100

Non Buku :

Majalah Tempo Edisi 11-16 Januari 2011 www.tempointeractive.com

http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/ http://www.indomp3z.us/showthread.php/19119-Sejarah-PSSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia- cite_note-fifa-8

http://www.goal.com/id-ID/news/1390/pssi/2010/03/07/1822019/inilah-rapor-merah-nurdin-halid

http://id.wikipedia.org/wiki/ Liga_Primer_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia - cite_note-fifa-8